Anda di halaman 1dari 15

Ziyadah kedua Pekan 3

Membekali Diri Dengan Tauhid

Pengertian Tauhid

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin –rahimahullah–


memaparkan bahwa kata tauhid secara bahasa
adalah kata benda yang berasal dari perubahan
kata kerja wahhada – yuwahhidu yang bermakna
menunggalkan sesuatu. Sedangkan dalam
kacamata syari’at, tauhid bermakna mengesakan
Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan
diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara
rububiyah, uluhiyah dan asma’ wa shifat (Al Qaul
Al Mufid, 1/5)

Syaikh Hamad bin ‘Atiq menerangkan bahwa


agama Islam disebut sebagai agama tauhid
disebabkan agama ini dibangun di atas pondasi
pengakuan bahwa Allah adalah Esa dan tiada
sekutu bagi-Nya, baik dalam hal kekuasaan
maupun tindakan-tindakan. Allah Maha Esa dalam
hal Dzat dan sifat-sifat-Nya, tiada sesuatu pun
Ziyadah kedua Pekan 3

yang menyerupai diri-Nya. Allah Maha Esa dalam


urusan peribadatan, tidak ada yang berhak
dijadikan sekutu dan tandingan bagi-Nya. Tauhid
yang diserukan oleh para Nabi dan Rasul telah
mencakup ketiga macam tauhid ini (rububiyah,
uluhiyah dan asma’ wa shifat). Setiap jenis tauhid
adalah bagian yang tidak bisa dilepaskan dari
jenis tauhid yang lainnya. Oleh karena itu,
barangsiapa yang mewujudkan salah satu jenis
tauhid saja tanpa disertai dengan jenis tauhid
lainnya maka hal itu tidak mungkin terjadi kecuali
disebabkan dia tidak melaksanakan tauhid dengan
sempurna sebagaimana yang dituntut oleh agama
(Ibthal At Tandid, hal. 5-6)

Syaikh Muhammad bin Abdullah Al Habdan


menjelaskan bahwa tauhid itu hanya akan
terwujud dengan memadukan antara kedua pilar
ajaran tauhid yaitu penolakan (nafi) dan
penetapan (itsbat). ‘La ilaha’ adalah
penafian/penolakan, maksudnya kita menolak
Ziyadah kedua Pekan 3

segala sesembahan selain Allah. Sedangkan


‘illallah’ adalah itsbat/penetapan, maksudnya kita
menetapkan bahwa Allah saja yang berhak
disembah (At Taudhihat Al-Kasyifat, hal. 49)

Tauhid dan Iman Kepada Allah

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan –hafizhahullah-


menjelaskan bahwa hakekat iman kepada Allah
adalah tauhid itu sendiri. Sehingga iman kepada
Allah itu mencakup ketiga macam tauhi yaitu
tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat
(Al Irsyad ila Shahih Al I’tiqad, hal. 29). Di
samping itu, keimanan seseorang kepada Allah
tidak akan dianggap benar kalau hanya terkait
dengan tauhid rububiyah saja dan tidak
menyertakan tauhid uluhiyah. Hal ini
sebagaimana yang terjadi pada kaum musyrikin
dahulu yang juga mengakui tauhid rububiyah.
Meskipun demikian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
Ziyadah kedua Pekan 3

wa sallam tetap memerangi dan mengajak


mereka untuk bertauhid. Hal itu dikarenakan
mereka tidak mau melaksanakan tauhid uluhiyah.

Urgensi Tauhid Bagi Setiap Insan

Kepentingan manusia untuk bertauhid sungguh


jauh berada di atas kepentingan mereka terhadap
makanan, minuman atau tempat tinggal. Kalau
seseorang tidak makan atau minum, akibat
terburuk yang dialami hanyalah sekedar
kematian. Namun, kalau seseorang tidak
bertauhid barang sekejap saja dan pada saat itu
dia meninggal dalam keadaan musyrik, maka
siksaan yang kekal di neraka sudah siap
menantinya.

Allah ta’ala berfirman,

‫اّللْ يش ِركْ ُ َمنْ إِنَّه‬ َّْ ‫النَّارْ َو َمأ َواهْ ال َجنَّةَْ َعلَي ِْه‬
ِ َّ ِ‫ّللا َح َّر َمْ فَقَدْ ب‬
Ziyadah kedua Pekan 3

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan


sesuatu dengan Allah (dalam beribadah) maka
sungguh Allah telah mengharamkan atasnya
surga, dan tempat tinggalnya adalah
neraka…”(QS. al-Ma’idah [5]: 72)

Bahkan amalnya yang bertumpuk-tumpuk selama


hidup pun akan menjadi sia-sia apabila di akhir
hidupnya dia telah berbuat syirik kepada Rabb-
nya dan belum bertaubat darinya. Allah ta’ala
berfirman,

ْ‫ن أَش َركتَْ لَئِن‬ َ ‫َن َع َملكَْ لَيَح َب‬


َّْ ‫ط‬ َّْ ‫الخَا ِس ِرينَْ ِمنَْ َولَت َكون‬

“Sungguh, jika kamu berbuat syirik, akan


lenyaplah semua amalmu, dan kamu pasti akan
tergolong orang yang merugi.” (QS. az-Zumar
[39]: 65)

Dan, kalaulah kita mau merenungkan untuk apa


kita diciptakan di alam dunia ini niscaya kita akan
Ziyadah kedua Pekan 3

memahami betapa agung kedudukan tauhid


dalam hidup ini. Allah ta’ala berfirman,

‫سْ ال ِج َّنْ َخلَقتْ َو َما‬ ِ ‫ون ِإ َّّلْ َو‬


َ ‫اْلن‬ ِْ ‫ِليَعبد‬

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia,


melainkan supaya mereka beribadah kepada-
Ku.”(QS. adz-Dzariyat [51]: 56). Makna
beribadah kepada Allah di sini adalah
mentauhidkan Allah.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab –


rahimahullah– mengatakan, “Apabila engkau
telah mengetahui bahwasanya Allah menciptakan
dirimu untuk beribadah, maka ketahuilah bahwa
sesungguhnya ibadah tidak akan disebut sebagai
ibadah (yang hakiki) apabila tanpa disertaitauhid.
Sebagaimana halnya sholat tidak disebut sebagai
sholat jika tidak disertai dengan thaharah
(bersuci). Maka apabila syirik merasuk ke dalam
suatu ibadah, niscaya ibadah itu menjadi batal.
Sebagaimana hadats jika terjadi pada (orang
Ziyadah kedua Pekan 3

yang sudah melakukan) thaharah…” (Majmu’ah


Tauhid, hal. 7)

Terkait dengan pentingnya tauhid ini, Syaikhul


Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ketahuilah,
sesungguhnya kebutuhan hamba untuk
senantiasa beribadah kepada Allah tanpa
mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya
merupakan kebutuhan yang tak tertandingi oleh
apapun yang bisa dianalogikan dengannya. Akan
tetapi, dari sebagian sisi ia bisa diserupakan
dengan kebutuhan tubuh terhadap makanan dan
minuman. Di antara keduanya sebenarnya
terdapat banyak sekali perbedaan. Karena
sesungguhnya jati diri seorang hamba adalah
pada hati dan ruhnya. Padahal, tidak ada
kebaikan hati dan ruh kecuali dengan
(pertolongan) Rabbnya, yang tiada ilah
(sesembahan) yang benar untuk disembah selain
Dia. Sehingga ia tidak akan bisa merasakan
ketenangan kecuali dengan mengingat-Nya.
Ziyadah kedua Pekan 3

Seandainya seorang hamba bisa memperoleh


kelezatan dan kesenangan dengan selain Allah
maka hal itu tidak akan terus menerus terasa.
Akan tetapi, ia akan berpindah dari satu jenis ke
jenis yang lain, dari satu individu ke individu yang
lain. Adapun Rabbnya, maka dia pasti
membutuhkan-Nya dalam setiap keadaan dan di
setiap waktu. Di mana pun dia berada maka Dia
(Allah) senantiasa menyertainya.” (Majmu’
Fatawa, I/24. Dikutip dengan perantara Kitab
TauhidSyaikh Shalih al-Fauzan, hal. 43)

Siapa yang merasa tauhidnya sudah hebat?!

Allah ta’ala mengisahkan do’a yang dipanjatkan


oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam di dalam ayat-
Nya

َّ ِ‫َامْ نَعب َْد أَنْ َو َبن‬


‫يْ َواجنبنِي‬ َ ‫اْلَصن‬
Ziyadah kedua Pekan 3

“Dan jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari


penyembahan kepada arca-arca.” (QS. Ibrahim
[14]: 35)

Ibrahim At Taimi mengatakan, “Lalu siapakah


yang lebih merasa aman dari bencana kesyirikan
selain Ibrahim[?]”

Syaikh Abdurrahman bin Hasan –rahimahullah–


mengatakan, “Tidak ada lagi yang merasa aman
dari terjatuh dalam kesyirikan selain orang yang
bodoh terhadap syirik dan juga tidak memahami
sebab-sebab yang bisa menyelamatkan diri
darinya; yaitu ilmu tentang Allah, ilmu tentang
ajaran Rasul-Nya yaitu mentauhidkan-Nya serta
larangan dari perbuatan syirik terhadapnya.”
(Fathul Majid, hal. 72)

Demikianlah sekilas mengenai pentingnya tauhid


dalam kehidupan kita. Semoga kita tergolong
hamba-hamba yang mentauhidkan Allah dengan
sebenar-benarnya. Kalau orang semulia Nabi
Ziyadah kedua Pekan 3

Ibrahim ‘alaihis salam saja masih takut


terjerumus syirik, lalu bagaimana lagi dengan
orang seperti kita. Wallahul musta’an. Wa
shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala
alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

Artikel www.muslim.or.id

Mari Tinjau Kembali Istilah tentang Tauhid

#IndonesiaBertauhid

 Bro, pernah dengar gak ungkapan:


“Jangan syiriklah (iri) dengan keberhasilan gue”
“kalau saya sih gak munafik, butuh uang juga”

 Dalam istilah syariat kata: syirik dan munafik


itu agak berbeda maknanya
Ziyadah kedua Pekan 3

 Begini bro, sebenarnya masalah istilah dan


ungkapan jika sesuai dengan maksud bahasa
itu sendiri gak masalah

 Kalau memang makna bahasa untuk


masyarakat itu, makna syirik adalah iri dan
dipahami mereka seperti itu, maka tidak
masalah, ya karena itu bahasa mereka

 Akan tetapi yang menjadi masalah jika kita


sebagai seorang muslim tidak paham makna ini
secara syariat atau malah bisa bercampur
sehingga mengkaburkan makna syariatnya

 Istilah Syirik dan munafik ini diajarkan dalam


pelajaran TAUHID

 Syirik dalam makna syariat adalah lawan dari


TAUHID yang bermakna menyekutukan Allah
dalam hak-hak khusus Allah berupa ibadah,
Syirik adalah larangan terbesar dalam agama
Ziyadah kedua Pekan 3

 Sedangkan munafik dalam syariat, ada dua


yaitu:

1. Munafik i’tiqadiy (amalan Hati)


ada yang menyebutnya juga nifak akbar
yang bisa membuat pelakunya keluar dari
Islam dan mendapat adzab yang paling
berat melebihi siksaan orang kafir di akhirat
Contoh nifak i’tiqodi:
- Mendustakan Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam
- Mendustakan sebagian ajaran
Rasulshallallahu ‘alaihi wa sallam
- Benci pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam
- Benci pada sebagian ajaran Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam
- Senang melihat agama Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam direndahkan
Ziyadah kedua Pekan 3

- Tidak senang jika agama Rasul


shallallahu ‘alaihi wa sallam
mendapatkan kemenangan

JADI JANGAN SAMPAI KITA TIDAK


SENANG ATAU TIDAK RIDHA DENGAN
SATUPUN AJARAN ISLAM

Misalnya mungkin dia berat memakai jilbab,


tetapi masih yakin bahwa itu wajib, hanya
malas saja, maka tidak masuk munafik
i’tiqadiy ini

Justru yang berjilbab, tetapi hatinya senang


dengan hancurnya Islam, dialah munafik
i’tiqady

2. Munafik amaliy (perbuatan)


ini tidak sampai mengeluarkan dari agama
Islam, masih tetap muslim hanya saja
Ziyadah kedua Pekan 3

diminta agar taubat nashuha dan


bersungguh-sungguh dalam taubat

Contohnya sebagaimana hadits :

ْ‫قْ آيَة‬ ٌ ‫َّث إِذَا ث َ ََل‬


ِ ‫ المنَا ِف‬،‫ث‬ َْ ‫ َحد‬،‫ب‬ َ َ‫خَانَْ اؤت ِمنَْ َوإِذَا أَخل‬
َ ‫ َو َع َْد َوإِذَا َك َذ‬،‫ف‬

”Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga :


1) Jika berbicara berdusta
2) jika berjanji tidak menepati dan
3) jika dipercaya dia berkhianat”
(HR. Bukhari dan Muslim)

dan dalam riwayat lain disebutkan :

‫ص َمْ َوإِذَا‬
َ ‫ خَا‬،‫َغ َد َْر َعا َه َْد َوإِذَا فَ َج َر‬

4) Jika berselisih, maka dia akan berbuat


dhalim,dan
5) jika berjanji dia melanggar”.
Ziyadah kedua Pekan 3

Semoga kita dijauhi dari sifat munafik karena


para sahabat sangat dan orang shalih sangat
khawatir terjerumus dalam hal ini

Penyusun: Raehanul Bahraen


KoordinaturUmum Indonesia Bertauhid

Anda mungkin juga menyukai