Anda di halaman 1dari 6

Dear ,D

KARYA : NISRINA QURROTU’AIN ,

XI.3

A ngin pagi semilir menerpa dedaunan yang jatuh satu per-satu ke tanah.

Daun daun kering berserakan. Musim kemarau dating menjelang. Sinar


matahari tertutup awan, seorang mahasiswa berjalan di jalanan dengan
sepedah motornya, munuju universitas ternama di Indonesi. Dengan kemeja
hitam yang ia kenakan.
Ia DEVAN ADIWARNA ABIAN pria yang memiliki paras tampan dan manis
senyum yang ia miliki, dan memiliki tahi lalat di pipinya. Ia anak tunggal yang
ditinggal pergi oleh orangtua nya bekerja di luar negri semenjak ia awal masuk
SMA, ia hidup sendiri di kota tempat ia menempuh Pendidikan. Semenjak 2
tahun terakhir ia mengalami penyakit kangker otak, yang dimana itu sangat
mengancam nyawa nya.
Ia juga memiliki pacar bernama NIRMALA SENJA KARANVA Wanita yang
memiliki wajah cantik, manis dari senyum yang ia miliki dengan lesum pipi yang
ia miliki dan rambut indah yang selalu ia gerai. Ia siswa kelas 2 SMA di kota
Bandung. Mereka sudah berhubungan kurang lebih satu tahun, namun
beberapa bulan terakhir mereka melakukan hubungan ldr, dikarenakan Devan
yang harus pergi untuk menempuh Pendidikan di kota lain
Hubungan yang baik dijalaniu oleh mereka waktu demi waktu dan sampai saat
dimana hubungan mereka mulai merenggang, dan penyakit yang devan alami
menjadi semakin buruk
“D
hari
RETTT DRETT DRETT” suara handphone yang bersuara di pagi

“Halooo morning” suara Nirmala yang sangat ceria menyapa kekasihnya itu
“haloo? Devv?”
“Sebentar yaa alaa tugas aku lagi banyak banget” jawab Devan dengan singkat,
lalu ia langsung mematikan telfon itu
“Tutt tutt tutt”
“aghh sakit bangett” ucap devan sambil memegang kepalanya yang sangat
terasa begitu sakit, sambil ia mencari cari obat
Namun tak lama, ia tak sadar kan diri
Suara ambulan yang nyaring terdengar, suara roda brankar yang terdengar
jelas di koridor dan suara gemuru langkah kaki yang begitu cepat. Suara pintu
ICU yang terdobrak, dan suasana yang mulai menegang
“haloo dengan orang tua Devan Adiwarna Abian?” suara Marshal Saraja
kerabat dekat Devan
flassback
“Tokk Tokk Tokk”
“Devv lo di dalem?” “Devvv?” panik nya marshal Ketika tidak ada suara yang
menyaut didalam sana
BRAKK
kepanikan marshal yang tidak bisa di kendalian membuat ia medobrak pintu
tersebut. Tangisan nya pecah Ketika melihat sahabat dekat nya itu terbaring
tak sadarkan diri, tanpa pikir Panjang ia langsung membawa ke rumah sakit
terdekat
Flasback off
Marshal mengacak rambutnya kasar, lalu ia mondar mandir di depan pintu
ICU. Perasaan cemas selalu menghantuinya. Dia takut jika ada hal yang buruk
terjadi kepada Devan

L angit gelap dengan semilir angin yang berembus kencang ,air hujan

yang mulai turun, terlihat tiga orang yang sedang menunggu kabar dari
seorang dokter yang sedang berusaha menyelamatkan nyawa Devan
Sedangkan dilain tempat sayup-sayup di kejauhan terdengar suara seruling
bambu mendanyu-danyu mengalunkan irama sebuah lagu yang menarik nurani
siapa pun yang mendengarnya. Iramanya menggambarkan suasana hati
seorang wanita yang merasa kesepian setiap saat nya.
Pintu ruang ICU terbuka. Seorang perawat keluar sambil menyerukan sesuatu
“Keluarga pasein Devan Adiwarna Abian? Dokter ingin bicara”

***
Marshal berdiri mematung di sebelah banker ruang ICU, menatap seseorang
yang tengah memejamkan mata. Wajah cowok itu terlihat sangat pucat
dengan nasal oksigen terpasang di hidungnya.
Lirikan mata Marshal mengarah kepada ibunda Devan. Wanita cantik itu
mengusap pucuk kepala anaknya, tetesan air mata yang tak berhenti keluar.
Sangat jelas terlihat wanita itu merasakan kepedihan yang dalam.
Merasa seperti ada seseorang yang mengelus kepalanya, perlahan Devan
membuka matanya. Raut wajahnya yang tampak kaget Ketika melihat orang
tua nya hadir
“Ma-ma? Papa? Kalian… ke sini?” lirih Devan. Mata indahnya yang
menggambarkan kehabagiaan dan kerinduan yang begitu besar
“Iya sayang mama papa disini buat kamu, devan kenapa bisa sampai kaya gini
sayang?” jawabnya sembari menggapai tangan milik devan, kemudian
meletakan ke pipi kanan miliknya
***
“Nirmala… Nirmala… mana mar?” tanya Devan mencari kekasihnya itu
sembari menunjukan muka cemas

“M
nya
au gue telfon?” tanya Marshal sembari ngeluarkan handphone

Devan jawab dengan anggukan dan senyuman yang begitu tulus


***
“Haloo? Kenapa Marr..” jawab Nirmala dengan suara yang sangat indah
ditelinga Devan, senyuman langsung terukir jelas di bibir seseorang yang
sedang berbaring di bangkar itu
“Alaa ini Devann…” jawab Devan sembari tersenyum
“Ehh HALOOO DEVANN” mendengar jawaban dari suara itu adalah ternyata
seorang kekasihnya ia merasa sangat Bahagia, mengingat dalam hubuhangan
mereka Devan jarang sekali ada waktu untuk Nirmala
“Alaa Devan ga-ga kuat lagi, sakitt banget alaa” aduan nya kepada kekasihnya
itu
“Heyy sayangg kamu pasti kuat okey? Ala percaya kalo kamu kuatt” jawab
Nirmala sambil mengeluarkan tanggisan nya yang sangat pecah, karena
mendengar suara kekasihnya yang sedang kesakitan itu
“Aku kesana sekarang okeyy?” jawabnya lagi
“Engga sayang jangan kesinii, aku gamau liat perempuan aku nangisin aku.
Devan sayang Alaa, Alaa baik baik ya disanaa, jaga kesehatann, Devan gatau
harus bilang maksih gimana ke Alaa yang udah sabar banget hadepin aku. Tapi
maaf aku gakuat lagi”
jawaban Devan yang membuat Nirmala tidak bisa berkata kata lagi. Hanya
tangisan yang semakin menderas ia keluarkan
“Aku boleh ngomong I love u buat terakhir kali nya?”
“I love u endless”
Tak ada jawaban dari Nirmala, lagi lagi hanya tangisan yang ia keluarkan
Tittt Tittt Titttt
Semakin pecah tangisan Nirmala mendengar suara tersebut….
***
Devan menghembuskan nafas terakhirnya..
Keadaan ruangan ICU itu pun menjadi ricuh semua panik ,tangisan tidak bisa
tertahan…

“I love u endless Devan Adiwarna Abian”


Saat kejadian itu Nirmala merasa kecewa kepada dirinya sendiri karena ia tidak
bisa ada saat kekasihnya itu sedang di masa kritis, dan ia sudah dibodohi
dengan Devan yang selalu terlihat Bahagia, padahal didalam dirinya ada luka
yang begitu dalam

“SAKIT ADALAH KETIKA

KITA HARUS MELEPASKAN

SESEORANG YANG DI PAKSAKAN

OLEH KEADAAN”

Anda mungkin juga menyukai