Anda di halaman 1dari 40

HUBUGAN ANTARA PENDIDIKAN, PEMBANGUNAN, DAN

TANTANGAN GLOBAL

OLEH

PASCHAL DAVID BISSILISIN


[2001050043]
WALDETRUDIS MANTUL
[2301050013]
ALDO GILBERT NGASU
[2301050016]
RUBY WELFIN SUMBA
[2301050038]
RIVALDY ANTHONIUS PINGA
[2301050041]

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................. ...2

PEMBAHASAN...........................................................................................3

A. PENDIDIKAN ILMU TEKNOLOGI DAN PEMBANGUNAN.............3


1. Pengertian pendidikan ilmu teknologi dan pembangunan...........................................3
2. Tujuan pendidikan ilmu teknologi dan pembangunan................................................4
3. Apa keberagaman persepsi konsep pendidikan teknologi dan pembangunan.............6
4. Bagaimana peran pendidikan ilmu teknologi dan pembangunan................................8

B. SISTEM PENDIDIKAN,PEMBANGUNAN INDONESIA


DAN GLOBALISASI.................................................................................................9
1. Sistem pendidikan .....................................................................................................9
2. Pembangunan indonesia...........................................................................................12
3. Pendidikan dan Pembangunan..................................................................................15
4. Pengaruh globalisasi terhadap pendidikan................................................................20
C. APA YANG BISA DILAKUKAN UNTUK MENYONGSONG TERJADI
GLOBALISASI............................................................................................................24
1. Pendidikan Global.....................................................................................................24
2. Penguatan global.......................................................................................................25
3. Penguatan teknologi..................................................................................................25
4. Pemberdayaan masyarakat........................................................................................26

PENUTUP............................................................................................................................37

A. Kesimpulan...............................................................................................................37
B. Saran.........................................................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................38

ii
A. PENDIDIKAN ILMU TEKNOLOGI DAN PEMBANGUNAN
1. Pengertian pendidikan ilmu teknologi dan pembangunan
Pendidikan, ilmu, teknologi, dan pembangunan saling terkait dan memiliki peran

penting dalam perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan proses untuk

mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan nilai, sementara ilmu adalah pengetahuan

yang diperoleh melalui studi dan pengamatan. Teknologi merujuk pada penggunaan

pengetahuan ilmiah untuk tujuan praktis, sementara pembangunan mencakup

pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial, dan peningkatan kualitas hidup. Teknologi

pendidikan didasarkan pada pengetahuan teoritis dari berbagai disiplin ilmu seperti

pendidikan, psikologi, sosiologi, kecerdasan buatan, dan ilmu komputer Selain itu,

teknologi pendidikan merupakan proses mengintegrasikan teknologi ke dalam

pendidikan dengan cara yang mendukung proses pembelajaran Dalam konteks

pembangunan pendidikan, teknologi pendidikan telah berperan dalam memfasilitasi

proses pembelajaran dan meningkatkan kinerja pendidikan.Hal ini menunjukkan

bahwa teknologi pendidikan memiliki peran integral dalam sistem pendidikan dan

pembangunan pendidikan.Pendidikan dan pembangunan saling terkait, di mana

kemajuan ekonomi banyak bergantung pada dukungan ilmu pengetahuan dan

teknologi Investasi dalam pendidikan di semua tingkat diharapkan dapat

meningkatkan pendapatan dan produktivitas, serta menjadi jalan menuju kemajuan

dan kesejahteraan sosial dan ekonomi Dengan demikian, pendidikan, ilmu, teknologi,

dan pembangunan memiliki hubungan yang erat, di mana teknologi pendidikan

memainkan peran penting dalam pembangunan pendidikan dan kemajuan masyarakat

secara keseluruhan. Pendidikan ilmu teknologi dan pembangunan adalah bidang yang

berkaitan dengan pengembangan teknologi dan penerapannya dalam pembangunan.

iii
Teknologi pendidikan memiliki landasan falsafah dan teori yang dikembangkan dari

berbagai ilmu pengetahuan atau disiplin lain, seperti pendidikan, komunikasi,

psikologi, sistem, ekonomi, manajemen, serta sosial budaya. Teknologi pendidikan

juga mengandung cara khusus yang sebelumnya tidak digunakan, yang dikenal

sebagai landasan epistemologik, yaitu lintas disiplin (isomeristik), sinergistik,

sistemik, sistematik, inovatif dan integratif. Pendidikan menduduki posisi sentral

dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM. Oleh sebab

itu, pendidikan juga merupakan alur untuk mengembangkan teknologi baru dan

menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi.

2. Tujuan pendidikan ilmu teknologi dan pembangunan

Tujuan pendidikan ilmu teknologi dan pembangunan adalah untuk meningkatkan

kualitas pendidikan melalui pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran, memperluas

akses pendidikan, dan memperkaya metode pengajaran. Selain itu, teknologi

pendidikan juga dapat memperkuat peranannya dalam pendidikan formal maupun

informal, serta membantu dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui

pemanfaatan inovasi dan perkembangan teknologi. Dalam pembangunan pendidikan,

teknologi pendidikan juga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas sekolah, serta

membantu dalam pengembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) secara

dini.

Kesadaran akan pentingnya teknologi pendidikan dalam pembangunan pendidikan sangat

diperlukan untuk memastikan kemajuan yang berkelanjutan :

1. Pentingnya Teknologi Untuk Pendidikan

Meningkatnya teknologi di era globalisasi yang serba modern ini bisa kita terapkan

pada dunia pendidikan sebagai fasilitas lebih dan serba canggih untuk memperlancar

iv
proses pembelajaran yang disampaikan. Disini pentingnya teknologi untuk selalu

diikuti perkembangannya.

a. Penggunaan teknologi terbukti dapat meningkatkan minat belajar anak karena

tampilan yang lebih menarik sehingga akan terhindar dari rasa jenuh selama

mengikuti pelajaran. Seperti di Indonesia yang sebagian besar sekolah masih

belum menggunakan teknologi dalam pendidikan

b. Teknologi dalam pembelajaran Makna dari teknologi pembelajaran merupakan

aplikasi atau media yang telah dirancang secara modern dan dimanfaatkan sebagai

teori dan praktik dalam pembelajaran, sebagai sumber belajar. Saat ini teknologi

yang sudah bayak digunakan dalam dunia pendidikanadalah teknologi Informasi.

Adanya informasi yang digunakan untuk media pembelajaran dapat berdampak

positif bagi para siswa, yaitu mereka bisa lebih mudah dalam mencari informasi

yang diperlukan selama proses pembelajaran. Media yang bisa digunakan adalah

dengan menyediakan komputer dan Internet di tiap-tiap sekolah.

c. Manfaat Teknologi dalam dunia pendidikan

1. MENAMBAH INFORMASI

Manfaat pertama pengunaan teknologi adalah sebagai sarana pendukung bagi

siswa dan pendidik untuk mencari informasi yang lebih luas, selain menggunakan

sumber dari buku dan media cetak.

2. MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR

Hal ini terjadi karena informasi yang ada di Internet lebih update sehingga para

siswa bisa dengan mudah mengakses informasi-informasi baru yang diperlukan, di

bawah pengawasan guru.

v
3. MEMUDAHKAN AKSES BELAJAR

Proses pembelajaran dapat dipemudah dengan adanya teknologi dalam

pendidikan. Misalkan guru dapat memberikan materi atau tugas belajar melalui

email sehingga peserta didik bisa segera menyelesaikan dan mengumpukan tugas

tersebut.

4. MATERI LEBIH MENARIK

Penggunaan teknologi dalam pendidikan dapat membuat peserta didik lebih

nyaman dan tidak terkesan jenuh atau monoton. Karena penyampaian informasi

melalui teknologi cangging terlihat lebih variatif dan modern.

5. MENINGKATKAN MINAT BELAJAR

Informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap serta akses yang mudah didapatkan

dapat membuat siswa lebih minat dalam melaksanakan pembelajaran

3. Apa keberagaman persepsi konsep pendidikan teknologi dan pembangunan

Pendidikan ilmu, teknologi, dan pembangunan telah menjadi topik yang semakin

relevan dalam konteks global saat ini. Secara tradisional, pendidikan dianggap

sebagai landasan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

untuk sukses dalam kehidupan. Namun, dengan kemajuan teknologi, semakin

penting untuk menyatukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan pembangunan dalam

konteks pendidikan Terdapat beragam persepsi mengenai konsep pendidikan ilmu,

teknologi, dan pembangunan. Beberapa pihak mungkin melihat pendidikan ilmu

sebagai fondasi yang diperlukan untuk memahami prinsip-prinsip dasar alam

semesta, sementara yang lain mungkin menekankan pada pengembangan teknologi

vi
dan inovasi sebagai elemen kunci dalam pendidikan modern. Namun, ada juga

pandangan yang menyoroti pentingnya pendidikan dalam konteks pembangunan

berkelanjutan, yang mencakup aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.Dalam

konteks global, pendidikan ilmu, teknologi, dan pembangunan juga menghadapi

tantangan dan peluang yang unik. Di satu sisi, kemajuan teknologi telah membuka

pintu bagi akses yang lebih luas terhadap pengetahuan dan inovasi. Namun, di sisi

lain, kesenjangan dalam akses terhadap pendidikan dan teknologi juga semakin

memperluas divisi antara negara maju dan berkembang.Pentingnya pendidikan ilmu,

teknologi, dan pembangunan juga tercermin dalam tujuan pembangunan

berkelanjutan PBB. Tujuan ini menekankan pentingnya pendidikan yang inklusif,

merata, dan bermutu untuk semua, serta perlunya mempromosikan kesetaraan

gender dan memperkuat kapasitas untuk pembangunan berkelanjutan.Dalam

menghadapi kompleksitas konsep ini, pendekatan yang holistik dan terintegrasi

terhadap pendidikan ilmu, teknologi, dan pembangunan menjadi semakin penting.

Pendekatan ini tidak hanya mencakup pengajaran materi kurikulum yang relevan,

tetapi juga pengembangan keterampilan abad ke-21, seperti pemecahan

masalah.Pendidikan ilmu teknologi dan pembangunan merupakan topik yang

penting dalam konteks global saat ini. Berbagai ahli pendidikan, ilmuwan, dan

pemikir telah memberikan pandangan mereka terkait dengan konsep ini. Dalam

artikel ini, kita akan mengeksplorasi persepsi konsep pendidikan ilmu teknologi dan

pembangunan menurut para ahli.Pendidikan untuk Kemajuan Teknologi dan

Pembangunan Menurut Profesor Sugata Mitra, seorang ahli pendidikan di bidang

teknologi, pendidikan ilmu teknologi dan pembangunan harus bertujuan untuk

mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan teknologi dan memanfaatkan

teknologi secara produktif. Mitra berpendapat bahwa pendidikan harus

vii
memungkinkan siswa untuk menjadi pembuat teknologi, bukan hanya pengguna

teknologi. Hal ini mencakup pembelajaran keterampilan komputasi, pemrograman,

dan inovasi teknologi. Pendidikan untuk Berkelanjutan dan Pembangunan

Berkelanjutan Dari sudut pandang pembangunan berkelanjutan, Dr. Gro Harlem

Brundtland, mantan Perdana Menteri Norwegia dan Ketua Komisi Brundtland,

menekankan pentingnya pendidikan ilmu teknologi dan pembangunan yang

berkelanjutan. Menurut Brundtland, pendidikan harus mempersiapkan individu

untuk memahami dan mengatasi tantangan lingkungan, sosial, dan ekonomi yang

dihadapi oleh masyarakat global. Pendidikan juga harus mempromosikan kesadaran

akan pentingnya keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial, dan

kelestarian lingkungan

Pendidikan untuk Pemberdayaan Masyarakat Dari perspektif pemberdayaan

masyarakat, Dr. Paulo Freire, seorang ahli pendidikan kritis, menekankan bahwa

pendidikan ilmu teknologi dan pembangunan harus membebaskan individu dari

ketidakadilan, kesenjangan, dan penindasan melalui pemahaman ilmu pengetahuan

dan teknologi. Freire berpendapat bahwa pendidikan harus membantu masyarakat

untuk menjadi agen perubahan yang bertanggung jawab atas perkembangan

teknologi dan pembangunan.

4. Bagaimana peran pendidikan ilmu teknologi dan pembangunan

1. Pendidikan Ilmu Teknologi dan Pembangunan: Membangun Masa Depan yang

Berkelanjutan :Pendidikan ilmu teknologi dan pembangunan memiliki peran penting

dalam membentuk masa depan yang berkelanjutan. Dalam konteks globalisasi dan

kemajuan teknologi, pendidikan ini menjadi kunci utama dalam mempersiapkan

individu untuk menghadapi tantangan dan peluang di era modern. Dalam artikel ini,

viii
kita akan mengulas secara rinci tentang berbagai aspek terkait dengan pendidikan

ilmu teknologi dan pembangunan.

2. Pendidikan Ilmu Teknologi dan Pembangunan: Definisi dan Tujuan Pendidikan ilmu

teknologi dan pembangunan memiliki fokus utama pada pengembangan pengetahuan

dan keterampilan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat

diterapkan untuk memajukan pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Tujuan

utamanya adalah untuk menciptakan individu yang mampu mengembangkan solusi

inovatif untuk permasalahan global, seperti perubahan iklim, keberlanjutan energi,

dan ketimpangan ekonomi.

3. Manfaat Pendidikan Ilmu Teknologi dan Pembangunan Pendidikan ilmu teknologi

dan pembangunan memiliki manfaat yang luas, tidak hanya bagi individu, tetapi juga

bagi masyarakat dan lingkungan. Dengan pendidikan ini, individu akan mampu

mengembangkan kemampuan analisis, pemecahan masalah, dan inovasi, yang

merupakan keterampilan penting dalam menghadapi tantangan kompleks di era

digital. Selain itu, pendidikan ini juga memberikan landasan pengetahuan yang kuat

dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, yang sangat dibutuhkan dalam

mengembangkan solusi berkelanjutan.

4. Tantangan dalam Pendidikan Ilmu Teknologi dan Pembangunan Meskipun memiliki

manfaat yang besar, pendidikan ilmu teknologi dan pembangunan juga dihadapkan

pada berbagai tantangan. Salah satunya adalah aksesibilitas pendidikan ini bagi

masyarakat yang kurang mampu. Selain itu, kurangnya kesadaran akan pentingnya

ilmu teknologi dan pembangunan juga menjadi hambatan dalam memperluas

jangkauan pendidikan ini.

ix
5. Implikasi dan Signifikasi Pendidikan Ilmu Teknologi dan Pembangunan

Pendidikan ilmu teknologi dan pembangunan memiliki implikasi dan signifikansi

yang penting dalam mendorong kemajuan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dalam

era globalisasi dan inovasi teknologi yang terus berkembang, peran pendidikan dalam

bidang ini menjadi semakin krusial. Artikel ini akan membahas implikasi dan

signifikansi utama dari pendidikan ilmu teknologi dan pembangunan serta dampaknya

pada berbagai aspek kehidupan.

 Kemajuan Ekonomi :Pendidikan ilmu teknologi dan pembangunan memainkan

peran penting dalam menghasilkan individu yang terampil dan terdidik di bidang

teknologi dan ilmu pengetahuan yang mendorong inovasi. Hal ini mendorong

pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan

produktivitas, dan pengembangan industri berbasis teknologi.

 Pembangunan Berkelanjutan :Pendidikan di bidang ini juga memberikan

pemahaman yang mendalam tentang pentingnya pembangunan berkelanjutan dan

lingkungan. Individu yang terdidik dalam ilmu teknologi dan pembangunan akan

mampu menciptakan solusi inovatif yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,

sehingga membantu melindungi sumber daya alam dan mengurangi dampak

negatif terhadap lingkungan.

 Peningkatan Kualitas Hidup :Dengan pemahaman yang mendalam tentang

teknologi, individu yang terdidik dalam bidang ini mampu meningkatkan kualitas

hidup melalui pengembangan teknologi kesehatan, infrastruktur yang lebih

efisien, dan akses informasi yang lebih luas. Hal ini berkontribusi pada

peningkatan standar hidup masyarakat secara keseluruhan.

x
B. SISTEM PENDIDIKAN,PEMBANGUNAN INDONESIA DAN

GLOBALISASI

1. Sistem pendidikan

a.Pengertian Sistem

Istilah sistem berasal dari bahsa Yunani “systema”, yang berarti


sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan
merupakan suatu keseluruhan. Zahara Idris mengemukakan bahwa sistem adalah
suatu kesatuan yang terdiri atas komponenkomponen atau elemen-elemen atau
unsur-unsur sebagai sumbersumber yang mempunyai hubungan fungsional yang
teratur, tidak sekedar acak, yang saling membantu untuk mencapai suatu hasil
(product).

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1984-1985) setiap


sistem mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) Tujuan

b) Fungsi-fungsi

c) Komponen-komponen

d) Interaksi atau saling berhubungan

e) Penggabungan yang menimbulkan jalinan perpaduan

f) Proses transformasi

g) Umpan balik untuk koreksi

h) Daerah batasan dan lingkungan1

b.Pendidikan Sebagai Suatu Sistem

Pendidikan merupakan usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.


Suatu usaha pendidikan menyangkut tiga unsur pokok, yaitu unsur masukan,
unsur proses usaha itu sendiri, dan unsur hasil usaha.

xi
Masukan usaha pendidikan ialah peserta didik dengan berbagai ciri-ciri
yang ada pada diri peserta didik itu (antara lain, bakat, minat,
kemampuan,keadaan jasmani). Dalam proses pendidikan terkait berbagai hal,
seperti pendidik, kurikulum, gedung sekolah, buku, metode mengajar, dan lain-
lain, sedangkan hasil pendidikan dapat meliputi hasil belajar setelah selesainya
suatu proses belajar mengajar tertentu.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan pula bahwa


“pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsurunsur tujuan/sasaran
pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur/jenjang, kurikulum dan
peralatan/fasilitas.2

c.Pengertian Sistem Pendidikan

Yang dimaksud dengan sistem adalah jumlah keseluruhan dari bagian-


bagiannya yang saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan
bedasarkan kebutuhan yang telah ditanamkan.Secara teoritis , suatu sistem
pendidikan terdiri dari komponenkomponen atau bagian-bagian yang menjadi inti
dari proses pendidikan. Adapun komponen atau faktor-faktor tersebut terdiri
dari:34

1. Tujuan

Tujuan disebut juga cita-cita pendidikan yang befungsi untuk memberikan


arah terhadap semua kegiatan dalam proses Pendidikan

2. Peserta Didik

Fungsinya adalah sebagai objek yang sekaligus sebagai subjek pendidikan.

3. Pendidik

Berfungsi sebagai pembimbing pengaruh,untuk menumbuhkan


aktivitas peserta didik dan sekaligus sebagai pemegang tanggung
jawab terhadap pelaksanaan pendidikan.

4. Alat Pendidikan
2
3
4

xii
Maksudnya adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang berfungsi untuk mempermudah atau
mempercepat tercapainya tujuan pendidikan.

5. Lingkungan

Lingkungan berfungsi sebagai wadah atau lapangan terlaksananya proses


pendidikan.

d.Sistem Pendidikan Nasional

Menurut Sunarya, Pendidikan nasional adalah sistem pendidikan yang berdiri di atas
landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa dan tujuannya bersifat
mengabdi kepada kepentingan dan citacita nasional bangsa tersebut.

Sementara itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, merumuskan


bahwa pendidikan nasional ialah suatu usaha yang membimbing para warga
negara Indonesia menjadi Pancasila, yang berpribadi, berdasarkan akan
Ketuhanan berkesadaran masyarakat dan mampu membudayakan alam sekitar.

Dalam Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional pada Bab I Pasal 2 berbunyi: Pendidikan Nasional adalah pendidikan
yang berakar dari pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945. Dasar ini dapat dilihat dari Pembukaan UUD 1945 alinea 4
batang tubuh UUD 1945 Bab XIII Pasal 31.5

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,


bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sistem pendidikan.

2. Pembangunan indonesia

xiii
Pembangunan di Indonesia merupakan amanat konstitusi (UUD 1945). Ditegaskan
bahwa tujuan Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Jalan satu-satunya untuk
mencapai tujuan itu adalah pembangunan nasional yang meliputi semua aspek
kehidupan baik politik, ekonomi, maupun sosial budaya bahkan pertahanan-
keamanan.Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia pembangunan
merupakan langkah awal yang dilakukan untuk tercapainya peningkatan kualitas
hidup masyarakat dan tersebarnya hasil-hasil pembangunan secara merata. Seers
menitikberatkan tujuan pembangunan pada tiga hal yaitu untuk mengurangi
kemiskinan, menanggulangi pengangguran, dan mengatasi ketidakadilan dalam
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya (Seers dalam Sudjana, 2004: 178). Data
terakhir menunjukkan bahwa Maret 2010 tingkat kemiskinan di Indonesia mencapai
angka 31.02 juta jiwa atau 13.33 % (Berita Resmi Statistik No. 45/07/Th. XIII, 1 Juli
2010), sedangkan jumlah tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 370 ribu jiwa
pada Februari 2010 (Berita Resmi Statistik No. 33/05/Th. XIII, 10 Mei 2010).
Tingginya angka kemiskinan tersebut khususnya di daerah pedesaan dan terpencil
adalah akibat terjadinya pembangunan yang tidak merata dan berpusat pada kota-kota
besar saja sehingga menimbulkan terjadinya arus urbanisasi yang tinggi dari desa ke
kota. Kemiskinan di pedesaan semakin didukung oleh kondisi masyarakat yang
mengandalkan pertanian saja sebagai sumber perekonomiannya sehingga
menyebabkan angka kemiskinan di pedesaan tidak kunjung menurun. Tingginya
angka kemiskinan juga berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat
khususnya dalam bidang: 1) ekonomi meliputi pemenuhan kebutuhan sandang,
pangan, papan, kesehatan; 2) sosial meliputi aktualisasi diri, partisipasi sosial,
interaksi sosial dan; 3) budaya meliputi pelestarian kebudayaan, proses pewarisan
kebudayaan, terlaksananya sebuah budaya. Eitzen dan Maxine menyatakan ada tiga
gerakan sosial yang dapat mengubah masyarakat, yaitu: (1) resistance movement,
gerakan penolakan yang mencegah perubahan, (2) gerakan reformasi (reform
movement) yang berusaha mengubah bagian penting dari suatu masyarakat, serta
memperbaiki pendidikan wanita, memperbaiki lingkungan, dan usaha kecil. Ini
dilakukan melalui pendidikan atau perubahan peraturan, kebisaaan dan sikap; (3)
gerakan mahasiswa (revolutionary movement), yang mencari pemecahan dengan
perubahan radikal (Eitzen dan Maxine dalam Saleh Marzuki, 2010: 90). Pemerintah

xiv
bekerja sama dengan lembaga-lembaga sosial masyarakat dan lembaga pendidikan
khususnya pendidikan non formal dalam rangka pemerataan pembangunan,
pengurangan jumlah kemiskinan serta pengangguran dengan melakukan gerakan
reformasi melalui pendidikan dan pelatihan serta mencoba memperluas kesempatan
kerja yang ditekankan pada pembangunan industri baik industri besar, sedang ataupun
industri kecil atau industri rumah tangga. Pembangunan industri yang bersifat padat
tenaga kerja di kawasan pedesaan bermaksud untuk mengurangi atau menghentikan
arus urbanisasi dari desa ke kota karena para tenaga kerja dapat terserap oleh industri-
industri yang ada di pedesaan sehingga pemerataan pembangunan dan pengurangan
jumlah kemiskinan dan pengangguran dapat tercapai, sedangkan pendidikan dan
pelatihan merupakan alat yang digunakan untuk membawa masyarakat menyesuaikan
diri, dan mengembangkan diri dengan tuntutan keterampilan dan kecakapan hidup
yang harus dimiliki sebagai salah satu pemenuhan kualifikasi kerja di bidang
industri.Paulston menjelaskan tentang teori fungsi yang menekankan tentang
pentingnya hubungan pendidikan non formal dengan pengembangan sosial, ekonomi
dan budaya (Paulston dalam Sudjana, 2004: 176). Teori ini memberi makna bahwa
pendidikan adalah upaya sadar untuk menumbuhkan dan mengembangkan
mekanisme keseimbangan antara pelestarian nilai-nilai budaya, kesatuan masyarakat,
kestabilan ideologi, dan perkembangan ekonomi dalam kesatuan wilayah. Pendidikan
non formal dalam pengembangan dan pelaksanaan program memperhatikan beberapa
prinsip yakni didasarkan kebutuhan pendidikan dan kebutuhan belajar yang
berkembang di masyarakat; berfungsi membantu masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan belajar; disusun bervariasi sesuai dengan keragaman kebutuhan pendidikan
dan belajar; berperan untuk mewujudkan keterkaitan antara perkembangan sosial dan
kemajuan ekonomi serta memberikan pengaruh baik terhadap pelestarian nilai-nilai
agama dan budaya terhadap perkembangan sosial ekonomi sehingga pengembangan
pendidikan yang bersifat pelatihan fungsional akan lebih tepat dibandingkan
pendidikan kelas yang bersifat teoritis dalam mempersiapkan tenaga kerja dalam
bidang industri. Salah satu bidang industri yang banyak dikembangkan oleh
masyarakat pedesaan khususnya di daerah Kabupaten Bantul adalah industri kerajinan
tanga salah satunya adalah tekstil, pakaian jadi dan kulit. Industri ini banyak
dikembangkan karena secara historis masyarakat di daerah Kabupaten Bantul
memiliki keahlian untuk mengolah bahan mentah kain menjadi barang setengah jadi
berupa kain batik baik itu batik tulis maupun batik cap. Daerah yang saat ini sudah

xv
dikenal sebagai sentra kerajinan batik tulis adalah di Desa Wukirsari, Kecamatan
Imogiri, Kabupaten Bantul. Kemampuan masyarakat Desa Wukirsari dalam bidang
membatik berasal dari pengaruh kerajaan Yogyakarta yang saat itu banyak
mempekerjakan masyarakat Desa Wukirsari untuk menciptakan kain batik yang akan
digunakan oleh keluarga kerajaan. Kemampuan membatik yang diajarkan secara
turun temurun ini kemudian dikembangkan menjadi industri rumah tangga oleh
masyarakat Desa Wukirsari terutama oleh kaum perempuan. Pembatik yang
mayoritas perempuan ini melakoni pekerjaan untuk mencari nafkah pada dasarnya
memiliki beberapa faktor yang mendasari kegiatan mereka mencari nafkah, beberapa
diantaranya adalah karena tuntutan ekonomi rumah tangga serta kesadaran untuk
melestarikan kebudayaan membatik. Sejak terjadinya gempa tahun 2006 di Daerah
Istimewa Yogyakarta perhatian pemerintah maupun lembaga sosial seperti Dompet
Dhu’afa, IRE (Institute Research Empowerment) dan JHS (Jogja Heritage Society)
mulai banyak tercurah pada nasib pembatik di Desa Wukirsari yakni dengan merintis
pendirian kelompok-kelompok batik, sehingga memunculkan beberapa jenis pembatik
diantaranya adalah pembatik lepas, pembatik kelompok dan pembatik lembaga.
Pembatik lepas merupakan jenis pembatik yang tidak terdaftar sebagai anggota
kelompok batik dan bekerja secara lepas atau bisaa juga disebut dengan buruh batik.
Pembatik kelompok adalah jenis pembatik yang terdaftar dalam dalam sebuah
kelompok rintisan lembaga masyarakat. Pembatik lembaga adalah jenis pembatik
yang terdaftar dalam sebuah kelompok dimana kelompok tersebut didirikan atas
inisiatif individu atau dengan kata lain ada seorang pengusaha yang mengakomodir
para pembatik. Pembatik jenis ini bisa juga disebut dengan pembatik pekerja karena
memiliki sistem jam kerja dan pengupahan secara pasti.Munculnya beberapa jenis
pembatik ini selanjutnya memberikan dampak yang berbeda-beda pada penghasilan
pembatik serta kualitas pembatik baik pada pembatik lepas, pembatik kelompok, dan
pembatik lembaga. Oleh karena itu dalam penelitian ini dibahas “Tingkat
Kesejahteraan Pembatik Lepas, Pembatik Kelompok dan Pembatik Lembaga Dilihat
dari Penghasilan di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul”.

xvi
3. Pendidikan dan pembangunan

A. Esensi Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik Temunya

Menurut paham umum kata “pembangunan”lazimnya diasosiasikan dengan pembangunan


ekonomi dan industri yang selanjutnya diasosiasikan dengan dibangunnya pabrik-pabrik,
jalanan, jembatan sampai kepada pelabuhan, alat-alat transportasi, komunikasi, dan
sejenisnya.
Seperti yang dinyatakan dalam GBHN, hakikat pembangunan nasional adalah
pembangunan manusia Indonesia. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa yang menjadi
tujuan akhir pembangunan adalah manusianya, yaitu dapatnya dipenuhi hajat hidup,
jasmaniah dan rohaniah, sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk religius,
agar dengan demikian dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk.
Jika pembangunan bertolak dari sifat hakikat manusia, berorientasi kepada
pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratinya sebagai manusia maka dalam
ruang gerak pembangunan, manusia dapat dipandang sebagai “objek” dan sekaligus juga
sebagai “subjek” pembangunan.
Sebagai objek pembangunan manusia dipandang sebagai sasaran yang dibangun.
Dalam hal ini pembangunan meliputi ikhtisar ke dalam diri manusia, berupa pembinaan
pertumbuhan jasmani, dan perkembangan rohani yang meliputi kemampuan penalaran, sikap
diri, sikap sosial, dan sikap terhadap lingkungannya, tekad hidup yang positif serta
keterampilan kerja.
Manusia sebagai sasaran pembangunan wujudnya diubah dari keadaan yang masih
bersifat “potensial” ke keadaan “aktual”.
Potensi-potensi kebaikan yang perlu dikembangkan aktualisasinya seperti
kemampuan berusaha, berkreasi, kesediaan menerima kenyataan, berpendrian, rasa bebas
yang bertanggung jawab, kejujuran, toleransi, rendah hati, tenggang rasa, kemampuan
bekerjasama, menerima, melaksanakan kewajiban sebagai keniscayaan, menghormati hak
orang lain dan seterusnya.
Manusia dipandang sebagai “subjek” pembangunan karena ia dengan segenap
kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis dan kreatif, baik terhadap sarana
lingkungan alam maupun lingkungan sosial/ spiritual.

xvii
Uraian di atas menunjukkan “status” pendidikan dan pembangunan masing-masing
dalam esensi pembangunan serta antar keduanya.

1. Pendidikan merupakan usaha dalam diri manusia sedangkan pembangunan


merupakan usaha ke luar dari diri manusia.
2. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan dan
hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan sarana, dan
seterusnya).

B. Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan

Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat pada beberapa segi :


(a) Segi sasaran
(b) Segi lingkungan
(c) Segi jenjang pendidikan
(d) Segi pembidangan kerja atau sektor kehidupan

1. Segi Sasaran Pendidikan


Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi
manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi.

2. Segi Lingkungan Pendidikan


Terdiri dari :
1) Lingkungan Keluarga
Di dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan yang baik (habit formation)
tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan, kesopanan, dan moral.
2) Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah (pendidikan formal), peserta didik dibimbing, untuk memperluas
bekal yang telah diperoleh dari lingkungan kerja keluarganya berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
3) Lingkungan Masyarakat
Di lingkungan masyarakat (pendidikan non formal), peserta didik memperoleh bekal praktis
untuk berbagai jenis pekerjaan.
3. Segi Jenjang Pendidikan
Pendidikan dasar merupakan basic education yang memberikan bekal dasar bagi
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Artinya pendidikan tinggi berkualitas, jika
pendidikan menengahnya berkualitas, dan pendidikan menengah berkualitas, jika pendidikan
dasarnya berkualitas.

4. Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan


Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi antara lain : bidang ekonomi,
hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, dan komunikasi, pertanian, pertambangan,
pertahanan, dan lain-lain.

C. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional


xviii
Pada bagian ini akan dikemukakan dua hal, yaitu :

1. Mengapa sistem pendidikan harus dibangun.


2. Wujud pembangunan sistem pendidikan

1. Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun


Adalah logis jika sistem pendidikan yang merupakan sarana bagi manusia untuk
mengantarkan dirinya menuju kepada kesempurnaan itu juga perlu disempurnakan.
Sistem pendidikan sebagai sarana yang menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas
teka-teki mengenai dirinya, juga selalu disempurnakan.
Selanjutnya persoalan pendidikan juga dapat dilihat sebagai persoalan nasional karena
pendidikan berhubungan dengan masa depan bangsa.

2. Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan


Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama lain bertalian erat,
yaitu :
- Aspek filosofis dan keilmuan
- Aspek yuridis atau perundang-undangan
- Struktur
- Kurikulum yang meliputi materi, metodologi, pendekatan, orientasi
a) Hubungan Antar Aspek-Aspek
Aspek filosofis, keilmuan, dan yuridis menjadi landasan bagi butir-butir yang lain,
karena memberikan arah serta mewadahi butir-butir yang lain. Artinya, struktur pendidikan,
kurikulum, dan lain-lain yang lain itu harus mengacu kepada aspek filosofis, aspek keilmuan,
dan aspek yuridis.

b) Aspek Filosofis Keilmuan


Aspek filosofis berupa penggarapan tujuan nasional pendidikan. Bagi kita
pengembangan sifat kodrati manusia itu paralel dengan jiwa Pancasila. Filsafat Pancasila ini
menggantikan secara total falsafah pendidikan penjajah. Penjajah memfungsikan pendidikan
sebagai sarana untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil tetapi bersifat bergantung dan
loyal kepada penjajah.
Pendidikan yang sehat harus merupakan titik temu antara “teori” dengan “praktek”,
demikian kata J. H. Gunning, “Theorie zonder praktijk is voor genieen, praktijk zonder
theorie is voor gekken en schurken”. Teori tanpa praktek hanya cocok bagi orang-orang
pintar, sedangkan praktek tanpa teori hanya terdapat para orang gila.

c) Aspek Yuridis
Kemajuan zaman menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru, khususnya kebutuhan
akan penyempurnaan sistem pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan-kebutuhan
baru tersebut. Jelasnya sistem pendidikan perlu disempurnakan, dan tugas ini hanya dapat
dilakukan dengan mendasarkan diri pada Undang-Undang Pendidikan.

xix
a) Isi UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN) lebih
komprehensif, dalam arti bahwa UU No. 2 Tahun 1989 ini mencakup semua jalur, jenis, dan
jenjang pendidikan.
b) Sifat UU RI No. 2 Tahun 1989 lebih fleksibel dp. UU No. 4/1950 dan UU No. 22/61.
Fleksibilitas ini terlihat dalam hal-hal seperti :
(1) Masih memberi peluang untuk dilengkapi dengan peraturan-peraturan pemerintah
dan keputusan menteri.
(2) Adanya badan pertimbangan pendidikan nasional
(3) Adanya tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga dalam
menyelenggarakan pendidikan sehingga pendidikan dapat mengarah kepada keserasian
pemenuhan tujuan negara di satu pihak dan kepentingan rakyat banyak di pihak yang lain
pada masa mendatang.
c) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tidak hanya bersifat mengatur (seperti UU
Pendidikan yang lalu), tetapi juga memiliki kekuatan hukum yang bersifat memaksa.
d) UU No. 2 Tahun 1989 lebih memperhatikan prospek masa depan.

d) Aspek Struktur
Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya pembenahan
struktur pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama waktu belajar dari
jenjang yang satu ke jenjang yang lain, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya dan
politik.

e) Aspek Kurikulum
Kurikulum merupakan sarana pencapaian tujuan. Jika tujuan kurikuler berubah, maka
kurikulum berubah pula. Perubahan dimaksud mungkin mengenai materinya, orientasinya,
pendekatannya ataupun metodenya.

D. Pembangunan Nasional

1. Batasan
Pembangunan ekonomi berarti suatu proses perubahan struktur produksi (pendapatan
nasional) struktur penduduk dan mata pencaharian (lapangan kerja) dan struktur lalu lintas
barang, jasa dan modal dalam hubungan internasional.
2. Tujuan (masyarakat masa depan)

xx
Pembangunan nasional Indonesia pada akhirnya harus bertujuan mencapai negara
kesatuan yang berkedaulatan rakyat serta adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
3. Strategi pelaksanaan
Strategi dasar pembangunan nasional Indonesia selama kurang lebih 30 tahun, baik
jangka panjang maupun jangka pendek, bertumpu pada pembangunan ekonomi yang terkait
dengan pembangunan bidang-bidang lainnya.
4. Karakteristik
Pembangunan nasional merupakan :
- Bentuk pengamalan Pancasila
- Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya
- Dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap dan berlanjut
- Pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat
- Trilogi pembangunan yaitu : pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan stabilitas sosial
5. Asas :
Terdiri dari
- Kemampuan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
- Manfaat
- Adil dan merata
- Keseimbangan, keserasian, keselarasan dalam perikehidupan
- Mandiri
- Hukum
- IPTEK
6. Kedudukan Pembangunan Pendidikan
Mencakup 7 bidang yaitu :
- Bidang ekonomi
- Bidan kesejahteraan rakyat, pendidikan dan kebudayaan
- Bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
- Bidang IPTEK
- Bidang hukum
- Bidang politik
- Bidang pertahanan dan keagamaan
Peranan pembangunan Nasional
1. Payung pembangunan pendidikan nasional yang berfungsi menjadi salah satu
pembatas lingkungan pembangunan pendidikan nasional, dan parameter atau tolak ukur

xxi
kontribusi keberhasilan fungsi pembangunan pendidikan nasional terhadap pembangunan
nasional.
2. Sumber yang memberikan masukan pada pembangunan pendidikan nasional berupa
hasil-hasil pembangunan seperti informasi, energi (tenaga), bahan-bahan

4. Pengaruh globalisasi terhadap pendidikan


Istilah Globalisasi, pertama kali digunakan oleh Theodore Levitt tahun 1985 yang
menunjuk pada politik-ekonomi, khususnya politik perdagangan bebas dan transaksi keuangan.
Menurut sejarahnya, akar munculnya globalisasi adalah revolusi elektronik dan disintegrasi negara-
negara komunis. Kata "globalisasi" sendiri diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.
Maksudnya lingkupnya meliputi seluruh dunia. Menurut John Huckle, globalisasi adalah suatu proses
dimana kejadian, keputusan dan kegiatan di salah satu bagian dunia menjadi suatu konsekuensi yang
signifikan bagi individu dan masyarakat di daerah yang jauh. Sementara itu, Prijono Tjiptoherjanto
mengemukakan bahwa konsep globalisasi pada dasarnya menagcu pada pengertian ketiadaan batas
Negara. Berdasarkan pendapat tersebut, sehingga globalisasi dapat diartikan sebagai suatu proses
pengintegrasian manusia dengan segala macam aspek-aspeknya kedalam satu kesatuan masyarakat
yang utuh dan yang lebih besar.

Mitos yang hidup selama ini tentang globalisasi adalah bahwa proses globalisasi akan
membuat dunia seragam. Proses globalisasi akan menghapus identitas dan jati diri suatu bangsa. Hal
ini dipertegas oleh pernyataan yang berbunyi, “Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua
dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan
waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia.” (Sujiyanto, 2007:97).
Untuk itu, Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan
berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.

1. Globalisasi dan Pendidikan

Pendidikan di sekolah pada masa lampau berarti guru. Guru sebagai pusat atau sumber utama
dalam pendidikan. Bahkan sayling Wen menuturkan bahwa “guru mampu mempengaruhi pemikiran
seorang siswa, cara pandangnya, dan perilakunya seumur hidup.” (Sayling Wen, 2003:100). Tetapi
sejak globalisasi masuk ke Negara-negara dunia termasuk Indonesia, kedudukan guru bergeser. Guru
tak lagi menjadi pusat dalam pendidikan. Kemajuan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan
hanya dapat dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Di zaman yang berbeda-beda, tuntutan terhadap talenta dan spesialisasi individu juga
berbeda-beda. Zaman agricultural adalah masa bekerja keras dan mencari nafkah lewat kerja fisik.
Zaman industry menuntut standarisasi dan tidak menekankan kualitas dan talenta individual. Tetapi
zaman internet, seperi sekarang ini, merupakan zaman untuk membebaskan kualitas-kualitas individu
yang sering tertindas di zaman industry. Sehingga perlu pendidikan perlu mengadakan system
perubahan. Jika tidak, belajar di sekolah bisa menjadi upaya sia-sia tanpa maksud dan tujuan yang
jelas. Untuk itu, revolusi-revolusi baru telah diterapkan dalam dunia pendidikan Indonesia, termasuk
pengubahan kurikulum dari kurikulum 1994, guru sebagai pusat pembelajaran menjadi kurikulum

xxii
berbasis kompetensi dan kurikulum satuan tingkat pendidikan dengan penerapan CBSA (cara belajar
siswa aktif), yaitu siswa diikutsertakan dalam proses belajar mengajar.

2. Dampak Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan

Dalam dunia pendidikan Indonesia , globalisasi membawa banyak dampak dan efek. Dampak
tersebut tak hanya bersifat positif tapi juga berdampak negative.

2.1 Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia

3.1.1 Pengajaran Interaktif Multimedia

Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada
dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang
berbasis teknologi baru seperti internet dan computer.Apabila dulu, guru menulis dengan
sebatang kapur, sesekali membuat gambar sederhana atau menggunakan suara-suara dan
sarana sederhana lainnya untuk mengkomunikasikan pengetahuan dan informasi. Sekarang
sudah ada computer. Sehingga tulisan, film, suara, music, gambar hidup, dapat digabungkan
menjadi suatu proses komunikasi.

Dalam fenomena balon atau pegas, dapat terlihat bahwa daya itu dapat mengubah
bentuk sebuah objek. Dulu, ketika seorang guru berbicara tentang bagaimana daya dapat
mengubah bentuk sebuah objek tanpa bantuan multimedia, para siswa mungkin tidak
langsung menangkapnya. Sang guru tentu akan menjelaskan dengan contoh-contoh, tetapi
mendengar tak seefektif melihat. Levie dan Levie (1975) dalam Arsyad (2005) yang membaca
kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus kata, visual dan verbal
menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-
tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta
dengan konsep.

3.1.2 Perubahan Corak Pendidikan

Mulai longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk


berkompetisi dan tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak,
membuat dunia politik dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan
perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa perubahan
paradigma pendidikan dari corak sentralistis menjadi desentralistis. Sekolah-sekolah atau
satuan pendidikan berhak mengatur kurikulumnya sendiri yang dianggap sesuai dengan
karakteristik sekolahnya.

3.1.3 Kemudahan Dalam Mengakses Informasi

Dalam dunia pendidikan, teknologi hasil dari melambungnya globalisasi seperti


internet dapat membantu siswa untuk mengaksesberbagai informasi dan ilmu pengetahuan
serta sharing riset antarsiswaterutama dengan mereka yang berjuauhan tempat tinggalnya.

3.1.4 Pembelajaran Berorientasikan Kepada Siswa

xxiii
Dulu, kurikulum terutama didasarkan pada tingkat kemajuan sang guru. Tetapi
sekarang, kurikulum didasarkan pada tingkat kemajuan siswa. KBK yang dicanangkan
pemerintah tahun 2004 merupakan langkah awal pemerintah dalam mengikutsertakan secara
aktif siswa terhadap pelajaran di kelas yang kemudian disusul dengan KTSP yang didasarkan
pada tingkat satuan pendidikan.

Di dalam kelas, siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar-mengajar. Dulu,
hanya guru yang memegang otoritas kelas. Berpidato di depan kelas. Sedangkan siswa hanya
mendngarkan dan mencatat. Tetapi sekarang siswa berhak mengungkapkan ide-idenya
melalui presentasi. Disamping itu, siswa tidak hanya bisa menghafal tetapi juga mampu
menemukan konsep-konsep, dan fakta sendiri.

3.2 Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia

3.2.1 Komersialisasi Pendidikan

Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-


sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait menggambarkan
sebuah kisah tentang pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam
bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan pendidikan menandai
pendekatan kembali ke masa depan. Salah satu ciri utamanya ialah semangat menguji murid
ala Victoria yang bisa menyenangkan Mr. Gradgrind dalam karya Dickens. Perusahaan-
perusahaan ini harus membuktikan bahwa mereka memberikan hasil, bukan hanya bagi
murid, tapi juga pemegang saham.(John Micklethwait, 2007:166).

Kasus kampus UTS tahun 2008 lalu, merupakan bukti nyata kemrosotan nilai-nilai
luhur dalam pendidikan. Gelar dapat diperoleh dengan harga murah. Tanpa harus mengikuti
proses belajar mengajar yang sesuai prosedur. Munculnya sekolah-sekolah swasta elit yang
bersaing menawarkan terobosan-terobosan baru dalam dunia pendidikan yang kebanyakan
hanya sebagai media bisnis. Karena mereka menyodorkan terobosan dalam dunia pendidikan
dengan imbalan uang yang tak sedikit jumlahnya

.
3.2.2 Bahaya Dunia Maya

Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga
dapat memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang
berpengaruh negative bertebaran diinternet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme,
kejahatan,kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan sepertipedafolia, dan
pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun, termasuk siswa. Barang-barang seperti
viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkanmelalui internet. Contohnya, 6 Oktober 2009 lalu
diberitakan salah seorang siswi SMA di Jawa Timur pergi meninggalkan sekolah demi
menemui seorang lelaki yang dia kenal melalui situs pertemanan “facebook”. Hal ini sangat
berbahaya pada proses belajar mengajar.

xxiv
3.2.3 Ketergantungan

Mesin-mesin penggerak globalisasi seperti computer dan internet dapat menyebabkan


kecanduan pada diri siswa ataupun guru. Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak
bersemangat dalam proses belajar mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.

3. Sikap Masyarakat Pendidikan Indonesia Terhadap Globalisasi

Berdasarkan pembahasan pada sub bab sebelumnya, globalisasi merupakan sebuah


keniscayaan. Selalu menampakkan dua wajah yang berbeda, yaitu globalisasi yang menampakkan
wajah positif dan dampak negatif. Dampak positif dapat diterima untuk menambah daftar kekayaan
dalam dunia pendidikan Indonesia. Sedangkan untuk dampak negative, Menolak dan menghindarinya
sangatlah tidak mungkin dilakukan, yang bisa dilakukan adalah mengeliminasi dan mereduksi
dampak negative tersebut. Untuk menghadapi dampak negatif globalisasi terhadap dunia pendidikan
Indonesia, diperlukan sikap tegas dari masyarakat pendidikan itu sendiri, yaitu:

3.1 Menjadikan Pancasila Sebagai Acuan

Pancasila selain sebagai landasan ideologi bangsa Indonesia, juga berperan sebagai
filter. Pengaruh-pengaruh dari luar Indonesia, disaring. Kemudian dikalasifikasikan kedalam
dua golongan :

d. Golongan pertama adalah golongan yang sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa
Indonesia.Golongan pertama ini merupakan golongan yang diterima dan dikembangkan,
agar benar-benar sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa Indonesia.
e. Golongan kedua adalah golongan yang tidak sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa
Indonesia. Sehingga perlu ditindak lanjuti untuk mengurangi bahayanya bagi bangsa
Indonesia.

4.2 Menjadikan Pelajaran-Pelajaran Moral sebagai Pelajaran Wajib

Pelajarn-pelajaran yang menjurus pada pembekalan moral dan perbaikan akhlak


(seperti pendidikan agama, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan) hendaklah dijadikan
pelajaran wajib dalam penyusunan kurikulum. Sehingga siswa tidak hanya dituntut pandai
dalam keilmuan atau spesialisasi dalam bidang-bidang tertentu tetapi juga memiliki moral dan
akhlak yang baik yang tercermin pada setiap tingkah laku maupun ucapannya.

xxv
C. APA YANG BISA DILAKUKAN UNTUK MENYONGSONG TERJADI

GLOBALISASI

1.Pendidikan global

Pendididikan global merupakan merupakan upaya untuk menanamkan suatu pandangan


( Perspective ) tentang dunia kepada para siswa dengan memfokuskan bahwa terdapat saling
keterkaitan antar budaya, umat manusia dan kondisi planet bumi. Pada umum nya, tujuan
pendidikan setiap mata pelajaran untuk kondisi saat ini menekankan pada kemampuan siswa
dalam berfikir kritis ( Critical thinking skills ), namaun ada hal yang unik dalam pendidikan
global, yakni fokus subtansinya yang bersal dari hal hal mendunia yang semakin bercirikan
pluralism interdepedensi dan perubahan. Tujuan Pendidikan global adalah untuk
mengembangkan pengetahuan ( Knowledge ), Keterampilan ( Skills ), dan Sikap ( Attitudes )
yang di perlukan untuk hidup secara efektif dalam dunia yang sumber daya alam nya semakin
menipis dan ditandai oleh keragaman etnis, pluralisme budaya dan semakin ketergantungan.
Perlunya meningkatkan orientasi para siswa dalam wawasan internasional semakin disadari.
Namun demikian, khusus di Indonesia, upaya untuk meningkatkan dan memperluas
pemahaman global pada lembaga pendidikan dasar dan menengah masih perlu di berdayakan.

Kemajuan teknologi, perdagangan anatar Negara, pertukaran budaya, pariwisata,


kepedulian terhadap lingkungan, persaingan pasar, kelangkaan dalam sumber dayaalam dan
semakin ketatnya perlombaan senjata antar Negara adi kuasa merupakan gambaran dari
kondisi masyarakat internasional yang semakin kompleks. Adanya saling ketergantunga
adanya ketergantungan antar bangsa dan Negara menimbulkan bentuk bentuk kerjasama di
berbagai bidang yang sekaligus pula menimbulkan berbagai persaingan dan konflik.
Misalnya ,kerjasama dibidang ekonomi telah menciptakan model blok-blok ekonomi Negara
Negara seperti di eropa berdiri MEE, di Asia berdiri APEC. Akibat dari perkembangan dalam
teknologi yang di iringi pula oelh muncul nya permasalahan adanya kontak atau singgungan
budaya antar bangsa.

Peristiwa atau proses di atas dinamakan proses globalisasi yang berpengeruh pula terhadap
proses pendidikan. The American Association of Colleges for Teacher Education ( AACTE,
1994 ) Mengemukakan bahwa “ globalization said to necessitate changes in teaching, such as
more attention to diverse and universal human values, global system, global issues,
involvement of different kinds of world actors and global history” Dari pernyataan ini
menunjukan bahwa era globalisasi mengharuskan ada nya perubahan dalam strategi dan
metode mengajar antara lain dengan lebih memperhatikan keragaman dan nilai nilai manusia
universal, sistem dan isu isu global serta keterkaitan dengan masyarakat dunia dan sejarah
global.

xxvi
2. Penguatan global

- Dinamika Penguatan Ekonomi:

Globalisasi sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi dunia.Tantangan dalam


distribusi kekayaan global dan ketidaksetaraan ekonomi.Peran teknologi sebagai
katalisator penguatan ekonomi.

- Penguatan Politik dan Diplomasi:

Keterlibatan aktif dalam organisasi internasional dan perjanjian multilateral.Tantangan


terkait kedaulatan negara dan geopolitik global.Diplomasi digital sebagai fenomena baru
dalam arena global.

- Penguatan Sosial dan Budaya:

Perkembangan teknologi informasi sebagai penghubung budaya global.Tantangan


identitas kultural dan pelestarian keberagaman.Peran pendidikan dalam merespons
dinamika penguatan sosial.

- Isu Keamanan Global:

Tantangan terkait keamanan siber dan perang informasi.Kerjasama internasional dalam


penanggulangan ancaman global. Peran organisasi internasional dalam penyelesaian
konflik global

- Penguatan Lingkungan dan Kestabilan Global:

Perubahan iklim sebagai isu utama dalam penguatan lingkungan global.Tantangan dalam
perlindungan sumber daya alam secara berkelanjutan.Kolaborasi internasional untuk
mengatasi masalah lingkungan global.

3. Penguatan teknologi

Penguatan teknologi merujuk pada proses peningkatan dan pemanfaatan teknologi secara
luas untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kemampuan di berbagai bidang
kehidupan. Ini melibatkan pengembangan, adopsi, dan integrasi teknologi baru atau
perubahan signifikan pada teknologi yang sudah ada. Penguatan teknologi mencakup segala
aspek, mulai dari perkembangan perangkat keras dan perangkat lunak hingga penerapan
solusi inovatif dalam berbagai sektor.

Dalam konteks ekonomi, penguatan teknologi sering kali mengacu pada adopsi teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan efisiensi produksi, distribusi, dan
manajemen bisnis. Perusahaan mengintegrasikan sistem otomatisasi dan kecerdasan buatan
untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan, serta mengoptimalkan rantai pasok.

xxvii
Dalam sektor kesehatan, penguatan teknologi mencakup penggunaan perangkat medis
canggih, sistem informasi kesehatan, dan aplikasi telemedicine. Hal ini dapat meningkatkan
diagnosis, perawatan, dan manajemen penyakit dengan memanfaatkan inovasi teknologi
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih efektif dan terjangkau.

Penguatan teknologi juga terlihat dalam sektor pendidikan, di mana penggunaan platform
pembelajaran daring, e-book, dan aplikasi edukasi mengubah cara siswa belajar dan guru
mengajar. Integrasi teknologi dalam pendidikan dapat meningkatkan aksesibilitas dan
kualitas pendidikan, membawa pembelajaran lebih dekat ke seluruh dunia.

Selain itu, penguatan teknologi berkontribusi pada perubahan sosial melalui media sosial,
platform berbagi konten, dan interaksi daring. Teknologi memainkan peran penting dalam
membentuk budaya digital, memfasilitasi komunikasi global, dan mengubah cara individu
berinteraksi satu sama lain.

Pentingnya penguatan teknologi terletak pada potensinya untuk membuka peluang baru,
mengatasi tantangan, dan menciptakan perubahan positif dalam masyarakat global. Meskipun
demikian, juga perlu diperhatikan aspek-aspek etika dan keamanan untuk memastikan
dampak positif teknologi tersebut.

4. Pemberdayaan masyarakat

1. Konsep Pemberdayaan
Empowerment yang dalam bahasa Indonesia berarti “pemberdayaan”, adalah sebuah
konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat kebudayaan
Barat, utamanya Eropa. Memahami konsep empowerment secara tepat harus memahami latar
belakang kontekstual yang melahirkannya. Konsep empowerment mulai nampak sekitar
dekade 70-an dan terus berkembang hingga 1990-an. (Pranarka & Vidhyandika,1996).
Pranarka dan Vidhyandika (Hikmat, 2004) menjelaskan bahwa konsep pemberdayaan
dapat dipandang sebagai bagian atau sejiwa sedarah dengan aliran yang muncul pada paruh
abad ke-20 yang lebih dikenal sebagai aliran ostmodernisme. Aliran ini menitikberatkan pada
sikap dan pendapat yang berorientasi pada jargon antisistem, antistruktur, dan
antideterminisme yang diaplikasikan pada dunia kekuasaan. Pemahaman konsep
pemberdayaan oleh masing-masing individu secara selektif dan kritis dirasa penting, karena
konsep ini mempunyai akar historis dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan
kebudayaan barat. Prijono Dan Pranarka (1996) membagi dua fase penting untuk memahami
akar konsep pemberdayaan, yakni: pertama, lahirnya Eropa modern sebagai akibat dari dan
reaksi terhadap alam pemikiran, tata masyarakat dan tata budaya Abad Pertengahan Eropa
yang ditandai dengan gerakan pemikiran baru yang dikenal sebagai Aufklarung atau

xxviii
Enlightenment, dan kedua, lahirnya aliran aliran pemikiran eksistensialisme, phenomenologi,
personalisme yang lebih dekat dengan gelombang Neo-Marxisme, Freudianisme,
strukturalisme dan sebagainya.
Perlu upaya mengakulturasikan konsep pemberdayaan tersebut sesuai dengan alam
pikiran dan kebudayaan Indonesia. Perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan
Barat diawali dengan proses penghilangan harkat dan martabat manusia (dehumanisasi).
Proses penghilangan harkat dan martabat manusia ini salah satunya banyak dipengaruhi oleh
kemajuan ekonomi dan teknologi yang nantinya dipakai sebagai basis dasar dari kekuasaan
(power).
Power adalah kemampuan untuk mendapatkan atau mewujudkan tujuan. Bachrach
dan Baratz (1970) membuktikan bahwa power adalah konsep rasional (rational concept).
Dalam pandangan mereka, power yang dilakukan A hanya dilakukan dalam hubungan
individu atau kelompok B untuk memenuhi kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan yang
diberikan oleh B yang rela melakukan pilihan atas sanksi yang ada atau akan kehilangan
sesuatu yang lebih tinggi (kekuasaan atau uang). Ironisnya, kekuasaan itu kemudian membuat
bangunanbangunan yang cenderung manipulatif, termasuk sistem pengetahuan, politik,
hukum, ideologi dan religi. Akibat dari proses ini, manusia yang berkuasa menghadapi
manusia yang dikuasai. Dari sinilah muncul keinginan untuk membangun masyarakat yang
lebih manusiawi dan menghasilkan system alternatif yang menemukan proses pemberdayaan.
Sistem alternatif memerlukan proses “empowerwent of the powerless.” Namun empowerment
hanya akan mempunyai arti kalau proses pemberdayaan menjadi bagian dan fungsi dari
kebudayaan, yaitu aktualisasi dan koaktualisasi eksistensi manusia dan bukan sebaliknya
menjadi hal yang destruktif bagi proses aktualisasi dan koaktualisasi eksistensi manusia
(Prijono Dan Pranarka, 1996).
Para ilmuwan sosial dalam memberikan pengertian pemberdayaan mempunyai
rumusan yang berbeda-beda dalam berbagai konteks dan bidang kajian, artinya belum ada
definisi yang tegas mengenai konsep tersebut. Namun demikian, bila dilihat secara lebih luas,
pemberdayaan sering disamakan dengan perolehan daya, kemampuan dan akses terhadap
sumber daya untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, agar dapat memahami secara
mendalam tentang pengertian pemberdayaan maka perlu mengkaji beberapa pendapat para
ilmuwan yang memiliki komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat.
Robinson (1994) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan
sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan
bertindak. Ife (1995) mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kata

xxix
“empowerment,” yang berarti memberi daya, member ”power” (kuasa), kekuatan, kepada
pihak yang kurang berdaya. Segala potensi yang dimiliki oleh pihak yang kurang berdaya itu
ditumbuhkan, diaktifkan, dikembangkan sehingga mereka memiliki kekuatan untuk
membangun dirinya. Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan masyarakat
menekankan kemandirian masyarakat itu sebagai suatu sistem yang mampu mengorganisir
dirinya. Payne (1997) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk
membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan
dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk
mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Paul (1987) menyatakan
bahwa pemberdayaan berarti pembagian kekuasaan yang adil sehuingga meningkatkan
kesadaran politis kekuasaan kelompok yang lemah serta memperbesar pengaruh mereka
terhadap proses dan hasil-hasil pembangunan. Rappaport (1987) mengatakan bahwa
pemberdayaan diartikan sebagai pemahaman secara psikologis pengaruh kontrol individu
terhadap keadaan sosial, kekuatan politik dan hak-haknya. MacArdle (1989) mengartikan
pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang orang secara konsekuen
melaksanakan keputusan itu. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan
melalui kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui
usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, ketrampilan serta sumber lainnya dalam
rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal.
Pemberdayaan dapat diartikan sebagai suatu pelimpahan atau pemberian kekauatan
(power) yang akan menghasilkan hierarki kekuatan dan ketiadaan kekuatan, seperti yang
dikemukakan Simon (1990) dalam tulisannya tentang Rethinking Empowerment. Simon
menjelaskan bahwa pemberdayaan suatu aktivitas refleksi, suatu proses yang mampu
diinisiasikan dan dipertahankan hanya oleh agen atau subyek yang mencari kekuatan atau
penentuan diri sendiri (selfdetermination). Sementara proses lainnya hanya dengan
memberikan iklim, hubungan, sumber-sumber dan alat-alat prosedural yang melaluinya
masyarakat dapat meningkatkan kehidupannya. Pemberdayaan merupakan sistem yang
berinteraksi dengan lingkungan sosial dan fisik. Dengan demikian pemberdayaan bukan
merupakan upaya pemaksaan kehendak, proses yang dipaksakan, kegiatan untuk kepentingan
pemrakarsa dari luar, keterlibatan dalam kegiatan tertentu saja,dan makna-makna lain yang
tidak sesuai dengan pendelegasian kekuasaan atau kekuatan sesuai potensi yang dimiliki
masyarakat.
Sulistiyani (2004) menjelaskan lebih rinci bahwa secara etimologis pemberdayaan
berasal dari kata dasar "daya" yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari

xxx
pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya,
kekuatan atau kemampuan, dan atau proses pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari
pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. Berdasarkan
beberapa pengertian pemberdayaan yang dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa pada hakekatnya pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk memperoleh
atau memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada individu dan masyarakat lemah
agar dapat mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta masalah
yang dihadapi dan sekaligus memilih alternatif pemecahnya dengan mengoptimalkan
sumberdaya dan potensi yang dimiliki secara mandiri.
Pemberdayaan sebagai proses menunjuk pada serangkaian tindakan yang dilakukan
secara sistematis dan mencerminkan pentahapan kegiatan atau upaya mengubah masyarakat
yang kurang atau belum berdaya, berkekuatan, dan berkemampuan menuju keberdayaan.
Makna "memperoleh" daya, kekuatan atau kemampuan menunjuk pada sumber inisiatif
dalam rangka mendapatkan atau meningkatkan daya, kekuatan atau kemampuan sehingga
memiliki keberdayaan. Kata "memperoleh" mengindikasikan bahwa yang menjadi sumber
inisiatif untuk berdaya berasal dari masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, masyarakat harus
menyadari akan perlunya memperoleh daya atau kemampuan. Makna kata "pemberian"
menunjukkan bahwa sumber inisiatif bukan dari masyarakat. Inisiatif untuk mengalihkan
daya, kemampuan atau kekuatan adalah pihak-pihak lain yang memiliki kekuatan dan
kemampuan, misalnya pemerintah atau agen-agen pembangunan lainnya .

2. Proses Pemberdayaan
Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa ”proses pemberdayaan
mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang mene-kankan pada
proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada
masyarakat agar individu lebih berdaya. Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut
sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua
atau kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau
memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa
yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog”.
Kartasasmita (1995) menyatakan bahwa proses pemberdayaan dapat dilakukan
melalui tiga proses yaitu: Pertama: Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang (enabling). Titik tolaknya adalah bahwa setiap manusia
memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada sumberdaya manusia atau

xxxi
masyarakat tanpa daya. Dalam konteks ini, pemberdayaan adalah membangun daya, kekuatan
atau kemampuan, dengan mendorong (encourage) dan membangkitkan kesadaran
(awareness) akan potensi yang dimiliki serta berupaya mengembangkannya. Kedua,
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empo-wering), sehingga
diperlukan langkah yang lebih positif, selain dari iklim atau suasana. Ketiga, memberdayakan
juga mengandung arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah
menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaannya dalam menghadapi yang kuat.
Proses pemberdayaan warga masyarakat diharapkan dapat menjadikan masyarakat
menjadi lebih berdaya berkekuatan dan berkamampuan. Kaitannya dengan indikator
masyarakat berdaya, Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:
(1) mampu memahami diri dan potensinya, mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi
perubahan ke depan), (2) mampu mengarahkan dirinya sendiri, (3) memiliki kekuatan untuk
berunding, (4) memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang
saling menguntungkan, dan (5) bertanggungjawab atas tindakannya.
Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud dengan masyarakat
berdaya adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham termotivasi, berkesempatan,
memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternative, mampu
mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi
dan mampu bertindak sesuai dengan situasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan
masyarakat yang memiliki sifat seperti yang diharapkan harus dilakukan secara
berkesinambungan dengan mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara bertanggungjawab.
Adi (2003) menyatakan bahwa meskipun proses pemberdayaan suatu masyarakat
merupakan suatu proses yang berkesinambungan, namun dalam implementasinya tidak
semua yang direncanakan dapat berjalan dengan mulus dalam pelaksanaannya. Tak jarang
ada kelompok-kelompok dalam komunitas yang
melakukan penolakan terhadap ”pembaharuan” ataupun inovasi yang muncul. Watson (Adi,
2003) menyatakan beberapa kendala (hambatan) dalam pembangunan masyarakat, baik yang
berasal dari kepribadian individu maupun berasal dari sistem sosial:
a. Berasal dari Kepribadian Individu; kestabilan (Homeostatis), kebiasaan (Habit), seleksi
Ingatan dan Persepsi (Selective Perception and Retention), ketergantungan (Depedence),
Super-ego, yang terlalu kuat, cenderung membuat seseorang tidak mau menerima
pembaharuan, dan rasa tak percaya diri (self- Distrust)
b. Berasal dari Sistem Sosial; kesepakatan terhadap norma tertentu (Conformity to Norms),
yang”mengikat” sebagian anggota masyarakat pada suatu komunitas tertentu, kesatuan dan

xxxii
kepaduan sistem dan budaya (Systemic and Cultural Coherence), kelompok kepentingan
(vested Interest), hal yang bersifat sacral (The Sacrosanct), dan penolakan terhadap ”Orang
Luar” (Rejection of Outsiders)

3. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan


Promosi kesehatan adalah suatu proses membantu individu dan masyarakat
meningkatkan kemampuan dan keterampilannya guna mengontrol berbagai faktor yang
berpengaruh pada kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya (WHO).
Promosi kesehatan adalah kombinasi pendekatan pendidikan kesehatan dan pendekatan
organisasi, ekonomi, lingkungan yang seluruhnya mendukung terciptanya perilaku yang
kondusif dengan kesehatan (Mee Lian,1998).
Hubley (2002) mengatakan, bahwa pemberdayaan kesehatan (health empowerment),
melek (sadar) kesehatan (health literacy) dan promosi kesehatan (health promotion)
diletakkan dalam kerangka pendekatan yang komprehensif.Pemberdayaan didiskusikan
dalam kerangka bagaimana mengembangkan kemampuan penduduk untuk menolong
didrinya sendiri (self-eficacy) dari teori belajar sosial.
Freira (dalam Hubley 2002) mengatakan,bahwa pemberdayaan adalah suatu proses
dinamis yang dimulai dari dimana masyarakat belajar langsung dari tindakan. Pemberdayaan
masyarakat biasanya dilakukan dengan pendekatan pengembangan masyarakat.
Pengembangan masyarakat biasanya berisis bagaimana masyarakat mengembangkan
kemampuannya serta bagaimana masyarakat mengembangkan kemampuannya serta
bagaimana meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Apabila kerangka diatas ditelaah, maka yang dimaksud dengan upaya pemberdayaan
berarti serangkaian upaya untuk:
a. Self efficacy , maka upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan
yang terus menerus menggunakan beberapa metode yang cocok, kombinasi komunikasi
massa,komunikasi kelompok serta komunikasi interpersonal. Yang lain adalah memberikan
pelatihan tentang tindakan-tindakan yang diperlukan dalam kesehatan, dalam upaya-upaya
meningkatkan (promotif), upaya pencegahan (preventif), upaya pengobatan (kuratif) maupun
upaya pemulihan (rehabilitatife) sehingga masyarakat mempunyai kemampuan dan
kepercayaan diri untuk mengambil tindakan yang rasional.
b. Health literacy, dimana pada bidang ini diperlukan upaya pendidikan masyarakat tentang
pengenalan tema-tema dan isu kesehatan tertentu dan terkini, serta memberikan pelatihan
sehingga masyarakat yang sudah memahaminya mampu dan mau mengkomunikasikan

xxxiii
kepada anggota masyarakat lain. Sebagai contoh masyarakat mulai diperkenalkan dengan
penyakit-penyakit akibat gaya hidup, misalnya akibat merokok, akibat minum minuman
keras, akibat menyalahgunakan narkotika, dan isu-isu lain.
Dengan demikian, sebenarnya pemberdayaan adalah suatu proses membantu memperkuat
kemampaun masyarakat, sehingga menjembatani jarak komunikasi antara petugas (provider)
dan kelompok sasaran ( target audiences/ communities). Hal ini sangat diperlukan mengingat
sifat dasar dari promosi kesehatan maupun pendidikan kesehatan yang cenderung bersifat
top-down.

4. .Langkah-langkah Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sebagai proses
dan sebagai hasil. Sebagai hasil, pemberdayaan masyarakat adalah suatu perubahan yang
signifikan dalam aspek sosial politik dalam aspek sosial politik yang dialami oleh individu
dan masyarakat, yang seringkali berlangsung dalam waktu yang cukup panjang, bahkan
seringkali lebih dari 7 tahun (Raeburn,1993).
Sebagai suatu proses, Jackson (1989), Labonte (1994), dan Rissel (1994) mengatakan,
pemberdayaan masyarakat melibatkan beberapa komponen berikut, yaitu:
a. Pemberdayaan personal.
b. Pengembangan kelompok kecil.
c. Pengorganisasian masyarakat.
d. Kemitraan.
e. Aksi sosial dan politik.
Dengan demikian,pemberdayaan masyarakat mempunyai spektrum yang cukup
luas,meliputi jenjang sasaran yang diberdayakan (level of objects), kegiatan internal
masyarakat/komunitas maupun eksternal berbentuk kemitraan (partnership) dan jejaring
(networking) serta dukungan dari atas berbentuk kebijakan politik yang mendukung
kelestarian pemberdayaan.
Untuk itu maka pemberdayaan masyarakat dapat dilakasanakan dengan mengikuti
langkah-langkah:
1. Merancang keseluruhan program, termaksud didalamnya kerangka waktu kegiatan,ukuran
program,serta memberikan perhatian kepada kelompok masyarakat yang
terpinggirkan.Perancangan program dilakukan menggunakan pendekatan partisipatoris,
dimana antara agen perubahan (pemerintah dan LSM) dan masyarakat bersama-sama
menyusun perencanaan. Perencanaan partisipatoris (participatory planning) ini dapat

xxxiv
mengurangi terjadinya konflik yang muncul antara dua pihak tersebut selama program
berlangsung dan setelah program dievaluasi.Sering terjadi apabila sutu kegiatan berhasil,
banyak pihak bahkan termaksud yang tidak berpartisipasi, berebut saling claim tentang peran
diri maupun kelompoknya. Sebaliknya jika program tidak berhasil, individu maupun
kelompok bahkan yang sebenarnya berkontribusi atas kegagalan tersebut, saling
menyalahkan.
Perencanaan program pemberdayaan masyarakat harus memperhatikan adanya kelompok
masyarakat yang terpinggirkan (termarginalisasi). Marginalisasi adalah sutu proses sejarah
masyrakat yang kompleks,yang membuat mereka tidak memiliki kemampuan untuk
memenuhi berbagai kebutuhannya, tidak mempunyai akses yang memadai terhadap sumber
daya. Oleh karenanya, untuk menghindari agar ini tidak semakin terpinggirkan, diperlukan
perencanaan yang lebih komprehensif.
2. Menetapkan tujuan. Tujuan promosi kesehatan biasanya dikembangkan pada tahap
perencanaan dan bisanya berpusat pada mencegah penyakit,mengurangi kesakitan dan
kematian dan manajemen gaya hidup melalui upaya perubahan perilaku yang secara spesifik
berkaitan dengan kesehatan. Adapun tujuan pemberdayaan biasanya berpusat bagaimana
masyarakat dapat mengontrol keputusannya yang berpengaruh pada kesehatan dan kehidupan
masyarakatnya.
3. Memilih strategi pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang terdiri
dari lima pendekatan, yaitu: pemberdayaan, pengembangan kelompok kecil, pengembangan
dan penguatan pengorganisasian mayrakat, pengembangan dan penguatan jaringan
antarorganisasi, dan tindakan politik. Strategi pemberdayaan meliputi: pendidikan
masyarakat, mendorong tumbuhnya swadaya masyarakat sebagai pra-syarat pokok
tumbuhnya tanggung jawab sebagai anggota masyarakat (community responsibility),
fasilitasi upaya mengembangkan jejaring antar masyarakat, serta advokasi kepada pengambil
keputusan (decision maker).
4. Implementasi strategi dan manajemen.Implementasi strategi serta manajemen program
pemberdayaan dilakukan dengan cara: a.meningkatkan peran serta pemercaya (stakeholder),
b.menumbuhkan kemampuan pengenalan masalah, c. mengembangkan kepemimpinan local,
d.membangun keberdayaan struktur organisasi, e. meningkatkan mobilisasi sumber daya, f.
memperkuat kemampuan stakeholder untuk “bertanya mengapa?”, g. meningkatkan control
stakeholder atas manajemen program, dan h. membuat hubungan yang sepadan dengan pihak
luar.

xxxv
5. Evaluasi program.Pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung lambat dan lama, bahkan
boleh dikatakan tidak pernah berhenti dengan sempurna. Sering terjadi, hal-hal tertentu yang
menjadi bagian dari pemberdayaan baru tercapai beberapa tahun sesudah kegiatan
selesai.Oleh karenanya, akan lebih tepat jika dievaluasi diarahkan pada proses
pemberdayaannya daripada hasilnya.

5. Pemberdayaan Masyarakat Dan Partisipasi


Pemberdayaan dapat didefinisikan sebagai:
a. To give power or authority (memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuatan, atau
mendelegasikan otoritas ke pihak lain).
b. To give ability to or enable (upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan).
Mendelegasikan wewenang pada hakikatnya adalah memberikan kepercayaan kepada orang/
pihak lain yang kita anggap cukup mempunyai kemampuan. Pendelegasian bukan suatu
kegiatan yang dapat dilakukan tanpa pemikiran yang matang. Orang diberikan wewenang
ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang ketat, sehingga pendelegasian tidak
menyebabkan terganggunya pekerjaan secara keseluruhan.
Pemberdayaan adalah suatu proses aktif, dimana masyarakat yang diberdayakan harus
berperan serta aktif (berpartisipasi) dalam berbagai kegiatan. Dengan demikian nantinya
masyarakat akan mempunyai pengalaman aktual, yang sangat bermanfaat untuk
mengembangkan program sejenis dimasa mendatang.
Partisipasi adalah peran serta aktif anggota masyarakat dalam berbagai jenjang kegiatan.
dilihat dari konteks pembangunan kesehatan,partisipasi adalah keterlibatan masyarakat yang
diwujudkan dalam bentuk menjalin kemitraan diantara masyarakat dan pemerintah dalam
perencanaan, implementasi dan berbagi aktifitas program kesehatan, mulai dari pendidikan
kesehatan, pengembangan program kemandirian dalam kesehatan, sampai dengan mengontrol
perilaku masyarakat dalam menanggapi teknologi dan infrastuktur kesehatan.
Studi Heller (1971) terhadap 260 orang eksekutif bisnis menunjukan bahwa partisipasi
memberikan beberapa manfaat , diantaranya:
1. Meningkatkan kualitas teknis dari pengambilan keputusan.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mengkatkan komuniksi.
4. Memberikan katihan kepada bawahan.
5. Memfasilitasi perubahan.

xxxvi
Dengan demikian dapat dirumuskan adanya tiga dimensi partisipasi,yaitu:
a. Keterlibatan semua unsure atau keterwakilan kelompok [group representation] dalam proses
pengambilan keputusan. namun mengingat sulitnya membuat peta pengelompokan
masyarakat ,maka cara paling mudah pada tahap ini adalah mengajak semua anggota
masyarakat untuk mengikuti tahap ini.
b. Kontribusi massa sebagai pelaksana /implementor dari keputusan yang diambil, ada tiga
kemungkinan reaksi masyarakatyang muncul, yaitu: a.secara terbuka menerima keputusan
dan bersedia melsaksanakan, b. secara terbuka menolaknya, dan c. tidak secara terbuka
menolak, namun menunggu perkembangan yang terjadi.Meskipun demikian, mengambil
keputusan harus terus menerus mendorong agar semua pihak bersikap realistis,menerima
keputusan secara bertanggung jawab, serta secara bersama sama menanggung risiko dari
keputusan tersebut.Hal ini harus disadari,karena program program yang diputuskan adalah
program yang ditujukan untuk masyarakat, oleh karenanya pelaksanya juga masyarakat.
c. Anggota masyarakat secara bersma sama menikmati hasil dari program yang
dilaksanakan.bagian ini penting,sebab sering terjadi karena merasa berjasa, ada pihak tertentu
menuntut bagian manfaat yang paling besar.Oleh karenanya,pada tahap ini perlu ada
keselarasan antara asas pemerataan dan asas keadilan.

Cary (1970) mengatakan, bahwa partisipasi dapat tumbuh jika tiga kondisi berikut terpenuhi:
a. Merdeka untuk berpartisipasi, berarti adanya kondisi yang memungkinkan anggota-anggota
masyarakat untuk berpartisipasi.
b. Mampu untuk berpartisipasi,adanya kapasitas dan kompetensi anggota masyarakat sehingga
mampu untuk memberikan sumbang saran yang konstruktif untuk program.
c. Mau berpartisipasi, kemauan atau kesediaan anggota masyarakat untuk berpartisipasi dalam
program.
Ketiga kondisi itu harus hadir secara bersama-sama.Apabila orang mau dan mampu tetapi
tidak merdeka untuk berpartisipasi,maka orang tidak akan berpartisipasi.
Menurut Ross (1960),terdapat tiga prakondisi tumbuhnya partisipasi,yaitu:
a. Mempunyai pengetahuan yang luas dan latar belakang yang memadai sehingga dapat
mengidentifikasi masalah,prioritas masalah dan melihat permasalahan secara komprehensif.
b. Mempunyai kemampuan untuk belajar cepat tentang permasalahan,dan belajar untuk
mengambil keputusan.
c. Kemampuan mengambil tindakan dan bertindak efektif.

xxxvii
Batasan Ross di atas sebenarnya menuntut prasyarat bahwa orang-orang yang akan
berpartisipasi harus memenuhi persyaratan tertentu,yaitu kompetensi kognisi
tertentu.Pendapat ini mungkin cocok diterapkan pada kelompok masyarakat yang cukup
cerdas, namun mengandung banyak kelemahan apabila diterapkan pada masyarakat yang
“agak terbelakang”.

Menurut Chapin (1939), partisipasi dapat diukur dari yang rendah sampai yang tertinggi,
yaitu:
a. Kehadiran individu dalam pertemuan-pertemuan.
b. Memberikan bantuan dan sumbangan keuangan.
c. Keanggotaan dalam kepanitiaan kegiatan.
d. Posisi kepemimpinan.
Berdasarkan teori Chapin, maka partisipasi yang tertinggi dilakukan oleh
pemimpin.Meskipun terlihat agak kontroversial, namun bisa dapat dipahami,karena dal;am
konteks kepemimpinan,walaupun jumlahnya paling sedikit,pemimpin menentukan
keberhasilanorganisasi.
Apabila dilihat dari subjek partisipasi, Sanders (1958) membedakannya menjadi:
a. Pemimpin-pemimpin lokal,adalah tokoh masyarakat dan pemimpin formal dan non formal
yang mempunyai pengaruh besar dal;am mengambil keputusan dan mendorong anggota
masyarakat untuk melaksanakannya.
b. Penduduk yang profesional, adalah penduduk setempat yang mempunyai kemampuan
tertentu yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan.
c. Pihak luar yang profesional, adalah pihak-pihak diluar kelompok masyarakat, yang diminta
maupun tidak, memberikan bantuan untuk kelancaran kegiatan program.
d. Pekerja serbaguna pengembangan masyarakat yang mempunyai komitmen kuat atas
kemajuan masyarakat,serta senantiasa membantu dan melaksanakan berbagai program yang
ada.Keterbukaan (inclusive) akan sangat membantu terutama dalam konteks keterbatasan
diri,maupun implementasi kemitraan (partnership).
Selanjutnya Sutton dan Kolaja (1960), membagi peran-peran dalam partisipasi program
menjadi tiga, yaitu:
1. Pelaku, adalah pihak yang mengambil peran dan tindakan aktif dalam program.
2. Penerima, adalah pihak yang nantinya akan menerima manfaat dari program yang dijalankan.
3. Publik, adalah pihak yang tidak terlibat secara langsung dalam pelaksanaan program,tetapi
dapat membantu pihak pelaku.

xxxviii
PENUTUP

A. KESIMPULAN
- Pendidikan sebagai Fondasi Pembangunan:
Pendidikan memiliki peran krusial dalam membentuk fondasi pembangunan suatu
negara. Indonesia, sebagai negara berkembang, perlu meningkatkan aksesibilitas,
kualitas, dan relevansi pendidikan sebagai langkah awal untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan. Sumber daya manusia yang terdidik dengan baik
menjadi modal utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan
kemajuan sosial.

- Pendidikan sebagai Sarana Mengatasi Tantangan Global:


Tantangan global seperti revolusi industri 4.0, perubahan iklim, dan pandemi
membutuhkan tenaga kerja yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepekaan
terhadap isu-isu global. Pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang siap
menghadapi perubahan cepat dan kompleksitas tantangan global. Kurikulum yang
inklusif dan responsif terhadap kebutuhan pasar global menjadi kunci.

- Tantangan dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan:


Meskipun upaya untuk meningkatkan aksesibilitas pendidikan telah dilakukan,
tantangan terus muncul dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Diperlukan
investasi dalam pelatihan guru, pengembangan kurikulum yang relevan, dan
penerapan metode pengajaran inovatif. Kualitas pendidikan yang baik merupakan
kunci dalam mempersiapkan generasi mendatang menghadapi tantangan global.

- Adaptasi Pendidikan terhadap Kemajuan Teknologi:


Tantangan global seperti revolusi teknologi dan transformasi digital membutuhkan
sistem pendidikan yang mampu beradaptasi dengan cepat. Integrasi teknologi dalam
pembelajaran, pengembangan keterampilan digital, dan promosi inovasi dalam
pendidikan menjadi langkah krusial agar Indonesia dapat bersaing secara global.

B. SARAN
Penting bagi Indonesia untuk memprioritaskan investasi dalam pendidikan
berkualitas, dengan fokus pada pengembangan keterampilan abad ke-21, integrasi
teknologi, dan peningkatan aksesibilitas. Selain itu, pendidikan berkelanjutan dan
kesadaran lingkungan harus menjadi bagian integral dari kurikulum untuk membentuk
generasi yang peduli terhadap tantangan global. Kerjasama internasional dan evaluasi
sistem pendidikan secara terus-menerus juga diperlukan, sementara pemberdayaan
masyarakat dapat menciptakan dukungan yang lebih besar untuk perubahan dan
reformasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Dengan langkah-
langkah ini, Indonesia dapat membangun fondasi pendidikan yang kuat, menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas, dan bersiap menghadapi kompleksitas
tantangan global.S

xxxix
DAFTAR PUSTAKA
Budi Wahyono., “Defenisi dan Dasar Sistem Pendidikan Nasional”,
http://www.pendidikanekonomi.com/2012/12/definisi-dan-dasar-sistempendidikan.html

Mudyahardjo, Redja. 1995. Pengantar Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Tirtarahardja, Umar. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Wahyudin, Dinn. Dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

xl

Anda mungkin juga menyukai