Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KIAI KHOLIL BANGKALAN, KIAI HASYIM ASY’ARI


dan KIAI AHMAD DAHLAN

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
1. MUHAMMAD ZIDANE
2. SABRINA PASYA HRP
3. SASKIA RAHMADINA SIREGAR
4. SHAHIFAH EL CHAIRI
5. SHEILA NAZURA
6. SUCI YASMIN HARAHAP
7. WAYUGIARSO
8. TRI NURCAHYO MULYA
9. ZAHRATUL AINI LUBIS
10. RAKHA ARYA ALFASYA

Guru MaPel:
Nur Asmah Harahap

MAN 2 Model Medan


TP 2023/2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunianya , kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata pelajaran akidah akhlak yang berjudul Kiai
Kholil Bangkalan, Kiai Hasyim Asy’ari, dan Kiai Ahmad Dahlan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
anggota-anggota yang turut membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.
Kami jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu, keterbatasan waktu dan kemampuan
kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan
Akhir kata, kami berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan setimpal
kepada mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan itu
sebagai ibadah. Amin Ya Rabbal Alamin.
Medan, 17 Januari 2024

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... 2


Daftar Isi ............................................................................................................... 3
Pembahasan ......................................................................................................... 4
1. Keteladanan Kiai Kholil Bangkalan .......................................................... 4
1. 1. Biografi Singkat........................................................................................... 4
1. 2. Profil Keulamaan ........................................................................................ 4
1. 3. Prinsip-prinsip Hidup ................................................................................ 5
1. 4. Kiprah Perjuangan ..................................................................................... 6
1. 5. Hikmah Keteladanan.................................................................................. 7
2. Keteladanan Kiai Hasyim Asy’ari ................................................................... 7
2. 1. Biografi Singkat .......................................................................................... 7
2. 2. Profil Keulamaan ........................................................................................ 8
2. 3. Prinsip-prinsip Hidup ................................................................................ 9
2. 4. Kiprah Perjuangan ..................................................................................... 10
2. 5. Hikmah Keteladanan.................................................................................. 11
3. Keteladanan Kiai Ahmad Dahlan ............................................................. 11
3. 1. Biografi Singkat .......................................................................................... 11
3. 2. Profil Keulamaan ........................................................................................ 12
3. 3. Prinsip-prinsip Hidup ................................................................................ 12
3. 4. Kiprah Perjuangan ..................................................................................... 14
3. 5. Hikmah Keteladanan.................................................................................. 15
Penutup ................................................................................................................. 17
1. Kesimpulan .................................................................................................... 17
2. Saran .............................................................................................................. 17
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 18

3
PEMBAHASAN
1. Keteladanan Kiai Kholil Bangkalan

1.1. Biografi Singkat

Kiai Kholil Bangkalan lahir pada hari Selasa, tanggal 11 Jumadil Akhir 1235 H
bertepatan dengan tanggal 27 Januari 1820 M. Ia berasal dari keluarga ulama, ayahnya
bernama K.H. Abdul Lathif, mempunyai pertalian darah dengan Sunan Gunung Jati.
Ayah Abdul Lathif adalah Kiai Hamim, putra dari Kiai Abdul Karim bin Kiai
Muharram bin Kiai Asror Karomah bin Kiai Abdullah bin Sayyid Sulaiman Basyeiban.
Sayyid Sulaiman inilah yang merupakan cucu dari Sunan Gunung Jati dari pihak
ibu. Pada usia 24 tahun, Kiai Kholil Bangkalan menikahi Nyai Asyik, putri Lodra
Putih.
Sejak kecil, Kiai Kholil Bangkalan telah memiliki keistimewaan yang haus akan
ilmu, terutama ilmu fikih dan nahwu. Bahkan sejak kecil sudah hafal dengan baik 1002
bait Nazam Alfiyah Ibnu Malik, kemudian orang tuanya mengirim ke berbagai Pondok
Pesantren untuk menimba ilmu, di antaranya: belajar kepada Kiai Muhammad Nur di
Pondok Pesantren Langitan, Tuban; pindah ke Pondok Pesantren Cangaan, Bangili
pindah lagi ke Pondok Pesantren Keboncandi: belajar pula kepada Kiai Nur Hasan di
Pondok Pesantren Sidogiri, tujuh kilometer dari Keboncandi.
Sewaktu menjadi santri, Kiai Kholil Bangkalan telah menghafal Matan Alfiyah
Ibnu Malik, menjadi seorang hafiz Al-Qur'an dan mampu membacanya dalam Qira'at
Sabah. Pada usia 24 tahun, Kiai Kholil Bangkalan memutuskan untuk menikah,
kemudian melanjutkan belajar ilmu agama ke Mekah melalui perjalanan laut.

1. 2. Profil Keulamaan

Kiai kholil pernah menaiki keroco bersama kiai syamsul arifin untuk shalat asar di
Mekah karena hampir terlewat di Nusantara.
4
Kiai kholil menyuruh muridnya untuk menyiapkan kandang ayam karena akan
datang jagoan dari Jawa. Saat ia datang, kiai kholil menyuruh nya masuk ke kandang
itu dan berkata "inilah yang kumaksud kan ayam jago dari tanah Jawa yang kelak akan
menjadi jagoan tanah Jawa."

1. 3. Prinsip-prinsip Hidup

•Pantang menyerah dan selalu berusaha


Kiai Kholil ialah seorang yang selalu berusaha dan tidak mudah menyerah pada
keadaan. Hal ini terbukti saat di Jawa, Kholil tak pernah membebani orang tua atau
pengasuhnya, Nyai Maryam. Beliau bekerja menjadi buruh tani ketika belajar di kota
Pasuruan.
Beliau juga bekerja menjadi pemanjat pohon kelapa ketika belajar di kota
Banyuwangi. Dan beliau menjadi penyalin naskah kitab Alfiyah Ibn Malik untuk
diperjual belikan ketika belajar di Makkah. Setengah dari hasil penjualannya diamalkan
kepada guru-gurunya.

•Ketulusan dalam beramal


Ketika ada sepasang suami-istri yang ingin berkunjung menemui Kiai
Kholil, tetapi mereka hanya memiliki “Bentol”, ubi-ubian talas untuk dibawa
sebagai oleh-oleh. Akhirnya keduanya pun sepakat untuk berangkat. Setelah tiba
di kediaman pak kiai, Kiai Kholil menyambut keduanya dengan hangat. Mereka
kemudian menghaturkan bawaannya dan Kiai Kholil menerima dengan wajah
berseri-seri dan berkata, “Wah, kebetulan saya sangat ingin makan bentol”.
Lantas Kiai Kholil meminta “Kawula”, pembantu dalam bahasa jawa untuk
memasaknya. Kiai Kholil pun memakan dengan lahap di hadapan suami-istri
yang belum diizinkan pulang tersebut. Pasangan suami-istri itu pun senang
melihat Kholil menikmati oleh-oleh sederhana yang dibawanya.
Setelah kejadian itu, sepasang suami-istri tersebut berkeinginan untuk
kembali lagi dengan membawa bentol lebih banyak lagi. Tapi sesampainya di

5
kediaman pak kiai, Kiai Kholil tidak memperlakukan mereka seperti
sebelumnya. Bahkan oleh-oleh bentol yang dibawa mereka ditolak dan diminta untuk
membawanya pulang kembali. Dalam perjalanan pulang, keduanya terus
berpikir tentang kejadian tersebut.
Dalam kedua kejadian ini, Kiai Kholil menyadari bahwa pasangan suamiistri
berkunjung pertama kali dengan ketulusan ingin memulyakan ilmu dan
ulama. Sedangkan dalam kunjungan kedua, mereka datang untuk memuaskan
kiai dan ingin mendapat perhatian dan pujian dari Kiai Kholil.

1. 4. Kiprah Perjuangan

Kiai Kholil merupakan salah satu ulama yang dianggap sebagai arsitek atau
perintis lahirnya lembaga pendidikan. Beliau berhasil melahirkan ulama-ulama yang
tidak hanya sekedar mampu mendirikan pesantren, akan tetapi turut serta dalam
membangun basis keilmuan yang berhaluan Ahlussunnah wa al-Jama'ah. Kiai Kholil
memiliki kedalaman ilmu yang luar biasa, oleh karna itulah beliau bisa melahirkan
ulama ulama nusantara yang mampu menjadi pioner lahirnya pesantren di Jawa dan
Madura. Sebagian besar pengurus pesantren tersebut punya sanad dengan Kiai Kholil.
Seperti Kiai Haji Asy'ari, Kiai Abdul Wahab Hasbullah, Kiai Bisri Syamsuri, Kiai
As'ad Syamsul Arifin, dan Kiai Kiai hebat lainnya.
Di tengah masyarakat Madura yang masih sangat kental dengan budaya patronase
(ketundukan) kepada kiai ini, mereka pun menempatkan Kiai Kholil sebagai seorang
ulama terbesar yang pernah ada di Bangkalan Madura. Akibatnya, Kiai Kholil
memainkan banyak peran di pesantren maupun di tengah masyarakat Madura. Hal ini
beliau lakukan untuk membentuk jaringan yang kuat satu sama lain, berdakwah dengan
memberikan ceramah agama hingga ke pelosok desa, berpolitik secara langsung
maupun tidak, serta berkonsentrasi penuh pada proses pendidikan di pesantren yang
dibangunnya.
Kiai Kholil melalui pesantrennya bergerak dan bertanggung jawab untuk
melakukan respon positif sekaligus juga menjadi problem solver bagi masyarakatnya.
Jika tidak, maka besar kemungkinan bahwa pesantren dan dakwah yang dibawakan
6
oleh beliau tidak akan bertahan lama. Justru, peran dan pengaruh beliau masih sangat
kuat di tengah masyarakat Madura; meski saat ini beliau sudah wafat dan dakwah pun
sudah dilanjutkan oleh para keturunannya.

1. 5. Hikmah Keteladanan

Kiai Kholil sejak kecil memiliki semangat dan bakat untuk meneruskan tradisi
leluhurnya sebagai seorang
pendakwah Islam. Di bawah didikan iparnya, Kholil dengan mudah menguasai dasar-
dasar ilmu agama Islam dan ilmu tata bahasa Arab. kiai Kholil adalah seseorang yang
hidup sederhana, cinta ilmu dan akhlak. Selama menempuh pendidikan di Makkah,
kebiasaan hidup sederhana dan prihatin tetap dijalankan seperti waktu dipesantren
Jawa. Kholil lebih sering memakan kulit semangka daripada makanan pada umumnya.
Sedangkan minumannya dari air zamzam, begitu dilakukannya terus menerus selama
empat tahun di mekkah.

2. Keteladanan Kiai Hasyim Asy ‘ari

2.1. Biografi Singkat

K.H. Muhammad Hasyim Asy ‘ari lahir pada hari Selasa 24 Zulqaidah 1287 H
atau pada tanggal 14 Februari 1871 M, di Gedang, Jombang, Jawa Timur. Beliau
merupakan putra ketiga dari sebelas bersaudara. Ayahnya bernama Kiai Asy ‘ari
berasal dari Demak, dan ibunya bernama Halimah yang merupakan putri Kiai Usman.
Ayahnya merupakan pendiri Pesantren Keras di Jombang, sedangkan kakeknya Kiai
Usman, merupakan seorang kiai terkenal yang memimpin dan mengasuh Pesantren
Gedang. K.H. Hasyim Asy ‘ari memiliki sepuluh saudara, yaitu Nafi ‘ah, Ahmad
Shaleh, Radjah, Hasan, Anis, Fathanah, Maimunah, Maksum, Nahrawi, dan Adnan.
K.H. Hasyim Asy'ari merupakan campuran dua darah atau trah, yaitu darah biru
(ningrat, priyayi, keraton), dan darah putih (kalangan tokoh agama, kiai, santri). Asal-
7
usul dan keturunannya tidak dapat dipisahkan dari riwayat dua kerajaan, yaitu Kerajaan
Majapahit dan Kerajaan Islam Demak. Nasabnya dari pihak ayah sampai ke Sunan
Giri. Sedangkan nasabnya dari pihak ibu sampai pada Prabu Brawijaya VI (Raja
terakhir kerajaan Majapahit). Dan keturunan kedelapan dari jaka tingkir (sultan
pajang).
Dalam usia 13 tahun, Kiai Haji Hasyim Asy ‘ari sudah membantu ayahnya
mengajar santri-santri yang lebih tua dari dirinya. Pada usia 15 tahun, Hasyim
meninggalkan kedua orang tuanya, berkelana memperdalam ilmu dari satu pesantren
ke pesantren lain. Hingga bertemu dengan Khadijah putri Kiai Yaqub dan menikah
dengannya, setelah menikah mereka berdua pergi melaksanakan ibadah haji ke Mekkah
dan menetap selama 7 bulan disana namun setelah istri dan anaknya meninggal, beliau
kembali ke tanah air. Kiai Haji Hasyim Asy ‘ari kembali lagi ke Mekkah untuk
melaksanakan haji kedua pada tahun 1893, berangkat bersama adiknya dan menetap
selama hampir 7 tahun untuk mengenyam pendidikan. Setelah itu beliau kembali lagi
ke tanah air dan mendirikan pondok pesantren sendiri pada tanggal 26 Rabiul Awwal
tahun 1317 H atau 3 Agustus tahun 1899 M tepatnya di Dusun Tebuireng, Kecamatan
Diwek, Kabupaten Jombang. Kiai Haji Hasyim Asy'ari wafat pada tanggal 25 Juli 1947
yang kemudian dikebumikan di Tebuireng, Jombang.

2. 2. Profil Keulamaan

Seluruh hidup Hasyim Asy'ari dihabiskan untuk mengabdi menyebarkan agama


Islam, perkembangan pendidikan, dan kemerdekaan Indonesia. kehidupan sehari-
harinya dipenuhi dengan kegiatan dakwah dan mengajar di pondok pesantren yang ia
dirikan. Iya juga disibukkan dengan organisasi perkumpulan para ulama se-jawa Timur
dan Jawa Tengah yang disebut dengan organisasi keagamaan Nahdlatul ulama.
Diorganisasi tersebut ia menjabat sebagai Rais 'am periode 1926 M-2947 M. Mengenai
pendidikan beliau, ia belajar ke negara sumber ilmu keislaman yaitu Mekah. guru
Hasyim Asy'ari yaitu syekh Mahfudz Al tirmisi, beliau banyak belajar tentang hadits
shahih Bukhari dari gurunya tersebut. dari gurunya inilah Hasyim Asy'ari mendapat

8
ijazah untuk mengajar kitab shahih Bukhari. Beliau juga Mendirikan sebuah pesantren
yang sering disebut dengan pesantren Tebuireng, Cukir, Jombang.

2. 3. Prinsip-prinsip Hidup

Hasyim Asy ‘ari merupakan ulama yang cukup produktif dalam menulis. Tulisan
Hasyon Asyari tidak hanya terfokus pada satu disiplin ilmu tertentu, tetapi mencakup
berbagai macam disiplin ilmu, seperti tikih, tasawuf, dan hadis. Ada banyak nasihat
yang tersebar dalam berbagai kitab karangannya, tetapi pada paparan ini disajikan
poin-poin pentingnya saja, antara lain sebagai berikut
Nasihat pertama, "Wahai saudara-saudara sekalian, ingatlah kalian terhadap sesuai
yang penting ini. Ingatlah ketika kalian berada dalam keadaan yang tersembunyi,
terang-terangan dan dengan sengaja, perbuatan dan perkataan kalian itu akan kah
mendekatkan kalian kepada Allah Swt. dan menjadi perantara menuju ke kenikmatan
yang abadi (surga) atau kah justru dipergunakan terhadap perkara yang memakmurkan
dunia kalian dan mengantarkan serta melanggengkan terhadap sesuatu yang melupakan
akhirat?"
Nasihat kedua. "Ingatlah kalian semua, jika kalian hanya menyibukkan diri untuk
mengumpulkan harta maka sesungguhnya kebahagiaan kalian atas itu akan melupakan
akhirat dan tercabutnya rasa manis iman dari hati kalian Ketahuilah! Bentuk rahmat
Allah kepada kahan adalah dengan mengumpulkan kalian semua di perkumpulan yang
baik ini (NU). Perkumpulan ini berdiri atas apa yang diwajibkan pada kalian untuk
memuliakan agama (Islam) dan menghilangkan berbagai bidah. Karenanya,
bersabarlah atas hal tersebut, dan janganlah mengingkari atas hal itu maka taatlah
kepada Allah dan Rasulullah."

Nasihat ketiga. "Untuk menjalankan dua nasihat tersebut bukanlah perkara yang
mudah, pasti akan datang serangkaian cobaan dan aneka fitnah. Allah memerintahkan
kita untuk berjihad menolong agama-Nya (Islam). Barang siapa yang membela Allah
dan mengangkat agama-Nya maka sesungguhnya Allah akan menjaga dengan mata-
Nya yang tak pernah tidur, memuliakannya dengan kemuliaan yang tak ada yang
9
mengunggulinya, dan Allah akan meliputinya dengan kekuasaan-Nya yang tak ada
tandingannya. Allah akan melindunginya dari seluruh manusia. Meskipun Allah
mampu mengalahkannya langsung. akan tetapi Allah akan menguji kalian dengan
sebagian yang lain dan menjadikan yang lain fitnah bagi yang lain. Karenanya,
bersabarlah kalian!"
Hadratus Syekh Kiai Haji Hasyim Asy ‘ari menyerukan jemaah NU khususnya
dan umat Islam di Nusantara umumnya untuk memperhatikan dunia pendidikan dan
ilmu pengetahuan dengan sebaik-baiknya. Beliau benar-benar mewasiatkan agar anak-
anak NU harus berilmu, harus mondok, harus belajar dengan sungguh-sungguh di
lembaga pendidikan yang mumpuni, tentu saja di bawah bimbingan para guru yang
dapat menghantarkan mereka menjadi manusia paripurna.
Hadratus Syekh Kiai Haji Hasyim Asy'ari menyerukan warga NU agar banyak
membaca, menulis, dan aktif dalam kegiatan keilmuan, utamanya belajar mengajar.
Aktivitas-aktivitas itulah yang menjadi penanda sebuah kebangkitan. Beliau
menambahkan, bahwa kunci kemajuan umat ini ada pada ilmu pengetahuan yang
dalam dan lurus. Barang siapa menguasai ilmu pengetahuan maka ia menjadi
terhormat, teladan kemanusiaan, dan panutan.
Lebih jauh dari itu. Hadratus Syekh juga menyerukan untuk berderma dan berinfak
di jalan ilmu. Infak dalam ilmu termasuk infak dan jihad di jalan Allah. Anak-anak
kader NU harus disekolahkan, lembaga-lembaga pendidikan harus banyak dibuka dan
didirikan, bah- kan hingga sampai daerah-daerah pedalaman pun harus mendapatkan
sinar cahaya petunjuk dan peradaban Islam yang rahmatan lil 'alamin.

2. 4. Kiprah Perjuangan

Mendirikan Nahdlatul Ulama Sesampainya di Tanah Jawa, KH Hasyim Asyari


langsung bergerak menyebarkan ajaran Islam melalui pesantren. Namun KH Hasyim
Asyari lebih memilih untuk mendirikan pesantrennya sendiri ketimbang meneruskan
pesantren yang didirikan ayahnya. Pada tahun 1899, KH Hasyim Asyari resmi
mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng .

10
Perkembangan Pesantren Tebuireng ini cukup pesat. Awal didirikan hanya ada 8
santri, namun dalam waktu tiga bulan jumlah santri sudah meningkat menjadi 28 orang.
KH Hasyim Asyari juga aktif memperjuangkan nilai-nilai luhur Islam kepada
masyarakat.
Melawan Penjajah hingga Resolusi Jihad Selain berdakwah dan memimpin
pesantren, KH Hasyim Asyari juga dikenal sebagai sosok pejuang yang menentang
penjajahan di Tanah Air

2. 5. Hikmah Keteladanan

Semasa hidupnya Kiai Haji Hasyim Asy'ari telah berjuang dalam berbagai bidang
kehidupan, kegigihan Kiai Haji Hasyim Asy'ari memerangi kebodohan, kemiskinan
dan menekankan persatuan dan kesatuan bangsa patut diteladani dan terus
digelorakan.Dari pendidikan umat Islam disadarkan betapa pentingnya pendidikan kiai
haji Hasyim Asy'ari telah memberikan contoh sikap tasamuh (toleran) terhadap sesama
muslim. Ia sangat anti penjajahan dan fokus dalam menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa.ia juga berkhidmah kepada gurunya dan berkhidmat pada negara kesatuan
republik Indonesia.

3. Keteladanan Kiai Ahmad Dahlan

3.1. Biografi Singkat

Lahir di Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868. Bernama asli Muhammad


Darwis, keturunan dari Maulana Malik Ibrahim yang merupakan salah satu dari wali
Songo. Ia meninggal di Karang Kajen, Yogyakarta.
Di umur 15, beliau pergi haji dan menetap selama 15 tahun. Ia belajar dengan para
tokoh pembaharu islam.

11
3. 2. Profil Keulamaan

Ahmad Dahlan memiliki nama kecil Muhammad Darwis. Ia adalah anak keempat
dari tujuh bersaudara dan termasuk keturunan dari Mulana Malik Ibrahin yaitu adalah
salah seorang terkemuka di antara para walisongo, yaitu pelopor dari penyebaran
agama Islam di Jawa.
Ketika memasuki usia ke 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi melaksanakan ibadah haji
dan tinggal selama lima tahun di Mekkah. Pada lima tahun periode tersebut, Ahmad
Dahlum pun mulai berinteraksi dengan para pemikir pembaharu dalam agama Islam,
seperti Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Al Afghani hingga Ibnu Taimiyah. Usai
pulang dari Mekkah di tahun 1888, ia kemudian mengganti namanya menjadi Ahmad
Dahlan.
Lalu pada tahun 1903, Ahmad Dahlan pun kembali ke Mekkah dan menetap di
sana selama dua tahun. Ketika ia kembali ke Mekkah untuk kedua kalinya, Ahmad
Dahlan pun memiliki kesempatan untuk berguru kepada Syekh Ahmad Khatib yang
juga guru dari pendiri Nahdlatul Ulama yaitu KH Hasyim Asyari. Kemudian pada
tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan Muhammadiyah di Kauman, Yogyakarta.

3. 3. Prinsip-prinsip Hidup

Menurut pemikiran Kiai Haji Ahmad Dahlan, bahwa Islam perlu didekati serta
dikaji melalui kacamata modern sesuai dengan panggilan dan tuntutan zaman, bukan
secara tradisional. Beliau mengajarkan kitab suci Al-Qur'an dengan terjemahan dan
tafsir agar masyarakat tidak hanya pandai membaca ataupun melagukannya semata,
melainkan dapat memahami makna yang ada di dalamnya sehingga dapat dijadikan
pedoman dalam kehidupan. Dibidang pendidikan, ia mereformasi sistem pendidikan
pesantren zaman itu. Menurutnya, tidak jelas jenjangnya dan tidak efektif metodenya
lantaran mengutamakan menghafal dan tidak merespons ilmu pengetahuan umum.
Karenanya, Kiai Haji Ahmad Dahlan mendirikan sekolah-sekolah agama dengan

12
memberikan pelajaran pengetahuan umum, yaitu sekolah-sekolah dari organisasi
Muhammadiyah yang pada mulanya terbentuk pada 18 November 1912.
Sebagai bukti, dalam sekolah Muhammadiyah, agama diajarkan sebagai mata
pelajaran wajib dan para pelajar diharuskan menaati aturan-aturan agama dalam
sekolah tersebut, pendidikan ilmu pasti dan bahasa asing juga dimasukkan ke dalam
kurikulum. Sistem sekolah
Muhammadiyah juga mempertahankan dimensi Islam yang kuat tetapi hal itu
dilakukan dengan cara yang berbeda dengan sekolah-sekolah Islam yang lebih awal
dengan gaya pesantrennya yang kental. Degan contoh metode dan sistem pendidikan
baru yang di berikannya K. H. Ahmad Dahlan juga ingin memordernisasi sekolah
keagarnaan tradisional.
Di bidang organisasi, pada tahun 1918, beliau membentuk organisasi Aisyiyah
yang khusus untuk kaum wanita. Pembentukan organisasi Aisyiyah, yang juga
merupakan bagian dari Muhammadiyah ini, karena menyadari pentingnya peranan
kaum wanita dalam hidup dan perjuangannya sebagai pendamping dan partner kaum
pria. Sementara untuk pemuda, Kiai Dahlan membentuk Padvinder atau Pandu
sekarang dikenal dengan nama Pramuka dengan nama Hizbul Wathan disingkat H.W.
Di sana para pemuda diajari baris-berbaris dengan genderang, memakai celana pendek,
berdasi, dan bertopi. Hizbul Wathan ini juga mengenakan uniform atau pakaian
seragam, mirip Pramuka sekarang.
Tujuan mulia terkandung dalam pembaruan yang diajarkannya. Segala tindak
perbuatan, langkah dan usaha yang ditempuh Kiai ini dimaksudkan untuk
membuktikan bahwa Islam itu adalah Agama kemajuan. Dapat mengangkat derajat
umat dan bangsa ke taraf yang lebih tinggi. Usahanya ini ternyata membawa dampak
positif bagi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Dan bagi K.H. Ahmad
Dahlan, ajaran Islam tidak akan membumi dan dijadikan pandangan hidup
pemeluknya, kecuali dipraktikkan. Betapa pun bagusnya suatu program, menurut
Dahlan, jika tidak dipraktikkan, tak bakal bisa mencapai tujuan bersama. Karena itu,
K.H. Ahmad Dahlan tidak terlalu banyak mengelaborasi ayat-ayat Al-Quran, tetapi ia
lebih banyak mempraktikkannya dalam amal nyata.

13
3. 4. Kiprah Perjuangan

Diantara para pejuang Islam yang begitu besar kontribusinya untuk bangsa ini
adalah KH. Ahmad Dahlan. Lewat pemikiran, amal, dan perjuangannya KH. Ahmad
Dahlan cukup berhasil membawa bangsa ini menjadi bangsa yang berkemajuan. Dalam
bidang agama, KH. Ahmad Dahlan telah melakukan usaha purifikasi akidah dari segala
macam bentuk tahayul, bid'ah, dan churafat. Dalam bidang pendidikan, KH. Ahmad
Dahlan telah berhasil menciptakan model sekolah yang berbasis integrasi ilmu agama
dan ilmu umum yang merupakan benih dari sekolah Islam modern di Indonesia. Dalam
bidang sosial, lewat gerakan al-Ma'unnya telah berhasil membuat rumah sakit swasta
pertama di Indonesia. Dan masih banyak lagi kontribusi-kontribusi dari KH. Ahmad
Dahlan untuk bangsa ini. Estafet amal dan perjuangan KH. Ahmad Dahlan kemudian
dilanjutkan oleh organisasi Muhammadiyah yang merupakan organisasi yang
beridentitaskan Islam, dakwah amar ma'ruf nahi munkar, dan gerakan tajdid.
Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk
melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin
mengadakan suatu pembaharuan dalam hal cara berpikir dan beramal menurut tuntunan
agama Islam.Berdirinya Muhammadiyah bertepatan pada tanggal 18 November 1912.
Sejak awal. Dahlan telah menetapkan Muhammadiyah sebagai organisasi non-politik
tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.

Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada


Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan tersebut
baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal
22 Agustus 1914. Izin tersebut hanya boleh bergerak dan berlaku di daerah Yogyakarta
Namun demikian, pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran akan
perkembangan organisasi Muhammadiyah sehingga kegiatannya pun dibatasi.
Meskipun pergerakan Muhammadiyah dibatasi tetapi telah berdiri cabang-cabang di
daerah lain, seperti Srandakan, Wonosari, Imogiri, dan lainnya.
Hal tersebut jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda.
Untuk mengatasinya, Kiai Haji Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan menganjurkan
14
agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya, Nurul
Islam di Pekalongan, Al-Munir di Ujung Pandang, dan Ahmadiyah di Garut. Adapun,
di Solo berdin perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathanah (SATF) yang mendapat
pimpinan dari cabang Muhammadiyah, bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri
dianjurkan mengadakan jamaah dan perkumpulan guna mengadakan pengajian
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan
dengan mengadakan tablig ke berbagai kota, di samping juga melalui relasi-relasi
dagang yang dimilikinya. Gagasan tersebut ternyata mendapatkan sambutan yang besar
dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain
berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah.
Seiring berjalannya waktu, Muhammadiyah semakin berkembang hampir di seluruh
Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921 Dahlan mengajukan permohonan
kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah
di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada
tanggal 2 September 1921.
Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan dakwah
Muhammadiyah, Dahlan juga memfasilitasi para anggota Muhammadiyah untuk
proses evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama
hidupnya dalam aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah, telah diselenggarakan dua
belas kali pertemuan anggota (sekali dalam setahun), yang saat itu dipakai istilah
Algemene Vergadering (persidangan umum).

3. 5. Hikmah Keteladanan

Atas jasa-jasa Kiai Haji Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa
Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan maka Pemerintah Republik
Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan
Presiden No. 657 Tahun 1961. Dasar-dasar penetapannya, antara lain: Kiai Haji Ahmad
Dahlan telah memelopori kebangkitan umat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai
bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat untuk masa depan umat dan
bangsanya.
15
Organisasi Muhammadiyah yang didirikan Kiai Haji Ahmad Dahlan, telah banyak
memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut
kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan
Islam. Muhammadiyah telah memelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat
diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa dengan jiwa ajaran Islam.
Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah memelopori kebangkitan wanita
Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum
pria.

16
Penutup

1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang tertera, dapat disimpulkan bahwa sungguh
besar dan luar biasa perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan oleh ketiga Kiai
tersebut .Tidak mengenal letih dan lelah dalam mendakwahkan agama Islam. Berusaha
agar umat Islam terus bersatu dan tidak terpisah, berusaha untuk mengenalkan Islam
kepada mereka yang belum mengenal, mendirikan sekolah-sekolah berpendidikan
Islam atau kerap kita sebut dengan Pesantren sebagai sarana dan prasarana untuk
mengenalkan Islam. Tidak hanya itu, mereka bisa melahirkan ulama-ulama hebat
lainnya. Serta mendirikan organisasi-organisasi Islam yang berdampak besar juga bagi
umat Islam.

2. Saran
Mengingat perjuangan-perjuangan Kiai-kiai yang sudah berusaha dalam
menyebarkan Islam, sebagai generasi muda sudah seharusnya kita juga memiliki
semangat juang serta menghargai perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan mereka.
Oleh karena itu, mari sama-sama saling menasihati. Akan tetapi, sebelum membenahi
orang lain, sebaiknya kita membenahi diri sendiri terlebih dahulu. Karna jika bukan
kita yang memulai, siapa lagi ??

17
Daftar Pustaka

Abdullah, A. (1995). Pendekatan Teologis dalam Memahami Muhammadiyah dalam


Intelektualitas Muhammadiyah Menyingsing Era Baru.

Asep Awaluddin (2020). IMPLEMENTASI


PEMIKIRAN KH. MUHAMMAD KHOLIL BANGKALAN
DAN GENERASI KONTEMPORER

Asrori Mukhtaram (2016). Menelusuri Rekam Jejak Amal dan Perjuangan KH. Ahmad
Dahlan.

A. Yusuf Alfi Syahr (2020). AKIDAH AKHLAK MA KELAS XII.

Hadistswaja, A. (1999). Kyai Haji Ahmad Dahlan dalam Panji Masyarakat.

Junus Salam, (2016). K.H Ahmad Dahlan: Amal dan Perjuangannya.

Muhamad Rifai (2020). KH. Hasyim Asy'ari: Biografi Singkat 1871-1947.

Muhammad Rijal Fadli dan Ajat Sudrajat (2021). Keislaman dan Kebangsaan: Telaah
Pemikiran KH. Hasyim asy'ari, Khazanah, Vol. 18 (1).

Aah Syafaah (2017). MENELUSURI JEJAK DAN KIPRAH KIAI KHOLIL AL-
BANGKALANI.

18

Anda mungkin juga menyukai