Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

NIKMATNYA MENCARI ILMU PENGETAHUAN


DAN INDAHNYA BERBAGI

OLEH :
Kelompok 3
Nur Aeni
Zaki Rosan Putra
Rizki Yunus
Yazid Sidan
Muamar
Zubaeda
Safalda
Hidayat

SMA NEGERI 1 AMPIBABO


KECAMATAN AMPIBABO
KABUPATEN PARIGI MOUTONG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullai Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih pelimpah Cinta. Yang Maha
Penyayang yang tiada terbilang. Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan berkat anugrah-
Nya yang dilimpahkan kepada kami, sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan makalah
Mata Pelajaran “AGAMA ISLAM” ini berjudul “Nikmatnya Mencari Ilmu Dan Indahnya
Berbagi Pengetahuan” tepat sesuai waktu yang di rencanakan. Dan tak lupa pula tim
penyusun kirimkan salam dan salawat kepada nabi junjungan kita Muhammad Sallallahu
A’laihi Wassallam yang telah memberikan penjerahan kepada kita semua.

Tim penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak guru mata Pelajaran
agama Islam. Serta para tim-tim penyusun dan pihak-pihak lain yang turut membantu dalam
penyelesain makalah ini.

Pada makalah ini, tim penyusun memaparkan materi terkait ilmu, ilmu pengetahuan,
bagaimanakah nikmat mencari ilmu dan indahnya berbagi pengetahuan, serta Ayat Al-Qur’an
yang membahas tentang ilmu pengetahuan.

Apabila para pembaca menemukan kekeliruhan, mohon kesediaanya untuk dapat


memberikan pembetulan kepada tim penyusun. Untuk itu kami tim penyusun sangat
berterimakasih dan Insya Allah tim penyusun akan terima dengan tangan terbuka.

Akhirnya, tim penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kami, tim penyusun berusaha dengan sebaik-baiknya dalam menyusun makalah ini, namun
tim penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk dapat
memenuhi harapan dari pembaca yang budiman. Oleh sebab itu kami tim penyusun selalu
mengharapkan kritik berserta saran-saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
tugas selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullai Wabarakatuh.

Ampibabo, 24 Januari 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan.............................................................................................................................1

BAB II........................................................................................................................................2

A. Memahami Makna Menuntut Ilmu dan Keutamaannya..................................................2

B. Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Ilmu Pengetahuan...........................................................4

C. Hadis tentang Mencari Ilmu dan Keutamaannya............................................................6

BAB III.......................................................................................................................................7

A. Kesimpulan.....................................................................................................................7

B. Saran................................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak
tegak dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal
Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan
jalan yang paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya. Barangsiapa yang
menempuh jalan tersebut, tidak akan menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya.
Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak bisa menjalani
hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di manfaatkan
oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan dibodohi oleh orang lain. Oleh
karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran carilah ilmu demi
kelangsungan hidup yang lebih baik. Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib
(fardhu). Para ahli fiqih mengelompokannya dua bagian,yaitu Fardhu ‘ain dan Fardhu
kifayah.
Orang yang berilmu sangat dimuliakan oleh Allah SWT dan akan diangkat
derajatnya oleh Allah SWT. Sehingga Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi
kedudukan dan martabatnya, menjadi agung dan mulia kehormatannya. Para ulama
bagaikan lentera penerang dalam kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin yang
membawa petunjuk dengan ilmunya, mereka mencapai kedudukan al-Akhyar (orang-
orang yang penuh dengan kebaikan) serta derajat orang-orang yang bertaqwa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Bagaimana perintah menuntut ilmu dalam islam ?
2. Bagaimana keutamaan orang yang berilmu dalam islam ?
3 Bagaimana kedudukan Ulama dalam islam ?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memahami perintah menuntut ilmu dalam islam.
2. Untuk menjelaskan keutamaan orang yang berilmu dalam islam.
3. Untuk menjelaskan kududukan Ulama dalam islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Memahami Makna Menuntut Ilmu dan Keutamaannya


Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan
tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah dan
sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan yang
paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya. Barangsiapa yang menempuh jalan
tersebut, tidak akan menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya. Jumhur ulama
sepakat, tidak ada dalil yang lebih tepat selain wahyu pertama yang disampaikan Allah
SWT kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw sebagai landasan utama perintah untuk
menuntut ilmu. Dijelaskannya pula sarana untuk mendapatkannya, disertai bagaimana
nikmatnya memiliki ilmu, kemuliaannya, dan urgensinya dalam mengenal ke-Maha
Agung-an Sang Khalik dan mengetahui rahasia penciptaan serta menunjukkan tentang
hakikat ilmiah yang tetap. Sebagaimana firman-Nya :“Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantara kalam (baca tulis). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”. (Q.S. Al ‘Alaq [96]: 1-5). Dalam ayat yang lain, Allah SWT juga
berfirman : “…Katakanlah : “ Adakah sama orang-orang yang mengetahui (ilmu agama
Islam) dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran”. (Q.S. Az Zumar [39]: 9). 3 Keutamaan Menuntut Ilmu
Keutamaan menuntut ilmu dapat kita lihat pada kisah Imam Syafiiy Yang mulia Imam
Syafiiy dilahirkan pada bulan Rajab tahun 150 H (767 M) di Ghazab dalam keadaan
yatim. Pada usia 2 tahun Imam Syafiiy dibawa oleh ibunya ke Mekkah, tempat kelahiran
ayahnya. Beliau hidup di bawah asuhan ibunya dalam penghidupan dan kehidupan yang
sangat sederhana dan kadang-kadang menderita kesulitan. Walaupun demikian ketika
baru berusia sembilan tahun, beliau sudah hafal Al-Qur‘an sebanyak 30 juzz di luar
kepala dengan lancar. Pada usia ke sepuluh tahun beliau sudah hafal dan mengerti Al
Muwaththa‘ Imam Maliky. Imam Syafiiy sangat rajin dan tekun menuntut ilmu,
walaupun sering menderita kesukaran dan kekurangan untuk membeli alat-alat
perlengkapan belajar seperti kertas, tinta, dan sebagainya. Namun karena semangatnya
yang tinggi maka beliau sering mencari tulang-tulang dan mengumpulkannya dari
jalanan untuk ditulis di atasnya pelajaran yang diperoleh atau mencari kertas bekas untuk

2
menulis. Catatan beliau sangat banyak sampai memenuhi gubuk sehingga beliau tidak
bisa tidur berbaring karena gubuknya sudah penuh sesak. Akhirnya beliaui mencoba
menghafalkan semua catatan yang telah ada sehingga semuanya terekam dalam hati dan
tercatat dalam otak. Syairnya yang terkenal berbunyi : “Ilmuku selalu bersamaku ke
mana aku pergi Kalbuku yang telah menjadi gudangnya dan bukan lagi peti-peti Bila aku
berada di rumah, ilmuku pun bersamaku pula di rumah Dan bila aku di pasar, ilmuku pun
berada di pasar” Beliau belajar dari banyak guru, tidak pernah merasa cukup akan ilmu
yang dimilikinya, selalu haus akan ilmu, dan bila mendengar ada ilmu baru maka beliau
akan mengejarnya walaupun harus menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan.
Beliau telah diberi izin untuk mengajar dan memberi fatwa kepada khalayak ramai dan
diberi jabatan sebagai guru besar di dalam Masjidil Haram karena kepintarannya
tersebut, walaupun usianya masih muda sekali yaitu 15 tahun. Imam Syafiiy dihormati
baik oleh pengusaha negeri maupun masyarakat awam yang berada di tempat beliau
tinggal karena keluhuran dan ketinggian ilmunya. Sebagaimana firman Allah dalam surat
Al-Mujaadilah ayat 11, maka telah terbukti bahwa Allah akan meninggikan derajat
orang-orang yang berilmu sebagai keutamaan mereka karena tidak jemu-jemunya
menuntut ilmu baik itu ilmu pengetahuan maupun ilmu agama. Keutamaan orang
menuntut ilmu 1. “Sebaik-baik umatku adalah ulama dan sebaik-baik ulama adalah yang
berkasih sayang. Ingatlah bahwa sesungguhnya Allah akan mengampuni orang alim
sebanyak 40 dosa dan setelah itu Allah mengampuni
1. dosa orang bodoh.”
2. “Dan ingatlah orang alim yang rahim (kasih sayang) akan datang pada hari kiamat dengan
bercahaya dan akan menerangi antara barat dan timur seperti terangnya bulan purnama.”
3. “Allah akan tetap menolong hamba-Nya selama hamba-Nya mau menolong saudaranya. Dan
barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu pasti Allah memudahkan
baginya jalan untuk ke syurga. Dan apabila berkumpul suatu kaum di suatu rumah dari
rumah-rumah 4 Allah (mesjid) dengan membaca Al-Qur`an dan mempelajarinya sesama
mereka maka niscaya turun atas mereka ketentraman dan mereka diliputi rahmat dan
dikelilingi para malaikat dan Allah menyebutnya dalam golongan yang adapada-Nya.
Dan barangsiapa yang lambat amalnya maka tidak akan dipercepat diangkat derajatnya.”
4. “Barangsiapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke
syurga” (HR. Muslim).

3
5. “Barangsiapa memberikan petunjuk kebaikan maka baginya akan mendapatkan ganjaran
seperti ganjaran yang diterima oleh orang yang mengikutinya dan tidak berkurang sedikit
pun hal itu dari ganjaran orang tersebut.” (HR. Muslim).
6. “Jika anak Adam telah meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali 3 hal: a) Ilmu yang
bermanfaat b) Sedekah jariyah c) Anak Shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya”
(HR. Muslim).
7. “Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah untuk diberi kebaikan maka orang itu lalu
memperdalam agama Islam” (HR. Bukhari-Muslim).
Manfaat menuntut ilmu antara lain :
1. Sebagai petunjuk keimanan
2. Sebagai petunjuk beramal
3. Sebagai alat untuk mendektkan diri kita kepada Allah Adab Menuntut Ilmu
1. Niat
2. Bersungguh-sungguh
3. Terus-menerus
4. Sabar dalam menuntut Ilmu
5. Menghormati dan memuliakan orang yang menyampaikan ilmu kepada kita
6. Baik dalam bertanya Kondisi Keilmuan Keadaan saat ini sudah tidak sesuai lagi
dengan apa yang diharapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Di mana-mana orang-orang
sudah terlalu mengagung-agungkan dunia.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan untuk kepentingan dunia dan dirinya
sendiri tanpa memperhatikan keseimbangan dan keselarasan lingkungan di sekitarnya.
Bahkan penjelajahan ke planet mars saja selain untuk ilmu pengetahuan juga untuk
mencari kemungkinan apakah di sana dapat ditempati oleh manusia. Memang sungguh
serakah manusia-manusia ini. Kewajiban menuntut ilmu tidak hanya mengenai ilmu
pengetahuan umum saja tetapi juga
5 ilmu pengetahuan agama yang hukumnya fardlu ‘ain, karena beramal tanpa berilmu sama
saja dengan bohong dan tidak ada artinya di mata Allah. Maka jika salah, kita dapat
terjerumus ke perbuatan dosa. Umat Islam juga tidak boleh ketinggalan dalam hal ilmu
pengetahuan dan tidak boleh pula menjadi orang yang bodoh karena orang pintar akan lebih
disenangi. Dengan kepinteran yang kita miliki, kita tidak akan mudah ditipu dan dibohongi
orang lain. Imam Syafiiy sendiri selalu merasa kurang akan ilmu yang dimilikinya dan selalu
mencatat setiap ilmu yang diperolehnya karena takut lupa. Beberapa ilmuwan Islam antara
lain yaitu : a. Jabir bin Hayyan (720-815 M) Beliau adalah seorang sarjana Fisika dan

4
Kedokteran. Karyanya mencapai 200 buah, di antaranya adalah tentang kimia yang antaa lain
“Al-Khawasul Kabir” dan “MA Ba`dal Thabi`ah”. Ilmu kimia Jabir telah dianggap sejajar
dengan Aristoteles dalam ilmu logika. b. Al Khawarizmy, Muhammad bin Musa Al
Khawarizmy (780-850 M) Beliau adalah ahli aljabar dan ilmu bumi. Karyanya yang menjadi
referensi berbagai tulisan tentang ilmu bumi, yaitu “Suratul Ardli”. c. Al-Farghaniy, Abul
Abbas Ahmad Al-Farghaniy (hidup sekitar tahun 861 M) Beliau adalah seorang ahli
perbintangan/astronomi. Karyanya antara lain adalah “Al Madkhal Ila Ilmi Haiatil Fabik”
yang sudah diterjemahkan ke bahasa latin. d. Al-Bhairuniy, Abduraihani Muhammad bin
Ahmad (937-1048 M) Beliau adalah ahli kedokteran, perbintangan, matematika, fisika, ilmu
bumi dan sejarah. Karyanya antara lain adalah “At-Tafhim Li Awaili Shima’atit Tanjim”
yang berisi tentang Tanya jawab ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan ilmu falak.
KEWAJINAN MENUNTUT ILMU Menuntut ilmu itu wajib hukumnya, sebagaimana Nabi
bersabda. “Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.” (HR.Bukhari). Ditambah lagi
dalam firman Allah “Ilmu membuat seseorang jadi mulia, baik di hadapan manusia juga di
hadapan-Nya”.Selain itu Allah juga menegaskan bahwa akan mengangkat derajat orang yang
mempunyai ilmu pengetahuan. Seperti di bawah ini ” ….Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujaadilah [58] :
11) Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Az-
Zumar [39]: 9). Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui? (Az-Zumar:9) “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-
Mujadilah:11). 6 1. Menuntut ilmu itu pahalanya begitu besar: “Barangsiapa berjalan di satu
jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalan menuju surga. Dan
sesungguhnya malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi penunutu ilmu tanda ridha dengan
yang dia perbuat. (Dari hadits yang panjang riwayat Muslim) “Barangsiapa keluar dalam
rangka thalabul ilmu (mencari ilmu), maka dia berada dalam sabilillah hingga kembali.” (HR.
Tirmidzi, hasan) “Barangsiap menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan
baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim) “Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya
kebaikan maka Allah akan pahamkan dia dalam (masalah) dien (agama).” (HR.Bukhari)
Dalam hadits lainnya dijelaskan bahwa ilmu yang wajib dituntut adalah ilmu yang
bermanfaat. Yang bukan hanya benar, tapi juga dapat mendekatkan diri kita kepada Allah
SWT dan dapat memberi kebahagiaan bagi kita, keluarga, dan masyarakat baik di dunia mau

5
pun di akhirat. Rasulullah saw bersabda: “Apabila anak cucu adam itu wafat, maka
terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak
sholih yang mendoakan orangtuanya.” (HR.Muslim, dari Abu Hurairah ra) Allah berfirman,
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan
kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya
(dituliskan) kalimat (ilmu dan hikmah) Allah. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha
bijaksana.” (QS Lukman [31] : 27) 2. Bagaimana dengan orang yang selalu mengamalkan
ilmunya? “Sesungguhnya Allah SWT dan para malaikat-Nya, serta penghuni langit dan bumi,
hingga semut yang ada pada lubangnya, dan ikan hiu yang ada di lautan akan membacakan
shalawat atas orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (Merupakan bagian dari
hadits Abu Umamah di atas.). Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa mengajar orang lain
kepada suatu petunjuk, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang
melaksanakan petunjuk itu, tanpa mengurangi pahala mereka sama sekali.” Nabi bersabda,
”Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan
kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia dalam amalan nya
sehingga ia mendapatkan surga. Dan barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya maka ia
tersesat oleh ilmunya itu. Dan Allah tidak menolong dia dalam amalannya sehingga ia akan
mendapatkan neraka“. Banyak to keutamaan mencari ilmu dengan manfaat mengamalkan
ilmu. Terus bagaimana selengekan pada awal notes ini? Bagaimana seharusnya niat yang ada
didalam hati dalam mencari ilmu? Dalam Kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al Ghazali
menulis sebagai berikut : “Wahai, hamba Allah yang rajin menuntut ilmu.Jika kalian
menuntut ilmu, hendaknya dengan niat yang ikhlas karena Allah semata-mata. Di samping
itu, juga dengan niat karena melaksanakan kewajiban karena menuntut ilmu wajib hukumnya,
sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam
laki-laki maupun perempuan” [HR Ibnu Abdul barr] Janganlah sekali-kali engkau menuntut
ilmu dengan maksud untuk bermegah-megahan, 7 sombong, berbantah-bantahan, menandingi
dan mengalahkan orang lain (lawan bicara), atau supaya orang mengagumimu. Jangan pula
engkau menuntut ilmu untuk dijadikan sarana mengumpulkan harta benda kekayaan duniawi.
Yang demikian itu berarti merusak agama dan mudah membinasakan dirimu sendiri. Nabi
SAW mencegah hal seperti itu dengan sabdanya. “Barangsiapa menuntut ilmu yang biasanya
ditujukan untuk mencari keridhaan Allah, tiba-tiba ia tidak mempelajarinya, kecuali hanya
untuk Mendapatkan harta benda keduniaan, maka ia tidak akan memperoleh bau harumnya
surga pada hari kiamat. ” [HR Abu Dawud] Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian
menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di

6
kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk
penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang
kepadamu. Barangsiapa seperti itu, maka baginya neraka…neraka.” [HR Tirmidzi & Ibnu
Majah] 3. Terkait dengan harta bagaimana? Jawaban-jawaban dari Imam Ali bin Abi Thalib
ketika ditanya tentang mana yang lebih utama antara Ilmu dengan harta : ” Ilmu lebih utama
daripada harta, Ilmu adalah pusaka para Nabi, sedang harta adalah pusaka Karun, Sadad,
Fir’aun, dan lain-lain.” ” Ilmu lebih utama daripada harta, karena ilmu itu menjagamu
sedangkan harta malah engkau yang harus menjaganya.” ” Harta itu bila engkau tasarrufkan
(berikan) menjadi berkurang, sebaliknya ilmu jika engkau tasarrufkan malahan bertambah.” ”
Pemilik harta disebut dengan nama bakhil (kikir) dan buruk, tetapi pemilik ilmu disebut
dengan nama keagungan dan kemuliaan. ” Pemilik harta itu musuhnya banyak, sedangkan
pemilik ilmu temannya banyak.” ” Ilmu lebih utama daripada harta, karena diakhirat nanti
pemilik harta akan dihisab, sedangkan orang berilmu akan memperoleh safa’at.” ” Harta akan
hancur berantakan karena lama ditimbun zaman, tetapi ilmu tidak akan rusak dan musnah
walau ditimbun zaman.” ” Harta membuat hati seseorang menjadi keras, sedang ilmu malah
membuat hati menjadi bercahaya.” ” Ilmu lebih utama daripada harta, karena pemilik harta
bisa mengaku menjadi Tuhan akibat harta yang dimilikinya, sedang orang yang berilmu
justru mengaku sebagai hamba karena ilmunya.” Lalu, apakah semua ilmu akan mendapatkan
balasan luar biasa seperti diatas? Tidak. Hanyalah ilmu yang bermanfaatlah yang
mendapatkan ini semua. Apa sih ilmu yang bermanfaat? 9. “Ya, Rabbi. apakah ilmu yang
bermanfaat itu ? ” tanya Nabi Daud. “Ialah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui keluhuran,
keagungan, kebesaran, dan kesempurnaan kekuasaan-Ku atas segala sesuatu.Inilah yang
mendekatkan engkau kepada-Ku.” Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Ar Rabi-i’,
Rasulullah SAW bersabda, “Tuntutlah ilmu. Sesungguhnya, menuntut ilmu adalah
pendekatan diri kepada Allah Azza wa Jalla, sedangkan Mengajarkannya kepada orang yang
tidak mengetahuinya adalah shadaqah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan adalah keindahan
bagi ahlinya didunia dan akhirat.” Oleh karena itu, Rasulullah SAW pernah memohon dalam
doanya, “Allaahumma inni a’uudzubika min ‘ilmin laa yanfa’u”.‘Ya, Allah, aku berlindung
kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.’ Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Allah
SWT Memberi wahyu kepada Nabi Dawud a.s. Firman-Nya, “Wahai, Dawud. Pelajarilah
olehmu ilmu yang bermanfaat.” 10. HUKUM MENUNTUT ILMU 1. Hukum Menuntut Ilmu
Apabila kita menelaah isi Al-Qur'an dan Al-Hadis, niscaya kita akan menemukan beberapa
nas yang menjelaskan kewajiban menuntut ilmu, baik bagi laki-laki ataupun perempuan.
Tujuan diwajibkannya mencari ilmu tiada lain yaitu agar kita menjadi umat yang cerdas, jauh

7
dari kabut kejahilan atau kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala
ilmu, baik dengan jalan bertanya, melihat, ataupun mendengar. Perintah kewajiban menuntut
َ ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬
ilmu terdapat dalam hadis Nabi Muhammad saw.: ‫ (رواه ابن‬. ‫ضةٌ عَلٰى ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم َو ُم ْسلِ َم ٍة‬
)‫" عبد البر‬Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun
perempuan." (HR. Ibn Abdul Barr) Dari hadis di atas dapat kita ambil pengertian, bahwa
Islam mewajibkan pemeluknya untuk menuntut ilmu, baik bagi laki-laki ataupun perempuan.
Dengan ilmu yang dimilikinya, seseorang dapat mengetahui segala bentuk kemaslahatan dan
jalan kemanfaatan. Dengan ilmu pula, ia dapat menyelami hakikat alam, mengambil pelajaran
dari pengalaman yang didapati oleh umat terdahulu, baik yang berhubungan dengan masalah-
masalah akidah, ibadah, ataupun yang berhubungan dengan persoalan keduniaan. Nabi
Muhammad saw. bersabda: .‫ َو َم ْن اَ َرا َد هُ َما فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬،‫ َو َم ْن اَ َرا َد ااْل ٰ ِخ َرةَ فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬،‫َم ْن اَ َرا َد ال ُّد ْنيَا فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬
)‫" (متفق عليه‬Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia
memiliki ilmunya; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah
ia memiliki ilmunya pula; dan barang siapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia
memiliki ilmu kedua-keduanya pula." (HR.Bukhari dan Muslim) Islam mewajibkan kita
untuk menuntut berbagai macam ilmu dunia yang memberi manfaat dan dapat menuntun kita
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan dunia. Hal tersebut dimaksudkan agar
tiap-tiap muslim tidak picik, dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi segenap manusia yang ada di dunia ini
dalam batasan yang diridhai oleh Allah swt. Demikian pula Islam mewajibkan kita menuntut
ilmu akhirat, karena dengan mengetahuinya kita dapat mengambil dan menghasilkan suatu
natijah, yakni ilmu yang dapat diamalkan sesuai dengan perintah syara'. 11. Seorang mukallaf
wajib menuntut ilmu yang bersifat ‘ain, yaitu pada masalah yang berkenaan dengan akidah.
Hal ini dikarenakan dengan mengetahui ilmunya, maka akidah yang melenceng dapat
diluruskan. Selain itu, seorang mukallaf juga wajib menuntut ilmu yang berkaitan dengan
kewajiban-kewajiban lain seperti salat, puasa, zakat dan haji. Di samping itu, wajib pula bagi
seorang mukallaf mempelajari ilmu akhlak, yang mana dengannya ia dapat mengetahui adab
dan sopan santun yang harus dilaksanakan, dan tingkah laku buruk yang harus ditinggalkan.
Adapun ilmu lain yang tidak kalah pentingnya dimiliki oleh seorang mukallaf yaitu ilmu
keterampilan, yang dapat menjadi tonggak hidupnya. Adapun ilmu yang tidak berkaitan
dengan aktifitas keseharian, maka yang wajib dipelajari hanya pada batas yang dibutuhkan
saja. Sebagai contoh, seseorang yang hendak memasuki gapura pernikahan, maka ia wajib
mengetahui syarat-syarat dan rukun-rukunnya serta segala sesuatu yang diharamkan dan

8
dihalalkan dalam menggauli istrinya. Sedang ilmu yang wajib kifayah, maka hukum
mempelajarinya tidaklah diwajibkan bagi setiap mukallaf. Kewajiban mempelajarinya gugur
apabila salah satu dari mereka sudah ada yang mempelajarinya. Hal tersebut dikarenakan
ilmu-ilmu yang wajib kifayah hanya bersifat sebagai pelengkap, seperti ilmu tafsir, ilmu
hadis dan sebagainya. 2. Hukum Mengajarkan Ilmu Seseorang yang telah mempelajari dan
memiliki ilmu, maka yang menjadi kewajibannya adalah mengamalkan segala ilmu yang
dimilikinya, sehingga ilmunya menjadi ilmu yang manfaat; baik manfaat bagi dirinya sendiri
ataupun manfaat bagi orang lain. Agar ilmu yang kita miliki bermanfaat bagi orang lain,
maka hendaklah kita mengajarkannya kepada mereka. Mengajarkan ilmu-ilmu kepada orang
lain berarti memberi penerangan kepada mereka, baik dengan uraian lisan, atau dengan
melaksanakan sesuatu amal dan memberi contoh langsung di hadapan mereka atau dengan
jalan menyusun dan mengarang buku-buku untuk dapat diambil manfaatnya. Mengajarkan
ilmu memang diperintah oleh agama, karena tidak bisa disangkal lagi, bahwa mengajarkan
ilmu adalah suatu pekerjaan yang ssangat mulia. Nabi diutus ke dunia ini pun dengan tugas
ُ ‫ " بُ ِع ْث‬Aku diutus ini, untuk menjadi
mengajar, sebagaimana sabdanya: )‫ (رواه البيهقى‬.‫ت اِل َ ُكوْ نَ ُم َعلِّ ًما‬
pengajar." (HR. Baihaqi) Sekiranya Allah tidak mengutus rasul untuk menjadi guru bagi
manusia, guru dunia, tentulah manusia tinggal dalam kebodohan sepanjang masa. Walaupun
akal dan otak manusia mungkin dapat menghasilkan berbagai ilmu pengetahuan, namun disisi
lain masih ada juga hal-hal yang tidak dapat dijangkaunya, yaitu hal-hal yang berada di luar
akal manusia. Untuk itulah Rasulullah diutus di dunia ini. 12. Mengingat pentingnya
penyebaran ilmu pengetahuan kepada manusia secara luas, agar mereka tidak berada dalam
kebodohan dan kegelapan, maka diperlukan kesadaran bagi para mu‘allim (guru), dan ulama
untuk beringan tangan menuntun mereka menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal tersebut
dikarenakan para guru dan ulama yang suka menyembunyikan ilmunya, maka mereka akan
mendapatkan ancaman, sebagaimana sabda Nabi saw.: ‫َم ْن ُسِئ َل ع َْن ِع ْل ٍم فَ َكتَ َمهُ اَ ْل َج َمهُ هللاُ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة بِلِ َج ٍام‬
ِ َّ‫ " ِمنَ الن‬Barang siapa ditanya tentang sesuatu ilmu, kemudian menyembunyikan
)‫ (رواه احمد‬.‫ار‬
(tidak mau memberikan jawabannya), maka Allah akan mengekangnya (mulutnya), kelak di
hari kiamat dengan kekangan (kendali) dari api neraka." (HR. Ahmad) Oleh karena itu,
marilah kita menuntut ilmu pengetahuan, sesempat dan sedapat mungkin dengan tidak ada
hentinya, tanpa absen sampai ke liang kubur, dengan ikhlas dan tekad akan mengamalkan dan
menyumbangkannya kepada masyarakat, agar kita semua dapat mengenyam hasil dan
buahnya. B. KEDUDUKAN ORANG YANG BERILMU Jika ditinjau dari segi orang yang
memiliki ilmu dengan orang yang tidak memiliki ilmu, maka sungguh jauh sekali
perbedaannya. Baik dari segi nilainya maupun derajatnya, sebagaimana firman Allah swt.: ْ‫قُل‬

9
ِ ‫ " هَلْ يَ ْست َِوى الَّ ِذ ْينَ يَ ْعلَ ُموْ نَ َوالَّ ِذ ْينَ اَل يَ ْعلَ ُموْ نَ اِنَّ َما يَتَ َذ َّك ُر اُولُوا ااْل َ ْلبَا‬Katakanlah, 'Apakah sama
)۹:‫ (الزمر‬.‫ب‬
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?' Sebenarnya
hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran." (QS. Az-Zumar/39: 9)
ٍ ٰ‫يَرْ فَ ِع هللاُ الَّ ِذ ْينَ اٰ َمنُوْ ا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم َد َرج‬
Dalam ayat yang lain Allah swt. berfirman: :‫ (المجادلة‬.‫ت‬
)۱۱ " Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS. Al-Mujãdalah/58: 11) Ayat-ayat
tersebut menggambarkan, betapa tingginya nilai dan derajat orang yang berilmu. Dengan
ilmu manusia akan memperoleh segala kebaikan, dan dengan ilmu pula manusia akan
memperoleh kedudukan yang mulia. Walaupun dimungkinkan pada suatu ketika pandangan
manusia terhadap ilmu atau pemilik ilmu menjadi kabur, karena kerasnya pengaruh benda-
benda dan pergeseran nilai kehidupan yang lain, tetapi kita yakin pada suatu ketika manakala
bahaya yang ditimbulkan oleh benda-benda atau lainnya telah menghebat, niscaya orang akan
kembali lagi mencari ilmu untuk mengatasi masalah yang ada sebagai pengobatnya. 13. C.
MENUNTUT ILMU SEBAGAI IBADAH Dilihat dari derajat dan kedudukan ilmu, sungguh
menuntut ilmu itu memiliki nilai dan pahala yang sangat mulia disisi Allah swt. Selain itu,
menuntut ilmu juga bernilai ibadah sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.: ً‫اِل َ ْن تَ ْغد َُو فَتَ َعلَّ َم اٰيَة‬
‫ب هللاِ َخ ْي ٌر ِم ْن ِعبَا َد ِة َسنَ ٍة‬
ِ ‫ ِم ْن ِكتَا‬. " Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kaki di waktu pagi
(maupun petang), kemudian mempelajari satu ayat dari Kitab Allah (Al-Qur'an), maka
pahalanya lebih baik daripada ibadah satu tahun. " Dalam hadis lain dinyatakan: ‫َم ْن خَ َر َج فِ ْي‬
)‫ (رواه الترمذى‬.‫ب ْال ِع ْل ِم فَه َُو فِ ْي َسبِ ْي ِل هللاِ َحتّٰى يَرْ ِج َع‬
ِ َ‫ " طَل‬Barang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu,
maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia
pulang kembali. " (HR. Tirmidzi) Mengapa menuntut ilmu itu sangat tinggi nilainya dilihat
dari segi ibadah? Karena amal ibadah yang tidak dilandasi dengan ilmu yang berhubungan
dengan itu, akan sia-sialah amalnya. Syaikh Ibnu Ruslan dalam hal ini menyatakan: ‫َو ُكلُّ َم ْن‬
‫بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم يَ ْع َم ُل اَ ْع َمالُهُ َمرْ ُدوْ َدةٌ اَل تُ ْقبَ ُل‬. " Siapa saja yang beramal (melaksanakan amal ibadah) tanpa
dilandasi ilmu, maka segala amalnya akan ditolak, yakni tidak diterima. " 14. AYAT-AYAT
AL-QUR’AN TENTANG KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU ‫يل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوا‬ َ ِ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا ق‬
ٍ ‫ح هَّللا ُ لَ ُك ْم ۖوَِإ َذاقِي َل ا ْن ُش ُزوافَا ْن ُش ُزوا يَرْ فَ ِع هللا ال ِذ ْينَ ا َمنُوا ِمنـْ ُك ْم َوالّ ِذ ْينَ اُوتُو ْال ِع ْل َم د ََر َجـ‬
‫ت َوهللاُ بِ َما‬ ِ ‫س فَا ْف َسحُوا يَ ْف َس‬ِ ِ‫فِي ْال َم َجال‬
‫ تَعْـ َملُـوْ نَ خَ ـبِيْـر‬Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman!Apabila dikatakan
kepadamu,"Berilah kelapangan didalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah,
niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-
orang yang berilmu beberapa derajat". Q.S Al-Mujadalah ayat 11. ً‫َو َما َكـانَ ِمنَ ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ لِيَ ْنفِ ُر َكافّة‬

10
َ‫ فَلَوْ الَنَفَ َر ِم ْن ُك ِّل فَ ِرقَ ٍة ِم ْنهُ ْم طَاِئفَةً لِيَتَفَقّهُوأ فِى ال ّد ْي ِن َولِيُ ْن ِذرُوْ ا قَوْ ُمهُ ْم اِذأ َر َجعُوْ اِلَ ْي ِه ْم لَ َعلّهُ ْم يَحْ َذرُوْ ن‬Artinya ; "Dan
tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi kemedan perang, mengapa
sebagian diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama mereka
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka
dapat menjaga dirinya " QS. At-Taubah ayat :122 [114:‫ َوقُلْ َربِّ ِز ْدنِي ِع ْل ًما ]طه‬Artinya: “Dan
katakanlah (wahai Nabi Muhammad) tambahkanlah ilmu kepadaku.” [Thaaha : 114] . 15.
HADIST TENTANG KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU َ‫ َو َم ْن َأ َرا َد اَأل ِخ َرة‬,‫َم ْن َأ َرا َد ال ُّد ْنيَا فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬
‫ َو َم ْن َأ َرا َدهُ َما فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬,‫ فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬Artinya: "Barang siapa menginginkan soal-soal yang
berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin
(selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa
yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula". (HR.
Bukhari dan Muslim) ‫طلَبُ ْال ِع ْل ِم فَهُ َو فِى َسبِ ْي ِل هللاِ َحتَّى يَرْ ِج َع‬
َ ‫ َم ْن َخ َر َج فِى‬Artinya : ”Barang siapa yang
keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang”. (HR. Turmudzi) :
ُ‫ح يَ ْدعُو لَه‬ َ ‫ َأوْ َولَ ٍد‬،‫ َأوْ ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬،‫اريَ ٍة‬
ٍ ِ‫صال‬ َ ‫ ِإ َذا َماتَ اِإْل ْن َسانُ ا ْنقَطَ َع َع ْنهُ َع َملُهُ ِإاَّل ِم ْن ثَاَل ثَ ٍة ِإاَّل ِم ْن‬Artinya:
ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬
“Apabila manusia telah meninggal dunia maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga
amalan : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan dia.” [HR.
Muslim] 16.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Q.S. at-Taubah/9:122 berisi perintah jihad itu tidak hanya dipahami dengan
mengangkat senjata, tetapi memperdalam ilmu pengetahuan dan menyebarluaskannya
juga termasuk kedalam jihad.
1. Fungsi ilmu adalah untuk mencerdaskan umat.
2. Tidak dibenarkan menuntut ilmu pengetahuan hanya untuk mengejar pangkat dan
kedudukan atau keuntungan pribadi saja, apalagi untuk menggunakan ilmu
pengetahuan sebagai kebanggaan dan kesombongan diri.
3. Pentingnya memperdalam ilmu pengetahuan, mengamalkannya dengan baik, dan
menyebarluaskannya.

B. Saran
Makalah ini terdapat beberapa penjelasan mengenai ilmu, ilmu pengetahuan,
bagaimanakah nikmat mencari ilmu dan indahnya berbagi pengetahuan, serta Ayat Al-
Qur’an yang membahas tentang ilmu pengetahuan. Apabila para pembaca menemukan
kekeliruhan, mohon kesediaanya untuk dapat memberikan pembetulan kepada tim
penyusun. Untuk itu kami tim penyusun sangat berterimakasih dan Insya Allah tim
penyusun akan terima dengan tangan terbuka.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://rifkaputrika.wordpress.com/2013/03/29/iad/
https://www.scribd.com/document/336753187/Nikmatnya-Mencari-Ilmu-DanIndahnya
Berbagi-Pengetahuan

13

Anda mungkin juga menyukai