Anda di halaman 1dari 57

DESIMINASI ILMU

MANFAAT AIR REBUSAN KETUMBAR TERHADAP PENURUNAN


GULA DARAH PADA LANSIA DENGAN DIABETES MELITUS DI PSTW
SABAI NAN ALUIH SICINCIN

Disusun Oleh :
Kelompok 7
Kelompok 8
Gelombang 3

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Helmanis Suci, M. Kep) (Ns. Shuci Putri Hayu, S. Kep)

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN 2023/2024
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Desiminasi ilmu yang berjudul " Manfaat Air Rebusan Ketumbar


Terhadap Penurunan Gula Darah Pada Lansia Dengan Diabetes Melitus Di PSTW
Sabai Nan Aluih Sicincin " ini dapat diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan.

Preceptor Akademik Preceptor Klinik

(Ns. Helmanis Suci, S,Kep. M,Kep) (Ns. Shuci Putri Hayu, S,Kep)

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat, hidayat dan karunia-Nya sehingga kelompok
dapat menyelesaikan desiminasi ilmu yang berjudul “Manfaat Air Rebusan
Ketumbar Terhadap Penurunan Gula Darah Pada Lansia Dengan Diabetes
Melitus Di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin”.
Desiminasi ilmu ini diajukan sebagai salah satu pencapaian kompetensi
praktik Keperawatan Gerontik pada Program Studi Profesi Ners STIKes Alifah
Padang. Penyusunan desiminasi ilmu ini telah banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu kelompok menyampaikan ucapan terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Bapak Afzaidir,Aks.MM Kepala Panti Sosial Tresna Werdha (UPTD PSTW)
Sabai Nan Aluih Sicincin
2. Bapak Pejabat Structural Panti Sosial Tresna Werdha (UPTD PSTW) Sabai
Nan Aluih Sicincin.
3. Bapak/Ibu Pegawai dan Pengasuh Panti Sosial Tresna Werdha (UPTD
PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin.
4. Ibu Ns. Helmanis Suci, S. Kep, M.Kep sebagai pembimbing akademik
STIKes Alifah Padang
5. Ibu Ns. Shuci Putri Hayu, S.Kep sebagai pembimbing klinik Panti Sosial
Tresna Werdha (UPTD PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin.
Kelompok menyadari bahwa dalam proses penyusunan desiminasi ilmu ini
banyak terdapat kekurangan, hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena
keterbatasan ilmu kelompok. Untuk itu kelompok mengharapkan kritik dan saran
demi kesempurnaan desiminasi ilmu ini.
Sicincin, 11 Januari 2024

Kelompok

III
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ii
KATA
PENGANTAR..........................................................................................III
DAFTAR
ISI.........................................................................................................IV
LAMPIRAN.........................................................................................................VI
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................5
C. Tujuan ...............................................................................................................5
D. Manfaat..............................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................7

1. Konsep Dasar Lansia......................................................................................7


a. Pengertian.................................................................................................7
b. Klasifikasi Lansia.....................................................................................7
c. Proses Menua...........................................................................................8
d. Teori Proses Menua.................................................................................8
e. Perubahan Sistem Organ Tubuh Karena Proses Menua.........................11
2. Konsep Dasar Penyakit Diabetes Melitus
........................................................................................................................
a. Pengertian Diabetes Melitus...................................................................14
b. Etiologi dan Faktor Resiko Diabetes Melitus1.......................................15
c. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus........................................................16
d. Pemeriksaan Diagnostik Diabetes Melitus1............................................17
e. Komplikasi Diabetes Melitus..................................................................17
f.Penatalaksanaan Diabetes Melitus...............................................................20
g. Pathway Diabetes Melitus2.....................................................................23

IV
3. Kosep Dasar Ketumbar

a. Pengertian Ketumbar...............................................................................24
b. Manfaat Ketumbar...................................................................................24
c. Mekanisme Kerja Ketumbar....................................................................26
d. Klasifikasi
Ketumbar................................................................................27
e. Morfologi Buah Ketumbar.......................................................................27
f.Indikasi Ketumbar Terhadap Penyakit Diabetes Melitus.............................28
g. Kontra Indikasi Ketumbar Terhadap Penyakit Diabetes Melitus............28
h. Cara Pembuatan Rebusan Air Ketumbar................................................29
i. Cara Penyajian Rebusan Air Ketumbar..................................................29

BAB III PELAKSANAAN..................................................................................

a. Priode Pelaksanaan ....................................................................................30


b. Implementasi..............................................................................................31
c. Priode Pasca Perlakuan..............................................................................31

BAB IV PEMBAHASAN

a. Hasil Implementasi.....................................................................................32
b. Kesimpulan Hasil
Implementasi.................................................................34

BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan................................................................................................36
b. Saran...........................................................................................................36

DAFTRA PUSTAKA

V
VI
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Pada Calon Responden


2. Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Calon Responden
3. Daftar Tabel Pengecekan pre-test Gula Darah Berdasarkan
Klasifikasi Diabetes Melitus Manfaat Air Rebusan Ketumbar
Terhadap Penurunan Gula Darah Pada Lansia Dengan Diabetes
Melitus Di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2024
4. Dokumentasi Pre-Test Pengukuran Kadar Gula Darah
5. Daftar Tabel Pengecekan post-test Gula Darah Berdasarkan
Klasifikasi Diabetes Melitus Manfaat Air Rebusan Ketumbar
Terhadap Penurunan Gula Darah Pada Lansia Dengan Diabetes
Melitus Di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2024
6. Dokumentasi Post-Test Pengukuran Kadar Gula Darah

VII
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menurut World Health Organisation (WHO,2018 ) Lanjut usia merupakan
suatu kejadian yang pasti dialami secara fisiologis oleh semua orang yang
dikaruniai usia panjang. Lanjut usia akan mengalami proses penuaan, yang
merupakan proses terus-menerus secara alamiah. Penurunan kondisi
fisik/fisiologis yang di alami lansia ditandai dengan kulit yang mulai keriput,
penglihatan dan pendengaran berkurang, gigi ompong, mudah lelah, gerakan
lamban .
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
memperatahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual, karena faktor tertentu Lansia tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Seseorang
dikatakan Lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan Lansia ini akan terjadi suatu proses
yang disebut Aging Process atau proses penuaan (Ode, 2019).
Usia Permulaan tua menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013
tentang lanjut usia menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia tua. Proses
menua dan lanjut usia merupakan proses alami yang dialami oleh setiap orang
(Kementrian Kesehatan RI, 2014). Populasi lanjut usia di dunia dari tahun ke
tahun semakin meningkat bahkan pertambahan lanjut usia menjadi semakin
mendominasi apabila dibandingkan dengan pertambahan populasi penduduk pada
kelompok usia lain. Pada tahun 2050, satu dari lima orang di dunia akan berusia
60 tahun dan lebih tua, pada tahun 2015 dan 2030 jumlah orang lanjut usia di
seluruh dunia meningkat menjadi 56 persen, dari 901 juta menjadi lebih dari 1,4
miliar. Pada tahun 2030, jumlah orang berusia 60 ke atas akan melebihi usia muda
yang berusia 15 sampai 24 tahun (Unidop, 2017).

1
Besarnya jumlah penduduk Lansia di Indonesia menjadi beban jika Lansia
memiliki masalah penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya
pelayanan kesehatan. Penduduk lanjut usia akan mengalami proses penuaan
secara terus menerus dengan ditandai menurunnya daya tahan fisik sehingga
rentang terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian (Badan
Pusat Statistik, 2015). Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai
dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai
dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit.
Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia terjadi perubahan
dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ dengan bertambahnya
umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan).
Sehingga Lansia rentan terkena infeksi penyakit menular akibat masalah
degeneratif menurunkan daya tahan tubuh seperti Tuberkulosis, Diare,
Pneumonia, Hepatitis dan penyakit kulit (dermatitis). Selain itu penyakit tidak
menular banyak muncul pada usia lanjut diantaranya Hipertensi, Stroke, Diabetes
Melitus dan radang sendi atau Asam Urat. Perubahan tersebut pada umumnya
mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada ekonomi dan sosial Lansia. Sehingga secara 3 umum akan
berpengaruh pada activity of daily living (Kementerian Kesehatan RI, 2013;
Sunaryo, 2016).
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kondisi kronik yang bersifat
menahun, ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah dikarenakan tubuh
tidak dapat menghasilkan insulin ataupun menggunakan insulin secara efektif.
Apabila dibiarkan akan menimbulkan komplikasi akut akibat dari
ketidakseimbangan gula darah seperti hipoglikemia, keatoasidosis diabetiku
(DKA), dan sindrom hiperosmolar hiperglikemik non ketonik (HHNK).
Sedangkan, komplikasi jangka panjang yakni mikroangiopati ataupun
makroangiopati (Smeltzer et al., 2020). Diabetes melitus diartikan sebagai
penyakit kronis bersifat progresif yang ditandai dengan ketidakmampuan tubuh
untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang merujuk ke
hiperglikemia atau kadar glukosa darah tinggi. Diabetes melitus di klasifikasikan

2
secara umum menjadi 2 kelompok yakni insuline dependent diabetes melitus
(IDDM) sebagai DM tipe 1 dan non-insuline dependent diabetes melitus
(NIDDM) sebagai DM tipe 2 (Black & Hawks, 2019).
Meningkatkan jumlah di Indonesia tentu saja meningkatkan permasalahan
kesehatan terkait lansia. Penyakit pada lansia berbeda pada dewasa muda, hal ini
disebabkan karena penyakit lansia merupakan gabungan antara penyakit dengan
proses menua yaitu menghilangnnya secara perlahan kamampuan jaringan untuk
memperbaiki diri serta mempertahankan fungsi dan struktur normalnya sehingga
tidak dapat bertahan dari penyakit dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Stanley, 2016)
International Diabetes federation (IDF) (2019) menjelaskan bahwa
Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit kronis paling umum di dunia,
terjadi ketika produksi insulin pada pankreas tidak mencukupi atau pada saat
insulin tidak dapat digunakan secara efektif oleh tubuh. Diabetes Melitus adalah
salah satu penyakit degeneratif yang menjadi perhatian penting karena merupakan
bagian dari empat prioritas penyakit tidak menular yang selalu mengalami
peningkatan setiap tahun dan menjadi ancaman kesehatan dunia pada era saat ini.
Upaya Indonesia untuk mencapai Universal Health Coverage (UHC)
tahun 2030, Kementerian Kesehatan membentuk 13.500 Pos Pembinaan Terpadu
(POSBINDU) untuk memudahkan akses warga melakukan deteksi dini penyakit
diabetes melitus. Selain itu masyarakat dihimbau untuk melakukan aksi CERDIK
yaitu cek kesehatan secara teratur, enyahkan asap rokok dan jangan merokok,
rajin melakukan aktifitas fisik minimal 30 menit sehari, diet yang seimbang
dengan mengkonsumsi makanan sehat dan gizi seimbang, istirahat yang cukup,
kelola stres dengan baik dan benar (Kemenkes RI, 2018)
Data World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa tercatat 422
juta orang di dunia menderita diabetes melitus atau terjadi peningkatan sekitar 8,5
% pada populasi orang dewasa dan diperkirakan terdapat 2,2 juta kematian
dengan presentase akibat penyakit diabetes melitus yang terjadi sebelum usia 70
tahun, khususnya di negara-negara dengan status ekonomi rendah dan menengah.
Bahkan diperkirakan akan terus meningkat sekitar 600 juta jiwa pada tahun 2035

3
(Kemenkes RI, 2018). American Diabetes Association (ADA) menjelaskan bahwa
setiap 21 detik terdapat satu orang yang terdiagnosis diabetes melitus atau hampir
setengah dari populasi orang dewasa di Amerika menderita diabetes mellitus
(ADA, 2019).
Indonesia menduduki peringkat keempat dari sepuluh besar negara di
dunia, kasus diabetes melitus tipe 2 dengan prevalensi 8,6% dari total populasi,
diperkirakan meningkat dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta jiwa
pada tahun 2030. Prevalensi diabetes melitus yang terdiagnosis pada tahun 2018,
penderita terbesar berada pada kategori usia 55 sampai 64 tahun yaitu 6,3% dan
65 sampai 74 tahun yaitu 6,03% (Riskesdas,2018)
Diabetes melitus pada lansia terjadi karena faktor usia yang menyebabkan
penurunan sel fungsi pankreas dan sekresi insulin. Hal ini terjadi karena
kurangnya massa otot dan perubahan vaskuler, obesitas, kurangnya aktifitas fisik,
konsumsi obat yang bermacam-macam, faktor genetik, riwayat penyakit lain dan
sering menderita stress (ADA, 2019).Pada umumnya, diabetes melitus pada lansia
tidak terdapat gejala polipagi, polidipsi, poliuri, yang menjadi penyebab adalah
adanya komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Akibat
proses menua terjadi perubahan patofisiologi sehingga gambaran klisnisnya
bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus yang memiliki komplikasi yang
luas.
Dampak yang terjadi pada menderita diabetes melitus jika tidak ditangani
akan menyebabkan komplikasi diabetes terjadi pada semua organ tubuh dengan
penyebab kematian 50% akibat penyakit jantung koroner dan 30% akibat gagal
jantung. Selain kematian, diabetes melitus juga menyebabkan kecacatan, sebanyak
30% penderita diabetes melitus mengalami kebutaan akibat komplikasi retinopati
dan 10% menjalani amputasi tungkai kaki (Bustan, 2015). Oleh karena itu
diperlukan usaha pengendalian yang harus dilakukan oleh penderita diabetes
melitus.
Penatalaksanaan diabetes melitus sangat diperlukan untuk mencegah
terjadinya komplikasi sehingga dapat menurunkan angka kematian penderita lebih
dini. Pada penatalaksanaan diabetes dapat dilakukan dengan pemberian terapi

4
farmakologi dan non farmakologi.Salah satu terapi nofarmakologis yang bisa
dilakukan dalam menurunkan kadar gula darah adalah dengan cara
mengkomsumsi rebusan daun ketumbar hal ini sejalan dengan penelitian
K,Dersing (2020) tentang “ Pengaruh Ekstrak Ketumbar Terhadap Penurunan
Kadar Gula Darah Pada Lansia” Dimana pada penelitian tersebut didapat bahwa
ada pengaruh rebusan biji ketumbar terhadap penurunan kadar gula darah.
Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan kelompok pada tanggal 06
Januari 2024 di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin yang
mempunyai kapasitas 110 lansia yang berada pada 13 wisma, Kelompok
mengambil 50 orang sebagai sampel yang diambil secara acak berdasarkan tanda
dan gejala dari 50 lansia sampel didapatkan 5 orang yang mengalami diabetes
melitus 5 (lansia mengalami diabetes melitus diantaranya 4 laki laki dan 1
perempuan.
Berdasarkan data diatas maka kelompok tertarik melakukan desiminasi
ilmu tentang “Manfaat Air Rebusan Ketumbar Terhadap Penurunan Gula
Darah Pada Lansia Dengan Diabetes Melitus Di PSTW Sabai Nan Aluih
Sicincin”.

2. Rumusan Masalah
Apakah ada manfaat pemberian air rebusan biji ketumbar terhadap
penurunan kadar gula darah pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai
Nan Aluih Sicinci?

3. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Setelah dilakukan desiminasi ilmu diharapkan audiens (pegawai dan
pengasuh) dapat menerapkan pemberian air rebusan ketumbar terhadap
penurunan gula darah pada lansia dengan diabetes melitus tahun 2024.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengidentifikasi kadar gula darah pada lansia sebelum pemberian air
rebusan biji ketumbar pada lansia

5
b. Mengidentifikasi kadar gula darah pada lansia sesudah pemberian air
rebusan biji ketumbar pada lansia
c. Menganalisis pengaruh pemberian rebusan air biji ketumbar terhadap
penurunan kadar gula darah pada lansia

4. Manfaat
1. Bagi pegawai dan pengasuh di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin
Diharapkan dengan adanya desiminasi ilmu ini dapat memberikan
ilmu tambahan kepada pengasuh dan peagawai untuk mampu menerapkan
pemberian air rebusan biji ketumbar pada lansia di PSTW Sabai Nan
Aluih Sicincin.
2. Bagi mahasiswa keperawatan
Diharapkan dapat di jadikan sebagai referensi dan ilmu
pengetahuan dalam mengobati lansia yang memiliki kadar gula darah
pada penderita diabetes melitus
3. Bagi lansia
Dapat di jadikan terapi alternatif untuk mencegah dan menimalisir
komplikasi yang akan terjadi pada lansia yang menderita diabetes melitus.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Lansia
a. Pengertian Lansia
Seseorang dikatakan tua atau lansia (lanjut usia) jika usianya lebih
dari 65 tahun. Lansia bukanlah suatu penyakit, melainkan tahap lanjut
kehidupan yang ditandai dengan melemahnya kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan tekanan lingkungan. Lansia merupakan suatu kondisi
yang ditandai dengan ketidakmampuan seseorang untuk menjaga
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini dikaitkan
dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup dan peningkatan
kepekaan individu. Pada umumnya lansia menunjukkan tanda-tanda
penurunan fungsi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi (Muhith &
Siyoto, 2016).

b. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi Lansia menurut (Padila, 2013), yaitu :
1) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menggolongkan lansia menjadi
4 kelompok, diantaranya :
a) Usia pertengahan (middle age) yaitu seseorang yang berusia 45-
59 tahun
b) Lansia (elderly) berusia antara 60-74 tahun
c) Lansia tua (old) berusia 75-90 tahun
d) Usia sangat tua (very old) yaitu seseorang dengan usia lebih dari
90 tahun.
2) Dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) 2016 batasan lansia ialah:
a) Pra lansia (45-59 tahun)
b) Lansia (60-69 tahun)
c) Lansia dan risiko tinggi 70 tahun keatas atau ±60 tahun dengan
masalah kesehatan.

7
3) Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lansia pasal lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun (enam puluh) tahun keatas
c. Proses Menua
Menua atau Penuaan (aging) adalah proses dimana jaringan secara
perlahan kehilangan kemampuannya untuk memperbaiki atau mengganti
dirinya sendiri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya.
Akibatnya, tubuh tidak dapat melindungi diri dari kerusakan atau
memperbaiki kerusakan. Proses penuaan ini tidak hanya terjadi pada
organ dalam seperti jantung, paru-paru, ginjal, ovarium, dan otak, tetapi
juga pada seluruh organ tubuh, termasuk organ tubuh yang terluar dan
terluas yaitu kulit (Muhith & Siyoto, 2016).
Proses penuaan tentunya merupakan proses yang terus menerus
(continuous). Itu dimulai saat lahir dan umumnya dialami oleh semua
organisme. Selain itu, proses penuaan di setiap organ tubuh tidak
berlangsung dengan kecepatan yang sama untuk setiap individu. Orang
tidak diklasifikasikan sebagai tua (namun muda), tetapi mereka mungkin
mengalami kekurangan dan ketidaksesuaian yang jelas (Muhith &
Siyoto, 2016).
d. Teori Proses Penuaan
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori
biologi, teori psikososial, teori lingkungan (Aspiani, 2014).
1) Teori Biologi
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa
proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur
dan fungsi tubuh selama masa hidup. Teori ini lebih menekankan
pada perubahan kondisi tingkat structural sel/ organ tubuh,
termasuk didalamnya adalah pengaruh agen patologis. Fokus dari
teori ini adalah mencari determinan-determinan yang menghambat
proses penurunan fungsi organisme. Yang dalam konteks sistemik,
dapat mempengaruhi/ memberi dampak terhadap organ/ sistem

8
tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan peningkatan usia
kronologis.
2) Teori “Genetik Clock”
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya
program jam genetik didalam nuclei. Jam ini akan berputar dalam
jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya
maka akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Radiasi dan
zat kimia dapat memperpendek umur menurut teori ini terjadi
mutasi progresif pada DNA sel somatik akan menyebabkan
terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut
3) Teori Error
Menurut teori ini proses menua diakibatkan oleh menumpuknya
berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia akibat
kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang
dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.
Sejalan dengan perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi
beberapa perubahan alami pada sel pada DNA dan RNA, yang
merupakan substansi pembangun atau pembentuk sel baru.
Peningkatan usia mempengaruhi perubahan sel dimana sel-sel
Nukleus menjadi lebih besar tetapi tidak diikuti dengan
peningkatan jumlah substansi DNA.
4) Teori Autoimun
Pada teori ini penuaan dianggap disebabkan oleh adanya penurunan
fungsi sistem imun. Perubahan itu lebih tampak secara nyata pada
Limposit –T, disamping perubahan juga terjadi pada Limposit –B.
perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem immune
humoral, yang dapat menjadi faktor predisposisi pada orang tua
untuk : (a) menurunkan resistansi melawan pertumbuhan tumor dan
perkembanga kanker. (b) menurunkan kemampuan untuk
mengadakan inisiasi proses dan secara agresif memobilisasi
pertahanan tubuh terhadap pathogen. (c) meningkatkan produksi

9
autoantingen, yang berdampak pada semakin meningkatnya risiko
terjadinya penyakit yang berhubungan dengan autoimmun.
5) Teori Free Radical
Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua terjadi
akibat kurang efektifnya fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi
oleh adanya berbagai radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas
merupakan zat yang terbentuk dalam tubuh manusia sehingga salah
satu hasil kerja metabolisme tubuh. Walaupun secara normal ia
terbentuk dari proses metabolisme tubuh, tetapi ia dapat tebentuk
akibat : (1) proses oksigenasi lingkungan seperti pengaruh
polutan ozon, dan petisida. (2) reaksi akibat paparan dengan
radiasi. (3) sebagai reaksi berantai dengan molekul bebas lainnya.
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas
dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida
(O2), radikal hidroksil,dan H2O2. Radikal bebas sangat merusak
karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan DNA,
protein, dan asam lemak tak jenuh. Makin tua umur makin banyak
terbentuk radikal bebas sehingga proses pengerusakan harus
terjadi, kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati
6) Radiation Theory (Teori Radiasi)
Setiap hari manusia terpapar dengan adanya radiasi baik karena
sinar ultraviolet maupun dalam bentuk gelombang-gelombang
mikro yang telah menumbuk tubuh tanpa terasa yang dapat
mengakibatkan perubahan susunan DNA dalam sel hidup atau
bahkan rusak dan mati
7) Stress Theory (Teori Stress)
Stress fisik maupun psikologi dapat mengakibatkan pengeluaran
neurotransmitter tertentu yang dapat mengakibatkan perfusi
jaringan menurun sehingga jaringan mengalami gangguan
metabolisme sel sehingga terjadi penurunan jumlah cairan dalam
sel dan penurunan eksisitas membrane sel.

10
8) Pollution Theory (Teori Polusi)
Tercemarnya lingkungan dapat mengakibatkan tubuh mengalami
gangguan pada sistem psikoneuroimunologi yang seterusnya
mempercepat terjadinya proses menua dengan perjalanan yang
masih rumit untuk dipelajari.
9) Exposure Theory (Teori Pemaparan)
Terpaparnya sinar matahari yang mempunyai kemampuan mirip
dengan sinar ultra yang lain mampu mempengaruhi susunan DNA
sehingga proses penuaan atau kematian sel bisa terjadi.
e. Perubahan Sistem Organ Tubuh Karna Proses Menua
Menurut Nungroho 2000 dalam (Muhith & Siyoto, 2016)
Perubahan system organ tubuh karna proses menua meliputi perubahan
pada semua sistem organ mulai dari tingkat sel, sistem pernapasan,
pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan fisik,
muskuloskeletal, gastrointestinal, genitalia urinaria, endokrin, dan
integumen yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1) Sel
Pada lansia, jumlah sel akan lebih sedikit dan ukurannya akan lebih
besar. Cairan tubuh dan cairan intraseluler akan berkurang.
Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati juga akan
berkurang. Jumlah sel otak akan berkurang. Mekanisme perbaikan
sel akan terganggu dan otak menjadi atrofi.

2) Sistem persarafan
Berkurangnya saraf neucortical rata-rata sebesar 1 per detik.
Hubungan persarafan menurun dengan cepat. Merespon dengan
lambat, baik dari gerakan maupun jarak waktu, trutama di bawah
tekanan. Mengecilnya saraf pancaindra, serta dapat terjadinya
kurang sensitif terhadap sentuhan.
3) Sistem pendengaran

11
Gangguan pada pendengaran (presbiakusis). Membran timpani
atropi. Terjadi pengumpulan dan pengerasan serumen karena
peningkatan keratin. Gangguan pendengaran terjadi pada orang tua
yang menderita tekanan mental dan stress.
4) Sistem penglihatan
Adanya sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respons
terhadap cahaya. Kornea lebih berbentuk seperti bulat. Lensa lebih
gelap (mendung) dapat menyebabkan katarak. Meningkatnya
ambang. Kehilangan akomodasi, persepsi cahaya yang lambat dan
adaptasi terhadap kegelapan dan kesulitan melihat dalam
kegelapan. Bidang visual menyempit dan skala pemeriksa
mengurangi kemampuan untuk membedakan antara warna biru dan
hijau.
5) Sistem kardiovaskular
Dinding aorta menjadi kurang elastis. Katup jantung menebal dan
mengeras. Kapasitas pemompaan jantung menurun sebesar 1%
setiap tahun mulai dari usia 20 tahun. Hal ini menyebebkan
menurunnya kontraksi dan volume. Hilangnya elastisitas vaskular,
pengiriman oksigen vaskular perifer yang tidak efektif, sering
terjadi hipotensi ortostatik. Peningkatan tekanan darah karena
peningkatan resistensi pembuluh darah perifer.
6) Sistem pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh menurun (hipotermia) yang dimana secara fisiologis
+35°C. Hal ini diakibatkan karena penurunan metabolisme. Reflek
dingin yang terbatas dan ketidakmampuan untuk menghasilkan
suhu pana, mengakibatkan aktivitas otot rendah.
7) Sistem pernapasan
Otot pernapasan kehilangan kekuatannya sehingga menjadi kaku.
Paru-paru kehilangan elastisitasnya sehingga volume residu
meningkat. Pernapasan menjadi lebih berat, kapasitas pernapasan
maksimum berkurang, dan kedalaman bernapas juga berkurang.

12
Ukuran alveoli lebih lebar dari biasanya dan jumlahnya berkurang,
oksigen di arteri menurun menjadi 75 mmHg, kemampuan untuk
batuk berkurang, dan kekuatan otor pernapasan menurun.
8) Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi, menurunnya indra pengecapan. Esofagus
melebar. Berkurangnya kepekaan terhadap rasa lapar. Mengurangi
produksi asam lambung dan waktu pengosongan lambung. Sering
terjadi penurunan peristaltic dan konstipasi. Hati (liver) menjadi
lebih kecil sehingga ruang penyimpanan lebih sedikit dan
mengurangi aliran darah.
9) Sistem genitourinaria
Ginjal menyusut atau mengecil, aliran darah ke ginjal berkurang
hingga 50%, dan fungsi tubular berkurang (mengakibatkan
berkurangnya kemampuan ginjal untuk memekatkan urin,
penurunan berat jenis urin, Ketika jumlah proteinuria menjadi
normal biasanya +1), darah nitrogen urea (BUN) meningkat
menjadi 21 mg%, yang meningkatkan ambang glukosa ginjal.
Otot-otot kandung kemih (vesicoureter) melemah, berkurang
menjadi 200 ml, frekuensi buang air kecil meningkat, pengosongan
kandung kemih, dan retensi urin meningkat. Kebanyakan pria di
atas usia 65 tahun mengalami pembesaran prostat hingga 75% dari
ukuran normalnya.
10) Sistem endokrin
Berkurangnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktivitas
tiroid, basal metabolik rate (BMR), daya pertukaran gas, produksi
aldosteron, serta sekresi hormon kelamin seperti progesteron,
estrogen, dan testosteron.
11) Sistem integumen
Kulit menjadi keriput karena hilangnya jaringan lemak, dan
permukaan kulit menjadi kasar dan bersisik. Respon terhadap
trauma tumpul berkurang, kulit kepala dan rambut menjadi kurang

13
protektif dan rambut menjadi lebih tipis dan beruban. Rambut
hidung dan telinga menebal. Penurunan elastisitas akibat
penurunan cairan dan angiogenesis Pertumbuhan kuku melambat,
kuku menjadi keras dan rapuh, dan kuku tumbuh terlalu panjang
dan keras. Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang,
membuat kuku menjadi kusam dan kurang bercahaya.
12) Sistem muskuloskeletal
Tulang kehilangan kepadatan (Density) dan menjadi lebih rapuh.
Sendi membesar dan menjadi paku. Tendon berkontraksi dan
mengeras. Atrofi serat otot menyebabkan seseorang bergerak
lambat, kejang otot, dan tremor.
2. Konsep Dasar Penyakit Diabetes Melitus
a. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes adalah penyakit kronis kompleks yang membutuhkan
perawatan medis berkelanjutan serta pendidikan manajemen kesehatan
mandiri pada pasien untuk mencegah komplikasi akut juga untuk
mengurangi risiko komplikasi jangka panjang, ditandai oleh
hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, ataupun
keduanya. Keadaan hiperglikemia kronis DM berhubungan dengan
gangguan fungsi hingga kegagalan organ, seperti mata, ginjal, saraf,
jantung, dan pembuluh darah (American Diabetes Association, 2017)
Diabetes mellitus merupakan kondisi kronis yang terjadi jika ada
peningkatan kadar glukosa dalam darah karena tubuh tidak menghasilkan
insulin atau menggunakan insulin secara efektif. Insulin merupakan
hormon penting yang diproduksi oleh pancreas kelenjar tubuh, yang
merupakan transports glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh di mana
glukosa diubah menjadi energi. Kurangnya insulin atau ketidakmampuan
sel tubuh untuk merespons insulin akan menyebabkan kadar glukosa
darah menjadi tinggi atau hiperglikemi, yang merupakan ciri khas DM.
Hiperglikemi jika dibiarkan dalam jangka waktu yang lama, dapat
menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh, yang menyebabkan

14
perkembangan komplikasi kesehatan yang melumpuhkan dan
mengancam jiwa seperti penyakit kardiovaskular, neuropati, nefropati
dan penyakit mata, yang menyebabkan retinopati dan kebutaan
(International Diabetes Federation, 2017).
b. Etiologi dan Faktor Resiko Diabetes Melitus
Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kedalam
2 kategori klinis yaitu:
1) Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)
a) Genetik
Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun
mewarisi sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan genetik
kearah terjadinya diabetes type 1. Kecendurungan genetik ini
ditentukan pada individu yang memiliki type antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses imunnya.
b) Imunologi
Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon
autoimum. Ini adalah respon abdomal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh secara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya sebagai jaringan asing.
c) Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta. (Smeltzer dan bare,2015).
2) Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)
Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II
masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin. Faktor-faktor resiko :
a) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
b) Obesitas

15
c) Riwayat keluarga

c. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus


1) Poliuri (banyak kencing)
Poliuri merupakan gejala awal diabetes yang terjadi apabila kadar
gula darah sampai di atas 160-180 mg/dl. Kadar glukosa darah yang
tinggi akan dikeluarkan melalui air kemih, jika semakin tinggi kadar
glukosa darah maka ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah
yang banyak. Akibatnya penderita diabetes sering berkemih dalam
jumlah banyak.
2) Polidipsi (banyak minum)
Peningkatan rasa haus terjadi karena tingginya kadar glukosa darah
yang menyebabkan dehidrasi berat pada sel di seluruh tubuh. Hal ini
terjadi karena glukosa tidak dapat dengan mudah berdifusi melewati
poripori membran sel. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat
katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel
untuk menggunakan glukosa sebagai energi. Aliran darah yang
buruk pada pasien diabetes kronis juga berperan menyebabkan
kelelahan
3) Polifagia (banyak makan)
Peningkatan rasa lapar terjadi karena penurunan aktivitas kenyang
dihipotalamus. Glukosa sebagai hasil metabolism kaarbohidrat tidak
dapat masuk ke dalam sel, sehingga meneybabkan terjadinya
kepalaran sel
4) Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan terjadi karena tubuh memecah cadangan
energi lain dalam tubuh seperti lemak
5) Gejala tidak khas Diabetes Melitus diantaranya, lemah badan,
kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta
pruritus vulva pada wanita (Decroli, 2019)
d. Pemeriksaan Diagnostic Diabetes Melitus

16
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa
darah dan HbA1c. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah
pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena.
Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan glukometer.
Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Berbagai
keluhan dapat ditemukan pada pasien DM. Berikut kriteria diagnosis
diabetes melitus (Kemenke, 2021)

Pemeriksaan Sampel Darah DM

Kadar glukosa darah Plasma vena ≥ 200 mg/dl


sewaktu (mg/dl) Plasma Kapiler ≥ 200 mg/dl

Kadar glukosa darah Plasma vena ≥ 126 mg/dl


puasa (mg/dl) Darah kapiler ≥ 100 mg/dl

Sumber : P2PTM Kemenkes RI 2021


Palsma vena darah yang diambil dari pembulih darah yang lebih
besar dan dalam (biasanya dengan suntikan) dan darah kapiler darah
yang diambil dari pembuluh yang lebih halus (biasanya dengan tusukn
diujung jari tangan).
e. Komplikasi Diabetes Melitus
Menurut Febrinasari et al (2020) komplikasi diabetes melitus ada 2 (dua),
yaitu :
1) Komplikasi Diabetes Melitus Akut
Komplikasi diabetes akut dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu naik
turunya kadar gula dara secara dratis. Keadaan ini membutuhkan
perhatian medis segera, jika terlambat ddapat menyebabkan hilangnya
kesadaran, kejang dan kematian. Terdapat 3 macam komplikasi diabetes
melitus akut :
a) Hipoglikemis
Kondisi dimana turunnya kadar gula darah secara dratis akibat terlalu
banyak insulin dalam tubuh, terlalu banyak mengomsumsi obat
penurun gula darah, atau terlambat makan. Gejala berupa penglihatan

17
kabur, detak jantung cepat, sakit kepala, gemetar, berkeringat dingin
dan pusing. Kadar gula darah yang terlalu rendah dapat menyebabkan
pingsan, kejang, bahkan koma
b) Ketosiadosis diabetic (KAD)
Keadaan darurat medis yang disebabkan oleh kadar gula darah yang
tinggi. Ini merupakan komplikasi penyakit diabetes yang terjadi ketika
tubuh tidak dapat menggunakan gula atau glukosa sebagai sumber
bahan bakar, sehingga tubuh mengolah lemak dan menghasilkan keton
sebagai sumber energy. Jika tidak segera mencari pertolongan medis,
kondisi ini dapat meneybabkan penumpukan asam yang berbahaya
didalam darah, sehingga menyebabkan dehidrasi, koma, sesak nafas,
bahkan kematian
c) Hyperosmolar hyperglycemic state (HHS)
Terjadinya HSS disebabkan oleh peningkatan mortalitas sebesar 20%.
HSS terjadi karena lonjakan kadar glukosa darah yang sangat tinggi
selama periode tertentu. Gejala HHS ditandai dengan rasa haus,
kejang, kelemahan dan gangguan kesadaran yang menyebabkan koma.
Selain itu, penyakit diabetes yang tidak terkontrol juga dapat
menyebabkan komplikasi yang serius lainnya yaitu hiperglikemia non
ketosis dan sindrom hiperglikemia. Komplikasi akut diabetes adalah
kondisi medis serius yang memerlukan perawatan dan pemantauan
oleh dokter dirumah sakit
2) Komplikasi Diabetes Melitus kronis
Seringkali komplikasi jangka panjang seiara bertahap terjadi saat
diabetes tidak terkontrol dengan baik. Tinggi kadar gula darah yang tidak
terkontrol dari waktu ke waktu akan menyebabkan kerusakan serius pada
semua organ tubuh Beberapa komplikasi jangka panjang pada penyakit
diabetes melitus menurut Febrinasari et al., 2020 yaitu:
a) Gangguan pada mata (retinopati diabetik)
Tingginya kadar gula darah bisa membahayakan pembuluh darah di
retina yang berpotensial menyebabkan kebutaan. Kerusakan pembuluh

18
darah di mata juga meningkatkan risiko gangguan penglihatan, seperti
katarak dan glaukoma. Deteksi dini dan pengobatan retinopati dapat
diiegah atau ditunda seiepat mungkin kebutaan. Dorong penderita
diabetes menjalani pemeriksaan mata seiara teratur.
b) Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)
Kerusakan ginjal yang disebabkan oleh DM disebut dengan nefropati
diabetik. Situasi ini bisa menyebabkan gagal ginjal dan bahkan bisa
mengakibatkan kematian jika tidak ditangani dengan baik. Saat terjadi
gagal ginjal, pasien harus melakukan dialisis rutin atau transplantasi
ginjal. Dikatakan bahwa diabetes adalah silent killer, karena biasanya
tidak menimbulkan gejala khas pada tahap awal. Namun, pada
stadium lanjut, gejala seperti anemia, kelelahan, pembengkakan pada
kaki, dan gangguan elektrolit dapat terjadi. Diagnosis dini, kontrol
gula darah dan tekanan darah, manajemen pengobatan pada tahap
awal kerusakan ginjal, dan membatasi asupan protein adalah cara
yang bisa dilakukan dalam menghambat perkembangan diabetes yang
menyebabkan gagal ginjal.
c) Kerusakan saraf (neuropati diabetik)
Diabetes juga dapat merusak pembuluh darah dan saraf, terutama
saraf di kaki. Kondisi ini disebut neuropati diabetes, ini karena saraf
mengalami kerusakan baik secara langsung akibat tingginya gula
darah, maupun karena penurunan aliran darah menuju saraf. Rusaknya
saraf dapat menyebabkan gangguan sensorik dengan gelaja berupa
mati rasa, kesemutan, dan nyeri. Kerusakan saraf juga bisa
mempengaruhi saluran pencernaan (gastroparesis). Gejalanya berupa
mual, muntah dan cepat merasa kenyang saat makan. Pada pria,
komplikasi diabetes bisa menyebabkan disfungsi ereksi atau
impotensi. Komplikasi ini dapat dicegah dan penundaan hanya bila
diabetes terdeteksi sejak dini agar kadar gula darah bisa terkontrol
melalui pola makan dan gaya hidup sehat dan minum obat yang sesuai
rekomendasi dokter.

19
d) Masalah kaki dan kulit
Komplikasi yang juga sangat umum adalah masalah kulit dan luka
pada kaki yang sulit sembuh. Ini karena kerusakan pembuluh darah
dan saraf serta aliran darah kaki yang sangat terbatas. Gula darah yang
tinggi bisa mempermudah bakteri dan jamur berkembang biak. Selain
itu, akibat diabetes, kemampuan tubuh untuk menyembuhkan dirinya
sendiri juga berkurang. Jika tidak dirawat dengan baik, kaki penderita
diabetes berisiko mengalami cedera dan infeksi, yang dapat
menyebabkan gangren dan ulkus diabetes. Perawatan luka di kaki
penderita diabetes adalah dengan memberi antibiotik, perawatan luka
yang baik, hingga dapat diamputasi jika jaringan rusak ini sudah
parah.
e) Penyakit kardiovaskular
Kadar gula darah yang tinggi bisa menyebabkan rusaknya pembuluh
darah sehingga seluruh sirkulasi darah tersumbat termasuk jantung.
Komplikasi yang menyerang jantung dan pembuluh darah yaitu
penyakit jantung, stroke, serangan jantung dan penyempitan arteri
(aterosklerosis).
f. Penatalaksaan Diabetes Melitus
Menurut Putra, I. W. A., & Berawi (2015) penatalaksanaan diabetes
melitus dikenal dengan 4 pilar penting dalam mengontrol perjalanan penyakit
dan komplikasi. Empat pilar tersebut adalah :
1) Edukasi
Edukasi yang diberikan adalah pahami perjalanan penyakitnya,
pentingnya pengendalian penyakit, komplikasi dan resikonya, pentingnya
intervensi obat dan pemantauan glukosa darah, bagaimana menangani
hipoglikemia, kebutuhan latihan fisik teratur, dan metode menggunakan
fasilitas kesehatan. Mendidik pasien bertujuan agar pasien bisa
mengontrol gula darah dan kurangi komplikasi serta meningkatkan
keterampilan perawatan diri sendirian. Diabetes tipe 2 biasanya terjadi
pada saat gaya hidup dan perilaku terbentuk kuat. Petugas kesehatan

20
mendampingi pasien dan memberikan pendidikan dalam upaya
meningkatkan motivasi dan perubahan perilaku.
Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dengan memberikan
edukasi antara lain: Penderita diabetes bisa hidup lebih lama dalam
kebahagiaan karena kualitas hidup sudah menjadi kebutuhan seseorang,
membantu penderita diabetes bisa merawat diri sendiri sehingga
kemungkinan komplikasi dapat dikurangi, kselain itu jumlah hari sakit
bisa ditekan, meningkatkan perkembangan penderita diabetes, sehingga
bisa berfungsi normal dan manfaatkan sebaik-baiknya.
2) Terapi nutrisi
Perencanaan makan yang bagus merupakan bagian penting dari
manajemen diabetes yang komprehensif. Diet keseimbangan akan
mengurangi beban kerja insulin dengan meniadakan pekerjaan insulin
dalam mengubah gula menjadi glikogen. Keberhasilan terapi ini
melibatkan dokter, perawat, ahli gizi, pasien itu sendiri dan keluarganya.
Intervensi nutrisi bertujuan untuk menurunkan berat badan dan
memperbaiki gula darah dan lipid darah pada pasien diabetes yang
kegemukan dan menderita morbiditas. Penderita diabetes dan kegemukan
akan memiliki resiko yang lebih tinggi daripada mereka yang hanya
kegemukan.
3) Aktifitas fisik
Kegiatan fisik setiap hari latihan fisik teratur (3-4 kali seminggu
sekitar 30 menit), adalah salah satu pilar pengelolaan DMT 2. Aktivitas
sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, naik turun tangga, dan berkebun
tetap harus dilakukan untuk menjaga kesehatan, menurunkan berat badan,
dan memperbaiki sensitivitas insulin. Latihan fisik dianjurkan yaitu
berupa senam aerobik seperti jalan kaki, bersepeda, jogging, dan
berenang, sebaiknya latihan fisik disesuaikan dengan umur dan status
kesegaran. Bagi mereka yang relatif sehat, dapat meningkatkan intensitas
latihan fisik, dan mereka yang mengalami komplikasi diabetes dapat
dikurangi.

21
4) Farmakologi
Terapi farmakologis diberikan bersamaan dengan diet dan latihan
fisik (gaya hidup sehat). Pengobatan termasuk dari obat-obatan oral dan
suntikan. Obat hipoglikemik oral berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi
menjadi 5 golongan: Memicu sekresi insulin sulfonylurea dan glinid,
peningkatan metformin insulin dan thiazolidinone, penghambat
glukoneogenesis, penghambat penyerapan glukosa: penghambat
glukosidase, penghambat alfa.DPP-IV inhibitor pertumbuhan dan status
gizi, usia, stres akut dan latihan fisik untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan yang ideal. Total kalori yang dibutuhkan
dihitung berdasarkan berat tubuh ideal dikalikan dengan kebutuhan kalori
dasar (30 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg BB untuk wanita).
Lalu tambahkan kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas (10-30% atlet dan
pekerja berat bisa lebih banyak lagi, sesuai dengan kalori yang
dikeluarkan). Makanan berkalori berisi tiga makanan utama pagi (20%),
sore (30%) dan malam (25%) dan 2-3 porsi (makanan ringan 10-15%).

22
g. Pathway Diabetes Melitus
Ketidakseimbangan
kadar glukosa darah

23
Sumber (Fatimah (2015)

3. Konsep Dasar Ketumbar


a. Defenisi
Ketumbar adalah salah satu jenis rempah yang banyak dingunakan sebagai
penyedap makanan, namun ada juga digunakan sebagai tanaman obat, seperti
obat untuk penyakit diabetes. Tanaman herbal ini termasuk keluarga wortel
(Umbelliferae) yang akar, batang dan daun, serta buahnya memiliki aroma
yang menenangkan (Astawan, 2019).
Tanaman ketumbar dapat dipanen setelah berumur tiga bulan. Di
indonesia, tanaman ketumbar belum dibudidayakan secara intensif dalam
skala luas, penanaman hanya terbatas. Ketumbar dibudidayakan di daratan
tinggi seperti boyolali, sumatera baarat dan lainnya, hingga saat ini budidaya
tanaman ketumbar masih kurang jumlahnya (Astawan, 2019).
Kandungan ketumbar mengandung berbagai macam mineral yang banyak
terkandung pada biji ketumbar adalah kalsium, fosfor, magnesium, potassium
dan besi. Kalsium selain berperan sebagai mineral tulang juga berperan

24
menjaga tekanan darah agar tetap normal. ( vauchi at.all 2018 : Astawan
2019).
Vitamin yang banyak terkandung dalam biji ketumbar adalah vitamin c
dan d, vitamin c yang berperan sebagai antioksidan. Antioksidan berperan
dalam mencegah dan mengurangi bahaya yang ditimbulkan radikal bebas.
Radikal bebas adalah suatu senyawa yang dapatb menggangu metabolism
tubuh yang berbahaya bagi kesehatan (Wangensteen at. All 2018).
b. Manfaat
Tanaman ketumbar memilik manfaat sebagai bumbu dan rempah-rempah
selain untuk meningkatkan rasa juga mempunyai nilai medis ( de. Sauzha, at.
All 2005). Komponen aktif pada ketumbar adalah sabinene, myrcene, alfa-
terpinnen, ochinene, linalool, geraniol, dekanel, desilaldehida, trantidecene,
asam petroselinat, asam oktadasenat, d-manite, scopoletin, p-simena,
kamvena dan felandren. Komponen- komponen tersebutlah yang
menyebabkan ketumbar memiliki reputasi yang bagus sebagai komponen
obat (Astawan 2019).
Aktivitas biologis didalamnya dapat efek merangsang enzim pencernaan
dan peningkatan fungsi hati (Hernandes, at. All 2018). Minyak atsirih pada
biiji ketumbar memiliki sifat antimikroba terhadap spesies pathogen seperti
salmonella dan sebagai antioksidan. Biji ketumbar juga bermanfaat sebagai
antidiabetes, penurunan tekanan tinggi, dan efek stimulasi dalam proses
pencernaan (Wahab dan hasanah, 2018). Untuk Penyakit Dm sendiri
ketumbar mengandung zat ekstrak ketumbar ( Coriandrum zativum l) dimana
dapat menurunkan kadar gula darah.Hal ini dikarenakan dalam buah
ketumbar mengandung beberapa senyawa aktif yang berefek sebagai
hipoglikemik yaitu kemampuan ekstrak air buah ketumbar dalam
menurunkan kadar glukosa darah diduga karena aksinya mirip insulin dan
dapat menstimulasi pengeluaran insulin.

Tabel.1 Kandungan dan manfaat ketumbar

25
No Class Compounds Manfaat

1. Fosfor Membangun dan memelihara


Senyawa fostfat organic
tulang dan gigi. Pembentukan
(pada tumbuhan dan
DNA dan
hewan) dan senyawa
RNA,meningkatkan energi
fosfat anorganik ( pada
dalam tubuh, dan
air dan tanah ).
memperbaiki jaringan yang
rusak.

2 Magnesium Mengurangi resiko terkena


(5,5% - 7%)
penyakit diabetes, menjaga
aluminium, (0,5 –
kesehatan jantung dan
1,5%) seng, dan (0,15 –
kekuatan tulang.
0,4%) mangan.

3 Potassium Logam alkali, lunak. Menjaga kesimbangan cairan,


mengurangi resiko diabetes
mencegah batu ginjal dan
membantu mencegah stroke

4 Vitamin C Asam karbonat, sodium Membantu memenuhi


askorbat kebutuhan vitamin C ,
menurun risiko berbagai
penyakit. Memeliharga daya
tahan tubuh.

5 Vitamin K Filokuinon, Memperlancar aliran darah


fitomenadion, dan mencegah arterosklerosis.
menakuinon, menadion

6 Protein 100 – 10.000 Asam Membentuk antibodi,


amino, karbohidrat, membangun dan

26
lemak. memperbaiki jaringan tubuh
sebagai sumber energi.

c. Mekanisme kerja ketumbar


Penggunaan cadangan makanan yang berlangsung secara terus menerus
didalam sel untuk memenuhi kebutuhan energi menyebabkan penurunan
berat badan sel akan mengurangi masa otot, lemak dan protein. Penurunan
berat badan sangat penting sebagai para meter untuk kelompok normal dan
mengetahui seberapa besar defisiensi insulin dalam mempengaruhi
penyerapan glukosa pada masing-masing perlakuan.
Ekstrak air buah ketumbar menunjukan efek seperti insulin dan
membantu stimulasi penegluaran insulin. Hal tersebut dikarenakan air buah
ketumbar dapat meningkatkan transpor glukosa, oksidasi glukosa, dan
glikosis yang sebanding dengan preparat insulin konsentrasi . Penelitia ini
juga menujukan bawah efek stimulasi produksi insulin oleh ketumbar
seperti pada anti biabetic oral sulfonylurea. Efeknya adalah menyebabkan
penutupan kanol ion kalium bergantung ATP pada membran plasma,
depolarisasi membrane, membuka kanal klsium bergantung vulkase dan
menigkatkan dan meningkatkan ion kalsium intraseluler. Diakzoksida juga
dapat menghambat efek stimulasi pengeluaran insulin oleh ketumbar. Oleh
karena itu, penggunaan ketumbar dapat dimanfaatkan dalam pencegahan
atau terapi diabetes melitus baik tipe 1 maupun tipe 2.(Agung, 2018).
d. Klasifikasi Ketumbar
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Rosidae
Orda : Apiles

27
Family : Apiaceae
Genus : Coriandrum
Spesies : Coriandrum zativum L

e. Morfologi Buah Ketumbar


Tanaman ketumbar merupakan semak semusim,dengan tinggi sekitar
satu meter.Akarnya tunggang bulat,bercabang,dan berwarna
putih.batangnya berkayu lunak,beralur,dan berlubang dengan bercabangan
dichotomy berwarna hijau.Tangkainya berukuran sekitar 5-10 cm. Daunnya
majemuk, menyirip,berselundang dengan tepi hijau keputihan. Buahnya
berbentuk bulat, waktu msih ,muda berwarna hijau,dan setelah tua berwarna
kuning kecoklatan.bijinya berbentuk bulat dan berwarna kuning kecoklatan
(hadipoentyani dan wahyuni, Astawan (2019).

f. Indikasi Meminum Air Rebusan Ketumbar pada Penyakit Dm


Diberikan pada lansia yang memiliki riwayat diabetes melitus ,lansia
yang kooperatif yang bersedia menerima perlakuan sesuai alur (Wahab dan
hasanah, 2018).

g. Kontraindikasi Ketumbar
Pemberian ketumbar ini tidak diperbolehkan pada lansia yang
mengidap beberapa penyakit sebagai berikut:
1. Pengidap masalah hati
Penggunaan biji ketumbar yang berlebihan dan berkepanjangan dapat
menyebabkan masalah hati komponen minyak dan biji ketumbar
biasanya membantu dalam mengobati masalah hati,setapi pebggunaan
berlebihan dapat menyebabkan sektresi empedu dan menyebabkan
kondisi abnormal
2. Pengidap Alergi
Beberapa orang mungkin mendapat alergi seperti ruam, kesulitan
bernafas,gatal,bengkak diwajah yang disebabkan konsumsi ketumbar.

28
Jika rentan terhadap alergi sebaiknya perlu menghindari ketumbar
sebgai obat.
3. Ibu hamil dan menyusui
Ibu hamil dan menysui harus menggunakan biji ketumbar dalam jumlah
yang terbatas karena efeknya poada sekresi kelenjar dapat
menyebabkan kerusakan pada ibu janin,serta kelenjer repoduksi.
4. Mengalami hopoklikemia
Biji ketumbar telah dikenal sebgai perawatan diabetes karena memiliki
kemampuan untuk menurunkan tingkat gula darah.jika sedang
menjalani perawatan diabetes,perlu memantau kadar gula darah
sebelum menggunakan ketumbar sebagai obat karena ketumbar dapat
menurunkan kadar gula daras secara drastic.

h. Cara Pembuatan Rebusan Air Ketumbar Untuk Diminum


Menurut (Astawan 2019) Cara Pembuatan Rebusan Air Ketumbar
Untuk Diminum yaitu sebagai berikut :
1. Persiapkan alat dan bahan
2. Cuci bersih ketumbar sebanyak 2 sendok makan
3. Panaskan air sebanyak 500 ml sampai mendidih
4. Masukkan ketumbar kedalam air mendidih sebanyak dua sendok makan
5. Diamkan Air rebusan selama 15 menit
6. Setelah 15 menit saring air ketumbar kedalam gelas dan buang
ampasnya
7. Air rebusan ketumbar siap untuk diminum

i. Cara Penyajian Air Rebusan Ketumbar Pada Penderita DM


Menurut (Astawan, 2019) Cara Penyajian Air Rebusan Ketumbar Pada
Penderita DM yaitu sebagai berikut :
1. Sebelum diberikan air rebusan ketumbar terlebih dahulu cek kadar gula
darah lansia

29
2. Berikan Implementasi kepada responden pada saat 2 jam setelah makan
pagi dengan 3 hari berturut-turut
3. Kemudian responden meminun air rebusan ketumbar sebanyak satu kali
satu hari selama 3 hari
4. Selanjutnya dilakukan kembali pengukuran kadar gula darah lansia
pada hari keempat.

30
BAB III

PELAKSANAAN

A. Periode Pra Pelaksanaan


Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan kelompok pada tanggal 06
Januari 2024 di Pantai Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin
yang mempunyai kapasitas 110 lansia yang berada pada 13 wisma
didapatkan hasil bahwa 5 lansia mengalami diabetes melitus diantaranya 4
laki laki dan 1 perempuan. Pada hari sabtu , 06 Januari 2024, kelompok
memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan desiminasi ilmu
pada lansia. Meminta persetujuan lansia untuk dilakukan implementasi
pemberian air rebusan ketumbar untuk menurunkan kadar gula darah pada
lansia. Kelompok menjelaskan prosedur pemberian, cara
menggunakan,dan pembuatan rebusan air ketumbar. Sebelum melakukan
implementasi pemberian air rebusan ketumbar , kelompok melakukan pre
test dengan melakukan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu pada lansia
dengan 50 sampel secara acak dan didapatkan hasil 5 orang lansia
memiliki kadar gula darah yang tinggi. Kemudian kelompok melakukan
pemberian air rebusan ketumbar dengan cara berikut:
a. Alat dan Bahan
1. Biji ketumbar sebanyak 2 sendok
2. Air 500 ml
3. Saringan
4. Gelas
b. Cara Pembuatan
1. .Persiapkan alat dan bahan
2. Cuci bersih ketumbar sebanyak 2 sendok makan
3. Panaskan air sebanyak 500 ml sampai mendidih
4. Masukkan ketumbar kedalam air mendidih sebanyak dua
sendok makan
5. Diamkan Air rebusan selama 15 menit

31
6. Setelah 15 menit saring air ketumbar kedalam gelas dan
buang ampasnya
7. Air rebusan ketumbar siap untuk diminum
c. Prosedur
1. Sebelum diberikan air rebusan ketumbar terlebih dahulu
cek kadar gula darah lansia
2. Pemberian air rebusan ketumbar 1x sehari pada saat 2 jam
setelah makan pagi dengan 3 hari pemberian perlakuan
yang berturut-turut
3. Selanjutnya dilakukan kembali pengukuran kadar gula
darah lansia pada hari keempat.
B. Implementasi
Implementasi dilakukan selama 3 kali dari 09 Januari sampai dengan
tanggal 11 Januari 2024 yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Kelompok melakukan persiapan untuk pemberian terapi non
farmakologi (herbal) yaitu pemberian air rebusan ketumbar
2. Setelah itu kelompok mendatangi lansia untuk dilakukan
pemeriksaan kadar gula darah lansia untuk dilakukan implementasi
3. Sebelum melakukan implementasi pada lansia, anggota kelompok
menjelaskan cara penggunaan air rebusan ketumbar dan setiap
lansia diberikan air rebusan ketumbar 1x sehari selama 3 hari.
4. Setelah lansia diberikan air rebusan ketumbar , anggota kelompok
pamit dan mengingatkan Kembali bahwa besok anggota kelompok
akan kembali lagi untuk memberikan air rebusan ketumbar sampai
Kamis , 11 Januari 2023
C. Periode pasca perlakuan
Pada hari Kamis , 11 Januari 2023 kelompok melakukan pemeriksaan
kadar gula darah lansia dan diberikan air rebusan ketumbar 1x sehari
selama 4 hari implementasi, kemudian di cek kadar gula darah lansia,
dengan metode dan cara yang sama saat perlakuan. Kelompok melakukan
implementasi dari tanggal 09 Januari 2024 – 11 Januari 2024.

32
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Implementasi yang Dilakukan pada Lansia


Sebelum dilakukan implementasi pada lansia kelompok melakukan
survey awal yang dilakukan kelompok pada tanggal 06 Januari 2024 di
Pantai Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin yang mempunyai
kapasitas 110 lansia yang berada pada 13 wisma didapatkan hasil bahwa 5
lansia mengalami diabetes melitus diantaranya 4 laki laki dan 1
perempuan. Jadi total lansia yang dilakukan implementasi sebanyak 5
orang,lansia bersedia diberikan minuman air rebusan ketumbar untuk
menurunkan kadar gula darah.
Sebelum melakukan implementasi minuman air rebusan ketumbar,
mahasiswa melakukan pre test dengan mengobservasi kadar gula darah
pada lansia. Terdapat 5 lansia dengan kadar gula darah diatas 200 mg/dL
yaitu diambang batas normal . Implementasi dilakukan 1x sehari selama 3
hari, diberikan pada waktu pagi 2 jam setelah makan dari tanggal 9 sampai
11 Januari 2023 di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin. Jumlah lansia
sebanyak 5 orang lansia yang diberikan pengobatan dengan cara meminum
air rebusan ketumbar Hasil implementasi setelah dilakukan pengobatan
menggunakan air rebusan ketumbar kepada 5 orang lansia didapatkan
adanya penurunan kadar gula darah.
Ketumbar meliki ekstrak air buah ketumbar yang menunjukan efek
seperti insulin dan membantu stimulasi penegluaran insulin. Hal tersebut
dikarenakan air buah ketumbar dapat meningkatkan transpor glukosa,
oksidasi glukosa, dan glikosis yang sebanding dengan preparat insulin
konsentrasi sehinggan penggunaan ketumbar dapat dimanfaatkan dalam
pencegahan atau terapi diabetes melitus baik tipe 1 maupun tipe 2.(Agung,
2018).

33
Berikut 5 lansia yang memiliki kadar gula darah tinggi dengan
pemberian air rebusan ketumbar :
1. Kakek Edi
Kakek Edi menderita diabetes melitus sudah bertahun tahun dan
kadar gula darah yang sering naik turun, selama ini kakek edi
mengkonsumsi obat rutin.Setelah dilakukan implementasi selama
3 hari berturut turut sehari 2 jam setelah makan pagi saat
dilakukan evaluasi dan pengecekan kadar gula darah kakek edi
mengalami penurunan yang awalnya 265 mg/dL setelah meminum
air rebusan ketumbar kadar gulanya menurun menjadi 252 mg/dL
2. Kakek Syahrul Agus
Kakek Syahrul Agus menderita diabetes melitus sudah bertahun
tahun dan kadar gula darah yang sering naik turun, selama ini
kakek edi mengkonsumsi obat rutin.Setelah dilakukan
implementasi selama 3 hari berturut turut sehari 2 jam setelah
makan pagi saat dilakukan evaluasi dan pengecekan kadar gula
darah kakek syahrul mengalami penurunan yang awalnya 230
mg/dL setelah meminum air rebusan ketumbar kadar gulanya
menurun menjadi 206 mg/dL
3. Kakek Jailudin
Kakek Jailudin menderita diabetes melitus sudah bertahun tahun
dan kadar gula darah yang sering naik turun, selama ini kakek
jailudin tidak mengkonsumsi obat rutin. Setelah dilakukan
implementasi selama 3 hari berturut turut sehari 2 jam setelah
makan pagi saat dilakukan evaluasi dan pengecekan kadar gula
darah kakek jailudin mengalami penurunan yang awalnya 236
mg/dL setelah meminum air re busan ketumbar kadar gulanya
menurun menjadi 206 mg/dL
4. Nenek Ramaimar
Nenek ramaimar menderita diabetes melitus sudah bertahun tahun
dan kadar gula darah yang sering naik turun, selama ini nenek

34
ramimar tidak mengkonsumsi obat rutin dan terdapat luka
dibagian telapak kaki kanan dan kiri .Setelah dilakukan
implementasi selama 3 hari berturut turut sehari 2 jam setelah
makan pagi saat dilakukan evaluasi dan pengecekan kadar gula
darah nenek ramaimar mengalami penurunan yang awalnya 200
mg/dL setelah meminum air rebusan ketumbar kadar gulanya
menurun menjadi 185 mg/dL
5. Kakek Mukadas
Kakek Mukadas menderita diabetes melitus sudah bertahun tahun
dan ini merupakan penyakit keturunan dari keluarganya dan kadar
gula darah yang sering naik turun selama ini kakek mukadas
mengkonsumsi obat rutin.Setelah dilakukan implementasi selama
3 hari berturut turut sehari 2 jam setelah makan pagi saat
dilakukan evaluasi dan pengecekan kadar gula darah kakek
mukadas tidak mengalami penurunan kadar gula darah yang
awalnya 355 mg/dL setelah meminum air rebusan ketumbar kadar
gulanya tidak mengalami penurunan malah naik jadi 400 ini
disebabkan karena pola makan yang belum teratur
D. Kesimpulan Hasil Implementasi
1. Kadar gula darah pada lansia sebelum diberikan rebusan air
ketumbar
Diabetes mellitus merupakan kondisi kronis yang terjadi
jika ada peningkatan kadar glukosa dalam darah karena tubuh
tidak menghasilkan insulin atau menggunakan insulin secara
efektif. Insulin merupakan hormon penting yang diproduksi oleh
pancreas kelenjar tubuh, yang merupakan transports glukosa dari
aliran darah ke sel-sel tubuh di mana glukosa diubah menjadi
energi. (International Diabetes Federation, 2017).
Menurut analisis kelompok sebelum diberikan terapi no
farmakologis rebusan air ketumbar di dapatkan jumlah lansia yang
menderita diabetes melitus adalah 5 orang yaitu 1 perempuan dan

35
4 laki laki hal ini disebabkan oleh faktor keturunan dan juga tidak
mengkonsumsi obat rutin sehingga kadar gula darah naik turun.
2. Kadar gula darah pada lansia sesudah diberikan rebusan air
ketumbar
Menurut analisis kelompok setelah diberikan rebusan air
ketumbar didapatkan hasil penurunan kadar gula darah pada lansia
setelah 3 hari pemberian air rebusan ketumbar dari kadar gula
tinggi jadi menurun
Ketumbar memiliki ekstrak air buah ketumbar yang
menunjukan efek seperti insulin dan membantu stimulasi
penegluaran insulin. Hal tersebut dikarenakan air buah ketumbar
dapat meningkatkan transpor glukosa, oksidasi glukosa, dan
glikosis yang sebanding dengan preparat insulin konsentrasi
sehinggan penggunaan ketumbar dapat dimanfaatkan dalam
pencegahan atau terapi diabetes melitus baik tipe 1 maupun tipe 2.
(Agung, 2018).

36
BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil implementasi terhadap lansia dengan menggunakan


terapi non farmakologis “ air rebusan ketumbar” di Panti Sosial Tresna Werdha
Sabai Nan Aluih Sicincin. Setelah dilakukan imlpmentasi pada tanggl 9-11
Januari 2024 kepeada lansia yang menderita diabetes melitus untuk minuman air
rebusan ketumbar dalam waktu 1 kali sehari 2 jam setelah makan pagi selama
3dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kelompok kepada 5 lansia
yang menderita penyakit diabetes melitus diberikan rebusan air ketumbar lansia
merasakan maafaatnya yaitu setelah pengecekan kadar gula lansia menurun yang
awal mulanya tinggi menjadi menurun

Air Rebusan ketumbar bukanlah terapi nonfarmakologis untuk


menyembuhkan penyakit diabetes melitus ,melainkan hanya menurunkan kadar
gula darah lansia menjadi yang tinggi menjadi menurun.

B. Saran

1) Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa praktek keperawatan gerontik selanjutnya
untuk dapat melanjutkan dan melakukan implementasi lebih lanjut dengan
cara menggunakan air rebusan ketumbar untuk penderita diabetes melitus
di Pantai Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin sehinggan
diharapkan lansia dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2) Bagi Petugas Dan Pengasuh
Diharapkan kepada petugas dan pengasuh di Panti Sosial Tresna Werdha
Sabai Nan Aluih Sicincin untuk dapat melanjutkan pemberian air rebusan
ketumbar untuk mengurangi kadar gula darah pada lansia.

37
3) Bagi Lansia
Diharapkan kepada lansia agar dapat kooperatif saat pemberian intervensi
serta dapat membagi informasi kepada lansia lainnya tentang cara
mengurangi kadar gula darah.

38
DAFTAR PUSTAKA

Decroli, E. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2. Padang: Pusat Penerbitan Bagian


Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Febrinasari, R. P., Maret, U. S., Sholikah, T. A., Pakha, D. N., Putra, S. E &
Maret, U. S. (2020). Buku Saku Diabetes Melitus Untuk Awam.
November. Diakses tanggal 20 November 2020

Fatimah, R. N. (2016). DIABETES MELITUS TIPE 2. Indonesian Journal of


Pharmacy, 27(2), pp. 74–79.
doi:10.14499/indonesianjpharm27iss2pp74.

Infodatin. (2020). Tetap Produktif, cegah, atasi Diabetes Melitus.


http://puspadatin.kemenkes,go.id. Kementrian Kesehatan RI

Irianto, K. (2015), Epidiomologi Penyakit Dan Tidak Menular paduan Klinis.


Bandung : Alfabeta

Kemenkes RI. (2020). Tetap Produktif, Cegah Dan Atasi Diabetes Mellitus.
Pusat data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.

Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik.


Yogyakarta: CV Andi Offset.

Padila. (2013). Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

PERKENI. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus


Tipe 2 Dewasa di Indonesia. Global Initiative for Asthma, p. 46.
Available at: www.ginasthma.org.

Putra, I. W. A., & Betawi, K. (2015). Empat Pilar Penatalaksanaan Pasien


Diabetes Melitus Tipe 2. Majority, 4(9), 8-12.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/
1401. Diakses tanggal 20 November 2020

Smeltzer, S.C dan B, G Bare. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah Brunneer & Suddarth. Jakarta : EGC

39
World Health Organization. (2016). Global report on diabetes.
http://pupadatin.kemenkes.go.id.

40
Lampiran 1
SURAT PERMOHONAN PADA CALON RESPONDEN
Kepada Yth
Calon Responden
Di tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Praktek Profesi
Nes STIKes Alifah Padang bermaksud akan mengadakan desiminasi ilmu
dengan judul " Manfaat Air Rebusan Ketumbar Terhadap Penurunan Gula Darah
Pada Lansia Dengan Diabetes Melitus Di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin "

Nama :
Nim :

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi


responden, karena kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan akan
digunukan untuk kepentingan penelitian saja.
Apabila lansia bersedia menjadi responden, maka dengan ini saya mohon
kesediaan lansia secara suka rela untuk menandatangani lembaran surat
pertanyaan bersedia kasih menjadi responden dan bersedia memberikan
informasi yang dinyatakan Atas perhatian dan kesediaan lansia menjadi
responden saya ucapkan terima

Sicincin, 10 Januari
2024

Peneliti

( )

41
Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI CALON RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama :

Umur :

Setelah membaca dan mendengar penjelasan maksud penelitian oleh


gelombang tiga, kelompok 7 dan 8 mahasiswa praktek profesi STIKes Alifah
Padang dengan judul " Manfaat Air Rebusan Ketumbar Terhadap Penurunan Gula
Darah Pada Lansia Dengan Diabetes Melitus Di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin
" Maka saya bersedia membumu menjadi responden serta akan memerikas
informasi yang sesungguhnya yang saya ketahui tanpa ada tekanan dan paksaan
dari pihak manapun.

Demikian surat ini saya buat dengan sebenarnya semoga bermanfaat dan
dapat digunakan sebaik-baiknya

Sicincin, 10 Januari 2024

Responden

42
43
Lampiran 3

Daftar Tabel Pengecekan Pre Test Gula Darah Pada Lansia Dengan Diabetes Melitus
Di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2024

No Nama Lansia JK Umur Wisma DGR (g/dL)


1. Edi L 71 Marapi 265
2. Mawardi L 73 Marapi 175
3. Syahrul L 70 Marapi 230
4. Irmansyah L 60 Marapi 110
5. Harianto L 64 Ombilin 138
6. Sofyan noer L 76 Ombilin 137
7. Mursalin L 81 Ombilin 111
8. Tindilak L 88 Ombilin 191
9. Sofha Kirana L 82 Ombilin 11
10. Mukhtar L 67 Tandikek 112
11. Erwandi L 60 Tandikek 136
12. Cingun L 50 Tandikek 154
13. Mukadas L 65 Tandikek 355
14. Jalilun L 88 Tandikek 186

44
15. Asnaf L 65 Tandikek 162
16 Syamsiar P 71 Antokan 87
17. Jailudin L 65 Anai 236
18. Syafri L 91 Anai 139
19. Am L 70 Harau 154
20 M.Luts L 70 Harau 165
21. Mujahidin L 64 Harau 129
22. Annisa P 64 G.Tigo 150
23. Ani P 80 G. Tigo 151
24. Armaini P 74 G. Tigo 148
25. Samsiar P 79 G. Tigo 137
26. Harmis L 77 Fujiama 140
27. A.Malik L 66 Fujiama 114
28. Rasidin L 97 Fujiama 135
29. Ponimin L 72 Fujiama 88
30. Syafrizal L 66 Fujiama 105
31. Syahril L 75 Fujiama 139
32. Samsuar L 65 Selasih 110
33. Dahrul L 68 Selasih 119
34. M. Natsir L 74 Selasih 97

45
35. Ali Umar L 66 Selasih 117
36. A.Muis L 70 Selasih 129
37. Syarul Agus L 70 Selasih 150
38. Bulek L 100 Selasih 86
39. Amri Tanjung L 67 Sago 113
40. Zaidir L 66 Sago 122
41. Marwan Jamal L 73 Sago 77
42. Taufik L 67 Sago 167
43. Syamsudin L 78 Sago 121
44. Niar P 66 Talamau 95
45. Sariah P 50 Talamau 151
46. Darami P 70 Talamau 127
47. Amirudin L 77 Merapi 152
48. Ramainar P 67 Pantai Cerrmin 200
49. Jusmaidar P 75 Pantai Cerrmin 124
50. Asmeliar P 62 Pantai Cerrmin 125

46
Lampiran 4

PRE TEST

47
Lampiran 5

Daftar Tabel Pengecekan Post- Test Gula Darah Pada Lansia Dengan
Diabetes Melitus Di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2024

No Nama Lansia JK Umur Wisma Pre- Post-


Test Test

1. Raimainar P 67 Cermin 200 185

2. Mukadas L 65 Tandikek 355 400

3. Edi L 71 Marapi 265 252

4. Syahrul Agus L 70 Marapi 230 206

5. Jaidunin L 65 Anai 236 203

48
Lampiran 6

POST-TEST

49
50

Anda mungkin juga menyukai