Anda di halaman 1dari 17

Makalah

Perspektif Kurikulum Montessori

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum PAUD

Dosen Pengampu : Mila Faila Shofa, M.Pd.

1. Tamara Yulia Citra (223131108/3D)


2. Septiyana Eka Cahyani (223131112/3D)
3. Qori Lailatul Rohimah (223131113/3D)
4. Febria Nur Hidayah H (223131122/3D)
5. Zulfa Nur Ash Sholihah (223131124/3D)
6. Mareta Salsa Rahmawati (223131132/3D)

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM RADEN MAS SAID SURAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan


semesta alam yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga
kita masih memberikan kesehatan dan semoga selalu dalam keadaan iman
dan taqwa. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman yang
gelap tanpa ilmu, ke zaman yang terang bendeeang karena ilmu-ilmu yang
beliau ajarkan sejak zaman shahabat hingga sampai kita saat ini melalui
hadits dan sunnahnya, semoga kita mendapatkan syafa’atnya dan diakui
sebagai ummatnya kelak.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
karunia-Nya kepada kita khusunya kepada penulis, sehingga dengan itu bisa
terselesaikannya makalah yang berjudul Perspektif Kurikulum Montessori.
Dengan penulisan makalah ini sangat diharapkan para pembaca dapat mengetahui
sedikit banyak pembahasan mengenai perspektif kurikulum montessori.

Makalah ini dilakukan dengan semaksimal mungkin, dengan


menggunakan rujukan-rujukan yang ada. Saya sebagai penulis mengetahui
keterbatasan saya dalam penyusunan, masih banyak kekurangan didalam makalah
saya baik dari segi penulisan maupun isi materi, dengan ini penulis memohon
kritik dan saran yang membangun kepada pembaca untuk kebaikan makalah saya
kedepannya.

Surakarta, 22 September
2023

Penulis

ii
iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi dan Sejarah Maria Montessori...................................................3
B. Karakteristik dan Metode Kurikulum Montessori....................................6
C. Kurikulum Montessori..............................................................................8
D. Implementasi Kurikulum Montessori......................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini metode pembelajaran yang diterapkan untuk anak usia dini
merupakan pengembangan dari teori-teori pendidikan dan perkembangan
anak. Pada dasarnya metode pembelajaran anak usia dini harus
memperhatikan tahap-tahap perkembangan anak. Salah satu metode
pembelajaran anak usia dini yaitu Montessori yang ditemukan oleh
seorang tokoh bernama Maria Montessori.
Dimana Metode Montessori memiliki keunikan tersendiri dibandingkan
dengan metode yang lain. Keunikan yang menonjol adalah menjadikan
anak didik sebagai pusat pembelajaran dan guru sebagai pengamat
pekerjaan, fasilitator dan lain sebainya. Dengan metode tersebut, maka
kurikulum Montessori berorientasi pada anak. Kurikulum ini menekankan
anak sebagai sumber isi kurikulum. Dengan kurikulum Montessori anak
mampu belajar secara nyata dari kehidupannya sehari-hari.
Dalam perspektif psikologis, kurikulum Montessori merupakan
kurikulum yang mengembangkan seluruh pribadi manusia sehingga anak
dapat menjadi manusia seutuhnya (humanistik). Terkait pengembangan
pribai manusia seutuhnya, Montessori percaya bahwa metodenya akan
memuaskan insting dan kebutuhan anak dan kelak akan menciptakan
sosok orang dewasa yang terpenuhi dan seimbang. Hal tersebut sesuai
dengan konsep manusia seutuhnya. (Dina Julita, 2018, p. 150)
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis akan membahas lebih mendalam
mengenai biografi, sejarah, karakteristik, metode, kurikulum serta bentuk
implikasi Montessori dalam sebuah kurikulum yang sudah banyak
terapkan oleh lembaga PAUD pada saat ini.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas yaitu :
1. Bagaimanakah biografi dan sejarah Maria Montessori?
2. Apasajakah karakteristik dan metode kurikulum Montessori?
3. Bagimanakah kurikulum Montessori?
4. Bagaimanakah implementasi kurikulum Montessori?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui biografi dan sejarah Maria Montessori.
2. Untuk mengetahui karakteristik dan metode kurikulum Montessori.
3. Untuk mengetahui kurikulum Montessori.
4. Untuk mengetahui implementasi kurikulum Montessori.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Maria Montessori
1. Biografi Singkat Maria Montessori
Maria Montessori merupakan tokoh yang sangat terkenal di dunia
pendidikan yang berasal dari Chiaravalle, sebuah kota di puncak bukit
yang menghadap ka Laut Adriatik, di Provinsi Ancona, Italia. Maria
Montessori lahir pada tahun 1870, dimana Italia pada masa itu masih
menganut kebudayaan romawi kuno, tradisional, dan konservatif.
(Elytasari, 2017, p. 60). Pada masa itu pendidikan dan karir Sebagian
besar ditentukan oleh latar belakang keluarga. Anak-anak dari keluarga
petani seolah-olah ditakdirkan untuk meneruskan posisi orang tua mereka
di lahan-lahan pertanian. Begitu pula dengan peran perempuan yang
banyak ditentukan oleh adat dan tradisi.
Maria Montessori dilahirkan dari keluarga yang mampu secara
ekonomi. Keluarga Montessori termasuk dalam kelas menengah, kaum
Borjuis Eropa. Pendidikan yang diterima Maria Montessori di sekolah
mengikuti pendekatan tradisional dimana pembelajaran diberikan
informasi dari guru melalui membaca dan menghafal. Di sekolah-sekolah
Italia, anak-anak biasanya menggunakan buku tunggal yang memuat dan
memadukan semua mata pelajaran, seperti menulis, membaca, berhitung,
sejarah dan geografi. Sekolah-sekolah di Italia juga menerapkan metode
pendiktean. Dalam sudut ini, sang pengajar adalah pemberi informasi dan
para siswa adalah penampung pasif informasi, yang harus disimpan dalam
otak dan akan dikeluarkan ketika ada ujian. (Elytasari, 2017, p. 60)
Pada tahun 1883, Maria Montessori masuk ke sebuah sekolah teknik
negeri. Metode pengajaran di sekolah tersebut mengikuti metode
konvensial dengan menyajikan ceramah, menghafal buku dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan guru dengan jawaban yang terstruktur. Pada tahun
1890, Maria Montessori memutuskan untuk berhenti dari studi tekniknya

3
dan bergerak menuju bidang medis. Maria Montessori adalah seorang
wanita pertama yang diterima di bidang kedokteran di Universitas Roma.
Pada tahun 1899, dia bekerja di sekolah Orthophrenic di Roma selama 2
tahun. Dimana dia menghabiskan waktu bersama teman-temannya untuk
melatih guru-guru disana dengan metode khusus observasi dan
pendidikan keterbelakangan mental. Selama masa itu, dia melakukan
pengamatan, percobaan dengan menggunakan materi, metode dan
pendekatan yang sedikit berbeda kepada anak-anak dan mulai
mengumpulkan sedikit demi sedikit hasil percobaannya. (Elytasari, 2017,
p. 61)
Pada tahun 1906, Maria Montessori mendirikan sekolah pertamanya
yang dia sebut Casa Dei Bambini atau rumah anak-anak di Italia. Maria
Montessori diminta untuk mengatur surat izin pendirian sekolah anak-
anak di perkampungan kumuh dan mendirikan bangunan baru. Sekolah
pertama Montessori itu terletak di San Lorenso untuk anak-anak berusia 3
sampai 6 tahun. Pada tahun 1910, Maria Montessori diakui sebagai
pendidik yang inovatif dan signifikan di negaranya, Italia. Reputasinya
yang kian meninggi mulai menarik perhatian di dunia pendidikan oleh
negara-negara Eropa lainnya dan Amerika. Maria Montessori
menghembuskan nafas terkahirnya pada tanggal 6 Mei 1952 di Noorwijk
Aan Zee, sebuah desa kecil dekat Den Hag, dan dimakamkan di
pemakaman Katholik local (Elytasari, 2017, p. 62). Segala tanggung
jawab administrasi masyarakat internasional didelegasikan oleh
Montessori kepada anak laki-lakinya, Mario Montessori. Dan sejak
peninggalan Montessori, banyak dibangun sekolah-sekolah Montessori
lainnya, bahkan hampir tersebar ke pelosok dunia.
2. Sejarah Terbentuknya Metode Montessori
Sejarah perkembangan metode Montessori terkait keterbelakangan
mental dan gangguan psikologis pada anak, didukung oleh karya dari
Jean-Marc Gaspard Itard (1774-1838) dan karya Edouard Seguin (1812-
1880). (Iga Ayu Anggela, 2021, p. 4) Awalnya, Montessori bekerja

4
sebagai asisten medis di Klinik Jiwa di Universitas Roma. Dia
mempunyai kesempatan untuk sering datang ke rumah sakit jiwa dan
orang tua untuk mempelajari tentang mereka. Kemudian dia mulai tertarik
dengan anak-anak berkebutuhan khusus yang juga ditempatkan bersama
saat itu di rumah sakit jiwa. Kepedulian Montessori terhadap anak-anak
berkebutuhan khusus membawanya semakin akrab dengan metode
pendidikan yang dirancang khusus anak kecil.
Pada tahun 1906, Montessori mendapatkan kesempatan yang sangat
berharga dari direktur jenderal Intituto Romano yang Bernama Erdoado
Talamo meminta Montessori mendirikan sebuah sekolah untuk anak-anak
didaerah kumuh di kota Roma tepatnay di distrik San Lorenzo. Talamo
memeberikan tantangan kepada Montessori untuk membangun sebuah
sekolah dirumah petak kecil, karena Talamo sering melihat orang tua
yang meninggalkan anak dibawah umur dirumah mereka tanpa
pengawasan karena mereka bekerja. Montessori melihat kesempatan ini
sebagai jalan untuknya menjadikan sekolah tersebut sebagai tempat
penelitian atau labolatorium untuk metode yang sedang dia kembangkan.
Sekolah pertama yang Montessori bangun bernama Casa dei Bambini
atau rumah anak. Pada pembukaan sekolah pertama Montessori telah
menerima kurang lebih 50 anak dari berbagai usia 3-7 tahun. Sekolah
Montessori dibangun untuk menumbuhkaan kepekaan sensorik anak,
ketangkasan, menumbuhkan kemandirian dan kepercayaan diri dalam
melakukan kegiatan. Cas a dei Bambini menggunakan kurikulum didasari
dari prinsip Montessori yaitu periode “sensitive anak”, karena pada fase
ini anak mengalami masa penting dalam perkembangan mereka atau masa
emas. Dengan kurikulum tersebut, Montessori membebaskan anak-anak
memiliki materi, alat pembelajaran, memotivasi diri mereka sendiri,
mengoreksi diri sendiri. Berdasarkan periode sensitive, melalui observasi
dan eskperimen, montessori merancang kurikulum untuk memenuhi
kompetensi dalam 5 bidang yaitu keterampilan hidup praktis, pelatihan

5
motorik dan sensorik, keterampilan bahasa dan matematika, keterampilan
fisik,social, dan budaya, pembentukan nilai dan pendidikan karakter.
B. Karakteristik dan Metode Kurikulum Montessori
1. Karakteristik Kurikulum Montessori
Montessori menyatakan bahwa kurikulum harus didasarkan pada
sebuah ilmu pengetahuan pendidikan yang sejati, yang melibatkan
informasi dari ilmu-ilmu kedokteran antropologi dan pengamatan
klinis terhadap anak-anak. Montessori merancang kurikulum pada
dasarnya agar dapat digunakan secara tepat dan efektif, kurikulum
tersebut pada sebuah lingkungan yang terstruktur. Anak-anak di dalam
lingkungan ini bebas melakukan eksplorasi dan memilih bahan-bahan
yang akan digunakan dalam kegiatan mereka.
Dalam lingkungan yang disiapkan tersebut, bahan-bahan dan
kegiatan-kegiatan dari kurikulum tersebut adalah yang terkait dengan
keterampilan hidup sehari-hari, yaitu : (Ani Oktarina, 2019, p. 84)
a. Keterampilan Praktik Sehari-hari
Tujuan penting dari filosofi Montessori adalah agar anak-anak
memperoleh kebebasan yang mereka butuhkan bagi perkembangan
diri mereka sendiri. Bagi anak-anak kebebasan ini berarti bahwa
mereka akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan hidup
yang didasarkan pada kesiapan dan tahap perkembangan mereka
untuk melatih keterampilan praktis sehari-hari. Keterampilan
praktis ini mencakup kegiatan-kegiatan diantaranya membasuh
wajah, menggosok gigi, mengancingkan baju dan lain sebagainya.
b. Keterampilan Indera
Bahan-bahan dan kegiatan di rancang untuk membangun
ketajaman dan kemampuan indera. Dengan menggunakan alat-alat
dan bahan-bahan yang dirancang secara khusus, anak-anak belajar
menata, mengelompokkan, dan membandingkan kesan-kesan yang
didapat dari Indera dengan menyentuh, melihat, membau, merasa,

6
mendengar, dan meraba sifat-sifat fisik dari benda-benda di
lingkungan.

c. Keterampilan Bahasa
Montessori meyakini bahasa sebagai instrument pemikiran
kolektif manusia adalah kekuatan manusia yang mentransformasi
lingkungan mentah menjadi peradaban. Pengembangan bahasa
yang dikemukakan oleh Montessori tidak memandang bahasa
tertentu yang digunakan dalam kebudayaan anak, melainkan
perkembangan bahasa meliputi pola-pola yang sama untuk semua
anak.
d. Keterampilan Fisik, Sosila, dan Budaya
Keterampilan fisik, sosial, dan kebudayaan yang sifatnya lebih
umum diperoleh melalui kegiatan-kegiatan fisik secara individu,
melalui kegiatan Bersama memelihara hewan dan merawat
tanaman melalui pengembangan sikap menghargai karya sendiri
dan katya orang lain.
e. Pembentukan Niai dan Pendidikan Karakter
Menurut Montessori, jauh dalam watak alami manusia terdapat
daya, yaitu sebuah kecenderungan yang menggerakkan manusia
untuk mencari nilai-nilai spiritual yang lebih tinggi. Daya ini,
melekat dalam wataka manusia, mendorong manusia untuk
mengusahakan peningkatan spiritual. Pendidikan moral yang murni
mengikuti rangkaian yang alami dengan mengikuti tahap-tahap
perkembangan dari anak-anak.
2. Metode Kurikulum Montessroi
Dasar pendidikan Montessori, metode yang digunakan dalam
pembelajaran ada 3 hal yaitu sebgaai berikut ; (Syafri, p. 15)
a. Pendidikan Sendiri
Menurut Montessori, anak-anak memiliki potensi atau kekuatan
dalam dirinya untuk berkembang sendiri. Anak-anak tidak pernah

7
berpikir bahwa belajar sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan.
Selain itu anak juga memiliki keinginan untuk mandiri. Keinginan
untuk mandiri muncul dari dari dalam diri anak sendiri secara
spontan yang merupakan dorongan batin.
Dorongan batin ini sewaktu-waktu akan meminta pemenuhan
dan pemuasan. Dorongan-dorongan alamiah ini akan terpenuhi
dengan memfasilitasi anak dengan aktivitas yang penuh dengan
kesibukan. Dalam kegiatan ini, anak sebaiknya tidak dibantu agar
anak bisa berlatih sendiri.
b. Masa Peka
Masa peka adalah msa yang sangat penting dalam
perkembanagn seorang anak. Ketika masa peka datang, maka anak
harus segera difasilitasi dengan lat-alat permainan yang
mendukung aktualisasi potensi yang muncul. Guru memiliki
kewajiban untuk mengobservasikan munculnya masa peka dalam
diri anak. Guru harus memiliki kecakapan dalam mengobservasi
sehingga peristiwa-peristiwa ajaib yang datang secara spontan
dapat langsung digunakan oleh guru untuk mengambil tindakan
dengan memberi bantuan kepada anak dalam memilih alat
permainan (pemeblajaran) yang sesuai dan tepat waktu.
c. Kebebasan
Makna lain dari prinsip kebebasan adalah bahwa pendidikan
sudah selayaknya untuk tidak dibebankan kepad anak. Lingkungan
belajar harus diciptakan dalam suasana yang kondusif yang
memebrikan kesempatan kepada anak untuk bertindak secara bebas
dan mengembangkan dirinya sendiri. Montessori merasa bahwa
kebebasan dalam lingkungan yang telah dimodifikasi ini sangatlah
penting untuk perkembangan fisik, mental dan spiritualnya.
C. Kurikulum Montessori
Keberhasilan ataupun kegagalan dalam bidang pendidikan tidak lepas
dari adanya peran kurikulum yang digunakan dalam proses pendidikan.

8
Kurikulum merupakan salah satu untuk mencapai tujuan pendidikan dan
digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
pada berbagai jenis dan tingkat sekolah. Kurikulum menjadi dasar dan
cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa, akan diarahkan kemana
dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini dimasa depan, semua itu
ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan.
Anak usia dini merupakan periode emas yang sangat menentukan
periode-periode berikutnya. Pentingnya memberikan pendekatan yang
sesuai untuk AUD dan berguna bagi masa depan anak. Kemandirian dan
kreativitas merupakan hal penting yang perlu ditanamkan pada anak sejak
dini. Di era milenial yang serba instan ini, kemandirian merupakan hal
yang langka bagi anak. Mulai dari hal kecil sampai hal besar. Sebagian
anak sudah jarang sekali bisa membantu orang tua di rumah, bahkan untuk
kepentingan diri mereka sendiri terkadang masih memerlukan bantuan
orang dewasa. Hal ini dikarenakan kemampuan mereka untuk terampil dan
membentuk kemandirian tidak terasah dengan baik.
Selain kemandirian, kreativitas pun perlu diasah sejak dini.TK maupun
lembaga PAUD yang bersifat monoton melemahkan kreativitas anak untuk
bereksplorasi. Padahal, rentang usia dini merupakan usia emas yang
menentukan perkembangan-perkembangan pada tahap selanjutnya,
sehingga rujukan pendidikannya harus sesuai dengan karakteristik anak
usia dini. Perkembangan intelektual, spiritual, dan sosial emosional
seorang manusia merupakan hasil dari perkembangan dimasa golden age.
Salah satu pendekatan yang bisa dikembangkan sebagai dasar penyusunan
kurikulum adalah pendekatan yang dikembangkan oleh Montessori.
Pendekatan kurikulum Montessori memfokuskan pada tujuh hal seperti
practical life, sensorik, bahasa, matematika, artistik, musik, dan budaya.
Ketujuh pembelajaran tersebut mengasah kemandirian dan kreativitas
anak. Metode Montessori ini menjadi metode yang menarik perhatian
orang tua dan guru karena kualitasnya mencetak anak yang mandiri,
teratur, disiplin, dan kreatif. Pembelajaran Montessori yang diterapkan

9
oleh GIMS diatas memberikan peran kontribusi untuk mengasah
keterampilan anak agar memiliki kemandirian dan kreativitas sejak dini.
(FjriyatulmIslamiah, 2018, pp. 135-136)
Model pembelajaran Montessori memebrikan kebebasan kepada anak
untuk berpikir, berkarya dan menghasilkan sesuatu. Hal ini dikarenakan
masa peka anak tidak dapat diketahui kapan kepastian kemunculannya.
Kebebasan ini bertujuan agar anak dapat mengaktualkan potensi anak
sebebas-bebasnya. Model pembelajaran Montessori memfokuskan pada
pada pengembangan aspek motorik, sensorik dan bahasa. Penekanan
utamanya ditempatkan melalui pengembangan alat-alat Indera.
Model pembelajaran Montessori membebaskan anak untuk bergerak,
menyentuh, memanipulasi dan bereksplorasi secara bebas. Hal ini
mengasah kreativitas pada anak usia dini. Kreativitas itu sendiri
merupakan kemampuan seseorang untuk mencipta yang ditandai dengan
orisinilitas dalam berekspresi yang bersifat imajinatif. Dalam pandangan
Montessori, tujuan alami anak adalah “Aku bisa melakukannya sendiri “.
Sebagai tambahan, sang anak juga memiliki cetak biru bawaaan
perkembangan mereka sendiri, yang terbuka secara alami apabila
mendapatkan lingkungan yang sesuai dan kebebasan bertindak akan dapat
mengoptimalkan perkembangan anak.
Kebebasan diperlukan bertujuan agar anak bisa memilih apa yang
paling berguna dan paling menarik dalam berbagai hal dari semua materi
dan pengalaman yang ditawarkan. Konsekuensi dari kebebasan tersebut,
orang dewasa atau guru mengamati minat dan kegiatan anak, memeproleh
wawasan dalam kepribadian dan perkembangan anak dan menyesuaikan
atau memodifikasi lingkungan untuk memenuhi kebutuhan anak. Menurut
Montessori, disiplin sejati hanya bisa dimulai dalam atmosfer kebebasan.
D. Implementasi Kurikulum Montessori
Kurikulum memeberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
dinamika pendidikan dan perkembangan pserta didik ke depannya.
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

10
pasal 1 butir 19, menjelaskan kurikulum adalah seperngkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Implikasi kurikulum 2013
yang berbasis karakter dan komponen-komponen yang ada pada sistem
pendidikan itu sendiri. (Putri, 2021, p. 21)
Komponen-komponen tersebut antara lain kurikulum rencana
pembelajaran, proses pembelajaran, mekanisme penilaian, kualitas
hubungan pengelolaan pembelajaran, pengelolaan sekolah atau madrasah,
pelaksanaan pengembangan diri peserta didik, pemberdayaan sarana
prasarana, pembiayaan, serta etos kerja seluruh warga dan lingkungan
sekolah atau madrasah. Pada prinsip Montessori bahwa anak-anak
mengalami sensitive periods atau masa peka dalam perkembangannya.
Untuk membantu perkembangan anak dalam masa peka ini, anak-anak
disediakan bahan pebelajaran yang bersifat mengoreksi diri yang dapat
mereka pilih sendiri. Karena anak-anak memilih sendiri kegiatannya dan
bahan-bahan pembelajarannya, maka mereka dimotivasi oleh diri mereka
sendiri. (Dewi Asri Wulandari, 2018, p. 7)
Berdasarkan teori Montessori tentang masa peka dan dengan melakukan
berbagai percobaan dan pengamatan. Montessori kemudian merancang
sebuah kurikulum yang dapat mengembangkan anak di lima area yaitu
practical life, sensorial, dan baca, tulis, hitung. Kurikulum ini terus
berkembang hingga saat ini dan membentuk sebuah metode pendidikan
yang lengkap. Saat ini Montessori sudah mengembangkan menjadi liam
area yaitu practical life, sensorial, culture, language, dan math.

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Penjelasan diatas dapat disimpulakn bahwa Montessori
merancang kurikulum untuk memenuhi kompetensi dalam 5 bidang yaitu
keterampilan hidup praktis, pelatihan motorik dan sensorik, keterampilan
bahasa dan matematika, keterampilan fisik,social, dan budaya, pembentukan
nilai dan pendidikan karakter.
Dalam lingkungan yang disiapkan tersebut, bahan-bahan dan kegiatan-
kegiatan dari kurikulum tersebut adalah yang terkait dengan keterampilan
hidup sehari-hari, yaitu keterampilan praktik sehari-hari. Tujuan penting
dari filosofi Montessori adalah agar anak-anak memperoleh kebebasan yang
mereka butuhkan bagi perkembangan diri mereka sendiri.
Dengan menggunakan alat-alat dan bahan-bahan yang dirancang secara
khusus, anak-anak belajar menata, mengelompokkan, dan membandingkan
kesan-kesan yang didapat dari Indera dengan menyentuh, melihat, membau,
merasa, mendengar, dan meraba sifat-sifat fisik dari benda-benda di
lingkungan. Keterampilan fisik, sosila, dan budaya , keterampilan fisik,
sosial, dan kebudayaan yang sifatnya lebih umum diperoleh melalui kegiatan-
kegiatan fisik secara individu, melalui kegiatan bersama memelihara hewan
dan merawat tanaman melalui pengembangan sikap menghargai karya sendiri
dan kata orang lain.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ani Oktarina, M. (2019, Juli-Desember). Filsafat Pendidikan Maria Montessori Dengan


Teori Belajar Progresivisme Dalam Pendidikan AUD. VI.

Dewi Asri Wulandari, S. J. (2018, September). Implementasi Pendekatan Metode


Montessori Dalam Membentuk Karakter Mandiri Pada Anak usia Dini. Awlady:
Jurnal Pendidikan Anak, 2.

Dina Julita, R. S. (2018, September). Implementasi Kurikulum Montessori Bernafas Islam


Pada Pendidikan Anak Usia Dini Rumah Bermain Padi Di Kota Bandung.
Penelitian Ilmu Pendidikan, 11.

Elytasari, S. (2017, Januari-Juni). Esensi Mentode Montessori Dalam Pembelajaran Anak


Usia Dini. III, 60.

FjriyatulmIslamiah, S. M. (2018). Implementasi Kurikulum Montessori Dalam


Membangun Kemandirian Dan Kreatifitas Anak. Prosiding Seminar dan Diskusi
Nasional Pendidikan Dasar.

Iga Ayu Anggela, H. K. (2021, Desember). Konsep Pembelajaran Metode Montessori


Pada Tingkat Anak Usia Dini Di Masa Pandemi Covid-19. Syntax Idea, 3.

Putri, Y. D. (2021). Implementasi Metode Montessori Pada Pembelajaran Kurikulum


2013 di Kelas 3 SD Holistik Islam Terpadu Awliya. Edubase: Journal Of Basic
Education, 2.

Syafri, F. (n.d.). Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Maria Montessori.

13

Anda mungkin juga menyukai