Standar Kompetensi
Peserta dapat membuat rencana dan merancang proses mediasi.
Kompetensi Dasar
Pada akhir sesi, peserta dapat:
2. Flipchart
3. Kertas metaplan
5. Resume perkara
Alokasi Waktu
2 JPL (90 menit)
Aktifitas Pembelajaran
1. Tugas Perorangan
2. Diskusi Kelompok
3. Ceramah
Langkah-langkah Pembelajaran
Mulailah setiap sesi dengan menampilkan slide presentasi yang menjelaskan Standar Kompetensi dan
letak sesi ini dalam Rumah Mediator. Jelaskan juga apa aktifitas pembelajaran dalam sesi ini.
Di awal sesi ini, pelatih perlu menekankan bahwa Modul 7 (Merencanakan dan Merancang Proses
Mediasi), Modul 13 (Memfasilitasi Para Pihak), Modul 14 (Menjaga Keberlangsungan Mediasi), dan Modul
15 (Mengakhiri Proses Mediasi Secara Efektif dan Efisien) masuk ke dalam Kompetensi Pengelolaan
Mediasi dalam Rumah Mediator. Pelatih perlu kembali menjelaskan secara singkat, apa itu Kompetensi
Pengelolaan Mediasi.
Kegiatan 1: Tugas Perorangan – 30 Menit
1. Bagikan resume perkara dari para pihak dan minta peserta mempelajari resume tersebut.
2. Minta peserta mengidentifikasi apakah data awal yang tersedia dari resume perkara sudah cukup
atau belum. Jika belum, minta peserta menuliskan data apa saja yang belum ada dan bagaimana
cara melengkapinya. Jawaban ditulis di kertas metaplan.
f. Apa upaya yang telah dilakukan para pihak sebelumnya (bila ada)?
2. Jelaskan juga bahwa mediator perlu mulai membayangkan susunan agenda seperti apa yang
kira-kira tepat untuk digunakan dalam proses mediasi nantinya berdasarkan data-data awal yang
ada.
3. Jelaskan perancangan proses mediasi, seperti penataan atau setting ruangan, pengaturan
waktu, dan bagaimana memastikan aksesibilitas bagi semua pihak yang berkebutuhan khusus.
Kegiatan 3: Ceramah – 40 Menit
4. Berikan tips apa saja yang perlu disiapkan, bila salah satu pihak berkebutuhan khusus.
5. Jelaskan apa saja yang harus dilakukan oleh mediator untuk menentukan tone atau nuansa
pertemuan menjadi positif dan harmonis. Apa saja yang perlu disampaikan dalam pernyataan
pembuka dan bagaimana membuat dan menerapkan peraturan dasar dan panduan perilaku
serta mendapatkan komitmen dari para pihak untuk melakukan mediasi.
Bahan Bacaan Modul 7
Sebagaimana telah diamanatkan dalam Perma 1 tahuan 2016 semua jenis sengketa perdata
yang diajukan ke Pengadilan wajib terlebih dahulu diupayakan penyelesaian melalui mediasi kecuali
beberapa perkara berkaitan dengan Perkara niaga, PHI, KPPU, BPSK, arbitrase, sengketa Parpol dan
putusan Komisi informasi, gugtan sederhana;
Di dalam proses mediasi Para Pihak wajib menghadiri dengan atau tanpa didampingi oleh kuasa
hukum dan harus dilakukan di Pengadilan (kecuali non hakim) bersifat tertutup kecuali Para Pihak
menghendaki melalui teleconferen, namun dalam Perma ini jika ada alasan yang sah ketidakhadiran
para pihak secara langsung dimungkinkan jika terdapat kondisi Kesehatan yang tidak memungkinkan
hadir berdasar surat dokter, di bawah pengampuan, sang berada diluar negeri atau sedang menjalankan
profesi/pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan;
Sebelum diadakan mediasi para pihak, hakim pemeriksa harus menunjuk seorang mediator
bisa berasal dari mediator non hakim yang telah bersertifikat dan terdaftar di Pengadilan maupun hakim
yang telah bersertifikat mediator, bagi mediator non hakim biaya jasa untuk mediator di tanggung oleh
para pihak sedangkan mediator dari hakim tidak dikenakan biaya namun untuk biaya biaya pemanggilan
dibebankan kepada biaya panjar perkara dimana nantinya pihak yang kalahlah yang dibebankan
membayar biaya mediasi tersebut, kecuali berhasil terjadi perdamaian maka ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan para pihak;
Tempat penyelanggaraan diselenggarakan di ruang Mediasi Pengadilan atau di tempat lain di
luar Pengadilan yang disepakati oleh Para Pihak namun khusus Mediator Hakim dilarang
menyelenggarakan Mediasi di luar Pengadilan.
Dalam Modul 7 ini menjelaskan bagaimana mediator membuat rencana mediasi dan merancang
proses mediasi, yaitu:
• mengumpulkan dan menganalisa data awal
• membuat rencana dan agenda mediasi berdasarkan data awal yang telah dianalisa
• merancang proses mediasi, seperti penataan/setting ruangan dan memastikan aksesibilitas bagi
pihak yang berkebutuhan khusus
• menyiapkan pertemuan pertama dan pernyataan pembuka.
Persiapan dan perencanaan mediasi sangatlah penting dalam mensukseskan mediasi. Dengan persiapan
dan perencanaan yang tepat, tingkat keberhasilan mediasi akan meningkat.
Rencana mediasi ialah susunan terencana dari langkah-langkah yang dilakukan oleh mediator yang akan
membantu mediator dalam mengeksplorasi dan mencapai kesepakatan. Susunan rencana sangat
bergantung pada kompleksitas dan jenis sengketa, keluasan pengetahuan mediator mengenai sengketa,
perencanaan waktu yang tersedia dan seberapa besar kendali atas proses negosiasi yang didelegasikan
oleh para pihak kepada mediator.
• isu, kepentingan dan pilihan penyelesaian apa yang penting bagi para pihak?
• bagaimana para pihak dapat diberikan pengertian mengenai proses dan bagaimana agar mereka
dapat mencapai kesepakatan untuk melanjutkan negosiasi?
• kemungkinan jalan buntu apa yang dapat terjadi dan bagaimana itu dapat diatasi?
Setelah data diperoleh, mediator mulai menganalisa data tersebut. Analisa dilakukan terhadap para pihak
dan terhadap penyebab konflik. Pengumpulan data tentang para pihak perlu dilakukan karena penting bagi
mediator untuk mengetahui siapa saja para pihak yang terlibat dan bagaimana latar belakang hubungan
mereka selama ini.
Mengapa mediator perlu mengumpulkan data dan menganalisis data? Karena melalui pengumpulan data
dan analisa terhadap data, mediator diharapkan dapat:
• mengenali latar belakang dan sudut pandang dari masing-masing pihak yang bersengketa
• mengembangkan rencana yang sesuai dengan situasi yang dihadapi dan kebutuhan dari para
pihak
• menghindari masuk ke dalam sengketa dengan resolusi atau prosedur yang tidak sesuai dengan
tahap perkembangan atau intensitas yang terjadi dalam konflik
• menghindari konflik yang tidak perlu akibat miskomunikasi, mispersepsi, atau data yang salah
• mengetahui dengan jelas isu dan kepentingan mana yang paling penting untuk disasar
Perencanaan Mediasi
Dalam membuat rencana mediasi, mediator perlu:
• mengidentifikasi isu dan kepentingan yang penting bagi para pihak dan pilihan penyelesaian yang
potensial
• memilih prosedur mediasi yang dapat mengurangi dampak negatif dan menambah dampak positif
• menilai kondisi hubungan para pihak yang dapat mempengaruhi dinamika mediasi
• mengidentifikasi masalah yang mungkin terjadi dan rencana untuk mengatasinya.
Dalam membuat rencana mediasi, mediator perlu mulai membayangkan susunan agenda seperti apa yang
kira-kira cocok untuk digunakan dalam proses mediasi nantinya. Beberapa hal yang perlu, diperhatikan
oleh mediator, yaitu:
• pembagian berdasarkan isu yang akan menjadi prioritas utama, prioritas menengah dan prioritas
rendah
• memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam setiap
agenda dan menyusun waktu untuk setiap isu
• menentukan agenda berdasarkan tingkat kesulitan untuk mencapai tujuan, yaitu sulit, sedang dan
mudah.
Penataan Ruangan
Penataan atau setting ruangan negosiasi dapat memengaruhi dinamika dan hasil negosiasi. Dalam sebuah
negosiasi perdamaian Vietnam yang dilakukan di Paris pada awal 1970-an, sengketa meledak akibat
penataan tempat duduk dan bentuk dari meja yang digunakan dalam negosiasi perdamaian. Kejadian ini
mengindikasikan adanya dampak dari penataan atau setting tempat terhadap sebuah negosiasi.
Penataan ruangan merujuk kepada pola tempat duduk, bentuk meja, alokasi ruang yang disediakan untuk
dan antara para pihak, objek fisik yang menunjukkan adanya otoritas atau perbedaan dalam kekuasaan,
dan ruang untuk interaksi umum maupun pribadi. Penelitian sosial menunjukkan penemuan penting pada
penyusunan tempat duduk dan perilaku konflik. Filley (1975) mengobservasi mereka yang bermusuhan
cenderung menempatkan duduk mereka berlawanan satu sama lain dan bahwa penyusunan fisik ini
menghasilkan lebih banyak perilaku terpolarisasi dibandingkan dengan duduk bersebelahan. Ketika
menyusun setting / penataan ini harap diperhatikan hal-hal yang terkait dengan rasa aman dan nyaman,
terutama untuk konflik keluarga seperti terkait sengketa warisan atau perceraian yang kadang-kadang bisa
sangat emosional.
Yang perlu diperhatikan juga oleh mediator adalah ruang untuk kaukus. Ruangan kaukus adalah fasilitas
di mana para peserta mediasi dapat bertemu secara pribadi selama negosiasi. Ruangan kakukus harus
dekat dengan lokasi negosiasi tapi juga harus diberi jarak cukup jauh dari tempat negosiasi sehingga para
pihak mendapatkan suasana privat. Merupakan hal yang penting saat melakukan kaukus untuk
memastikan para pihak benar-benar terpisah. Sebagai contoh, mediator meminta pihak A untuk
meninggalkan ruang kakukus dan menunggu di ruangan konferensi yang jaraknya cukup jauh saat
mediator akan melakukan pertemuan dengan pihak B, dan pihak A meninggalkan ruang kaukus namun
tidak menuju ruangan konferensi dan malah berdiri di depan ruangan kaukus di mana dia dapat mendengar
apa yang dibicarakan. Itu sebabnya penting untuk memastikan bahwa ruang para pihak terpisah selama
kaukus berlangsung.
Pada penataan ruangan, di samping penataan kursi dan meja seperti yang dijelaskan di atas, perlu juga
untuk menyiapkan materi tertulis. Jika terdapat dokumen penunjang pembahasan, maka harus segera
disiapkan dan diletakan di atas meja para pihak. Minuman biasanya tidak ditawarkan, namun bila
sepertinya pembahasan akan memakan waktu lama, maka perlu ditanyakan juga apakah para pihak perlu
untuk menyertakan hal tersebut ke dalam ruangan. Hal terpenting lainnya ialah mengenai jarak. Pada jarak
duduk antara pihak harus lebih jauh dibandingkan jarak duduk antara pihak dan mediator.
Terkait tempat mediasi, mediator harus memikirkan mengenai ruang mediasi dan tempat mediasi secara
keseluruhan. Misalnya, apakah jalan ke ruang mediasi dapat diakses? Apabila salah-satu pihak
menggunakan alat bantu, berupa kursi roda misalnya, maka mediasi harus dilakukan di lantai dasar,
apabila gedung pengadilan bertingkat dan tanpa elevator. Selain ruang mediasi, mediator juga perlu
memperhatikan hal lainnya terkait kenyamanan mereka, misalnya, apakah toilet dapat diakses oleh mereka
yang berkebutuhan khusus? apakah pintu masuk ke ruang mediasi dapat dilewati dengan mudah bagi
yang berkursi roda? Apabila para pihak mempunyai kesulitan mengikuti proses mediasi, apa saja alat bantu
yang perlu disiapkan di ruang mediasi.
Terkait proses, mediator perlu memikirkan apakah ada informasi tambahan atau informasi yang berbeda
terkait proses mediasi yang perlu disediakan kepada pihak yang memiliki kebutuhan khusus, sebelum
proses mediasi dimulai. Setelah proses mediasi berlangsung, mediator perlu mempertimbangkan, apakah
perlu ada beberapa kaukus yang disediakan untuk memberi kesempatan pihak tersebut mereview apa
yang berlangsung selama proses mediasi? Apakah para pihak akan membutuhkan istirahat lebih sering?
Apakah dokumen yang ada perlu dijelaskan secara lisan atau dijelaskan secara mendetail?
Terkait pengaturan waktu, mediator perlu memikirkan apakah waktu mulai dan selesainya sesi mediasi
sesuai dengan kebutuhan para pihak? Apakah panjangnya waktu bisa mengakibatkan kelelahan? Apakah
memperpanjang atau memperpendek periode waktu setiap sesi bisa meningkatkan komunikasi dan
pemahaman para pihak?
Bagi pihak yang memiliki kebutuhan khusus yang mengalami kesulitan bergerak, alat bantu seperti kursi
roda dan tongkat, harus dianggap sebagai perpanjangan dari orang tersebut, sehingga tidak etis untuk
menyentuh atau memindahkan alat bantu tersebut, tanpa meminta ijin terlebih dahulu. Begitu pula apabila
hendak memberikan bantuan seperti mendorong kursi roda, tanyakan dahulu apakah yang bersangkutan
membutuhkan bantuan tersebut. Alat-alat tersebut juga harus diperbolehkan berada di dekat pemiliknya.
Dalam ruangan, kursi dan perabot harus diatur agar tidak menghalangi gerakan mereka.
Bagi pihak yang memiliki kebutuhan khusus yang bermasalah dengan penglihatan, mediator harus
menyebutkan identitas dirinya dan identitas semua orang yang ada dalam ruangan tersebut. Informasikan
kepada mereka apabila ada yang meninggalkan ruangan atau ada seseorang yang baru tiba. Jelaskan
dan bacakan setiap dokumen yang didiskusikan di dalam proses mediasi. Usahakan dokumen
diterjemahkan dalam huruf braille atau dikirimkan ke komputer yang memiliki sofware membacakan
dokumen. Sebelum memberikan bantuan, seperti menuntun, mintalah izin terlebih dulu. Ulurkan tangan
Anda, jangan menarik tangan mereka. Ketika membantu penyandang tuna netra dalam tempat yang baru,
tuntun tangannya ke pegangan tangga atau area atau ruangan tertentu sehingga mereka bisa
mengenalinya. Biarkan mereka berjalan mengikuti Anda daripada membiarkan mereka berjalan terlebih
dulu ke area yang belum diketahui. Untuk memberikan sebuah benda, sebutkan dahulu bahwa Anda akan
memberikan sebuah benda, baru kemudian benda tersebut diletakkan di tangannya.
Untuk penyandang tuna rungu atau gangguan pendengaran, tanyakan bagaimana cara terbaik untuk
memastikan bahwa Anda dapat didengar. Apabila orang tersebut membaca gerakan bibir, lihat langsung
ke arah mereka dan bicara dengan jelas. Pastikan tangan Anda berada jauh dari mulut dan hindari makan
atau mengunyah permen. Jangan bicara berlebihan atau berteriak, karena akan menyulitkan membaca
bibir. Berbicara dengan jelas dan efektif. Jangan berbicara dengan lambat atau menaikkan nada suara,
kecuali apabila diminta. Apabila terdapat penerjemah bahasa isyarat, bicaralah secara langsung kepada
orang yang Anda tuju.
Untuk penyandang tuna wicara atau gangguan bicara, mediator harus bersikap sabar dan jangan
menyelesaikan kalimat yang diucapkan. Mediator harus bersikap suportif dan mendukung dengan
mempertahankan kontak mata dan menggunakan gesture yang pantas, seperti menganggukkan kepala.
Ajukan pertanyaan yang bisa dijawab dalam beberapa kata. Jangan berpura-pura untuk mengerti, bila
Anda tidak mengerti apa yang dibicarakan. Mintalah klarifikasi. Apabila para pihak menggunakan
penerjemah, bicaralah secara langsung kepada orang yang Anda tuju. Jagalah agar suasana tidak bising
dan banyak gangguan karena hal ini bisa mempengaruhi kemampuan untuk mengemukakan kata-kata.
Mediator sebaiknya mengatur agar ada anggota keluarga atau penerjemah yang hadir. Ulangi komunikasi
untuk memastikan bahwa interpretasi Anda benar. Apabila perlu, gunakan buku tulis untuk berkomunikasi
secara tertulis. Tambahkan waktu-waktu istirahat karena berkomunikasi bagi penyandang gangguan
bicara bisa melelahkan. Gunakan alat-alat yang dapat membantu komunikasi.
Pengaturan Waktu
Menurut Pasal 24 Perma Nomer 1 tahun 2016 hanya 30 hari dan dapat diperpanjang 30 hari, atau dengan
kata lain dalam waktu hanya 2 bulan seorang mediator harus memikirkan bagaimana mengatur dan
membagi waktu dalam setiap tahapan mediasi tersebut; Maka dari itu mediator sebaiknya membuat
jadwal mediasi yang disepakati para pihak dan meminta komitmennya agar tata tertib dan jadwal
mediasi di sepakati dan dilaksanakan oleh para pihak
Tugas mediator dalam menjalankan funsinya termuat dalam Pasal 14 Perma Nomer 1 Tahun 2016
dimana mediator bertugas:
a. memperkenalkan diri dan memberi kesempatan kepada Para Pihak untuk saling memperkenalkan
diri;
b. menjelaskan maksud, tujuan, dan sifat Mediasi kepada Para Pihak;
c. menjelaskan kedudukan dan peran Mediator yang netral dan tidak mengambil keputusan;
d. membuat aturan pelaksanaan Mediasi bersama Para Pihak;
e. menjelaskan bahwa Mediator dapat mengadakan pertemuan dengan satu pihak tanpa kehadiran
pihak lainnya (kaukus);
f. menyusun jadwal Mediasi bersama Para Pihak;
g. mengisi formulir jadwal mediasi.
h. memberikan kesempatan kepada Para Pihak untuk menyampaikan permasalahan dan usulan
perdamaian;
i. menginventarisasi permasalahan dan mengagendakan pembahasan berdasarkan skala proritas; j.
memfasilitasi dan mendorong Para Pihak untuk:
1. menelusuri dan menggali kepentingan Para Pihak;
2. mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi Para Pihak; dan
3. bekerja sama mencapai penyelesaian;
k. membantu Para Pihak dalam membuat dan merumuskan Kesepakatan Perdamaian;
l. menyampaikan laporan keberhasilan, ketidakberhasilan dan/atau tidak dapat dilaksanakannya
Mediasi kepada Hakim Pemeriksa Perkara;
m. menyatakan salah satu atau Para Pihak tidak beriktikad baik dan menyampaikan kepada Hakim
Pemeriksa Perkara;
n. tugas lain dalam menjalankan fungsinya
dengan melihat Pasal 14 Perma 1 tahun 2016 tentang tugas mediator untuk maka proses mediasi
memiliki 2 tahapan yaitu tahap mendefinisikan masalah (problem defining stage) dan tahan pemecahan
masalah (problem solving stage)
TAHAPAN MEDIASI
1. PROBLEM DEFINING STAGE
2. PROBLEM SOLVING STAGE
Christopher W. Moore. 2003. The Mediation Process. 3rd Edition. San Fransisco: Jossey-Bass.
Kimberlee K. Kovach. 1994. Mediation: Principles and Practice. St. Paul, Minnesota: West Publishing
Co.
D.Y. Witanto, S.H. 2011. Hukum Acara Mediasi Dalam Acara Perkara Perdata di Lingkungan Peradilan
Umum dan Peradilan Agama Menurut PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Mahkamah Agung. 2016. Peraturan Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. PERMA No. 1 Tahun
2016.
Pusat Mediasi Nasional, Modul dalam pelatihan dan sertifikasi mediator, tahun 2019.
British Columbia Mediator Roster Society. Accomodating People with Disabilities. A Reference Guide
for Mediators. 2009. Diunduh pada 1 Mei 2015 melalui tautan:
http://www.mediatebc.com/PDFs/123Resources%28ForMediators%29/AccommodatingHandb
ook-web.aspx