Anda di halaman 1dari 22

BAB 9 PENJADWALAN PROYEK

KONSEP DASAR PENJADWALAN PROYEK

Konsep dasar penjabaran proyek manajemen proyek merupakan suatu


rangkaian aktivitas yang di dalamnya terdiri dari kegiatan perencanaan
penjadwalan dan pengendalian proyek yang terdiri dari beberapa aktivitas atau
kegiatan. Tujuan utamanya adalah membantu manajemen dalam menyusun
penjadwalan (schedule) suatu proyek menentukan total waktu yang digunakan
dalam menyelesaikan suatu proyek menentukan aktivitas kegiatan yang perlu
didahulukan dan menentukan biaya yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu
proyek.

Ada dua metode yang digunakan dalam manajemen proyek yaitu


CRITICAL PATH METHOD (CPM ) dan program evaluation and review teknik
(PERT). GPM dikembangkan sekitar tahun 1957 pada dasarnya cpm digunakan
dalam perencanaan penjualan dan pengawasan proyek-proyek di mana waktu
penyelesaiannya diketahui secara pasti atau deterministik sementara itu digunakan
PERT untuk perencanaan penjadwalan dan pengawasan proyek-proyek di mana
waktu penyelesaiannya tidak diketahui secara pasti atau probabilistik ada tiga
asumsi Waktu penyelesaian suatu proyek dalam metode PERT yaitu Waktu
penyelesaian optimistik Waktu penyelesaian normal dan Waktu penyelesaian
pesimistik.

ELEMEN DASAR DALAM SPM DAN PERT

Elemen dasar dalam CPM/PERT dalah

1. Kegiatan
Suatu kegiatan berda dianata dua peristiwa.
2. Time (t)
Earliest start time fpr an activicy (ES)
Saat paling cepat memulai sesuatu kegiatan.
3. Earliest finish time for on activity (EF)
Saat paling cepat menyelesaikan suatu kegiatan
EF = ES + t ……………………………………………………….. (1)
4. Least start time for an activity (LS)
Saat paling lambat memulai suatu kejadian.
5. Least finish time for an activity (LF)
Saat paling lambat menyelesaikan suatu kegiatan.
LS= LF- t …………………………………………………………. (2)

ES EF
LS LF

6. Jalur Biasa

7. Jalur Semi

8. Jalur Kritis

MENENTUKAN KEGIATAN KRITIS

Dalam suatu penjadwalan proyek peristiwa kritsi terjadi apalabila:

1. Memiliki syarat peristiwa kritis, baik untuk peristiwa awal maupun


peristiwa akhir dari kegiatan yang bersangkutan.
2. Sauatu penundaan/penangguhan dimulainya kegiatan yang akan berakibat
terhadap tertundanya kegiatan lainnya, sehingga akan berakibat pada
penundaan waktu penyelesaaian proyek secara umum.

ES/ET = LS/LT dan EF/FT =LF/FT……………………………….. (3)


Atau
Slack= LS – ES = 0 atau Slack = LF – EF = 0 ,……..…………….. (4)

BIAYA dan WAKTU PENETAPAN PROYEK


Tahapan perceptan penyelesain proyek.
1. Menenntukan biaya percepatan per hari ( BPPH).

Biaya Percepatan−Biaya Normal


BBPH= ……………….. (5)
Waktu Normal−Waktu Percepatan
2. Mentukan peristiwa kritis, kegiatan kritis, dan jalur kritis.
3. Melakukan percepatan waktu penyelesain proyek, dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a) Jalur kritis yang memiliki BPPH terkecil/terendah
b) Jika terdapat jalur kritis dengan BPPH terkecil lebih
kegiatan/peristiwa kritis yang memiliki BPPH paling kecil yang
sama.
c) Percepatan proyek selesai dilakukan apalabila semua jalur dalam
suatu proyek merupakan jalur kritis, atau semua kegiatan dalam
proyek telah telah dipercepat.
4. Menentukan biaya kegiatan percepatan proyek.

PROGRAM EVALUATION AND REVIEW TECHNIQUE

Pada model CPM, waktu kegiatan secara relative dapat diperkirakan dengan pasti
(deterministic). Tetapi dalam kenyataannya, waktu kegiatan proyek tidak dapat
diperkirakan dengan pasti ( probabilistic). Hal ini disebabkan karena waktu
penyelesain suatu proyek memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi. Untuk
mengatasi hal tersebut dikembangkan suaru metode baru yang dinamakan denagn
metode PERT atau Program Evaluation Atau Review Techique.

Asumsi yang digunakn dalam model PERT adalah :

1. Waktu kegiatan atau aktivitastidak pasti dan bersifat stokastik. Akibatnya


aadlah akan teredia pernyataan probabilitas mengenai kemampuan
memenuhi waktu penyelesain proyek tertentu.
2. Rata-rata (t) dan varians (v) waktu penyelesaian mengikuti distribusi
normal.
3. Dalm model PERT, ada tiga estimasi waktu setiap aktivitas kegiatan yaitu:
a = waktu optimistik’
m = waktu normal

b = waktu pesimis

Persamaan yang digunakan dalam model PERT yaitu:

[
t ij =
( aij +4 mij +bij )
6 ] ……………………………………….. (6)

V ij = [ bij −aij
6 ]………………………………………….…… (7)

Dimana

Tij = waktu rata-rata suatu kegiatan atau peristiwa

Vij = variansi suatu kegiatan atau peristiwa

Aij = waktu optimistic stsu waktu tercepat yang mungkin untuk menyelesaikan
suatu kegiatan atau peristiwa

Mij = waktu normal atau waktu untuk menyelesaikan suatu kegiatan atau
peristiwa.

Bij = waktu pesimik atau waktu terlama yang mungkin untuk menyelesaikan
suatu kegiatan atau peristiwa

Tahapan dalam mengerjakan model PERT adalah :

1. Menghitung waktu rata-rata (t) untuk masing-masing kegiatan atau


peristiwa denagn menggunakan persamaan 1
2. Menghitung varians (v) waktu untuk masing-masing kegiatan atau
peristiwa dengan menghgunakan persamaan 2
3. Menggambar jarinagn dan suatu proyek
4. Menentukan jalur kritis
5. Mentukan deviaasi standar dari suatu proyek dengan car menjumlahkan
varians dari kegiatan-kegiatan yang merupakan jalur kritis
6. Menentukan nilai distribusi normal denagn menggunakan persamaan.
X−μ
Z= ………………………………………….. (8)
√ σ2
7. Menentukan kemungkinan penyelesaian suatu proyek

Contoh Soal

Perhatikan tabel berikut ini:

Kegiatan Time Estimates (Time)


Kegiatan
Pendahulu a m b
A - 2 3 4
B - 1 1 1
C A 8 10 12
D B 12 16 20
E C 2 3 10
F D 5 7 9
G E,F 4 7 10

Pertanyaan:

1. Gambarkan jaringan proyek tersebut.


2. Hitung kemungkinan proyek dapat diselesaikan dalam waktu 28 hari atau
kurang.

Penyelesaian

(1) M enentukan waktu rata-rata untuk masing-masing kegiatan peristiwa(tij)

tA= [ 6 ]
2+ 4 ( 3 ) + 4
=3 tG= [ 4 +4 (7 ) +10
6 ]=7

tC=
[ 8+4 (10 )+ 12
6
=10
] tB=
[ 1+4 ( 1 )+ 1
6
=1
]
tE= [ 2+ 4 ( 3 ) +10
6 ]
=4
tD= [ 12+4 (16 ) +20
6 ]
=16 [
tF =
6 ]
5+ 4 ( 7 )+ 9
=7

(2) Menentukan varians waktu untuk masing-masing kegiaatn atau peristiwa


(vij).

v A=
[ ]4−2
6
=0,111

vC=
[ 12−8
6 ]
= 0,444

v E=
[ 10−2
6 ]
=1,778

vB=
[ ] 1−1
6
=0vA=
20−12
6 [=1,778
]
vA=
[ ] 4−2
6
=0,444

(1) Menggambar jaringan suatu proyek.

(2) Menentukan Jalur Kritis

Kegiatan t ES LS EF LF Slack (LS-ES) Kritis


A 3 3 10 3 0 7 -
B 1 0 0 1 1 0* Ya
C 10 3 10 13 20 7* -
D 16 1 1 17 17 0* Ya
E 4 13 20 17 24 7* -
F 7 17 17 24 24 0* Ya
G 7 24 24 31 31 0* Ya

Jalur kritis = ES=LS atau EF=LF=B –D- F-G


(3) Menentukan deviasi standar
Dengan cara menjumlahkan nilai v pada jalur kritis.
σ =0.111+1,778+1=2,889
(4) Menentukan nilai distibusi normal,jika diketahui x = 28 hari: μ=24 dan
σ =2,889

Z=
{√
28−24
2,889 ]
=2, 35

(5) Menentukan nilai probabilitas jika diketahui z = 2,35( lihat tabel distribusi
normal). Jika z = 2,35, maka P = 0.4906
(6) Menentukan kemungkinan proyek dapat diselesaaikan dalam waktu
kurang dari atau sama dengan 28 hari.

BAB 10 SISTEM ANTREAN

KONSEP DASAR SISTEM ANTREAN

Analisis antrean pertama kali diperkenalkan oleh A.K Erlang (1878-1929), seorang ahli
matematika asal Denmark yang pertama kali mencoba menganalisis masalah kemacetan
jaringan telepon. Dalam studinya, Erlang menentukan kemungkinan perbedaaan antara
jumlah panggilan telepon yang menunggu dan waktu yang digunakan untuk menunggu
ketika sistem tersebut berada dalam keadaan seimbang (equilibrium). Temuan tersebut
kemudian mengilhami perkembangan teori antrean yang banyak digunakan oleh
perusahaan penyedia layanan dewasa ini.
Secara sederhana antrean merupakan suatu proses menunggu yang dilakukan oleh
pelanggan yang memerlukan pelayanan dari suatu perusahaan penyedia layanan
(barang/jasa). Sistem antrean berhubungan dengan kemampuan perusahaan penyedia
layanan (barang/jasa) dalam membuat suatu keputusan optimal untuk mendesain fasilitas
pelayanan antrean. Perusahaan penyedia layanan harus mampu memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki dalam memperkecil biaya pelayanan dan biaya menunggu pelanggan.
Dalam hal ini perusahaan penyedia layanan harus mampu menyediakan suatu fasilitas
pelayanan yang cukup memadai untuk mengurangi besarnya biaya menunggu yang harus
dikeluarkan oleh pelanggan dan mengoptimalkan kemampuan karyawan dalam
memberikan pelayanan yang optimal kepada pelanggan. Konsekuensi logisnya adalah
ketika perusahaan mampu memberikan pelayanan yang optimal kepada pelanggan, maka
biaya pelayanan yang dikeluarkan oleh perusahaan akan tinggi, tetapi akan diikuti oleh
rendahnya biaya menunggu yang dikeluarkan oleh pelanggan.
Sistem antrean berkaitan dengan interaksi antara pelangin dengan perusahaan penyedia
layanan (barang/jasa), Elemen der sistem antrean ferdin dark .Kedatangan Pelanggan
Kedatangan pelanggan merupakan suatu proses input yang menggambarkan banyaknya
pelanggan yang akan memasuki sistem antrean. Pelanggan harus melakukan antrean
terlebih dahulu sebelum memperoleh pelayanan. Sementara itu perusahaan harus mampu
memprediks berapa pelanggan yang akan memanfaatkan fasilitas pelayanan yang
dimilikinya. Hal ini disebabkan karera pada dasarnya dalam setiap sistem antrean terdapat
populasi kedatangan pelanggan yang tidak terbatas (infinite), meskipun beberapa sistem
antrean memiliki populasi kedatangan pelanggan yang terbatas (finite), Pola kedatangan
pelanggan yang terbatas (finite) terjadi ketika perusahaan penyedia layanan memiliki
keterbatasan untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan. Misalnya, dalam satu hari,
perusahaan penyedia layanan hanya mampu memberikan pelayanan kepada 10
pelanggan.
2. Pola Kedatangan Pelanggan Kedatangan pelanggan berhubungan dengan pola
kedatangan pelanggan (distribusi kedatangan). Dalam sistem antrean terdapat dua pola
kedatangan pelanggan, yaitu pola kedatangan pelanggan yang cenderung tidak teratur
(arrival pattern random; dan pola kedatangan pelanggan yang cenderung teratur atau
konstan (constant arrival distribution). Pola kedatangan pelanggan yang cenderung tidak
teratur (arrival pattern random) terjadi ketika kedatangan pelanggan berada dalam interval
waktu yang berbeda-beda. Sementara itu, pola kedatangan pelanggan yang cenderung
konstan (constant arrival distribution) terjadi ketika kedatangan pelanggan berada dalam
interval waktu yang sama (misalnya, pelanggan datang setiap menit, pelanggan datang
setiap 5 menit, dan seterusnya),
Dalam sistem antrean, pola kedatangan pelanggan persatuan waktu mengikuti distribusi
poisson. Pola kedatangan pelanggan dilambangkan dengan notasi 2..
3. Sistem Antrean
Sistem antrean terdiri dari dua bagian, yaitu proses mengantre yang dilakukan oleh
pelanggan dan fasilitas pelayanan yang dimiliki oleh perusahaan penyedia layanan.

a. Antre
Jika pelanggan datang, maka secara otomatis pelanggan tersebut akan memasuki suatu
sistem antrean. Dalam sister antrean, pelanggan terlebih dahulu harus menunggu (antre)
sebelum mendapatkan pelayanan. Dalam proses menunggu (antre) tersebut, perusahaan
penyedia layanan seyogyanya menerapkan disiplin antrean. Disiplin antrean merupakan
suatu kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan, misalnya:
FCFS (First Come First Served)
Aturan umum yang diterapkan oleh perusahaan penyedia layanan, di mana pelanggan
yang pertama kali datang akan mendapatkan prioritas pertama untuk mendapatkan
pelayanan.
LCFS (Last Come First Served) Diterapkan untuk saat-saat tertentu, di mana pelanggan
yang datang terakhir akan
PS (Priority Service) Pelayanan yang dberikan berdasarkan prioritas.
SIRO (Service in Random Order)
Pelayanan yang dilakukan secara acak (random), tanpa memperhatikan urutan.dilayani
terlebih dahulu.
Fasilitas Pelayanan
Berhubungan dengan berapa banyak sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan untuk
memberikan pelayanan kepada pelanggannya. Banyaknya fasilitas pelayanan yang
dimiliki oleh perusahaan akan menentukan banyaknya pelanggan yang dapat dilayani
persatuan waktu dan rata-rata waktu yang diperlukan oleh seorang pelanggan untuk
berada dalam suatu sistem antrean.
Pada umumnya dalam sistem antrean, fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu fasilitas pelayanan tunggal (single channel model) dan fasilitas
pelayanan lebih dari satu (multiple channel models).
Tingkat Pelayanan.
Tingkat pelayanan berhubungan dua hal, yaitu jumlah rata-rata pelanggan yang dapat
dilayani oleh perusahaan penyedia layanan selama periode waktu tertentu; dan waktu
yang diperlukan untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan. Dalam sistem antrean,
tingkat pelayanan yang dilakukan oleh perusahaan mengikuti distribusi eksponensial.
Tingkat pelayanan kepada pelanggan dilambangkan dengan notasi μ. cara sederhana
elemen dasar sistem antrean digambarkan sebagai berikut:

Struktur Dasar sistem Antrean

K P P
E E E K
N L L E
D A A L
A N N U
Pelanngan Antre
L G G A
A G G R
A A
N N

STUKTUR SISTEM ANTREAN

Jika dikaitkan dengan jumlah fasilitas pelayanan (Model Pelayanan Tunggal atau Single
Channel Model dam Model Pelayanan Multipel atau Multiple Channel Model), maka
terdapat 4 struktur dasar dalamSuntem antrean, vaiter

1. Single Channel Model, Single Phase (Model Pelayanan Tunggal, dan Satu
Tahap) Dalam model ini, perusahaan penyedia layanan hanya menyediakan satu
fasilitas pelayanan saja. Sementara itu pelanggan hanya memerlukan satu tahapan
saja untuk memperoleh pelayanan.
Waiting Line Server

2. Single Channel Model, Multiple Phase (Model Pelayanan Tunggal, dan Banyak
Tahap) Dalam model ini, perusahaan penyedia layanan hanya menyediakan satu
fasilitas pelayanan saja. Sementara itu, pelanggan memerlukan lebih dari satu
tahapan saja untuk memperoleh pelayanan.

Waiting Line Server

3. Multiple Channel Model, Single Phase (Model Pelayanan Multipel, dan Satu
Tahap) Dalam model ini. perusahaan penyedia layanan menyediakan lebih dari
satu fasilitas pelayanan. Sementara itu, pelanggan hanya memerlukan satu
tahapan saja untuk memperoleh pelayanan

Waiting Line

Server
4. Multiple Channel Model, Multiple Phase (Model Pelayanan Multipel, dan
Banyak Tahap)
Dalam model ini, perusahaan penyedia layanan menyediakan lebih dari satu
fasilitas pelayanan Sementara itu, pelanggan memerlukan lebih dari satu tahapan
saja untuk memperoleh pelayanan

NOTASI SISTEM ANTREAN

n: Jumlah pelanggan yang datang (input kedatangan).


S. Jumlah fasilitas pelayanan.

A: Distribusi kedatangan atau jumlah rata-rata pelanggan yang datang per satuan
waktu.

μ: Distribusi pelayanan atau jumlah rata-rata pelanggan yang dilayani per satuan
waktu.

Pn: Probabilitas jumlah n pengantre dalam sistem.

L: Rata-rata banyaknya antrean dalam sistem (antre + pelayanan).

Lq Rata-rata banyaknya antrean.

W Rata-rata waktu menunggu dalam sistem (antre + pelayanan).

Wq: Rata-rata waktu menunggu dalam antrean

Po atau 1: Proporsi waktu mengganggur pelayanan (tidak ada antrean).

1/ Waktu rata-rata pelayanan

1/X Waktu rata-rata kedatangan.

MODEL ANTREAN SATU SALURAN

Pada model ini diasumsikan bahwa perusahaan penyedia layanan memiliki satu
fasilitas pelayanan (fasilitas pelayanan tunggal). Sementara itu, distribusi kedatangan
mengikuti distribusi poisson dan distribusi pelayanan mengikuti distribusi
eksponensialSecara sederhana, model antrean satu saluran atau Single Channel Model
(M/M/1) digambarkan sebagai berikut

S
A P
K P
T E K
E E
U L E
N L
A L
D A
F N U
A N Pelanggan
A G A
L G AntreAntreP S G R
A G I A
A T N
N A
S
BAB 11 TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KONSEP DASAR TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Dalam pengambilan keputusan, perusahaan (bisnis/publik) akan dihadapkan pada


masalah ketidakpastian karena tidak sempurnanya informasi. Ketidakpastian ini
mempengaruhi pengambilan keputusan karena berhubungan dengan risiko yang akan
dihadapi, Risiko mengacu pada situasi di mana terdapat lebih dari satu kemungkinan hasil
dari suatu keputusan dan probabilitas dari setiap hasil tersebut diketahui atau bisa
diestimasi. Sementara itu, ketidakpastian mengacu pada situasi di mana terdapat lebih
dari satu kemungkinan hasil dari suatu keputusan. Ketidakpastian tersebut dapat
diestimasi dengan probabilitas kemunculan dari masing-masing hasil berdasarkan
informasi masa lalu.

Ketidakpastian sangat berkaitan erat dengan konsep probabilitas. Probabilitas adalah


suatu kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang nilainya antara 0-1. Secara umum
probabilitas dapat dibagi dua, yaitu:

1. Probabilitas Objektif Pr

Pobabilitas terjadinya suatu peristiwa di mana nilal probabilitasnya dapat diestimasi


atau dihitung.

2. Probabilitas Subjektif

Probabilitas yang didasarkan pada pengalaman, perasaan, dan sebagainya

Risiko diukur sebagal hasil deviasi yang diharapkan dari imbal hasil rata-rata. Risiko
dapat pula diukur sebagai suatu kemungkinan untuk mendapatkan kerugian ataupun
keuntungan dalam melakukan investasi terhadap aset maupun proyek. Perolehan
kesempatan-kesempatan tersebut bergantung pada derajat risiko (variabilitas dari imbal
hasil yang diharapkan) dari investasi atau proyek tersebut. Hal yang paling mudah untuk
melihat risiko terdiri dari dua bal, yaitu tingkat risiko dan risiko waktu

Risk plan imbal hasil merupakan dasar dari penetapan keputusan investasi, Secara lung,
risiko (risk) adalah pengukuran dari volatilitas, atau ketidakpastian dati imbal hasil dan
imbal hasil (return) adalah senatu yang dibarapkan akan diperoleh atau cash flow yang
diantisipasi dati setiap investasi yong dilakukan Risiko adalah derajat dan ketidakpastian
yang diasosiasikan dengan investasi. Semakin atidak stable imbal hasil yang didapat dari
suatu investasi, semakin tinggi pula risiko yang dihadapi Ketika dua proyek memiliki
imbal hasil yang sama, keputusan terhadap proyek yang akan dijalankan didasarkan
kepada risiko yang lebih rendah.

NILAI HARAPAN DAN RISIKO

Nilal Harapan/Nilai Ekspektasi

Niki harapan (expected value) adalah nilai yang diharapkan dari berbagai alternatif hasil
yang dapat terjadi Nilai harapan dalam konsep statistik merupakan nilai rata-rata dan
dituliskan sebagai berikut

ER = ∑ PiXi ……………………………………………………………… (1)

Contoh

Profit Laba
Kondisi Lingkungan
Jagung Padi
S1( baik) Rp 2.000 Rp 3.000
S2 (normal) Rp 1.200 Rp 1.200
S3 ( jelek) Rp 900 Rp 400
Apabila nilai probabilitas dari kondisi baik adalah 0,25, probabilitas dari kondisi normal
adalah 0,5 dan probabilitas dari kondisi jelek adalah 0,25. Tentukan nilai ekspektasinya
untuk jagung/

Penyelesain

EV Jagung = ( 2.000 x 0,25 ) + ( 1.200 x 0,5 ) + ( 900 x 0,25) = 1.325

EV Padi = ( 3.000 x 0,25 ) + ( 1.200 x 0,5 ) + ( 400 x 0,25) = 1.425

Berdasarkanb nilai harapan dari jagung dan padi diatas, imbal hasil padi memberikan
nilai harapan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan imbal hasil jagung.

Risiko

Risiko (risk) dari suatu alternatif dapat dilihat dari simpangan baku atau penyebaran dari
nilai harapan tersebut untuk alternatif yang lain yang mempunyai nilai harapan yang sama
besarnya. Semakin besar penyebarannya.semakin besar risikonya. Simpangan baku dalam
statistik adalah deviasi standar yang merupakan akar dari variansi (variance).

Variance ( σ 2 )=Σ Pi .(R−E ( R ))

Deviasi Standar= √ σ
2

SIKAP TERHADAP RISIKO

1. Risk Averter (orang yang menghindari risiko)

Pengambil keputusan yang apabila dihadapkan pada dua pilihan invetasi (strategi) yang
memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka akan
memilih strategi dengan tingkat risiko yang lebih rendah.

2. Risk Neutral (orang yang bersikap netral terhadap risiko)

Pengambil keputusan yang akan mengharapkan tingkat pengembalian (imbal hasil) yang
sama untuk setiap kenaikan risiko.

Risk Lover/Risk Seeker (orang yang suka mengambil risiko)

Pengambil keputusan yang apabila dihadapkan pada dua pilihan invetasi (strategi) yang
memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka akan
memilih strategi dengan tingkat risiko yang lebih tinggi.

ELEMEN-ELEMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1. Tindakan atau alternatif

Tindakan atau alternatif dalam pengambilan keputusan menggambarkan beberapa


alternatif atau pilihan yang dapat diambil oleh pengambil keputusan.

2. State of nature

State of nature dalam pengambilan keputusan menggambarkan situasi di masa mendatang


yang pada dasarnya sulit untuk diprediksi (di luar kendali pengambil keputusan).

3. Tabel payoff

Tabel payoff dalam pengambilan keputusan menggambarkan hasil pertukaran


(kombinasi) antara tindakan dan state of nature.
METODE PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI KETIDAKPASTIAN

1 Maximax (Kriteria Optimisme)

Kriteria yang menghasilkan pilihan yang maksimum dari seluruh payoff


keuntungan/payoff imbal hasil yang maksimum

2 Maxımın (Kriteria Pesimisme) Kriteria yang menghasilkan pilihan yang maksimum


dari seluruh payoff keuntungan/payoff imbal hasil yang minimum.

3 Minimax (Kriteria Optimisme)

Kriteria yang menghasilkan pilihan yang minimum dari seluruh payoff biaya yang
maksimum

4 Minimin (Kriteria Pesimisme)

Kriteria yang menghasilkan pilihan yang minimum dari seluruh payoff biaya yang
minimum

5. Minimax Regret

Untuk setiap kondisi (state of nature), pilih payoff yang terbesar.

Hitung perbedaan dari pay off yang didapat pada langkah di atas dengan setiap nilai
payoff kondisi.

Kemudian untuk setiap strategi dipilih yang mempunyai nilai payoff terkecil.

6. Kriteria Rationality

Kriteria yang mengasumsikan bahwa seluruh outcome mempunyai probabilitas yang


sama. yaitu 1/n jika terdapat n outcome

7 Kriteria Hurwicz

Gabungan pendekatan yang pesimistik dengan optimistik

Contoh soal

2. Diketahui sebuah perusahaan mempunyai tiga alternatif strategi untuk pengembangan


produknya dengan tiga kondisi (state of nature) dalam bentuk matriks payoff biaya
sebagai berikut
Penyelesain

a. Pilihan yang minimum dari seluruh pay off bbiaya maksimum.

Strategi Pay off Biaya Maksimum Pilihan Maksimum


S1 300
S2 250
S3 200 Strategi yang dipilih

b. Pilihan yang minimum dari seluruh pay off biaya minimum

Strategi Pay off Biaya Maksimum Pilihan Maksimum


S1 -50
S2 -60
S3 -100 Strategi yang dipilih

METODE PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN MENGGUNAKAN


PROBABILITAS

Payoff yang Diharapkan (Expected Monetary Value)

Menggambarkan nilai moneter yang diharapkan dari berbagai alternatif keputusan

N
EMV =∑ [ P ( Sj ) x V ( Ai ; Sj ) ]
j =1

keterangan

EMV = nilai moneter yang diharapkan dari berbagai alternatif keputusan

P(Sj) = probabilitas dari berbagai state of nature

Aij = nilai berbagat payoff

Kerugian Opportunitas (Expected Opportunity Loss)

Menggambarkan laba yang hilang akibat state of nature (perilaku pasar) tidak diketahui
pada saat pengambil keputusan akan mengambil keputusan
N
EOL=∑ [ P ( Sj ) x R ( Ai ; Sj ) ]
j =1

keterangan

EOL = kerugian oportunitas yang diperkirakan untuk berbagai alternatif keputusan

P(Sj) = probabilitas dari berbagai state of nature

Aij = kerugian atau kehilangan kombinas! state of nature dan alternatif keputusan

Tertentu

BAB 12 MODEL PERSEDIAN

KONSEP DASAR MODEL PERSEDIAAN

Model persediaan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memecahkan dua


permasalahan utama, yaitu (1) berapa unit barang yang harus dipesan pada waktu
tertentu; dan (2) kapan persediaan tersebut harus dipesan (Andersoon, Sweeney, William,
2008). Persediaan pada umumnya dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu (1) bahan
mentah, (2) bahan dalam proses, dan (3) barang jadi.

Tujuan dari manajemen persediaan adalah menentukan persediaan yang dibutuhkan untuk
operasi yang berkelanjutan pada biaya yang paling minimum. Mengelola persediaan
sangat penting bagi suatu perusahaan. Ada beberapa alasan yang mendukung pernyataan
tersebut, yaitu (1) memenuhi permintaan konsumen yang telah diramalkan; (2)
mendapatkan potongan harga jika membeli dalam Jumlah yang banyak; (3) menghindari
risiko akibat kenaikan harga: (4) menjaga kelancaran proses produksi, dan (5)
menghindari risiko adanya inflasi.

Model persediaan digunakan oleh perusahaan untuk memenuhi permintaan pelanggan.


Dalam hubungannya dengan model persediaan, permintaan memiliki dua sifat, yaitu:

1. Permintaan Dependen (Dependent Demand)


Permintaan yang terjadi pada bahan mentah atau bahan dalam proses, di mana
permintaan itu berasal dari dalam perusahaan untuk menghasilkan barang jadi
2. Permintaan Independen (independent Demand)
Permintaan yang pada umumnya terjadi pada barang jadi, di mana permintaan itu
berasal dari perusahaan, sehingga tidak tergantung kegiatan internal perusahaan
dan di luar kontrol perusahaan. Permintaan independen memiliki dua model
penting, yaitu:
a. Model Deterministik
Model deterministik mengasumsikan bahwa permintaan dan parameter yang
lain ber konstan dan cenderung dapat diprediksi. Model deterministik terdiri
dari 4 bagian yaitu
 Model Economic Order Quantity (EOO)
 Economic Production Lot Size
 FOQ with Planned Shortages
 EOQ with Quantity Discounts
b. Model Probabilistik
Model probabilistik mengasumsikan bahwa permintaan dan parameter lain
memiliki derajat ketidakpastian yang tinggi, sehingga sulit untuk diprediksi.
Model probabilist terdiri dari 3 bagian, yaitu:
 Single Period Order Quantity
 Reorder Point Quantity
 Periodic Review Order Quantity

KONSEP DALAM MODEL PERSEDIAAN

1. Ordering Cost (Biaya Pemesanan)


Biaya pemesanan adalah biaya yang berhubungan dengan penambahan persediaan yang
dimiliki.

2. Holding Cost/Carrying Cost (Biaya Penyimpanan)


Biaya penyimpanan adalah biaya untuk memiliki dan menyimpan persediaan selama
periode tertentu.

3. Shortage Cost or Stockout Cost


Biaya yang muncul jika permintaan tidak dapat terpenuhi karena kekosongan persediaan.

4. Lead Time
Waktu antara pemesanan dan penerimaan barang.

5. Reorder Point
a. Kondisi yang menggambarkan kuantitas yang tersedia untuk memenuhi
permintaan selama lead time.
b. Titik di mana pemesanan harus dilakukan lagi untuk mengisi persediaan.

6. Service Level (Safety Stock)


Persediaan tambahan yang dimiliki untuk berjaga-jaga terhadap perubahan tingkat
penjualan atau keterlambatan produksi/pengiriman.

MODEL PERSEDIAAN DETERMINISTIK

Model EOQ (Economic Order Quantity)

Model ini dikenalkan oleh Ford W. Harris pada tahun 1915 Beberapa asumsi yang
mendasari mode

EOQ (Economic Order Quantity) adalah:


1. Permintaan (demand) dapat diprediksi secara pasti dan konstan.
2. Penjualan terdistribusi merata sepanjang tahun.
3. Tidak ada shortage.
4. Sekali pesan sekali terima.
5. Lead time (waktu antara penempatan pesanan dan penerimaannya) diketahui dan
konstan.
6. Pesanan dapat diterima tepat waktu.
Persamaan dalam Model Economic Order Quantity (EOQ) adalah:

Q¿ =
√ 2 DCo ……………………………………………………………….. ….... (1)
Ch
¿
Q (Ch)
Total Biaya Pemesanan = …………………………………………..…….. (2)
2

D(Co)
Total Biaya Penyimpanan = ¿ ………………………………………….…….. (3)
Q

[ ][ ]
¿
Q ( Ch ) D ( Co )
TC= + ¿ ........................................................................................ (4)
2 Q

D
Frekuensi Peme sanan Optimum /tahunan= ¿ ……………………..... (5)
Q

Cycle Time ¿ ……………..… (6)

Dimana:

D= permintaan (demand)

Q* = kuantitas optimal (quantity optimal)

Co = biaya pemesanan (cost of ordering)

Ch= biaya penyimpanan (cost of holding)

n = jumlah hari kerja

Economic Production Lot Size (Model Produksi Ekonomis dalam Lot)

Model ini merupakan pengembangan dari model Economic Order Quantity (EOQ).
Dalam model ini, perusahaan perlu mempertimbangkan kapasitas produksi dan tingkat
permintaan. Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah:

1. Permintaan diketahui secara pasti dan konstan.

2. Adanya target produksi per tahun, di mana produksi > permintaan.


3. Tidak ada shortage..

4. Sekali pesan sekali terima

5. Lead time (waktu antara penempatan pesanan dan penerimaannya) diketahui dan
konstan

6. Adanya biaya persiapan dan set up (Co)

Model EOQ dengan Discount (Model EOQ dengan Diskon)

Model EOQ dengan diskon memiliki implikasi terhadap munculnya: (1) penghematan
dari diskon dan (2) peningkatan total biaya (TC) sebagai akibat melakukan pemesanan
tidak lagi sebesar EOQ (Kuantitas Optional).

MODEL PERSEDIAAN PROBABILISTIK

Model Single Period Order Quantity

Model ini digunakan untuk menggambarkan situasi persediaan, di mana pemesanan


hanya dilakukan satu kali saja. Hal tersebut dilakukan karena sifat dari suatu produk yang
memiliki tingkat kerusakan dan keusangan yang sangat tinggi. Misalnya, produk
makanan jadi, baju, surat kabar, kartu lebaran. kartu natal, kartu ucapan tahun baru, dan
lain-lain.

Dalam model ini ada dua asumsi dasar yang digunakan, yaitu:

1. Permintaan yang dianggap terlalu rendah (underestimating demand) Terjadi jika


pada kondisi aktual, permintaan (demand) melebihi kuantitas pesanan (order
quantity). Dampak yang dimunculkan apabila kondisi permintaan melebihi
kuantitas pesanan adalah:
a. Perusahaan tidak mungkin melakukan backorder (pemesanan kembali
terhadap produk yang bersangkutan).
b. Perusahaan akan kehilangan penerimaan, sebagai akibat ketidakmampuan
perusahaan dalam menyediakan permintaan pelanggan.
Kondisi underestimating demand akan menimbulkan munculnya opportunity
loss atau Cu

2. Permintaan yang dianggap terlalu tinggi (overestimating demand)


Terjadi jika pada kondisi aktual, permintaan (demand) lebih kecil jika
dibandingkan dengan kuantitas pemesanan (order quantity). Dampak yang
dimunculkan apabila kondisi ini terjadi adalah:
Perusahaan akan menjual produk yang tersisa dengan harga yang lebih murah
(salvage value).
Kondisi overestimating demand akan menimbulkan munculnya Cost of Ordering
(Co).

Anda mungkin juga menyukai