Refleksi Silent Day

Pada silent day kali ini, saya ingin merefleksikan mengenai tanggung jawab. Pada
hari Jumat di tanggal 2 Febuari, seperti biasanya kami mengawali perkuliahan dengan kelas
musik gereja. Kelas dimulai dengan pengecekan PR atau tugas yang telah disuruh kerjakan
dari minggu sebelumnya. Sistem pengecekan tugas dilakukan dengan cara menukar tugas
kepada teman yang berada di barisan meja lainnya. Kak Michele dan Kak Rahel pun
bergantian memanggil nama kami satu persatu untuk menggambarkan kunci not balok di
papan tulis. Kak Rahel dan Kak Michele tidak hanya diam saja, mereka berdua pun
berkeliling melihat dan mengajari mahasiswa yang kurang memahami not balok.
Setelah berkeliling, kak Rahel menemukan kejanggalan bahwa ada 3 orang yang
tidak memeriksa PR. Kak Micehele pun bertanya kepada kami siapakah yang tidak
mengerjakan PR. Pertanyaan yang terus diulangi kak Michele dan kak Rahel pun tidak ada
yang merespon. Akhirnya kak Rahel pun mengambil selembar kertas absen untuk
mengetahui orang yang tidak mengerjakan tugas. Kami yang duduk berada di belakang
bersama Jovenson mengetahui bahwa dia tidak mengerjakan tugas dan memintanya untuk
mengaku. Nama Joven pun dipanggil dan ketahuan bahwa dia tidak mengerjakan tugas.
Saat Joven diminta alasannya tidak mengerjakan tugas, diapun mengatakan bahwa dirinya
tidak mendapatkan buku dan sudah membayar. Kak Rahel dan kak Michele pun
mempertanyakan tanggung jawab dari ketua kelas sekaligus yang menjadi distributor buku
tersebut. Hal tersebut membuat situasi kelas menjadi sangat tegang dan membuat jam
kelas habis hanya untuk mencari orang yang belum membayar ataupun menyimpannya
secara double. Berdasarkan hal ini, bahwa sebuah rasa tenggung jawab itu sangat perlu dan
penting dari setiap orang. Terlebeih lagi disaat kita diberikan kepercayaan untuk menjadi
seorang pemimpin, tanggung jawab itu harus dimiliki. Tanggung jawab yang kita jalani
dengan baik akan membuat kita dapat dipercaya dan tidak mengecewakan atapun
merugikan orang lain.