Anda di halaman 1dari 2

19 juni 2023

Menghilangkan Rasa Malas

Hari ini mencoba untuk lebih produktif. Padahal setiap harinya ada banyak kegiatan yang dilakukan,
tapi entah kenapa tetap saja merasa diri kurang produktif. Pilihan ini diutamakan agar mengurangi
waktu untuk scroll HP, walaupun agak susah tapi harus.

Sebenarnya, Ketika saya memilih menggunakan handphone saya sedangkan anak-anak saya masih
aktif bermain sungguh saya termasuk orang yang merugi. Sebisa mungkin saya memanfaatkan waktu
yang saya punya untuk mendampingi dan membersamai kegiatan anak-anak saya. Contohnya hari ini
kami bermain kotor-kotoran (messy play) tapi dari bahan yang aman walaupun nanti dimakan atau
tertelan. Kami menggunakan bahan makanan, seperti tepung, air dan pewarna makanan.

Ada banyak sekali kegiatan yang bisa dilakukan dengan anak-anak dirumah, walaupun sebagai ibu
rumah tangga ada peranan lain yang harus dijalani/ tugas lain yang ingin dikerjakan. Misalnya
mencuci, menyapu, pel lantai, setrika baju, bebersih, melipat kain dll. Tetapi Ketika kita mendampingi
anak bermain, kegiatan yang lain yang ingin kita lakukan bahkan yang sedang kita lakukan
ditinggalkan dulu. Atau bisa juga menyelesaikan dulu baru bermain. Usahakan mendampingi anak
bermain tanpa pihak ketiga, keempat dan seterusnya. Itulah dia kegiatan-kegiatan rumah tangga.

Menemani anak bermain bukan dengan sisa waktu yang kita punya, tetapi meluangkan waktu yang
kita punya saat energinya masih banyak. Karena saat energi kita sudah habis, menemani anak

bermainpun setengah-setengah jadinya, gampang marah dan gaa mood-tan. 😉

Saya dan suami menentukan prioritas di awal. Prioritas kami anak-anak, jadi kegiatan lain bisa kami
lakukan Bersama, ditunda atau bahkan bisa dilegasikan kepada yang lain. Intinya ga wajib. Tapi saya
sebagai seorang ibu mewajibkan hal-hal itu, misalnya masak.

Nah, masak adalah mimpi saya, yang ingin saya lakukan saat saya menikah. Memberikan makanan
terbaik untuk anak-anak saya. Walaupun saya tidak bisa masak sama sekali. Bahkan sekarangpun

masih harus banyak belajar lagi. Hal ini yang mendasari saya masak itu wajib. 😊bahkan pernah suatu
Ketika saya bicara kesuami, saya bilang bahwa lebih sehat itu kalau masak. Tapi suami saya malah
jawab, ya gapapa masak aja, tetapi kondisi sekarang memungkinkan ga untuk masak (anak 2 dan aktif
alhamdulillah), jangan dipaksakan. Karena memang sebelum kami menikah saya bilang kalau saya
tidak bisa masak, dan suami saya memaklumi dan suami saya bilag, nnti tinggal gojek aja.
Alhamdulillah itu bukan kata romantic doang, beliau menunjukkan itu sampai sekarang.

Komunikasi sangat penting dalam rumah tangga. Apa aja diceritain, di omongin, insya allah ada
jalannya. Dengan komunikasi masalah jadi dapat solusinya, karena kita akan memilih jalan terbaik
menurut kita untuk masalah yang dihadapin. Kalau ga dimulai, gag aka nada yang tau apa manfaat
dari komunikasi ini.

Dalam mendidik anak juga komunikasi yang baik itu udah diterapin. Anak itukan bukan untuk
dimarah-marahin, dipelototin dan dibentak atau bahkan dipukul melainkan disayang. Disayang juga
harus karena ibadah kepada Allah, jadi apapun yang kita lakukan berasa mudah dan ga stress. Dalam
mengatasi emosi pada anak, kami juga menerapkan komunikasi yang baik, masuk kedunianya,
merasakan sakit dan amarahnya sehingga setiap nangis dan teriak-teriak bisa ditenangkan.
Tantangannya adalah Ketika anak-anak dilepas kedunia luar, bermain dengan teman-temannya dan
terpapar lingkungannya. Yang pertama itu Bahasa yang digunakan nanti akan di copy dan diulang-
ulang terus, kalau baik bahasanya alhamdulillah, kalau buruk bahasanya harus segera diberitau atau
dikonfirmasi ke anaknya, secara bertahap dan berulang-ulang. Bahkan sekarang kak shafwa udah 1
minggu masih mengulang kalimat “alah mak oi, adoh (pukul jidad)”. Tidak ada yang salah
sebenarnya, tetapi memang tidak sesuai dengan visi dan misi rumah tangga kami. Kedua tingkah
laku, cara menyapa dan cara bermain. Kalau baik tingkah lakunya alhamdulillah, nah kalau tidak baik
tingkah lakunya, ini juga menjadi PR kita lagi meluruskannya Kembali. Diusia kak shfwa sekarang 2
tahun 5 bulan. Ahli sekali meniru, inilah yang harus diperhatikan. Ini menjadi alas an mengapa anak
belum boleh dilepas main sendiri tanpa pengawasan, karena mereka belum tau mana yang baik dan
buruknya. Walaupun begitu lingkungan luar adalah persentase yang kecil dalam membentuk prilaku
anak, jadi kami lebih focus memberikan contaoh didalan keluarga. Itu dulu yang bisa kami lakukan.

Anda mungkin juga menyukai