Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR OVARIUM

DI RUANGAN RANUKUMBOLO RSUD Dr.SYAIFUL ANWAR MALANG

Disusun oleh

HENDRA PEBERYANTO ADNAN

023021121

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES) MATARAM

2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR OVARIUM

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu pada tubuh,
dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak atau ganas (FKUI, 2018 : 268).

Tumor Ovarium adalah benjolan yang terdapat dalam ovarium. Tumor Ovarium padat
adalah neoplasma. Tumor ini dapat mencapai diameter 2 sampai 30 cm, dan beratnya dapat
mencapai 20 kilogram, dengan 90% unilateral. Permukaannya tidak rata, konsistensinya
keras, terdiri dari dari jaringan ikat, jaringan kolagen dan kadang ada degerasi hialin,
warnanya merah jambu keabu-abuan. Kepadatan tumor, ada yang konsistensinya memang
betul-betul keras disebut fibroma durum; sebaliknya ada yang cukup lunak dan disebut
fibroma molle.

2. Klasifikasi
Klasifikasi tumor ovarium berdasarkan International Federation of
Ginnecology and Obstetrics 1988 (FIGO) adalah :

Stadiu Batasan
m
I Pertumbuhan tumor terbatas dalam ovarium
IA Tumor terbatas hanya di satu ovarium :
Kapsul utuh
-Kapsul sudah diinfiltrasi tumor atau kapsul pecah

IB Pertumbuhan tumor pada satu ovarium dan tiak ada acites


IC Seperti IA atau IB, dengan acites atau pemeriksaan sitologi

cairan peritoneum, positif sel kanker


II Tumor tumbuh pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan

ke organ rongga panggul lain


IIA Penyebaran tumor ke saluran tuba atau uterus
IIB Penyebaran tumor ke organ panggul lain, termasuk ke rongga

Peritonium
IIC Seperti IIA atau IIB, disertai acites dan pemeriksaan cairan
peritoneum, positif sel kanker
III Tumor terbatas di dalam rongga panggul, dengan penyebaran ke
rongga perut di luar panggul, dan/atau kelenjargetah bening di
belakang rongga perut positif mengandung sel kanker
IV Terjadi penyebaran luas atau ke tempat organ yang jauh dari
rongga panggul

3. Etiologi
Tumor ovarium dapat tumbuh karena berbagai sebab antara lain karena
pertumbuhan yang abnormal dijaringan yang terdapat di tempat ovarium misalnya
pertumbuhan abnormal dari folikel ovarium, korpusluteum, sel telur atau dapat juga
karena endometriosis, kista folikel, kista tekalitein, teratomatistik benigna, kista
demoid, kista demoid, kista denokarsinoma, kista ovarium dapat juga terjadi karena
jaringan disekitar sel oleh sebab tertentu, tumbuh abnormal dan membungkus sel telur
tersebut sehingga membentuk kista (Hanifa, 2017 : 350)

4. Pathofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan
kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang
abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal
melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu
terbentuk kista di dalam ovarium dan menyebabkan kemandulan pada wanita
(Bidanshop Blogspot : 2010).
5. Pathway

Genetic Faktor umur Bakteri, virus Obat Penyuburan Kandungan

Tumor Ovarium

Pre Op
Post Op

Keganasan Penekanan Intra Trauma jaringan Efek Anestesi


Tumor Abdomen

Saluran
G.Sirkulasi Penekanan VU Pintu masuk pencernaan
kuman

Prosedur Retensi Urin Resiko Infeksi Penurunan


Pembedahan mobilitas
sal.pencernaan

Gangguan
Trauma Eliminasi
jaringan

Defisit Nutrisi

Nyeri Akut

Gg.mobilitas
fisik
6. Manifestasi klinik
Menurut Faisal Yatim (2015 : 32) manifestasi klinik dari tumor ovarium adalah :

a. Nyeri perut

b. Perut buncit

c. Gangguan fungsi saluran cerna

d. Berat badan turun secara nyata

e. Rasa tertekan pada rongga panggul

f. Siklus menstruasi yang memanjang dan memendek

g. Nyeri pinggul pada waktu bersenggama atau pada waktu berjalan atau bergerak

h. Gangguan saluran kencing

i. Nyeri pinggul pada waktu menstruasi

j. Mual, muntah

k. Infertilitas ( tidak subur)

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.

2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik
atau solid, dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak.

3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam
tumor. Penggunaan foto Rontgen pada pielogram intravena dan pemasukan bubur
barium dalam kolon sudah disebut diatas.
4. Parasentetis
Telah disebut pada fungsi asites berguna untuk menentukan sebab asites.
Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei
dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.

Intervensi keperawatan sesuai SDKI, SKLI DAN SIKI

No Diagnose Tujuan (SKLI) Intervensi (SIKI )


(SDKI)
1. SDKI : Nyeri SLKI : Kontrol nyeri SIKI : Manajemen nyeri (I.08238)
akut (D.0077) (L.06063) Observasi
1. Melaporkan nyeri 1. Identifikasi lokasi,
terkontrol karakteristik, durasi,
2. Kemampuan mengenali frekuensi, kualitas, intensitas
onset nyeri nyeri
3. Kemampuan mengenali 2. Identifikasi skala nyeri
penyebab nyeri 3. Identifikasi respons nyeri non
4. Kemampuan verbal
menggunakan teknik 4. Identifikasi faktor yang
nonfarmakologis memperberat dan
5. Keluhan nyeri memperingan nyeri
6. Penggunaan analgesik 5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
7. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
4. Edukasi
5. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
6. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
7. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
8. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Defisit Nutrisi SLKI : Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (I.03119)


L.03030 Observasi
1. Porsi ma 1. Identifikasi status nutrisi
2. kan yang dihabiskan 2. Identifikasi alergi dan
meningkat intoleransi makanan
3. Berat badan membaik 3. Identifikasi makanan yang
4. Indeks massa tubuh disukai
(IMT) membaik 4. Identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrien
5. Identifikasi perlunya
penggunaan selang nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis: piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
7. Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogastik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
1. Ajarkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (mis:
Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
3. SDKI : SLKI : Kontrol risiko SIKI : Pencegahan infeksi
Resiko infeksi (L.14128) (I.14539)
(D.0142) 1. Kemampuan mencari Observasi
informasi tentang faktor 1. Monitor tanda dan gejala
risiko infeksi localdan sistemik
2. Kemampuan
Terapeutik
megeditifikasi faktor
risiko
2. Pertahankan teknik
3. Kemampuan aseptic pada pasien
mengubah perilaku berisiko tinggi
4. Komitmen Edukasi
terhadap strategi 3. Jelaskan tanda dan
5. Kemampuan memodifikasi gejala infeksi
gaya hidup 4. Ajarkan cara memeriksa
6. Kemampuan memodifikasi kondisi luka atau luka operasi
gaya hidup
7. Kemampuan
menghindari faktor risiko
8. Kemampuan
mengenali perubahan
status kesehatan
9. Kemampuan
berpartisipasi dalam
skrining risiko
10. Penggunaan fasilitas
kesehatan
11. Penggunaan sistem
pendukung
12. Pemantauan perubahan
status imunisasi

4. SDKI : SKLI: Eliminasi urin SIKI


Gangguan membaik L.04034 Dukungan Perawatan Diri:
Eliminasi BAB/BAK (I.11349)
Urin [SDKI 1. Desakan berkemih Observasi
D.0040] (urgensi) menurun 1. Identifikasi kebiasaan
2. Urin menetes (dribbling) BAB/BAK sesuai
menurun usia
3. Distensi kandung kemih 2. Monitor integritas kulit pasien
menurun Terapeutik
4. Berkemih tidak tuntas 1. Buka pakaian yang diperlukan
(hesistancy) menurun untuk memudahkan eliminasi
2. Dukung penggunaan
toilet/commode/pispot/urinal
secara konsisten
3. Jaga privasi selama eliminasi
4. Ganti pakaian pasien setelah
eliminasi, jika perlu
5. Bersihkan alat bantu
BAK/BAB setelah digunakan
6. Latih BAK/BAB sesuai jadwal,
jika perlu
7. Sediakan alat bantu (mis.
kateter eksternal, urinal), jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan BAK/BAB
secara rutin
2. Anjurkan ke kamar
mandi/toilet, jika
perlu

Setelah dilakukan intervensi Dukungan mobilisasi


keperawatan selama 3 x 24 Observasi
jam, maka mobilitas fisik 1. Identifikasi adanya nyeri atau
meningkat, dengan kriteria keluhan fisik lainnya
hasil: 2. Identifikasi toleransi fisik
1. Pergerakan melakukan pergerakan
ekstremitas meningkat 3. Monitor frekuensi jantung dan
2. Kekuatan otot tekanan darah sebelum
meningkat memulai mobilisasi
3. Rentang gerak 4. Monitor kondisi umum selama
(ROM) meningkat melakukan mobilisasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu (mis: pagar
tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis:
duduk di tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2016. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :


EGC. Lowdermil, Perta. 2015. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.
Mansjoer, Arief dkk. (2021). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.
Manuaba. (2018). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Jakarta,
EGC.
Wilkinson, M. Judith., & Ahern, N.R. (2011). Buku saku diagnosis keperawatan: diagnosis
NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC edisi 9. Terjemahan oleh Wahyuningsih
Esty. 2012. Jakarta: EGC.
SIKI, SDKI & SKLI., 2017. ersatuan Perawat Nasional Indonesia., Cetakan ke III
2017 Winknjosastro, Hanifa. 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai