Anda di halaman 1dari 8

a.

Kesimpulan
b. Daftar Pustaka

Refleksi Refleksi hasil: bagaimana dampak dari aksi terhadap langkah-langkah yang
dilakukan, apakah hasilnya efektif/tidak, mengapa dan bagaimana respon
siswa terkait strategi yang dilakukan, apa yang menjadi faktor
keberhasilan/ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan.
LK-3. Laporan Best Practice

Penggunaan Metode Problem Based Learning Sebagai Upaya untuk Meningkatkan


Kemampuan Siswa dalam Belajar pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 2/Fase A SDN
Cilegon 04

A. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Dengan melakukan identifikasi masalah melalui observasi seperti melihat, mendengar, dan
memperhatikan secara langsung proses kegiatan belajar mengajar di SDN Cilegon 4, maka
mendapati beberapa persoalan. Persoalan yang dihadapi di antaranya siswa mendapatkan nilai
di bawah KKM, siswa terburu-buru mengerjakan soal supaya cepat selesai, dan malas
berhitung karena belum memahami materi matematika dengan teknik meminjam.
Kemudian penulis melakukan tahapan berikutnya seperti mengeksplorasi masalah yang ada
di sekolah tempat mengajar, dari identifikasi masalah tersebut maka setelah dieksplor ternyata
rendahnya hasil belajar setelah dilakukan analisis terhadap kajian dan wawancara, serta
dikonfirmasi melalui observasi/pengamatan secara langsung di sekolah dapat diketahui bahwa
penyebab masalah rendahnya kemampuan siswa dalam mata pelajaran matematika materi
pengurangan yaitu kemampuan siswa dalam berfikir kritis, guru belum melakukan asessmen
diagnostik, adanya tingkat pembelajaran yang sama bagi seluruh siswa, siswa belum
memahami konsep pengurangan dengan tekhnik meminjam, kurangnya perhatian orangtua
terhadap kebiasaan belajar siswa di rumah dan guru belum menggunakan media pembelajaran
atau metode yang tepat dalam materi pengurangan dengan tekhnik meminjam.
Dari masalah yang sudah teridentifikasi maka penulis memilih metode Problem Based
Learning (PBL) sebagai inovasi pembelajaran. Mengapa menggunakan metode PBL? Karena
metode PBL dapat membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran di kelas.
Menurut Riyanto (2009), PBL merupakan model pembelajaran yang dapat membantu
peserta didik untuk aktif dan mandiri dalam mengembangkan kemampuan berpikir,
memecahkan masalah melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi dengan rasional dan
autentik. Lalu mengapa praktik baik ini penting untuk dibagikan? Karena menurut saya
sebagai pendidik yaitu untuk menunjukkan praktik baik yang sudah dilakukan, berbagi
pengalaman kepada orang lain, memotivasi guru lain untuk berbuat yang terbaik bagi para
peserta didik. Peran dan tanggung jawab saya sebagai pelaku praktik baik ini adalah memiliki
tanggung jawab sebagai guru, membuat rancangan perangkat RPP, bahan , media, LKPD,
evaluasi dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perangkat yang dibuat.
Menurut Tan dalam Setyawati dkk. (2019) berpendapat bahwa “Model PBL merupakan inovasi
dalam pembelajaran, karena dalam model PBL kemampuan berpikir peseta didik betul-betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis sehingga peserta didik dapat
memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara
berkesinambungan”.
Menurut Setyawati dkk. (2019), adapun langkah-langkahnya model pembelajaran Problem Based
Learning sebagai berikut.

1) Orientasi siswa pada masalah.


2) Mengorganisasi siswa untuk belajar.
3) Membimbing pengalaman individual/kelompok.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Situasi
Tantangan
Aksi
Refleksi

B. PEMBAHASAN
Selama melakukan kegiatan PPL banyak sekali tantangan yang saya hadapi
diantaranya suasana kelas yang tidak kondusif seperti sebagian siswa yang masih belum mau
untuk maju ke depan melakukan presentasi, lalu dari segi sarana dan prasana yang belum
memadai (alat yang dugunakan rusak), dan siswa yang belum terbiasa belajar dengan
perangkat perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru. Adapun yang terlibat dalam kegiatan
tersebut yaitu kepala sekolah, rekan sejawat, guru dan siswa. Kepala sekolah memiliki andil
yang sangat cukup besar untuk keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan PPL, mulai
dari memberikan masukan perihal apa saja yang harus dilakukan mengarahkan dan melakukan
bimbingan atas perbaikan-perbaikan yang saya lakukan dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode inovatif PBL. Rekan sejawat selama proses PPL berlangsung ikut
membantu dalam merekam kegiatan pembelajaran, dimulai ketika dosen dan guru pamong sit
in sampai pembelajaran selesai. Dan kamipun melakukan pengeditan video bersama-sama
untuk memilih rangkaian video yang terbaik untuk dijadikan satu secara keseluruhan. Kegiatan
dalam penerapan inovasi pembelajaran tidak akan dapat berjalan apabila tidak ada dukungan
dari guru-guru di sekolah. Mereka memberikan bantuan berupa saran serta doa agar proses
kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Namun kenyataan di dalam proses belajar mengajar sehari-hari, saya melihat banyak
sekali kesulitan siswa dalam menghadapi pelajaran ini. Banyak siswa yang tidak menyukai dan
menganggap pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Salah satu kesulitan itu
diantaranya adalah kompetensi dalam mencari jawaban. Kesulitan ini terlihat ketika saya
menjelaskan cara-cara mengerjakan soal pengurangan selama 75 menit (dua kali pertemuan)
dengan menggunakan media gambar dan alat peraga secara konkret, menggunakan metode
tanya jawab dengan tujuan supaya siswa di akhir pembelajaran bisa menjawab pertanyaan
dengan benar sesuai dengan materi yang telah diajarkan. Ternyata hasilnya sangatlah jauh dari
yang diharapkan, untuk mengatasi kesulitan ini saya tertarik untuk mencoba menggunakan
model pembelajaran problem based learning dalam menerangkan materi ini. Agar model
problem based learning ini efektif, saya menggunakan media gambar yang dibuat melalui
spanduk sehingga menggambarkan suatu pembelajaran yang menarik. Pada saat proses
pembelajaran berlangsung siswa di berikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berupa
gambar dan soal cerita (numerisasi), dan pada kegiatan ini penilaian yang digunakan yaitu
assesment as learning, assesment for learning, asessment of learning dan lembar observasi.
Dampak perubahan yang terjadi pada siswa adalah adanya rasa percaya diri pada
tingkah laku siswa, mereka sudah tidak malu-malu lagi untuk maju ke depan kelas
memperlihatkan hasil kerja mereka yang dilakukan secara berkelompok. Siswa merasa senang
dan menyukai pelajaran matematika dan tidak beranggapan bahwa matematika adalah
pelajaran yang sulit. Dari ketercapaian tujuan dapat dilihat dari hasil penilaian siswa yang
hampir 85% mendapatkan nilai yang baik dan hanya ada beberapa siswa yang mendapatkan
nilai rendah. Dengan penelitian ini, saya sebagai guru sekolah dasar/ guru kelas 2 berharap
dapat:
a. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan saya dalam merancang dan
mengembangkan pembelajaran dengan kegiatan dan media yang sesuai,
b. Mengembangkan kreativitas saya dalam memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan materi pembelajaran
c. Memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan dan potensi siswa

KESIMPULAN
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam mata pelajaran
matematika melalui media gambar dan alat pembelajaran secara konkret dalam metode PBL
meningkat. Usaha-usaha yang dilakukan oleh guru dalam peningkatan mutu pengajaran
matematika terutama kelas rendah yang memiliki keaktifan siswa, kurangnya rasa percaya diri,
kurang fokus (konsentrasi) terhadap pembelajaran perlu mendapat perhatian serius agar hasil
yang diinginkan dapat tercapai menjadi lebih baik. Baik dari siswa, orangtua, guru dan kepala
sekolah.

Daftar Pustaka

Setyawati, S., Kristin, F., & Anugraheni, I. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SD. Jurnal Ilmiah
Pengembangan Pendidikan (JIPP), 6(2), 93-99.
.

Anda mungkin juga menyukai