Anda di halaman 1dari 10

KONSEP DAN PENDEKATAN PAJAK ( CONTOH KASUS : MALL CENTRE POINT )

Dosen Pengampu :
Sri Fajar Ayu, S.P., M.M., D.B.A

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Anggi Nurul Huda Hasan 210304008
Henny Masbulan Simanjuntak 210304088
Pradna Rama Suci 210304111
Prisa Maria Simanungkalit 210304112
Sulastri Tumanggor 210304117

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2024
BAB I
PENDAHULUAN

Ada dua hal yang pasti dan tidak bisa dihindari seseorang dalam hidupnya dalam
ketidakpastian yang ada di dunia ini, yaitu “kematian” dan “pajak”. Indonesia, dalam upaya
mewujudkan tujuan nasional, bangsa Indonesia giat melaksanakan pembangunan disegala bidang.
Pembangunan itu sendiri diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan, mengembangkan, dan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia, baik yang berupa sumber daya alam maupun sumber
daya manusia, yang hasilnya ditujukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat.
Pembangunan dilaksanakan melalui rangkaian investasi yang hanya dapat dilaksanakan
dengan dukungan dana yang besar. Dana pembangunan itu dapat diperoleh dari berbagai sumber,
pemerintah dan swasta,baik dari dalam negeri maupun dari manca negara. Salah satu sumber dana
tersebut berasal dari pajak.
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi
pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu masyarakat diharapkan ikut berperan
aktif memberikan kontribusinya bagi peningkatan pendapatan negara, sesuai dengan
kemampuannya. Memahami dengan baik ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
serta perkembangan dan perubahannya, maka pajak tersebut dapat dimanajemen dengan berhasil.
Dari sisi pengusaha atau wajib pajak, jika pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah yang
semestinya, akan mengakibatkan kerugian. Salah satu tujuan pengusaha adalah memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham atau investor, dengan cara memaksimalkan nilai perusahaan
dengan cara memperoleh laba maksimum. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pengusaha
adalah dengan meminimalkan beban pajak dalam batas yang tidak melanggar aturan, karena pajak
merupakan salah satu faktor pengurang laba. Besarnya pajak, seperti kita ketahui, tergantung pada
besarnya penghasilan. Semakin besar penghasilan, semakin besar pula pajak yang terutang. Oleh
karena itu perusahaan membutuhkan perencanaan pajak atau tax planning yang tepat agar
perusahaan membayar pajak dengan efisien.
Perencanaan pajak yang baik dapat dilakukan dengan usaha manajemen pajak yang tepat.
Memahami dengan baik ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan serta perkembangan
dan perubahannya, sehingga pajak tersebut dapat dimanajemen dengan berhasil. Manajemen
perpajakan adalah usaha menyeluruh yang dilakukan tax manager dalam suatu perusahaan atau
organisasi agar hal-hal yang berhubungan dengan perpajakan dari perusahaan atau organisasi
tersebut dapat dikelola dengan baik, efisie, dan ekonomis, sehingga memberi kontribusi
maksimum bagi perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN

Pajak secara umum diartikan sebagai iuran dari rakyat kepada pemerintah yang bersifat
wajib (dapat dipaksakan) berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapat jasa timbal balik
atau kontraprestasi yang langsung ditunjukkan dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum dan dalam rangka menyelenggarakan pemerintah. Dalam Pasal 1 angka (1) UU KUP
disebutkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat.
Dasar hukum pengenaan pajak diatur dalam ketentuan pasal 23 ayat (2) UUD 1945
Amandemen ke-5 juga UU Nomor 28 tahun 2007 tentang KUP. Pentingnya pajak diatur dalam
undang-undang sebelum dilakukan pemungutan pajak didasarkan pada kepastian hukum. Dampak
pemungutan pajak menurut hukum yang mana menyangkut legalitas, peraturan, dan ketentuan
serta dasar hukum dan implikasi hukumnya yang mana lebih menitikberatkan pada segi hukum
tentang hak dan kewajiban fiskus (pemungut pajak) maupun wajib pajak, prosedur pemenuhan
kewajiban perpajakan dan prosedur pengajuan hak-hak wajib pajak saat timbul dan hapusnya
utang pajak.
Untuk mampu memahami dan mengerti maka ada beberapa pendekatan perpajakan.
Melalui contoh kasus yang akan dibaha yaitu akan dilihat mengenai pendekatan perpajakan dari
segi hukum. Rochmat Soemitro (1993:50-51) mengungkapkan pendekatan pajak dari segi hukum
ini lebih menitik beratkan pada segi hukumnya, pada hubungan hukumnya.

1. Pendekatan Perpajakan dari Segi Hukum


Pengertian pajak menurut undang-undang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 6 Tahun
1983 sebagaimana dirubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2009, pajak adalah kontribusi wajib
kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebsar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dasar hukum pengenaan pajak diatur dalam ketentuan pasal 23 ayat (2) UUD 1945
Amandemen ke-5 juga UU Nomor 28 tahun 2007 tentang KUP. Pajak dari perspektif hukum
merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang menyebabkan
timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu kepada
Negara. Negara mempunyai kekuatan untuk memaksa dan uang tersebut harus dipergunakan untuk
penyelenggaran pemerintahan. Pemungutan pajak harus dijalankan menurut hukum agar
pemerintah (petugas pajak) tidak bertindak sewenang-wenang dalam menetapkan dan memungut
pajak.
Dalam kegiatan perpajakan sebagai suatu perikatan sepihak, satu pihak hanya mempunyai
hak tanpa kewajiban dan pihak lainnya hanya mempunyai kewajiban tanpa mempunyai hak. Wajib
pajak sebagai salah satu pihak dalam perikatan pajak hanya mempunyai kewajiban tanpa ada hak
sedangkan pada pemerintah di pihak lainnya hanya mempunyai hak tanpa kewajiban. Sekalipun
harus digarisbawahi bahwa pengertian hak dan kewajiban dalam hal ini adalah hak dan kewajiban
yang sifatnya langsung dan bersifat individual.
Akibat hukum dari perbuatan wajib pajak sebagai debitur dalam perikatan pajak yang
melakukan wanprestasi adalah sanksi administrasi berupa pencabutan ijin usaha atau penutupan
kegiatan usaha tertentu maupun pengenaan denda, bunga dan kenaikan. Dalam perspektif hukum
perdata, akibat hukum wanprestasi yang dilakukan debitur dapat berupa, pelaksanaan perjanjian,
pembatalan perjanjian, ganti rugi, pelaksanaan perjanjian ditambah dengan ganti rugi dan
pembatalan perjanjian ditambah dengan ganti rugi.

2. Wanprestasi bidang Perpajakan dan Akibat Hukumnya


M. Yahya Harahap sebagaimana dikutip RH. Wiwoho, mengemukakan bahwa wanprestasi
adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut
selayaknya, sehingga menimbulkan keharusan bagi pihak debitur untuk memberikan atau
membayar ganti rugi (schadenvergoeding) atau dengan adanya wanprestasi oleh salah satu pihak,
pihak yang lainnya dapat menuntut pembatalan perjanjian. Di lain pihak, Nindyo Pramono
mengemukakan bahwa wanprestasi timbul akibat kelalaian atau kesalahan pihak debitur yang tidak
dapat memenuhi prestasi seperti yang telah ditentukan dalam perjanjian.
Elsi Kartika Sari dan Advendi Simangunsong mengemukakan, ada beberapa akibat hukum
ataupun sanksi yang dapat diterima oleh debitur yang telah wanprestasi:
a. Debitur membayar ganti rugi yang diderita oleh kreditur (Pasal 1234 KUHPerdata)
b. Pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian
c. Peralihan resiko dimana benda yang dijanjikan berupa objek perjanjian, sejak saat
tidak dipenuhinya kewajiban menjadi tanggung jawab debitur 2.
Dalam kaitannya dengan hukum pajak, maka wanprestasi adalah gagalnya wajib pajak
dalam melakukan kewajiban perpajakannya, yaitu melakukan pelaporan pajak dan pelunasan atau
pembayaran utang pajaknya. Dengan demikian, prestasi dalam hukum pajak adalah pelaporan
pajak dan pembayaran pajak. Sehubungan dengan jenis prestasi dalam hukum pajak sedemikian,
maka bentuk wanprestasi yang mungkin terjadi adalah:
• Terlambat melakukan pelaporan pajak
• Terlambat melakukan pembayaran pajak
• Tidak melakukan pelaporan pajak sama sekali
• Tidak melakukan pembayaran pajak sama sekali.
Bagaimana akibat hukum terhadap seorang wajib pajak yang melakukan wanprestasi atas
kewajiban perpajakannya ? Akibat hukum bagi seorang wajib pajak yang melakukan wanprestasi
atas kewajiban perpajakannya tidaklah sama dengan akibat hukum wanprestasi atas suatu
perikatan pada umumnya sebagaimana dalam KUHPerdata. Dalam perikatan pajak, akibat hukum
wanprestasi yang dimaksud adalah:
1) Lelang eksekusi atas harta kekayaan wajib pajak
Lelang eksekusi atas harta kekayaan wajib pajak adalah bagian dari tindakan pemerintah
dalam melakukan tindakan penagihan pajak dengan surat paksa. Pasal 1 angka 17 UU No. 19
Tahun 2000 menentukan bahwa lelang adalah setiap penjualan barang dimuka umum dengan cara
penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon
pembeli.
2) Sanksi administrasi
Sanksi administrasi atas wanprestasi wajib pajak dalam perikatan pajaknya terdiri atas
sanksi denda, sanksi bunga dan sanksi kenaikan.
3) Penyanderaan (gijzeling)
Selain sanksi administratif berupa denda, bunga dan biaya penagihan pajak yang
dikenakan kepada Wajib Pajak sebagai akibat wanprestasi yang dilakukannya atas kewajiban
perpajakannya, maka seorang Wajib Pajak yang dengan sengaja dengan itikad tidak baik tidak
melunasi utang pajaknya dapat disandera sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2000 Tentang
Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa dan aturan organiknya.

3. Contoh Kasus Perpajakan dari Segi Hukum “ Mall Centre Point Medan Disegel,
Nunggak Pajak PBB 56 Miliar”
Mall center point Medan sempat di segel oleh Walikota Medan, Bobby Nasution. Alasan
dari penyegelan mall mewah ini adalah penunggakan pembayaran pajak bumi dan bangunan
(PBB) sebesar 56 Miliar. Bobby menyebutkan tunggakan PBB Mall Centre Point itu belum
dibayarkan sejak tahun 2010.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang
menjadi objek pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan adalah bumi dan/atau bangunan
yang dimiliki, dikuasi, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. 28/2009 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah yang baru, Pajak Bumi dan Bangunan kini merupakan Pajak
Daerah yang 100% penerimaannya akan diterima oleh daerah yang bersangkutan.
Dalam UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 78 berisikan :
1) Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau
Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas
Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.
2) Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau
Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas
Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sendiri merupakan potensi akan pendapatan negara.
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 juga membahas mengenai pemungutan pajak harus
dijalankan menurut hukum agar pemerintah (petugas pajak) tidak bertindak sewenang-wenang
dalam menetapkan dan memungut pajak. Maka, dapat dilihat bahwa dalam memberikan besaran
dari jumlah pajak juga ditentukan dan diatur secara hukum dalam undang-undang.
Untuk menagih pembayaran pajak, Pemerintah Kota Medan sebelumnya pernah membuat
Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT. ACK. Tetapi, PT. ACK tetap tidak punya
itikad baik hingga MoU itu kedaluwarsa. "Jadi ini bukan tiba-tiba dilakukan penutupan. Bukan
hanya masa periode saya dengan Pak Wakil (Aulia Rachman). Sebelumnya juga sudah pernah
dilakukan komunikasi. Bahkan sempat ada MoU antara PT. KAI dan PT. ACK. MoU itu sudah
kedaluwarsa atau lewat dua tahun. Diberi kesempatan, tetap tidak ada tindak lanjutnya," jelas
Bobby.
Menurut Bobby, masalah tersebut dibahas pada 7 Juni 2021 dengan melibatkan KPK,
Kejari Medan dan Polrestabes Medan. Saat itu, PT. ACK diberi tenggat waktu hingga 7 Juli 2021
untuk melunasi pajak yang ditunggak. "Terakhir kami rapat 7 Juni dihadiri langsung oleh KPK,
Kejari, PT. KAI, PT. ACK, Pemko dan disepakati pada rapat, maka 7 Juli wajib PT. ACK
membayarkan kewajibannya Rp56 miliar. Tapi tanggal 7 Juli belum kita terima," papar suami dari
Kahiyang Ayu itu.
Bobby menambahkan PT ACK sempat menawarkan skema pembayaran. Namun, skema
itu tak sesuai dengan peraturan. Sebab, pembayarannya tidak dihitung dengan denda. Walhasil,
Bobby memutuskan untuk menutup mal tersebut. "Ada beberapa skema yang ditawarkan untuk
pembayaran, tapi belum bisa kita nyatakan deal. Karena pembayarannya tidak terhitung dengan
denda. Karena ini sudah dari 2010 sampai 2021, hanya 1 tahun bayar pajak, yakni 2017. Maka,
kami minta yang belum dibayarkan segera dibayarkan. Skemanya tak bisa kita sepakati karena di
luar kebiasaan," tegasnya.
Setelah melakukan penyegelan mal tersebut, Bobby memberi tenggat waktu hingga Senin,
12 Juli 2021 nanti ke PT. ACK untuk melunasi seluruh tunggakan. Jika telah menyelesaikan
seluruh kewajibannya, maka mal tersebut dapat beroperasional kembali. "Kita kasih waktu ke PT.
ACK tiga hari, kita lakukan penyegelan dan penutupan. Kalau memang kesepakatan bisa kita
lakukan Senin akan kita buka lagi. Jadi tidak boleh ada aktivitas selagi belum ada kesepakatan.
Pembayarannya dendanya juga harus dibayar, kalau tidak dibayar, Pemko Medan nanti yang
disalahkan," terang Bobby.
Sehubungan dengan telah dibayarkannya tunggakan Pajak Bumi Bangunan (PBB) yang
dibebankan terhadap mall tersebut dengan cara dicicil. PT. ACK sudah membayarkan pajaknya
dengan cara dicicil, dan uang yang baru masuk ke kas kita sebesar Rp20 Milyar, namun mereka
sudah berjanji akan membayarkan Rp23 Milyar untuk bulan ini (Juli, 2021) maka Pemko Medan
melalui Satpol PP Kota Medan melepas segel Mall Centre Point.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Pajak menurut undang-undang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 6 Tahun 1983
sebagaimana dirubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2009, pajak adalah kontribusi wajib
kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebsar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dasar hukum pengenaan pajak diatur dalam ketentuan pasal 23 ayat (2) UUD 1945
Amandemen ke-5 juga UU Nomor 28 tahun 2007 tentang KUP. Pajak dari perspektif hukum
merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang menyebabkan
timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu kepada
Negara,
Wajib pajak yang tidak membayar pajak dikatakan waprestasi pajak. Wanprestasi adalah
gagalnya wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya, yaitu melakukan pelaporan
pajak dan pelunasan atau pembayaran utang pajaknya. Terlambat melakukan pelaporan pajak,
terlambat melakukan pembayaran pajak, tidak melakukan pelaporan pajak sama sekali, tidak
melakukan pembayaran pajak sama sekali merupakan bentuk dari wanprestasi pajak.
Akibat hukum bagi seorang wajib pajak yang melakukan wanprestasi atas kewajiban
perpajakannya adalah melelang eksekusi atas harta kekayaan wajib pajak, dikenakan sanksi
administrasi, atau bahkan penyanderaan kepada yang dengan sengaja dengan itikad tidak baik
tidak melunasi utang pajaknya.

2. Saran
Kelompok 5 menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Perlu
kritikan dan saran dari pembaca, dan juga dosen pengampu untuk perbaikan kedepannya. Melalui
makalah ini juga kami berharap seluruh wajib pajak yang membaca makalah ini untuk tidak lupa
membayar pajaknya.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Muhammad dan Sukriah Natsir. 2022. Manajemen Pajak. Makassar : PT. Nas Media
Utama

Hamja. (2018). Dampak Pungutan Pajak Dilihat dari Segi Hukum, Ekonomi dan Sosiologi.
Universitas Wiralodra.

Nainggolan, Edisah Putra. (2022). Pajak Bumi dan Bangunan dalam Perspektif Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah Kota Medan. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Panjaitan, Hotman. (2018). Pajak dan Aspek Hukum Perdata. Universitas Kristen Indonesia.

Panjaitan, Hulman. (2022). Aspek Hukum Kegiatan Perpajakan dalam Perspektif Hukum Perdata.
Universitas Kristen Indonesia.

Pohan, Chairil Anwar. 2013. Manajemen Perpajakan : Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai