Anda di halaman 1dari 33

DAMPAK PENDAMPINGAN PASTORAL KEPADA SATUA NIHA KERISO DALAM

RANGKA MENINGKATAKAN SPIRITUALITASNYA, TANGGUNGJAWAB


PELAYANAN DAN SEMANGAT BERMISI DI GEREJA ONKP FAOMARI RESORT
MEDAN JALAN TANI ASLI

Nama : Sikida Hia


NIM : 23.07.271
Program : Magister Teologi
Mata Kuliah : Metodologi Penelian
Dosen : Dr. Tony L. Hutagalung

PASCASARJANA STT ABDI SABDA

MEDAN

2023

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1
1. Latar Belakang Masalah ……………………………………………………….……..1
2. Identifikasi Masalah......................................................................................................5
3. Batasan Masalah............................................................................................................6
4. Rumusan Masalah.........................................................................................................6
5. Tujuan Penelitian ..........................................................................................................6
6. Manfaat Penelitian.........................................................................................................7
7. Sistematika Penulisan....................................................................................................7

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL......................9

2.1. Pendampingan Pastoral Kepada Satua Niha Keriso...................................................9


2.1.1.Pendampingan Pastoral ....................................................................................9
2.1.2.Satua Niha Keriso.............................................................................................12
2.1.3. Syarat Menjadi Satua Niha Keriso ..................................................................13
2.1.4. Karakter Satua Niha Keriso.............................................................................13
2.2 Meningkatkan Spritualitasnya.....................................................................................16
2.2.1. Peran Penatua dalam Pertumbuhan Gereja......................................................16
2.2.2. Pertumbuhan Kualitas Iman ............................................................................20
3.3. Tanggung Jawab Pelayan...........................................................................................21
4.4. Semangat Bermisidi Gereja........................................................................................26
4.4.1 Pengertian Misi........................................................................................................ 26
4.4.2. Misi Yesus dalam Narasi Kitab Ijil.........................................................................26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian......................................................................................28
3.2. Populasi Penelitian.....................................................................................................28
3.3. Sampel Penelitian.......................................................................................................28
3.4. Metode Penelitian.......................................................................................................29
3.5. Alat Pengumpulan data..............................................................................................29
3.6. Teknik Pengolahan Data............................................................................................29

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Gereja sebagai tubuh Kristus dan sebagai organisasi yang ada didunia ini. Dalam gereja

ada program program pelayanan, program kerja. Pengelolaan gereja tentu tidak dapat dilakukan

sendiri oleh pendeta, penatua sebagai mitra pelayanan pendeta memiliki peran yang sangat vital

agar pelayanan Tugas Panggilan Gereja dapat terlaksana dengan baik. Penatua sebagai mitra

pendeta memiliki peran yang sangat vital karena mereka merupakan ujung tombak pelayanan

yang lebih banyak berhadapan langsung dengan jemaat di sektor mereka masing-masing. Maka

kualitas pelayanan dapat langsung dinilai oleh jemaat berdasarkan pelayanan penatua.

Manajemen Sumber daya Manusia berpengaruh terhadap kualitas pelayanan Penatua, dan

kualitas pelayanan Penatua berdampak langsung terhadap peningkatan pelayanan Panggilan

Gereja.

Gereja lahir dan bertumbuh tidak terlepas dari hakekatnya untuk melayani sesama dalam

arti menjawab pergumulan yang sedang dihadapi oleh manusia. Setiap pelayan gereja bahkan

semua jemaat menghendaki supaya gereja yang dilayaninya dan yang dihadiri serta di dalamnya

ia menjadi anggota yang bertumbuh. Keinginan tersebut sejalan juga dengan keinginan atau

kehendak Tuhan bagi gereja-Nya yaitu supaya gereja bertumbuh secara utuh.

Pelayan Gereja adalah orang yang dipilih untuk mampu bertanggung jawab dalam setiap

pekerjaan dalam tugas pelayanan Gereja. Sebagai seorang pelayan Gereja adalah seseorang yang

mampu melayani di dalam artian menjadi seorang pelayan Gereja harus memahami dan mengerti

mengenai apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab di dalam melaksanakan pelayanan

gereja.1 Tugas dan tanggung jawab yang dimaksud ialah merujuk kepada tata pelayanan gereja
1
Novrianto Lolomboba, “Profesionalitas Pelayan Gereja”, Jurnal Pendidikan dan Teologi Kristen, Volume
1, No 2 (2021): 34
1
yang telah ditetapkan baik itu di dalam pelayanan marturia, koinonia, dan diakonia. Maka dari

itu menjadi seorang pelayan bukanlah pekerjaan yang mudah, karena harus memberi waktu,

pikiran, hati, dan komitmen yang baik dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pelayanan

Gereja.

Gereja Orahua Niha Keriso Protestan (ONKP) Faomasi Resort Medan berada di Jalan

Tani Asli, Gg Sejahtra 1, Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

Kebaktian umum dilaksanakan 1 Kali setiap Hari Minggu dan kebaktian keluarga / Sektor

dilaksanakan 1 kali dalam seminggu. Didalamnya ada 39 KK dengan jumlah jiwa 247 dan

dianytaranya 14 Para pelayan sebagai Satua Niha Keriso diluar Pendeta Jemaat.

Satua Niha Keriso yang sering disingkat dengan SNK adalah Bahasa daerah (Nias) yang artinya

Penatua yang bertugas untuk melaksanakan Tugas pelayanan yang sesunguhnya dan tugas tugas

pelayanan diatur dalam tata fereja ONKP dan uraian tugas termuat dalam Agende dan yang

telah di tetapkan.2 Inilah tugas-tugas Satua Niha Keriso atau penatua yang ditetapkan, antara

lain :

1. Membantu dalam pemberitaan Firman Allah, penatua tersebut bekerja sama dalam

menjaga dan memperhatiakan umat Tuhan agar jangan ada kemunduran iman, akan tetapi

bertumbuh dalam hal kebajikan, perbuatan baik sebagai oran percaya dalam Kristus,

menghormati Allah bagi yang suami isteri dengan menghindari persoalan dan

pertengkaran, dan memberikan teguran bagi anak dalam hal perbuatan yang tidak baik.

Mengarahkan mereka menunjuk kepada Tuhan, supaya berhati-hati, dan peraturan baik

dengan menghindari kebohongan. Hendaknya penatua yang ditetapkan dan siapapun juga,

menjauhkan diri dari pemikiran dunia dalam memperoleh perbuatan baik yang

menyenangkan hati secara dunia yang membuat terabaikan nasehat baik yang Tuhan

inginkan. Menunjukkan jalan yang benar bagi orang yang bersalah, dalam mengikuti

Tata Gereja ONKP dimuat tahun 1952 dan beberapa poin tugas diuraiakn dan dibacakan dalam Agendre
2

saat Pengukuhan Penatua


2
Tuhan Yesus. Hendaknya punya hati seorang ayah dan ibu kepada anaknya, maupun

memberikan teladan bagi orang banyak sebagai pelaku-pelaku Firman Allah, supaya

nama Allah yang dimuliakan dalam perbuatan baik dan benar dalam segala hal.

2. Bahwa penatua bekerja, memperhatiakan keterlibatan dalam Gereja, setiap kali ada

perkumpulan yang kudus bagi Allah, baik pada ibadah minggu, doa dan persekutuan,

bahkan dimana saja perkumpulan umat Tuhan dalam memberitakan Firman Allah, agar

punya hati yang ingin mendengar ketika Firman Allah ditaburkan. Memperhatikan supaya

tetap terjaga dalam kekudusan bagi Tuhan Allah kita, yaitu : Minggu kudus. Dengan

mengingat hari yang kudus itu menurut tauran Tuhan, memberikan pendorong bagi orang

tua untuk beribadah supaya tetap didalam Yesus dalam segala pengajaran.

3. Penatua bertanggung jawab sepenuhnya dalam membantu dalam kesusahan apapun;

menolong anaka yatim dan piatu, janda yang tak terperhatikan, hendaknya mereka tempa

punya saudara, mereka bekerja untuk memberikan pemahaman bagi orang yang belum

percaya, dan mencari keselamatan hanya kepada Yesus Kristus.

4. Bertanggung jawab melihat dan mengawasi harta milik kepunyaan umat Kristus, besar

jumlahnya, kecil jumlahnya, banyak jumlahnya ataupun sedikit jumlahnya karena itu

untuk meningkatkannya, dalam menolong para pekerja bagi kristus, dalam mengerjakan

pekerjaan itu. Jangan ada hati yang tersembunyi dan penipuan. Mata Tuhan tertuju kepada

orang-orang benar dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong; wajah Tuhan –

menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka

dari muka bumi. Itulah tanggung jawab Satua Niha Keriso, dalam tugas pekerjaan Tuhan

kita Yesus Kristus, yang disampaikan kepada orang-orang beriman kepada-Nya, hingga

Dia akan datang kembali.

Tetapi apa yang terjadi dalam Gereja ONKP Faomasi adalah terlihat kemunduran

semangat para pelayan yang berdampak pada kemerosotan kehadiran warga gereja atas
3
kurangnya keaktifan para Satua Niha Keriso dan tidak menjalankan tugas dan tanggung jawab

secara penuh sehingga dampaknya sangat nampak bagi kehadiran warga jemaat setiap kebaktian

minggu dan kebagtian keluarga.

Pertumbuhan dasar dalam gereja terletak pada pertobatan dan kelahiran baru seseorang.

Dalam bukunya Peter Wongso berjudul “ Tugas Gereja dan Misi Masa Kini” mengatakan bahwa

pertumbuhan dan kedewasaan hidup Rohani orang Kristen secara pribadi ialah dasar

pertumbuhan Gereja.3 Gereja harus hidup seperti kehendak Allah yang memiliki tujuan baginya

dan memperkenalkan implikasi-implikasi. Tujuan Allah bagi Gereja yakni merupakan tujuan-

Nya bagi setiap orang Percaya yaitu masing masing harus memiliki kehidupan untuk beribadah,

pelayanan, penginjilan, pemuridan, dan persekutuan.4 Kehidupan gereja memiliki dasar yang

sehat yaitu: adanya keharmonisan antara para pelayan dan jemaat, penatua menjalankan Tugas

menopang pelayanan, terlibat dalam kegiatan pelayanan, kunjungan bahkan menopang jemaat

dalam doa bagi yang imannya lemah, selalu memberikan waktu untuk memberikan semangat

bagi warga agar tetap ikut dalam setiap persekutuan dan kebaktian kebaktian lainnya

Pelayan Tuhan yang berhasil adalah seseorang yang dapat memahami dan menjalani

tanggung jawabnya dengan benar. Maksudnya, seorang pelayan Tuhan perlu memahami apa

yang menjadi tanggung jawabnya dan melaksanakannya sesuai perintah yang diberikan. Pokok

masalah penelitian ini melatar belakangi kurangnya tanggung jawab penatua dalam

melaksanakan pelayanan Gereja. Kurangnya tanggung jawab di dalam melakukan pelayanan.

Contohnya di dalam berpelayanan seperti: Jarang mengikuti Sermon Majelis, padahal sermon

menjadi salah satu wadah untuk belajar Pendalaman Alkitab agar majelis jemaat lebih

mendapatkan wawasan mengenai Alkitab di dalam melaksanakan pelayanan Gereja, juga

persiapan pelayanan setiap Minggunya namun Siap melayani hari minggunya walau ada banyak

3
Peter Wongso, Tugas Gereja dan Misi Masa Kini, (Malang: SAAT, 1999), 69
4
Rick Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini, (Malang: Gandum Mas, 2000),405
4
kelemahan. Ada juga yang tidak menjalankan tugas sesuai jadwal yang terjadwal di kebaktian

rumah tangga, sering mengelak kalau jadwal pelayanan

Berdasarkan latar belakang masalah ini diatas, maka penulis mencoba melakukan

penelitian dengan Judul PENDAMPINGAN PASTORAL KEPADA SATUA NIHA KERISO

DALAM RANGKA MENINGKATAKAN SPIRITUALITASNYA, TANGGUNGJAWAB

DALAM PELAYANAN DAN SEMANGAT BERMISI DI GEREJA ONKP FAOMARI

RESORT MEDAN JALAN TANI ASLI

1.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah pertanyaan yang timbul berdasarkan judul maup

un latar belakang masalah yang ada, dan identifikasi masalah merupakan inti dari

penelitian.5 Dengan kata lain identifikasi masalah adalah penyajian masalah yang

menyebabkan adanya keinginan peneliti untuk mempelajari dan menelitinya.6 Ber

angkat dari wacana diatas maka penulis dapat mengidentifikasi beberapa permasa

lahan yang hendak diteliti yaitu :

1. Adanya rasa Kurang tanggungjawab dan kurang aktif Satua Niha Keriso dalam Tugas

pelayanan sehingga menimbulkan kemerosotan kehadiran jemaat

2. Perlu Pembinaan untuk Satua Niha Keriso agar bertanggungjawab melaksanakan tugas

yang dipercayakan

3. Adanya kemalasan untuk terlibat dalam kegiatan pelayan

4. Satua Niha Keriso Sering Mengabaikan Tugas tugas utama dalam pelayanan Gereja

5
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian : Lapangan, Praktis Dan Mudah Dipahami, (Yogyakarta : Pustaka Baru Pre
ss, 2021), 54-55
6
H. Nazar Bakry, Tuntunan Praktis Metodologi Penelitian, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1995), 15
5
1. 3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi penelitian ini dengan fo

kus untuk membahas Pendampingan pastoral kepada Satua Niha Keriso dalam rangka

meningkatakan spiritualitasnya, tanggungjawab dalam pelayanan dan semangat bermisi Inilah ya

ng menjadi pembatasan masalah yang kemudian akan penulis teliti dan paparkan di bab III dan b

ab IV.

1. 4. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemahaman Satua Niha Keriso tentang tugas panggilan dalam gereja?

2. Bagaimana gereja menyikapi Satua Niha Keriso untuk meningkatkan kesadaran

terhadap peran sentral mereka dalam gereja?

3. Bagaimana memberikankesadaran dan pemahaman Satua Niha Keriso terhadap peran

sentral mereka di dalam gereja berpengaruh terhadap kualitas pelayanan mereka kepada

jemaat ?

4. Bagaimana melakukan pelayanan pembekalan kepada Satua Niha Keriso

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian

ini adalah

1. Untuk mengetahui Sejauh mana pemahaman Satua Niha Keriso ONKP Faomasi tentang

peran sentralnya dalam gereja.

2. Untuk mengetahui sejauh mana Sistem tata gereja yang diterapkan oleh gereja dalam

meningkatkan pelayanan Tugas Panggilan Gereja sebagai Satua Niha Keriso.

6
3. Untuk mengetahui kesadaran dan pemahaman Satua Niha Keriso tentang peran sentral

mereka di gereja berpengaruh terhadap kualitas pelayanan mereka kepada jemaat

4. Untuk mengetahui tentang bagaimana pandangan Satua Niha Keriso terhadap tugas

pelayanan

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk menambah pengetahuan dan

wawasan serta pemahaman yang mendalam mengenai peran sentral Satua Niha Keriso di dalam

gereja.

2. Penelitian ini diharapkan memberi informasi tentang bagaimana kualitas pelayanan Satua

Niha Keriso mempengaruhi keinginan jemaat dalam beribadah.

3. Secara umum untuk ONKP Faomasi, sebagai kontribusi dalam melengkapi dan meningkatkan

mutu pelayanan di ONKP Faomasi khususnya bagi Satua Niha Keriso .

4. Untuk penulis, melalui penelitian ini penulis dapat bekerja sama dengan Satua Niha Keriso

ONKP Faomasi agar lebih meningkatkan kualitas pelayanan di tengah gereja

1.7. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab I ini berisi tentang: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Ru

musan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan

BAB II : TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

Bab II ini berisikan tentang: Pengertian Pendampingan Pastoral Kepada Satua Niha Keriso;

Satua Niha Keriso ONKP Faomasi; Syarata Menjadi Satua Niha Keriso; Karakter Satua Niha

7
Keriso; Meningkatkan Spiritualitas; Peran Penatua dalam Pertumbuhan Gereja; Pertumbuhan

Kualitas Iman; Tanggung Jawab Pelayanan; Semangat Bermisi di Gereja; kerangka konseptual

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab III ini berisi tentang: Waktu dan Lokasi Penelitian; Populasi Penelitian; Sampel Penelitian;

Metode Penelitian; Alat Pengumpulan Data; Teknik Pengolahan Data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN, VERBATIM DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini memaparkan hasil penelitian, pembahasan terkait hasil penelitian yang diperoleh berd

asarkan data serta langkah langkah yang dilakukan untuk pendampingan Pastoral kepada Satua

Niha Keriso

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh dan memuat saran terhadap

penelitian-penelitian di masa yang akan datang.

8
BAB II

TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

2.1 Pendampingan Pastoral Kepada Satua Niha Keriso


2.1.1. Pengertian Pendampingan Pastoral

Kata pendampingan pastoral terdiri dari dua kata yaitu pendampingan dan pastoral.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata pendampingan berarti proses, cara,

perbuatan mendampingi atau mendampingkan.7 Kata pendampingan berasal dari kata kerja

mendampingi yang merupakan kegiatan menolong orang lain sebab perlu didampingi.

Sementara orang yang mendampingi disebut sebagai pendamping. Antara pendamping dan

yang didampingi mempunyai interaksi sejajar dan adanya hubungan timbal-balik. Aart van

Beek berpendapat bahwa pendampingan adalah kegiatan kemitraan, bahu-membahu,

menemani, membagi/berbagi dengan tujuan saling menumbuhkan dan mengutuhkan. 8 Dalam

hal ini berarti antara pendamping dan yang didampingi sama-sama mempunyai kemampuan

atau daya untuk bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.

Kata selanjutnya adalah pastoral. Pastoral berasal dari kata “pastor” yang dalam bahasa Latin

atau Yunani disebut poimen yang artinya gembala.

Dalam tradisi kehidupan gerejawisecara tradisional, gembalamerujuk pada tugas

pendeta yang menjadi gembala bagi jemaat atau domba- dombanya. Dalam Alkitab, istilah

“Gembala yang Baik” (Yoh. 10) merujuk kepada diri Yesus Kristus. Yesus digambarkan

sebagai Gembala yang Baik yang bersedia memberikan pertolongan dan pengasuhan terhadap

para pengikut-Nya dan orang-orang yang ditemui tanpa pamrih. Bahkan, puncak dari

pertolongan dan kepedulian-Nya adalah dengan rela mengorbankan nyawa-Nya demi

manusia yang dikasihi-Nya. Pelayanan yang diberikan Yesus merupakan tugas kemanusiaan

yang sungguh teramat mulia. Melalui teladan tersebut, Yesus mengharapkan para pengikut-
7
“Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)” (Jakarta: Balai Pustaka, 1996).
8
Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral (Jakarta: Gunung Mulia, 2015). 9

9
Nya dapat mengambil sikap dan pelayanan dalam kehidupan mereka. Mengacu pada tindakan

pelayanan Yesus, tugas pastoral tidak hanya tugas atau monopoli para pastor atau pendeta

akan tetapi merupakan tugas bagi setiap orang yang menjadi pengikut-Nya.

Menurut Howard Clinebell, pendampingan pastoral adalah suatu jawaban terhadap

kebutuhan setiap orang akan kehangatan, perhatian penuh, dukungan dan penggembalaan

(pendampingan). Pendampingan pastoral merupakan ungkapan pendampingan yang bersifat

memperbaiki (reparatif), yang berusaha memberi pemulihan dan kesembuhan bagi orang-

orang yang sedang menderita gangguan fungsi dan kehancuran karena krisis. 9 Selain untuk

menjawab kebutuhan-kebutuhan pribadi manusia, pendampingan pastoral juga muncul untuk

merespon persoalan-persoalan sosial dalam komunitas masyarakat.Pendampingan pastoral

tumbuh dan berkembang atas semangat, sikap dan tindakan saling memedulikan sesama yang

mengalami krisis kehidupan. Hal ini telah ditunjukkan Allah pada seluruh ciptaan-Nya.

Sejak mula pertama Allah telah menunjukkan kepdulian atas manusia dan ciptaan

lainnya yang nampak dari sejak penciptaan, pemeliharaan, penghukuman, pemulihan

(restorasi) bahkan sampai pada rekonsiliasi yang nyata lewat inkarnasi Allah dalam pribadi

dan karya Yesus Kristus. Pendampingan pastoral disebut juga sebagai pendampingan

inkarnasional.10 yang menggambarkan karakter Allah yakni mengasihi, menertibkan,

menciptakan, menghidupkan, menyelamatkan, memedulikan, memperhatikan, merawat,

mendampingi, mengubah, menumbuhkan, mengampuni dan sebagainya.

Dengan demikian dasar dari pendampingan pastoral adalah Missio Dei atau misi Allah

dan tidak hanya dapadi t dilakukan oleh jabatan seorang manusia yaitu pastor atau gembala

atau pendeta tetapi semua orang percaya.

Di tengah-tengah dunia dengan persoalan kehidupan yang semakin kompleks maka

pelayanan pendampingan pastoral merupakan suatu pelayanan yang urgen dilayankan Gereja
9
Howard Clinebell, Tipe-Tipe Pendampingan Pastoral Dan Konseling Pastoral (Jakarta: Gunung
Mulia, 2002). 60
10
Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral. 8

10
(orang percaya) baik secara perorangan maupun secara komunitas. Pendampingan pastoral

sebagaimana konseling pastoral merupakan integrasi dari bidang teologi dan psikologi yang

digunakan dalam memahami individu atau kelompok masyarakat. Dengan demikian,

pemahaman akan hakikat manusia dengan kebutuhan-kebutuhannya menjadi sesuatu yang

penting untuk diketahui. Di samping itu, titik tolak dari pendampingan pastoral kepada

individu atau kelompok adalah berdasarkan perilaku yang tampak dalam interaksinya dengan

sesama dan lingkungannya. Setiap individu memiliki perilaku yang unik dan khas. Perilaku

mirip sidik jari, tidak ada yang sama. Dengan kata lain, tidak ada individu yang memiliki

perilaku yang sama persis ketika menghadapi situasi atau stimulus yang sama. Namun

demikian, bukan berarti tidak ada batas-batas antara perilaku yang wajar dengan perilaku

yang tidak wajar.

Hal mendasar yang harus dimiliki oleh seorang pendamping pastoral adalah iman yang

kokoh di dalam Dia, Allah, Sang Konselor Sejati. Pendampingan pastoral merupakan upaya

menghadirkan Allah di dalam perjumpaan pastoral. 11 Dengan kata lain, seorang pendamping

pastoral harus mampu mengejawantahkan keberadaan Allah dalam proses pendampingan

pastoral lewat tindakan memedulikan, memelihara dan memulihkan sesama. Allah hadir

dalam interaksi manusia terlebih lagi dalam pertolongan yang sungguh-sungguh. Dengan

demikian pendamping pastoral perlu menyadari bahwa kehadirannya bersama dengan orang

yang didampingi adalah dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai manusia beriman

menurut gambar Allah.

Pendampingan pastoral adalah pelayanan yang bersentuhan langsung dengan manusia

sebagai dokumen hidup yang memiliki keunikan, kebutuhan, persoalan dan kemampuan

berbeda-beda yang khas. Seorang pendamping pastoral perlu memiliki disiplin yang tinggi

11
Beek, Pendampingan Pastoral. 41

11
dan terlatih kaitannya dalam mendampingi. Adapun keterampilan dasar yang harus dimiliki

seorang pendamping pastoral adalah mendengarkan, memperjelas, memantulkan,

menafsirkan, mengarahkan, meringkas, memusatkan, memberi informasi, mengajukan

pertanyaan dan menantang. Sedangkan sikap dasar yang harus dimiliki oleh pendamping

pastoral adalah empati, tertarik, percaya pada proses, terbuka, spontan, tulus hati, kenal diri,

universalistik dan otonom. Dengan memiliki keterampilan dan sikap dasar tersebut, proses

pendamping pastoral akan dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan mereka yang didampingi.

2.1.2. Satua Niha Keriso ONKP Faomasi


Satua Niha Keriso atau majelis gereja adalah sebuah jabatan gerejawi yang ada

disebuah gereja. Kata penatua sendiri berasal dari bahasa Yunani Presbyteros yang berart

seorang yang dituakan, yang berpikir matang, sesepuh. Penatua juga dapat diartikan sebagai

pemimpin Kristen, yang melayani Jemaat dalam Gereja tersebut. Jof E. Trull dan James E.

Carter, di dalam bukunya menjelaskan mengenai pembentukan moral etika pelayan, serta

menjelaskan mengenai watak dan perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh seorang pelayan
12
Yesus Kristus di dalam kehidupan profesional. Joe E, Trull dan James, mendefinisikan

pelayanan adalah jabatan profesional yang ditahbiskan dikhususkan kepada pendeta, penatua

dan diaken untuk memenuhi tugas panggilan Gereja. Semua tugas pelayan dipanggil untuk

bersaksi bersekutu dan melayani. Syarat utama menjadi pelayan wajib berpendidikan,

bertanggung jawab, berediksi dan memiliki keahlian. Seorang pelayan profesional

mengutamakan moral dan etika dasar pelayanan sehingga memperlihatkan karakter, integritas

dan perilaku. Dengan demikian tuntutan etis yang bersumber dari injil mempengaruhi

pelayan kristen secara profesional.13

2.1.3. Syarat Menjadi Satua Niha Keriso 14


12
Jof E. Trull, James E. Carter, Etika Pelayanan Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 7-6.
13
Jof E. Trull, James E. Carter, Etika Pelayanan, 54.
14
Berdasarkan 1 Timotois 3:2, selain itu diatur juga dalam Tata Gereja ONKP terbitan April 2022

12
Untuk menjadi seorang Satua Niha Keriso (penatua), tentunya ada persyaratan-

persyaratan yang harus dipenuhi secara rohani, karena jabatan Satua Niha Keriso (penatua)

adalah jabatan dari Allah sendiri, maka syarat rohani bagi seorang penatua haruslah dipenuhi,

syarat-syarat tersebut berdasarkan pada I Timotius 3:2 adalah: Seorang yang tak bercacat.

Maksudnya adalah bukan secara cacat jasmani tetapi cacat secara rohani. Seorang penatua

harus memiliki kualifikasi rohani/kualifikasi spiritual, spiritual Kristen adalah spiritual dalam

Roh dan Kebenaran. Artinya roh manusia bersekutu dengan Allah yang adalah Roh (Yoh.

4:24). Karena itu, spiritual Kristen bukan berfokus pada perilaku agama melainkan hubungan

rohani yang dalam dengan Allah, dengan demikian spiritualitas adalah ibadah yang berkaitan

dengan hubungan pribadi penatua dengan Allah berdasarkan pengenalan yang benar akan

Tuhan secara intim setiap hari dengan Tuhan. Suami dari satu istri, tidak boleh poligami.

Seorang penatua tidak boleh memiliki istri lebih dari satu orang. Dapat menahan diri.

Seorang penatua harus memiliki penguasaan diri yang tinggi, tidak mudah terpengaruh oleh

berbagai situasi dan kondisi yang sedang terjadi di sekitar lingkungannya, dengan kata lain

bahwa seorang penatua harus memiliki kestabilan emosi.

2.1.4. Karakter Satua Niha Keriso

a. Bijaksana

Bijaksana seorang penatua harus dapat bersikap bijak, tidak boleh ceroboh dalam

menghadapi berbagai permasalahan dalam pelayanan yang dilakukannya, sehingga jemaat

yang dilayaninya merasa dilindungi. Sopan, dalam melakukan tugas pelayanan yang

dipercayakan kepada penatua, seorang penatua harus bersikap sopan kepada jemaaat, agar

jemaaat juga bersikap sopan kepada penatua sebagai pelayan jemaat yang ditunjuk oleh

Allah. Suka memberi tumpangan; artinya suka menolong apabila ada orang atau jemaat yang

membutuhkan tumpangan maka dengan senang hati ia akan menolong untuk memberi

tumpangan kepada yang memerlukannya. Tumpangan yang dimaksud adalah, apabila ada

13
jemaat yang belum mendapat tempat tinggal, maka untuk sementara waktu, penatua

mengijinkan jemaat tersebut untuk tinggal di rumahnya.

b. Cakap Mengajar

Cakap mengajar; seorang penatua harus memiliki kecakapan untuk mengajar, terutama

mengajar dalam hal kebenaran akan Firman Allah. Bukan peminum/pemabuk; seorang

penatua bukan seorang yang suka mengkonsumsi minuman keras. Seorang penatua tidak

boleh suka minum-minuman keras, karena itu akan mempengaruhi emosi dan perilaku.

Bukan pemarah melainkan peramah; seorang penatua bukan seorang yang suka marah-marah,

akan tetapi seorang penatua adalah seorang yang ramah kepada orang lain, tidak mudah

terpancing emosinya apabila menghadapi hal-hal yang berhubungan dengan diri penatua

secara pribadi.

c. Pendamai

Pendamai; seorang penatua adalah seorang yang suka berdamai dengan semua orang,

terutama dengan jemaat yang dilayaninya. Penatua harus memiliki sifat pendamai, apabila

ada jemaat yang berseteru maka penatua mempunyai tugas untuk mendamaikan jemaat yang

berseteru, agar berdamai dengan kasih. Bukan seorang hamba uang; seorang penatua adalah

seorang yang tidak tamak akan uang atau tidak serakah. Seorang kepala keluarga yang baik;

disegani dan dihormati oleh anak-anaknya, artinya penatua dapat memimpin keluarganya

dengan bijaksana, penuh kasih, dan suka mengampuni. Janganlah seorang yang baru bertobat;

seorang penatua hendaknya bukan seorang yang baru bertobat atau orang yang baru

menerima Yesus agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman iblis

5. Satua Niha Keriso Memberikan teladan

Seorang penatua harus memiliki sifat-sifat rohani yang baik yang bisa memberikan

teladan yab baik juga bagi jemaatyang dilayani, kehidupan pelayan harus menjadi contoh

14
bagi jemaat yang dilayaninya. Sifat-sifat yang dimiliki oleh penatua itulah nantinya yang

menentukan apakah seseorang penatua berhasil atau tidak paham menjalankan tugas

pelayanan yang dipercayakan oleh Tuhan kepada penatua.

Menurut G. Riemer, sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang penatua adalah: 15

Setia, artinya tetap dan teguh hati, taat/patuh, berpegang teguh, kesetiaan adalah syarat yang

pertama dan utama bagi penatua agar dapat melaksanakan tugas penatua. Rendah hati, artinya

seorang penatua tidak boleh sombong ataupun angkuh kepada jemaat yang dilayaninya.

Tidak sombong: artinya sebagai seorang penatua tidak menghargai dirinya secara berlebih-

lebihan dan tidak congkak. Kasih saying, penuh kasih kepada jemaat yang dilayaninya.

Berani, artinya sebagai seorang penatua harus memiliki sifat batin yang tidak takut untuk

menghadapi bahaya. Tidak takut, artinya seorang penatua harus tegar dalam menghadapi

apapun. Berhikmat, penatua harus bijak, pandai, dan selalu menggunakan akal budinya dalam

menghadapi segala sesuatu. Terpelajar: artinya seorang penatua harus mau dan suka belajar,

terutama belajar tetang Firman Allah. Takluk kepada Firman, seorang penatua harus, tunduk,

taat, serta diperintah oleh Firman Allah. Panjang sabar, seorang penatua tidak boleh cepat

marah, tidak cepat putus asa, tidak cepat patah hati, tidak malas, tidak terburu-buru dalam

segala sesuatu, sabar menunggu. Rajin, tidak malas, selalu ingin bekerja dengan baik, bukan

karena terpaksa, penatua dalam melaksanakan tugasnya harus rajin. Tegas: mantap, tepat,

tidak boleh bimbang, tidak boleh putus asa, nasehat atau penghiburan harus tepat pada

sasaran. Bergembira, seorang penatua dalam melayani jemaat harus dengan sukacita, bukan

dengan terpaksa.

2.2. MENINGKATKAN SPIRITUALITASNYA


2.2.1. Peran Penatua dalam Pertumbuhan Gereja

15
G Riemer, Jemaat yang Presbiteral (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2005), 9.

15
Penatua berasal dari kata Yunani “Presbuteros” yang berati pengetua agama Yahudi,

atau pemimpin jemaat; yang lebih tua; pertua, seperti yang tercantum pada Kisah Para Rasul

14:23 “di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan

setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang

adalah kepercayaan mereka.” Seorang penatua biasanya dipilih dengan memperhitungkan

usia, dan pengalaman hidupnya bersama Tuhan. Seorang penatua memiliki kedewasaan

rohani dan teruji oleh berbagai macam tantangan. Penatua sebagai pemimpin jemaat harus

mempunyai kemampuan memimpin, mengatur, mengajar, mengontrol jemaat agar tetap

hidup dalam Firman Tuhan, mendisiplinkan jemaat yang tidak menaati Firman Tuhan, dan

melindungi jemaat dari ajaran sesat. Tugas utama dari penatua adalah preaching, teaching,

counseling, leading, managing dan protecting the churh. Itulah sebabnya penatua yang

dipercaya Tuhan untuk memimpin jemaat melewati pemilihan yang ketat. Penatua adalah

orang-orang yang dikhususkan untuk menjalankan tugas kepemimpinan pastoral dalam

jemaat. Penatua adalah pemimpin yang telah dipandang layak oleh Tuhan dan jemaat, setelah

lebih dulu ujian dan seleksi (memenuhi syarat dan kualifikasi untuk mengerjakan pekerjaan

mulia dalam gereja). Seorang penatua harus memiliki integritas yang tinggi dalam

menjalankan tugas pelayanannya, artinya memiliki aspek moral yang dapat diandalkan,

kejujuran, etika dan karakter yang mulia.

Istilah ini mengarah bukan ada pada jabatannya, tetapi pada orangnya yang cenderung

dipakai oleh orang Kristen Yahudi yang menghendaki pemimpin mereka memiliki

kematangan secara kerohanian. Pemangku-pemangku jabatan dalam gereja atau dalam jemaat

adalah hamba-hamba dari Yesus Kristus, “Aku berada di tengah-tengah kamu sebagai

pelayan” (Luk. 22:27) setiap para penatua GPdI Getsemani Kuta, harus selalu mengingat

bahwa jabatan yang dipercayakan kepada penatua, bukan untuk kepentingan pribadi

melainkan untuk kepentingan orang lain. Jabatan gerejawi adalah suatu anugrah Allah, tidak

16
berdasarkan pada kebaikan atau pun prestasi yang dimiliki oleh seseorang dalam hidupnya,

tetapi semata-mata berdasarkan pada kemurahan Allah. Jabatan gerejawi tidak timbul dari

jemaat, ia berasal dari Allah, tugas pokok dari para penatua adalah melayani dan membangun

jemaat.

Penatua memiliki peran yang penting dalam pertumbuhan jemaat, karena itu mereka

harus mendorong jemaat dan menolong setiap anggota jemaat, untuk tetap kuat dalam

menghadapi berbagai macam tantangan hidup “Kenakanlah seluruh perlengkapan sejata

Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan dalam tipu muslihat iblis. Karena perjuangan

kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan

penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini melawan roh-roh jahat

di udara” (Ef. 6:11-12). Peran penatua dalam membangun dan mendorong setiap jemaat

untuk tetap kuat dalam menghadapi tantangan hidup merupakan suatu peran yang tidak

mudah karena tantangan yang dihadapi oleh jemaat bukan saja tantangan dalam jasmani

tetapi juga secara rohani, yaitu tantangan untuk tetap mempertahankan iman percaya mereka

kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan, maka penatua harus mendorong jemaat agar hidup

semakin melekat kepada Tuhan, serta hidup di penuhi oleh Roh Kudus, karena tanpa hal

tersebut di atas maka jemaat tidak akan mampu menghadapi setiap tantangan hidup yang

harus mereka lalui.

Penatua menuntun jemaat, bahwa mereka tidak hidup mementingkan diri sendiri,

jemaat harus hidup bersama-sama dengan masyarakat dan lingkungannya, bukan seperti pasir

kering melainkan seperti tanah liat. Penatua harus menuntun jemaat agar dapat hidup kudus

dan berkenan kepada Allah, menuntun jemaat agar hidup penuh dengan Roh Kudus sebagai

senjata perlengkapan Allah yang harus digunakan oleh jemaat dalam menghadapi peperangan

rohani. Jemaat yang kudus adalah jemaat yang memiliki rasa persaudaraan, persepakatan,

17
persatuan, dan persahabatan. Penatua harus menuntun jemaat untuk hidup saling mengasihi,

mengampuni, dan berbagi kepada orang lain tanpa membedakan status sosial karena itulah

penatua harus menuntun jemaat untuk memiliki karakter Kristus. Dasar dari semua hubungan

yang dibangun adalah kasih, tanpa kasih hubungan yang dibangun mudah rapuh.

Penatua mewujudkan persekutuan yang kudus dengan Tuhan, karena Tuhan adalah

Kudus adanya, memiliki rasa persaudaraan yang tinggi untuk membangun sebuah komunitas

rohani yang hidup memiliki kesatuan dalam tubuh Kristus dan persahabatan yang erat guna

menyatakan kasih Tuhan kepada sesama anggota jemaat Kristus. Kekudusan bukan sekedar

bicara boleh atau tidak boleh, tetapi bagaimana mengkhususkan hidup jemaat untuk Allah,

penatua harus mendorong dan membimbing jemaat agar jemaat dapat mewujudkan hal ini.

Dalam Roma 12:1, Rasul Paulus menasihatkan untuk mempersembahkan tubuh sebagai

persembahan yang, kudus, dan yang berkenan kepada Allah. Penatua harus membimbing

jemaat untuk tidak menajiskan diri dengan dosa. Kasih juga harus menjadi motif pelayanan

jemaat, maka dengan demikian akan mengasihi sesamanya secara objektif dengan tidak

mementingkan diri sendiri. Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah

mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah

mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup tidak lagi hidup

untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka

(2Kor. 5:14-15).

Penatua juga mendorong dan mengajak jemaat agar mereka hidup di dalam Firman

Tuhan, maka apabila jemaat hidup dalam Firman Tuhan maka mereka tidak akan kekurangan

dalam segala hal, hidup dalam Firman memiliki arti bahwa segala aspek kehidupan jemaat

tolok ukurnya adalah Firman Tuhan. Untuk hidup dalam Firman Tuhan, diperlukan

ketekutan, keinginan, usaha, waktu, oleh sebab itu penatua dituntut untuk selalu mendorong,

membimbing, mengingatkan jemaat dengan tidak henti-hentinya hidup di dalam Firman, akan

18
memberi dampak positif dalam kehidupan jemaat, baik dampak secara jasmani maupun

secara rohani, karena di dalam Firman ada kekuatan Allah, dengan mengajarkan jemaat hidup

di dalam Firman Tuhan, maka sebagai implementasinya: jemaat akan rajin datang beribadah,

mau terlibat dalam pelayanan gereja. Penatua dapat melihat jemaat hidup dalam Firman dan

kekudusan dapat dilihat melalui pertumbuhan dalam kasih, kebaikan, iman, pengharapan di

dalam kerohanian jemaat. Tuhan mempercayakan jemaatNya kepada para penatua untuk

dipelihara dengan baik, diberi pupuk dan tanamanliar, pakailah Firman Allah sebagai pedang

bermata dua dan Roh Kudus untuk menunjukan jalan bagi para penatua agar dapat

menjalankan peran mereka dalam gereja.

Definisi formal mengenai pertumbuhan gereja yang tertulis dalam anggaran dasar

North American Society Church Growth adalah suatu disiplin ilmu yang menyelidiki sifat

sifat, perluasan, perintisan, pelipat gandaan, fungsi dan kesejahteraan gereja-gereja Kristen

dalam hubungannya dengan penerapan yang efektif dari amanat Allah untuk menjadikan

semua bangsa murid-Nya (Mat. 28:20).16 Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa hal

hal yang dibahas dalam pertumbuhan gereja tidak secara langsung berhubungan dengan

penginjilan17 dan dalam hal ini pengertian pertumbuhan gereja lebih luas dibandingkan

dengan penginjilan. Wagner mendefinisikan pertumbuhan gereja adalah segala sesuatu yang

mencakup membawa orang yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus ke

dalam persekutuan dengan Dia dan membawa mereka menjadi anggota gereja yang

bertanggung jawab. Sendangkan Chris Marantika mendefinisikan pertumbuhan gereja

sebagai berikut: suatu pekerjaan Allah Tri Tunggal, Allah Bapa merencanakan dan

membentuk gereja dari kekekalan sampai masa lampau, Allah Anak menebus dan

menyucikan gereja dalam kematian dan kebangkitan-Nya (Ef. 1:4-13). 18 Peranan Roh Kudus
16
C. Peter Wagner, Strategi Pertumbuhan Gereja (Malang: Gandum Mas, 1990), 10-11.
17
Kosma Manurung, “Efektivitas Misi Penginjilan Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Gereja,” DUNAMIS: Jurnal Teologi dan
Pendidikan Kristiani 4, no. 2 (2020): 225–233.
18
Chris Marantika,” Pertumbuhan Gereja Secara Alkitabiah dan Teologis,” Buku Makalah Seminar Pertumbuhan Gereja,
(Jakarta: Panitia SPG, 1989/1990), 36-43.

19
dalam menyelesaikan program Allah masa kini menuju era dunia yang adil dan makmur.

Jadi, pribadi yang merupakan dinamika sentral dalam pertumbuhan gereja masa kini adalah

Roh Kudus.

2.2.2. Pertumbuhan Kualitas Iman

Pertumbuhan kualitas adalah pertumbuhan gereja menjadi lebih bermutu, lebih baik,

atau lebih sempurna untuk dapat memahami pertumbuhan gereja secara kualitas, maka

peneliti mendefinisikannya sebagai berikut: pertumbuhan kualitas yang dimaksud adalah

pertumbuhan kerohaniaanya, pertumbuhan ini biasanya bisa terjadi melalui ibadah,

pendalaman Alkitab, doa, pelayanan, dan kehidupan yang sesuai dengan Firman Tuhan.

Pertumbuhan ini bisa juga disebut dengan internal growth atau pertumbuhan di dalam, karena

orang percaya, atau orang Kristen mengalami pertumbuhan di dalam kehidupan

kerohaniannya, dan kualitas gereja akan mengalami pertumbuhan di dalam kehidupan

kerohaniannya, dan kualitas gereja akan meningkat jika anggota-anggotanya yang belum

bertobat dilahirkan kembali.16 Pertumbuhan itu sangat penting, karena pertumbuhan kualitas

gereja akan secara langsung diikuti dengan pertumbuhan secara kuantitas anggota gereja.

Donald Mc Gravan dan George G. Hunter berpendapat bahwa pertumbuhan gereja

semacam ini akan dapat dicapai jika jemaat menekankan doa lebih sering lagi, lebih bertekun

dalam pengajaran firman dan sakramen,lebih mengasihi dalam persekutuan, dan patuh pada

kehendak Tuhan untuk kebenaran, damai, pemulihan, penginjilan, dan kebebasan.19

3.3. TANGGUNG JAWAB PELAYANAN

Bertanggung jawab merupakan seseorang yang berani dan siap menanggung semua

konsekuensi mengenai apa yang telah dia perbuat. Seseorang yang bertanggung jawab harus

mampu menangani setiap keadaan maupun situasi, dengan berlandaskan prinsip-prinsip

19
Donald. Mc. Gravan dan G. Hunter. George III, Creative Leadership: Church Growth Strategis That Work,
Shaler.E.Lely ed (Nashville: Abimgdon, 1980), 42-43.

20
moral yang benar, maka pada saat bertindak seseorang siap menerima tanggung jawab dan

perilakunya kepada Tuhan, kepada suara hatinya sendiri, dan kepada semua yang menjadi

tanggung jawabnya.30 Dalam hal ini penulis melihat bahwa seorang pelayan gereja harus

mampu menanamkan sikap bertanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan gereja, karena

apa yang menjadi tugas maupun peran masing-masing harus dapat dilaksanakan dan

bertanggung jawab melaksanakan tugas dan peran sebagai seorang pelayan gereja. Seorang

pelayan harus siap menerima semua tanggung jawab maupun konsekuensi dalam

melaksanakan pelayanan, pelayanan ini akan menjadi bukti seorang pelayan untuk

memperlihatkan sikap tanggung jawab kepada Tuhan, tanggung jawab kepada diri sendiri dan

tanggung jawab kepada jemaat. Menurut Ernest Mosley, bahwa Para Pelayan memiliki tiga tu

gas pekerjaan penggembalaan, antara lain: Pertama, memimpin gereja dalam mewujudkan mi

si Allah; kedua, memproklamasikan Injil baik kepada orang percaya maupun orang tidak perc

aya; ketiga memperdulikan anggota gereja dan orang lain dengan komunikasi yang efektif. 20

Berbicara Satua Niha Keriso sebagai aktivis gereja dalam bertindak, hal yang utama

seorang Para Pelayan gereja ialah harus memuaskan jemaat atau anggota sidang, berperan seb

agai konselor moral, menghindarkan diri dari ketertarikan akan prestise, superioritas, atau pen

yelamatan muka bagi dirinya, harus menyatakan kebenaran dalam kasih, dan berbicara denga

n integritas kristiani.21 Pelayan dengan integritas dan tanggungjawabnya adalah seorang yang

mempunyai kepribadian yang utuh dalam kata dan perbuatan.

Tugas seorang Pelayan gereja yang ikut bertangung jawab sebagai pemimpin-pemi

mpin di dalam gereja, diantara umat Allah, atau bagian dari kolektif: jemaat dan gereja yang l

ebih luas, dengan tidak berpikir bahwa jemaat bukan selaku perusahaan pribadi, melainkan ke

sejahteraan jemaat lebih utama atau penting dari pada ambisi para pelayangereja, sehingga ke
20
Ernest E Mosley, A Design for Pastoral Ministries, Called to Joy (Tennessee: Convention Press, 1973), 24.

Gaylord Noyce, Tanggung Jawab Etis Pelayan Jemaat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 1-8.
21

21
hidupan profesional bukanlah perusahaan-isme belaka.22 Ada pernyataan yang patut diperhitu

ngkan dan pertimbangkan oleh seorang pemimpin rohani: seorang pemimpin, ladang pekerjaa

nnya ada di tengah-tengah rakyat. Ia mencurahkan segenap pikiran, tenaga, dan dedikasinya u

ntuk rakyat. Menurut Jonathan Willy S., seorang hamba Tuhan dan juga aktivis gereja adalah

pemimpin yang tidak sekedar ingin mempertahankan kekuasaannya atau tahu memerintah tet

api tidak memperhatikan kebutuhan orang yang diperintah. Ia harus melayani anggotanya. Se

cara luas dalam bukunya ‘Lead By Heart Kepemimpinan. Andai yang menggunakan hati pem

impin itu dengan melayani, penuh pengorbanan, membagi kekuasaan, mempunyai visi dan mi

si yang jelas, dan mengasihi.23 Jadi tujuan seorang pemimpin sejati adalah membuat orang-or

ang disekitarnya menjadi lebih baik, sehingga membuat mereka lebih kuat, lebih efektif, dan t

ermotivasi.24 Jadi semua pekerjaan pelayanan yang hamba Tuhan dan aktivis gereja laksanaka

n dengan penuh integritas digantungkan kepada Tuhan sebagai pengabdian mereka untuk me

mberitakan Injil Yesus Kristus.

Sebagai seorang penatua yang memiliki jabatan dalam melayani jemaat yang

dipercayakan kepada mereka haruslah dapat: Bekerjasama, seorang penatua dalam

melaksanakan tugasnya harus dapat bekerjasama dengan orang lain; Bersatu: seorang penatua

dalam menjalankan tugas pelayanannya harus memiliki kesatuan yang kokoh agar pelayanan

yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan maksimal; Teguh: seorang Penatua dalam

melaksanakan tugas pelayanannya harus memiliki keteguhan hati dan harus tetap teguh

dalam iman.

Gaylord Noyce, 23 – 28.


22

Jonathan Willy S., Lead by Heart, Kepemimpinan Andal yang Menggunakan Hati (Yogyakarta: An
23

di Offset, 2009), 73-149.

John MacAthur, Kitab Kepemimpinan 26 Karakter Pemimpin Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
24

2010), 45.

22
Penatua memiliki tugas yang penting dalam melayani Tuhan yang dipercayakan

kepadanya. Menurut Alexander Strauch, tugas-tugas tersebut adalah: 25 Mengunjungi jemaat,

kunjungan yang dimaksud adalah menjenguk kondisi atau keadaan jemaat baik secara

jasmani ataupun secara rohani; Melindungi jemaat, artinya penatua harus selalu berjaga-jaga

dalam melayani jemaat agar jemaat tidak terombang ambingkan dengan ajaran-ajaran yang

menyesatkan iman mereka kepada Yesus Kristus dengan filsafat-filsafat yang kosong;

Memimpin jemaat, Roh Kudus memerintahkan para penatua untuk memimpin, memerintah,

serta memelihara jemaat.

Berperilaku dan bertindak dengan baik dan benar dalam integritas merupakan satu

kesatuan yang menjadi tolak ukur hamba Tuhan dalam melaksanakan tugas. Karakteristik

hamba Tuhan sebagai Penatua yang memiliki integritas yang tercermin dalam bersikap dan

bertindak sebagai berikut:

a. Bersikap jujur, tulus, dan dapat dipercaya.


Sebuah organisasi akan mudah mencari pegawai yang memiliki pendidikan tinggi,

berpengalaman, dan lulusan perguruan tinggi terkenal. Tetapi untuk mendapatkan hamba

Tuhan yang jujur, tulus, dan dapat dipercaya tidaklah mudah. Pegawai seperti ini masih

langka, maka sudah menjadi kewajiban pimpinan untuk menemukan mutiaramutiara yang

terpendam diseluruh nusantara ini untuk menjadi agent of change menuju kesuksesan.

Pegawai yang jujur dan tulus dalam melaksanakan pekerjaan akan melibatkan hati nuraninya.

Sikap jujur dan tulus adalah sebuah keyakinan dalam diri yang dapat memberikan kebahagian

dan kedamaian hati. Bekerja tidak semata-mata untuk mendapatkan materi/harta, tapi yang

lebih penting bagaimana setelah bekerja hati menjadi damai, tentram, dan tidurpun nyenyak.

Apa artinya sebuah harta melimpah kalau diperoleh dari ketidakjujuran, tentu

25
Alexander Strauch, Diaeken dalam Gereja (Yogyakarta: ANDI, 2008), 56-57.

23
membuat anda merasa bersalah, hati gelisah, dan tidurpun tidak nyenyak. Kejujuran dan

ketulusan merupakan pilar utama mencegah korupsi, kolusi, dan perbuatan tercela.

Sebaliknya ketidakjujuran akan menumbuhkan korupsi dan persaingan yang tidak sehat.

Kejujuran dan ketulusan dalam bekerja dapat memberikan sebuah kepercayaan dilingkungan

kerja. Bersikap jujur dan tulus tidak akan mengurangi kehormatan, harga diri, dan

kewibawaan seorang pegawai, justru sebaliknya makin dipercaya, dicintai, dihormati dan

dihargai oleh orang-orang disekitarnya.

2. Bertindak transparan dan konsisten.

Bertindak transparan merupakan hasil sebuah kepercayaan. Pimpinan tidak akan

mempromosikan atau memberikan pekerjaan yang berisiko kepada pegawai yang tidak

dipercayainya. Hamba Tuhan pun juga tidak akan mengikuti kata-kata pimpinan yang tidak

bisa dipercayainya. Terkait dengan pelayanan kepada kepada Jemaat, penatua harus

transparan terkait peraturan, Jangan sekali-kali menerima atau memungut sesuatu di luar

ketentuan terkait dengan pelayanan karena dapat menghilangkan kepercayaan. Membangun

kepercayaan membutuhkan waktu lama tetapi untuk merusaknya cukup memerlukan waktu

singkat. Konsisten dapat diartikan taat patuh terhadap peraturan, kode etik, dan prinsip-

prinsip moral yang diyakini kebenarannya. Konsisten dapat pula diartikan kesesuaian antara

apa yang dikatakan dengan perbuatan. Konsisten akan melahirkan sebuah ketegasan. Hamba

Tuhan yang konsisten ketika berada di wilayah abu abu akan bersikap tegas mencari dan

memilih kebenaran. Konsisten adalah anda, karena hidup andalah yang menentukan

keselarasan antara nilai dan tindakan anda.

3. Menjaga martabat dan tidak melakukan hal-hal tercela.

Menjaga martabat berarti kemampuan untuk menjaga nilai-nilai positif dalam dirinya.

24
menjaga harga diri dan kehormatan instansi tempat kerja merupakan kewajiban setiap

pegawai. Semakin penting kedudukan atau posisi anda ditempat kerja, semakin besar godaan

yang menghampiri anda. Pegawai yang bermartabat tentunya tidak akan melakukan

perbuatan tercela seperti korupsi, pemerasan, penyalahgunaan kekuasaan, dan lain-lain.

Pegawai yang melakukan perbuatan tercela biasanya tidak memiliki rasa takut dan rasa malu.

Misalkan petugas yang terang-terangan memungut biaya pengurusan berkas diluar ketentuan,

mereka tidak memiliki rasa malu. Mereka kadang merasa bangga dengan barang-barang yang

dibeli dengan uang hasil korupsi. Namun ketika tertangkap tangan akan berakibat pada

penderitaan dan kesengsaraan hidup yang akan membuat malu keluarga dan instansi tempat

kerjanya. Anda adalah cerminan budaya kantor dalam memberikan pelayanan. Jagalah harga

diri dan kehormatan kantor dengan tidak melakukan hal-hal yang tercela. Jangan sampai

godaan membuat anda menjadi lemah yang akhirnya anda tergoda untuk melakukan

perbuatan yang tercela. Teman anda mungkin akan mengatakan bodoh ketika anda menolak

pemberian berupa uang suap, tapi justru sebaliknya tindakan menolak suap dapat membuat

anda semakin kuat, semakin terhormat, dan semakin bermartabat

4.4. SEMANGAT BERMISI DI GEREJA

4.4.1 Pengertian Misi

Kata “misi” berasal dari bahasa Latin “missio” dan dalam bahasa Ibrani “.shalakh”

yang berarti “mengutus”dalam Perjanjian Lama muncul sebanyak delapan ratus kali dan lebih

dari dua ratus kali, Allah sebagai subjek pengutusan.26 Hal ini juga ditegaskan oleh Sitepu

dan Stevanus dengan memaparkan bahwa misi Kristen harus tetap berpegang teguh dalam

26
Jon Culver, Diktat Teologi Biblikal Misi Allah (Yogyakarta: Prodi Doktoral Teologi STTII Yogyakarta,
2021), 7.

25
Alkitab yang menekankan iman kepada Kristus sebagai syarat untuk memperoleh

keselamatan dan tanggungjawab terhadap sosial terhadap orang sekitar.27

4.4.2 Misi Yesus dalam Narasi Kitab Injil

Berkaitan dengan alasan mengapa seorang Kristen harus bermisi, penyelidikan

terhadap keempat Kitab Injil yakni Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, merupakan hal yang

sangat dibutuhkan. Para penulis Kitab ini, dengan sengaja mencatat perjalanan Yesus selama

di dunia yang memberi perintah untuk bermisi kepada setiap orang percaya. Keteladanan

yang Yesus berikan menjadi sebuah pemicu semangat dalam bermisi agar warga jemaat juga

tidak ada yang mengabaikan persekutuan dalam gereja atau melalui kebaktian kebaktian

lainnya. Semangat bermisi sangat mempengaruhi iman jemaat dan kehadiran dalam

beregereja.

Memperhatikan narasi Kitab Kisah Para Rasul 2:41-47, kesuksesan misi jemaat mula

mula merupakan salah satu fokus yang ditekankan oleh penulis. Dapat diduga

bahwakeberhasilan misi yang ditampilkan dalam Kitab ini merupakan hasil strategi misi

Tuhan Yesus. Metode yang dilakukan oleh Yesus semasa di dunia, kemudian diteladani dan

dikembangkan oleh jemaat mula-mula sehingga gerakan misi berkembang signifikan. Oleh

sebab itu, melihat strategi pembinaan misi Tuhan Yesus dan bagaimana perkembangannya di

masa Gereja mulamula menjadi contoh dan teladan untuk membangkitkan semangat gereja

yang hidup pada zaman ini dan lebih khusus kepada para pelayanDi Gereja ONKP Faomasi

agar terlibat dalam tugas pelayanan misi. Perintah untuk bermisi adalah penegasan Yesus

sendiri sebagaimana terkandung dalam Injil Matius 28:19-20

27
14 Sitepu and Kalis Stevanus, “Finalitas Yesus Kristus Sebagai Keunikan Dalam Misi Kristen,” 32.

26
Mengenai ayat ini, I Putu Ayub Darmawan memandangnya sebagai penekanan tugas

untuk memberitakan Injil dan membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan. 28 Oleh sebab itu, tepat

sekali pemikiran Sitepu dan Stevanus yang menegaskan bahwa tidak ada alasan bagi orang

orang percaya untuk tidak menjalankan misi dari Tuhan Yesus Kristus. 29 Demikian juga

dengan Arifianto dan Purnama, mengutip hasil penelitian Kosma Manurung dan menjelaskan

bahwa misi gereja dan orang percaya dalam pelayanan untuk memberitakan Injil tidak bisa

dipisahkan dari Amanat Agung Tuhan Yesus. Walaupun tugas bermisi merupakan prioritas

bagi orang percaya, namun pada kenyataanya harapan ini tidak bisa berjalan baik.

Para Pelayan Di Gereja ONKP Faomasi sangat diharapkan untuk semangat dan gairah

dalam pelayanan karena inilah yang sangat di butuhkan dalam mengembangkan iman jemaat

untuk lebih setia kepada Tuhan Yesus

BAB III. METODODLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan selama 6 bulan, dimulai Desember 2023 hingga Mei 2024.

Lokasi penelitian adalah tempat atau objek untuk diadakan suatu penelitian. Lokasi penelitia

28
I Putu Ayub Darmawan, “Jadikanlah Murid: Tugas Pemuridan Gereja Menurut Matius 28:18-20,”
EVANGELIKAL: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat 3, no. 2 (2019): 145.
29
Nathanail Sitepu and Kalis Stevanus, “Finalitas Yesus Kristus Sebagai Keunikan Dalam Misi Kristen,”
SHIFTKEY: Jurnal Teologi Dan Pengembangan Pelayanan 11, no. 1 (2021): 32.

27
n di fokuskan di Gereja ONKP Faomasi Resort Medan, Jl Tani Asli, Gg Sejahtra 1, Desa

tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang Sumatra Utara. Alasan penulis

memilih lokasi ini adalah karena menilai sebagaian besar Pelayan yang masih belum

memahami betapa pentingnya Melayani Pekerjaan Tuhan. Penulis memilih warga jemaat dan

Satua Niha Keriso sebagai sasaran penelitian.

3.2. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi yang terdapat di ONKP

Faomasi adalah 39 Kepala Keluarga, dengan jumlah 247 jiwa. Pelayan di ONKP Faomasi dar

i 14 Satua Niha Keriso dan 1 Pdt. Jemaat.30

3.3. Sampel Penelitian

Dalam melakukan penelitian, penulis mengambil sampel sebanyak 10 orang. 10 orang t

ersebut berasal dari antara Satua Niha Keriso ONKP Faomasi. Alasan penulis memilih 10 sa

mpel agar memperoleh informasi yang menyeluruh bagaimana Satua Niha Keriso Memahami

Tugas Pelayanan Setua Aturan Gereja ONKP dan Juga Sesuai dengan Alkitab

3.4. Metode Penelitian

Penulis akan menggunakan metode penelitian kualitatif yang dipadukan dengan

penelitian kepustakaan khususnya yang dapat mendukung dan berhubungan dengan judul

penelitian.

3.5. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa alat

pengumpulan data, diantaranya: Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

30
Statistik Jemaat ONKP Faomasi per-Juli 2023.

28
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Penulis akan

mewawancarai Satua Niha Keriso yang Kurang aktif dan juga yang aktif sebgai

perbandingan

3.6. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, angket dan dokumentasi yang

kemudian dituliskan dalam catatan lapangan yang berisi tentang apa yang dilihat, didengar,

disaksikan, dialami, dan juga temuan tentang apa yang dijumpai selama penelitian dan

merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk tahap berikutnya. Pengolahan data

adalah proses yang mengubah data mentah menjadi informasi yang berguna dan mudah

diterima. Data mentah biasanya berupa angka atau catatan yang tidak memiliki arti bagi

pengguna, sehingga membutuhkan proses pengolahan untuk mengubahnya menjadi

informasi berguna menggunakan teknik dan metode tertentu.

KEPUSTAKAAN DAN USULAN BUKU BACAAN

Novrianto Lolomboba, “Profesionalitas Pelayan Gereja”, Jurnal Pendidikan dan Teologi

Kristen, Volume 1, No 2 (2021): 34

Tata Gereja ONKP dimuat tahun 1952 dan beberapa poin tugas diuraiakn dan dibacakan

dalam Agendre saat Pengukuhan Penatua

Peter Wongso, Tugas Gereja dan Misi Masa Kini, (Malang: SAAT, 1999), 69

Rick Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini, (Malang: Gandum Mas, 2000),405

29
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian : Lapangan, Praktis Dan Mudah Dipahami, (Y

ogyakarta : Pustaka Baru Press, 2021), 54-55

H. Nazar Bakry, Tuntunan Praktis Metodologi Penelitian, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 199

5), 15

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)” (Jakarta: Balai Pustaka, 1996).

Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral (Jakarta: Gunung Mulia, 2015). 9

Howard Clinebell, Tipe-Tipe Pendampingan Pastoral Dan Konseling Pastoral (Jakarta:

Gunung Mulia, 2002). 60

Jof E. Trull, James E. Carter, Etika Pelayanan Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 7-6.

Berdasarkan 1 Timotois 3:2, selain itu diatur juga dalam Tata Gereja ONKP terbitan April

2022

G Riemer, Jemaat yang Presbiteral (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2005), 9.

C. Peter Wagner, Strategi Pertumbuhan Gereja (Malang: Gandum Mas, 1990), 10-11.

Kosma Manurung, “Efektivitas Misi Penginjilan Dalam Meningkatkan Pertumbuhan

Gereja,” DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 4, no. 2 (2020):

225–233.

Chris Marantika,” Pertumbuhan Gereja Secara Alkitabiah dan Teologis,” Buku Makalah

Seminar Pertumbuhan Gereja, (Jakarta: Panitia SPG, 1989/1990), 36-43.

Donald. Mc. Gravan dan G. Hunter. George III, Creative Leadership: Church Growth

Strategis That Work, Shaler.E.Lely ed (Nashville: Abimgdon, 1980), 42-43.

Ernest E Mosley, A Design for Pastoral Ministries, Called to Joy (Tennessee: Convention

Press, 1973), 24.

30
Gaylord Noyce, Tanggung Jawab Etis Pelayan Jemaat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011),

1-8.

Jonathan Willy S., Lead by Heart, Kepemimpinan Andal yang Menggunakan Hati John

MacAthur, Kitab Kepemimpinan 26 Karakter Pemimpin Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2010), 45. (Yogyakarta: Andi Offset, 2009), 73-149.

Alexander Strauch, Diaeken dalam Gereja (Yogyakarta: ANDI, 2008), 56-57.

I Putu Ayub Darmawan, “Jadikanlah Murid: Tugas Pemuridan Gereja Menurut Matius

28:18-20,” EVANGELIKAL: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga

Jemaat 3, no. 2 (2019): 145.

Nathanail Sitepu and Kalis Stevanus, “Finalitas Yesus Kristus Sebagai Keunikan Dalam

Misi Kristen,” SHIFTKEY: Jurnal Teologi Dan Pengembangan Pelayanan 11,

no. 1 (2021): 32.

Statistik Jemaat ONKP Faomasi per-Juli 2023.

31

Anda mungkin juga menyukai