MEDAN
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1
1. Latar Belakang Masalah ……………………………………………………….……..1
2. Identifikasi Masalah......................................................................................................5
3. Batasan Masalah............................................................................................................6
4. Rumusan Masalah.........................................................................................................6
5. Tujuan Penelitian ..........................................................................................................6
6. Manfaat Penelitian.........................................................................................................7
7. Sistematika Penulisan....................................................................................................7
II
BAB I
PENDAHULUAN
ada program program pelayanan, program kerja. Pengelolaan gereja tentu tidak dapat dilakukan
sendiri oleh pendeta, penatua sebagai mitra pelayanan pendeta memiliki peran yang sangat vital
agar pelayanan Tugas Panggilan Gereja dapat terlaksana dengan baik. Penatua sebagai mitra
pendeta memiliki peran yang sangat vital karena mereka merupakan ujung tombak pelayanan
yang lebih banyak berhadapan langsung dengan jemaat di sektor mereka masing-masing. Maka
kualitas pelayanan dapat langsung dinilai oleh jemaat berdasarkan pelayanan penatua.
Manajemen Sumber daya Manusia berpengaruh terhadap kualitas pelayanan Penatua, dan
Gereja.
Gereja lahir dan bertumbuh tidak terlepas dari hakekatnya untuk melayani sesama dalam
arti menjawab pergumulan yang sedang dihadapi oleh manusia. Setiap pelayan gereja bahkan
semua jemaat menghendaki supaya gereja yang dilayaninya dan yang dihadiri serta di dalamnya
ia menjadi anggota yang bertumbuh. Keinginan tersebut sejalan juga dengan keinginan atau
kehendak Tuhan bagi gereja-Nya yaitu supaya gereja bertumbuh secara utuh.
Pelayan Gereja adalah orang yang dipilih untuk mampu bertanggung jawab dalam setiap
pekerjaan dalam tugas pelayanan Gereja. Sebagai seorang pelayan Gereja adalah seseorang yang
mampu melayani di dalam artian menjadi seorang pelayan Gereja harus memahami dan mengerti
mengenai apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab di dalam melaksanakan pelayanan
gereja.1 Tugas dan tanggung jawab yang dimaksud ialah merujuk kepada tata pelayanan gereja
1
Novrianto Lolomboba, “Profesionalitas Pelayan Gereja”, Jurnal Pendidikan dan Teologi Kristen, Volume
1, No 2 (2021): 34
1
yang telah ditetapkan baik itu di dalam pelayanan marturia, koinonia, dan diakonia. Maka dari
itu menjadi seorang pelayan bukanlah pekerjaan yang mudah, karena harus memberi waktu,
pikiran, hati, dan komitmen yang baik dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pelayanan
Gereja.
Gereja Orahua Niha Keriso Protestan (ONKP) Faomasi Resort Medan berada di Jalan
Tani Asli, Gg Sejahtra 1, Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.
Kebaktian umum dilaksanakan 1 Kali setiap Hari Minggu dan kebaktian keluarga / Sektor
dilaksanakan 1 kali dalam seminggu. Didalamnya ada 39 KK dengan jumlah jiwa 247 dan
dianytaranya 14 Para pelayan sebagai Satua Niha Keriso diluar Pendeta Jemaat.
Satua Niha Keriso yang sering disingkat dengan SNK adalah Bahasa daerah (Nias) yang artinya
Penatua yang bertugas untuk melaksanakan Tugas pelayanan yang sesunguhnya dan tugas tugas
pelayanan diatur dalam tata fereja ONKP dan uraian tugas termuat dalam Agende dan yang
telah di tetapkan.2 Inilah tugas-tugas Satua Niha Keriso atau penatua yang ditetapkan, antara
lain :
1. Membantu dalam pemberitaan Firman Allah, penatua tersebut bekerja sama dalam
menjaga dan memperhatiakan umat Tuhan agar jangan ada kemunduran iman, akan tetapi
bertumbuh dalam hal kebajikan, perbuatan baik sebagai oran percaya dalam Kristus,
menghormati Allah bagi yang suami isteri dengan menghindari persoalan dan
pertengkaran, dan memberikan teguran bagi anak dalam hal perbuatan yang tidak baik.
Mengarahkan mereka menunjuk kepada Tuhan, supaya berhati-hati, dan peraturan baik
dengan menghindari kebohongan. Hendaknya penatua yang ditetapkan dan siapapun juga,
menjauhkan diri dari pemikiran dunia dalam memperoleh perbuatan baik yang
menyenangkan hati secara dunia yang membuat terabaikan nasehat baik yang Tuhan
inginkan. Menunjukkan jalan yang benar bagi orang yang bersalah, dalam mengikuti
Tata Gereja ONKP dimuat tahun 1952 dan beberapa poin tugas diuraiakn dan dibacakan dalam Agendre
2
memberikan teladan bagi orang banyak sebagai pelaku-pelaku Firman Allah, supaya
nama Allah yang dimuliakan dalam perbuatan baik dan benar dalam segala hal.
2. Bahwa penatua bekerja, memperhatiakan keterlibatan dalam Gereja, setiap kali ada
perkumpulan yang kudus bagi Allah, baik pada ibadah minggu, doa dan persekutuan,
bahkan dimana saja perkumpulan umat Tuhan dalam memberitakan Firman Allah, agar
punya hati yang ingin mendengar ketika Firman Allah ditaburkan. Memperhatikan supaya
tetap terjaga dalam kekudusan bagi Tuhan Allah kita, yaitu : Minggu kudus. Dengan
mengingat hari yang kudus itu menurut tauran Tuhan, memberikan pendorong bagi orang
tua untuk beribadah supaya tetap didalam Yesus dalam segala pengajaran.
menolong anaka yatim dan piatu, janda yang tak terperhatikan, hendaknya mereka tempa
punya saudara, mereka bekerja untuk memberikan pemahaman bagi orang yang belum
4. Bertanggung jawab melihat dan mengawasi harta milik kepunyaan umat Kristus, besar
jumlahnya, kecil jumlahnya, banyak jumlahnya ataupun sedikit jumlahnya karena itu
untuk meningkatkannya, dalam menolong para pekerja bagi kristus, dalam mengerjakan
pekerjaan itu. Jangan ada hati yang tersembunyi dan penipuan. Mata Tuhan tertuju kepada
orang-orang benar dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong; wajah Tuhan –
menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka
dari muka bumi. Itulah tanggung jawab Satua Niha Keriso, dalam tugas pekerjaan Tuhan
kita Yesus Kristus, yang disampaikan kepada orang-orang beriman kepada-Nya, hingga
Tetapi apa yang terjadi dalam Gereja ONKP Faomasi adalah terlihat kemunduran
semangat para pelayan yang berdampak pada kemerosotan kehadiran warga gereja atas
3
kurangnya keaktifan para Satua Niha Keriso dan tidak menjalankan tugas dan tanggung jawab
secara penuh sehingga dampaknya sangat nampak bagi kehadiran warga jemaat setiap kebaktian
Pertumbuhan dasar dalam gereja terletak pada pertobatan dan kelahiran baru seseorang.
Dalam bukunya Peter Wongso berjudul “ Tugas Gereja dan Misi Masa Kini” mengatakan bahwa
pertumbuhan dan kedewasaan hidup Rohani orang Kristen secara pribadi ialah dasar
pertumbuhan Gereja.3 Gereja harus hidup seperti kehendak Allah yang memiliki tujuan baginya
dan memperkenalkan implikasi-implikasi. Tujuan Allah bagi Gereja yakni merupakan tujuan-
Nya bagi setiap orang Percaya yaitu masing masing harus memiliki kehidupan untuk beribadah,
pelayanan, penginjilan, pemuridan, dan persekutuan.4 Kehidupan gereja memiliki dasar yang
sehat yaitu: adanya keharmonisan antara para pelayan dan jemaat, penatua menjalankan Tugas
menopang pelayanan, terlibat dalam kegiatan pelayanan, kunjungan bahkan menopang jemaat
dalam doa bagi yang imannya lemah, selalu memberikan waktu untuk memberikan semangat
bagi warga agar tetap ikut dalam setiap persekutuan dan kebaktian kebaktian lainnya
Pelayan Tuhan yang berhasil adalah seseorang yang dapat memahami dan menjalani
tanggung jawabnya dengan benar. Maksudnya, seorang pelayan Tuhan perlu memahami apa
yang menjadi tanggung jawabnya dan melaksanakannya sesuai perintah yang diberikan. Pokok
masalah penelitian ini melatar belakangi kurangnya tanggung jawab penatua dalam
Contohnya di dalam berpelayanan seperti: Jarang mengikuti Sermon Majelis, padahal sermon
menjadi salah satu wadah untuk belajar Pendalaman Alkitab agar majelis jemaat lebih
persiapan pelayanan setiap Minggunya namun Siap melayani hari minggunya walau ada banyak
3
Peter Wongso, Tugas Gereja dan Misi Masa Kini, (Malang: SAAT, 1999), 69
4
Rick Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini, (Malang: Gandum Mas, 2000),405
4
kelemahan. Ada juga yang tidak menjalankan tugas sesuai jadwal yang terjadwal di kebaktian
Berdasarkan latar belakang masalah ini diatas, maka penulis mencoba melakukan
un latar belakang masalah yang ada, dan identifikasi masalah merupakan inti dari
penelitian.5 Dengan kata lain identifikasi masalah adalah penyajian masalah yang
angkat dari wacana diatas maka penulis dapat mengidentifikasi beberapa permasa
1. Adanya rasa Kurang tanggungjawab dan kurang aktif Satua Niha Keriso dalam Tugas
2. Perlu Pembinaan untuk Satua Niha Keriso agar bertanggungjawab melaksanakan tugas
yang dipercayakan
4. Satua Niha Keriso Sering Mengabaikan Tugas tugas utama dalam pelayanan Gereja
5
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian : Lapangan, Praktis Dan Mudah Dipahami, (Yogyakarta : Pustaka Baru Pre
ss, 2021), 54-55
6
H. Nazar Bakry, Tuntunan Praktis Metodologi Penelitian, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1995), 15
5
1. 3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi penelitian ini dengan fo
kus untuk membahas Pendampingan pastoral kepada Satua Niha Keriso dalam rangka
ng menjadi pembatasan masalah yang kemudian akan penulis teliti dan paparkan di bab III dan b
ab IV.
1. 4. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemahaman Satua Niha Keriso tentang tugas panggilan dalam gereja?
sentral mereka di dalam gereja berpengaruh terhadap kualitas pelayanan mereka kepada
jemaat ?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah
1. Untuk mengetahui Sejauh mana pemahaman Satua Niha Keriso ONKP Faomasi tentang
2. Untuk mengetahui sejauh mana Sistem tata gereja yang diterapkan oleh gereja dalam
6
3. Untuk mengetahui kesadaran dan pemahaman Satua Niha Keriso tentang peran sentral
4. Untuk mengetahui tentang bagaimana pandangan Satua Niha Keriso terhadap tugas
pelayanan
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk menambah pengetahuan dan
wawasan serta pemahaman yang mendalam mengenai peran sentral Satua Niha Keriso di dalam
gereja.
2. Penelitian ini diharapkan memberi informasi tentang bagaimana kualitas pelayanan Satua
3. Secara umum untuk ONKP Faomasi, sebagai kontribusi dalam melengkapi dan meningkatkan
4. Untuk penulis, melalui penelitian ini penulis dapat bekerja sama dengan Satua Niha Keriso
BAB I : PENDAHULUAN
Bab I ini berisi tentang: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Ru
Bab II ini berisikan tentang: Pengertian Pendampingan Pastoral Kepada Satua Niha Keriso;
Satua Niha Keriso ONKP Faomasi; Syarata Menjadi Satua Niha Keriso; Karakter Satua Niha
7
Keriso; Meningkatkan Spiritualitas; Peran Penatua dalam Pertumbuhan Gereja; Pertumbuhan
Kualitas Iman; Tanggung Jawab Pelayanan; Semangat Bermisi di Gereja; kerangka konseptual
Bab III ini berisi tentang: Waktu dan Lokasi Penelitian; Populasi Penelitian; Sampel Penelitian;
Bab IV ini memaparkan hasil penelitian, pembahasan terkait hasil penelitian yang diperoleh berd
asarkan data serta langkah langkah yang dilakukan untuk pendampingan Pastoral kepada Satua
Niha Keriso
Bab ini menjelaskan kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh dan memuat saran terhadap
8
BAB II
Kata pendampingan pastoral terdiri dari dua kata yaitu pendampingan dan pastoral.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata pendampingan berarti proses, cara,
perbuatan mendampingi atau mendampingkan.7 Kata pendampingan berasal dari kata kerja
mendampingi yang merupakan kegiatan menolong orang lain sebab perlu didampingi.
Sementara orang yang mendampingi disebut sebagai pendamping. Antara pendamping dan
yang didampingi mempunyai interaksi sejajar dan adanya hubungan timbal-balik. Aart van
hal ini berarti antara pendamping dan yang didampingi sama-sama mempunyai kemampuan
atau daya untuk bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Kata selanjutnya adalah pastoral. Pastoral berasal dari kata “pastor” yang dalam bahasa Latin
pendeta yang menjadi gembala bagi jemaat atau domba- dombanya. Dalam Alkitab, istilah
“Gembala yang Baik” (Yoh. 10) merujuk kepada diri Yesus Kristus. Yesus digambarkan
sebagai Gembala yang Baik yang bersedia memberikan pertolongan dan pengasuhan terhadap
para pengikut-Nya dan orang-orang yang ditemui tanpa pamrih. Bahkan, puncak dari
manusia yang dikasihi-Nya. Pelayanan yang diberikan Yesus merupakan tugas kemanusiaan
yang sungguh teramat mulia. Melalui teladan tersebut, Yesus mengharapkan para pengikut-
7
“Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)” (Jakarta: Balai Pustaka, 1996).
8
Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral (Jakarta: Gunung Mulia, 2015). 9
9
Nya dapat mengambil sikap dan pelayanan dalam kehidupan mereka. Mengacu pada tindakan
pelayanan Yesus, tugas pastoral tidak hanya tugas atau monopoli para pastor atau pendeta
akan tetapi merupakan tugas bagi setiap orang yang menjadi pengikut-Nya.
kebutuhan setiap orang akan kehangatan, perhatian penuh, dukungan dan penggembalaan
memperbaiki (reparatif), yang berusaha memberi pemulihan dan kesembuhan bagi orang-
orang yang sedang menderita gangguan fungsi dan kehancuran karena krisis. 9 Selain untuk
tumbuh dan berkembang atas semangat, sikap dan tindakan saling memedulikan sesama yang
mengalami krisis kehidupan. Hal ini telah ditunjukkan Allah pada seluruh ciptaan-Nya.
Sejak mula pertama Allah telah menunjukkan kepdulian atas manusia dan ciptaan
(restorasi) bahkan sampai pada rekonsiliasi yang nyata lewat inkarnasi Allah dalam pribadi
dan karya Yesus Kristus. Pendampingan pastoral disebut juga sebagai pendampingan
Dengan demikian dasar dari pendampingan pastoral adalah Missio Dei atau misi Allah
dan tidak hanya dapadi t dilakukan oleh jabatan seorang manusia yaitu pastor atau gembala
pelayanan pendampingan pastoral merupakan suatu pelayanan yang urgen dilayankan Gereja
9
Howard Clinebell, Tipe-Tipe Pendampingan Pastoral Dan Konseling Pastoral (Jakarta: Gunung
Mulia, 2002). 60
10
Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral. 8
10
(orang percaya) baik secara perorangan maupun secara komunitas. Pendampingan pastoral
sebagaimana konseling pastoral merupakan integrasi dari bidang teologi dan psikologi yang
penting untuk diketahui. Di samping itu, titik tolak dari pendampingan pastoral kepada
individu atau kelompok adalah berdasarkan perilaku yang tampak dalam interaksinya dengan
sesama dan lingkungannya. Setiap individu memiliki perilaku yang unik dan khas. Perilaku
mirip sidik jari, tidak ada yang sama. Dengan kata lain, tidak ada individu yang memiliki
perilaku yang sama persis ketika menghadapi situasi atau stimulus yang sama. Namun
demikian, bukan berarti tidak ada batas-batas antara perilaku yang wajar dengan perilaku
Hal mendasar yang harus dimiliki oleh seorang pendamping pastoral adalah iman yang
kokoh di dalam Dia, Allah, Sang Konselor Sejati. Pendampingan pastoral merupakan upaya
menghadirkan Allah di dalam perjumpaan pastoral. 11 Dengan kata lain, seorang pendamping
pastoral lewat tindakan memedulikan, memelihara dan memulihkan sesama. Allah hadir
dalam interaksi manusia terlebih lagi dalam pertolongan yang sungguh-sungguh. Dengan
demikian pendamping pastoral perlu menyadari bahwa kehadirannya bersama dengan orang
yang didampingi adalah dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai manusia beriman
sebagai dokumen hidup yang memiliki keunikan, kebutuhan, persoalan dan kemampuan
berbeda-beda yang khas. Seorang pendamping pastoral perlu memiliki disiplin yang tinggi
11
Beek, Pendampingan Pastoral. 41
11
dan terlatih kaitannya dalam mendampingi. Adapun keterampilan dasar yang harus dimiliki
pertanyaan dan menantang. Sedangkan sikap dasar yang harus dimiliki oleh pendamping
pastoral adalah empati, tertarik, percaya pada proses, terbuka, spontan, tulus hati, kenal diri,
universalistik dan otonom. Dengan memiliki keterampilan dan sikap dasar tersebut, proses
disebuah gereja. Kata penatua sendiri berasal dari bahasa Yunani Presbyteros yang berart
seorang yang dituakan, yang berpikir matang, sesepuh. Penatua juga dapat diartikan sebagai
pemimpin Kristen, yang melayani Jemaat dalam Gereja tersebut. Jof E. Trull dan James E.
Carter, di dalam bukunya menjelaskan mengenai pembentukan moral etika pelayan, serta
menjelaskan mengenai watak dan perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh seorang pelayan
12
Yesus Kristus di dalam kehidupan profesional. Joe E, Trull dan James, mendefinisikan
pelayanan adalah jabatan profesional yang ditahbiskan dikhususkan kepada pendeta, penatua
dan diaken untuk memenuhi tugas panggilan Gereja. Semua tugas pelayan dipanggil untuk
bersaksi bersekutu dan melayani. Syarat utama menjadi pelayan wajib berpendidikan,
mengutamakan moral dan etika dasar pelayanan sehingga memperlihatkan karakter, integritas
dan perilaku. Dengan demikian tuntutan etis yang bersumber dari injil mempengaruhi
12
Untuk menjadi seorang Satua Niha Keriso (penatua), tentunya ada persyaratan-
persyaratan yang harus dipenuhi secara rohani, karena jabatan Satua Niha Keriso (penatua)
adalah jabatan dari Allah sendiri, maka syarat rohani bagi seorang penatua haruslah dipenuhi,
syarat-syarat tersebut berdasarkan pada I Timotius 3:2 adalah: Seorang yang tak bercacat.
Maksudnya adalah bukan secara cacat jasmani tetapi cacat secara rohani. Seorang penatua
harus memiliki kualifikasi rohani/kualifikasi spiritual, spiritual Kristen adalah spiritual dalam
Roh dan Kebenaran. Artinya roh manusia bersekutu dengan Allah yang adalah Roh (Yoh.
4:24). Karena itu, spiritual Kristen bukan berfokus pada perilaku agama melainkan hubungan
rohani yang dalam dengan Allah, dengan demikian spiritualitas adalah ibadah yang berkaitan
dengan hubungan pribadi penatua dengan Allah berdasarkan pengenalan yang benar akan
Tuhan secara intim setiap hari dengan Tuhan. Suami dari satu istri, tidak boleh poligami.
Seorang penatua tidak boleh memiliki istri lebih dari satu orang. Dapat menahan diri.
Seorang penatua harus memiliki penguasaan diri yang tinggi, tidak mudah terpengaruh oleh
berbagai situasi dan kondisi yang sedang terjadi di sekitar lingkungannya, dengan kata lain
a. Bijaksana
Bijaksana seorang penatua harus dapat bersikap bijak, tidak boleh ceroboh dalam
yang dilayaninya merasa dilindungi. Sopan, dalam melakukan tugas pelayanan yang
dipercayakan kepada penatua, seorang penatua harus bersikap sopan kepada jemaaat, agar
jemaaat juga bersikap sopan kepada penatua sebagai pelayan jemaat yang ditunjuk oleh
Allah. Suka memberi tumpangan; artinya suka menolong apabila ada orang atau jemaat yang
membutuhkan tumpangan maka dengan senang hati ia akan menolong untuk memberi
tumpangan kepada yang memerlukannya. Tumpangan yang dimaksud adalah, apabila ada
13
jemaat yang belum mendapat tempat tinggal, maka untuk sementara waktu, penatua
b. Cakap Mengajar
Cakap mengajar; seorang penatua harus memiliki kecakapan untuk mengajar, terutama
mengajar dalam hal kebenaran akan Firman Allah. Bukan peminum/pemabuk; seorang
penatua bukan seorang yang suka mengkonsumsi minuman keras. Seorang penatua tidak
boleh suka minum-minuman keras, karena itu akan mempengaruhi emosi dan perilaku.
Bukan pemarah melainkan peramah; seorang penatua bukan seorang yang suka marah-marah,
akan tetapi seorang penatua adalah seorang yang ramah kepada orang lain, tidak mudah
terpancing emosinya apabila menghadapi hal-hal yang berhubungan dengan diri penatua
secara pribadi.
c. Pendamai
Pendamai; seorang penatua adalah seorang yang suka berdamai dengan semua orang,
terutama dengan jemaat yang dilayaninya. Penatua harus memiliki sifat pendamai, apabila
ada jemaat yang berseteru maka penatua mempunyai tugas untuk mendamaikan jemaat yang
berseteru, agar berdamai dengan kasih. Bukan seorang hamba uang; seorang penatua adalah
seorang yang tidak tamak akan uang atau tidak serakah. Seorang kepala keluarga yang baik;
disegani dan dihormati oleh anak-anaknya, artinya penatua dapat memimpin keluarganya
dengan bijaksana, penuh kasih, dan suka mengampuni. Janganlah seorang yang baru bertobat;
seorang penatua hendaknya bukan seorang yang baru bertobat atau orang yang baru
menerima Yesus agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman iblis
Seorang penatua harus memiliki sifat-sifat rohani yang baik yang bisa memberikan
teladan yab baik juga bagi jemaatyang dilayani, kehidupan pelayan harus menjadi contoh
14
bagi jemaat yang dilayaninya. Sifat-sifat yang dimiliki oleh penatua itulah nantinya yang
menentukan apakah seseorang penatua berhasil atau tidak paham menjalankan tugas
Menurut G. Riemer, sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang penatua adalah: 15
Setia, artinya tetap dan teguh hati, taat/patuh, berpegang teguh, kesetiaan adalah syarat yang
pertama dan utama bagi penatua agar dapat melaksanakan tugas penatua. Rendah hati, artinya
seorang penatua tidak boleh sombong ataupun angkuh kepada jemaat yang dilayaninya.
Tidak sombong: artinya sebagai seorang penatua tidak menghargai dirinya secara berlebih-
lebihan dan tidak congkak. Kasih saying, penuh kasih kepada jemaat yang dilayaninya.
Berani, artinya sebagai seorang penatua harus memiliki sifat batin yang tidak takut untuk
menghadapi bahaya. Tidak takut, artinya seorang penatua harus tegar dalam menghadapi
apapun. Berhikmat, penatua harus bijak, pandai, dan selalu menggunakan akal budinya dalam
menghadapi segala sesuatu. Terpelajar: artinya seorang penatua harus mau dan suka belajar,
terutama belajar tetang Firman Allah. Takluk kepada Firman, seorang penatua harus, tunduk,
taat, serta diperintah oleh Firman Allah. Panjang sabar, seorang penatua tidak boleh cepat
marah, tidak cepat putus asa, tidak cepat patah hati, tidak malas, tidak terburu-buru dalam
segala sesuatu, sabar menunggu. Rajin, tidak malas, selalu ingin bekerja dengan baik, bukan
karena terpaksa, penatua dalam melaksanakan tugasnya harus rajin. Tegas: mantap, tepat,
tidak boleh bimbang, tidak boleh putus asa, nasehat atau penghiburan harus tepat pada
sasaran. Bergembira, seorang penatua dalam melayani jemaat harus dengan sukacita, bukan
dengan terpaksa.
15
G Riemer, Jemaat yang Presbiteral (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2005), 9.
15
Penatua berasal dari kata Yunani “Presbuteros” yang berati pengetua agama Yahudi,
atau pemimpin jemaat; yang lebih tua; pertua, seperti yang tercantum pada Kisah Para Rasul
14:23 “di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan
setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang
usia, dan pengalaman hidupnya bersama Tuhan. Seorang penatua memiliki kedewasaan
rohani dan teruji oleh berbagai macam tantangan. Penatua sebagai pemimpin jemaat harus
hidup dalam Firman Tuhan, mendisiplinkan jemaat yang tidak menaati Firman Tuhan, dan
melindungi jemaat dari ajaran sesat. Tugas utama dari penatua adalah preaching, teaching,
counseling, leading, managing dan protecting the churh. Itulah sebabnya penatua yang
dipercaya Tuhan untuk memimpin jemaat melewati pemilihan yang ketat. Penatua adalah
jemaat. Penatua adalah pemimpin yang telah dipandang layak oleh Tuhan dan jemaat, setelah
lebih dulu ujian dan seleksi (memenuhi syarat dan kualifikasi untuk mengerjakan pekerjaan
mulia dalam gereja). Seorang penatua harus memiliki integritas yang tinggi dalam
menjalankan tugas pelayanannya, artinya memiliki aspek moral yang dapat diandalkan,
Istilah ini mengarah bukan ada pada jabatannya, tetapi pada orangnya yang cenderung
dipakai oleh orang Kristen Yahudi yang menghendaki pemimpin mereka memiliki
kematangan secara kerohanian. Pemangku-pemangku jabatan dalam gereja atau dalam jemaat
adalah hamba-hamba dari Yesus Kristus, “Aku berada di tengah-tengah kamu sebagai
pelayan” (Luk. 22:27) setiap para penatua GPdI Getsemani Kuta, harus selalu mengingat
bahwa jabatan yang dipercayakan kepada penatua, bukan untuk kepentingan pribadi
melainkan untuk kepentingan orang lain. Jabatan gerejawi adalah suatu anugrah Allah, tidak
16
berdasarkan pada kebaikan atau pun prestasi yang dimiliki oleh seseorang dalam hidupnya,
tetapi semata-mata berdasarkan pada kemurahan Allah. Jabatan gerejawi tidak timbul dari
jemaat, ia berasal dari Allah, tugas pokok dari para penatua adalah melayani dan membangun
jemaat.
Penatua memiliki peran yang penting dalam pertumbuhan jemaat, karena itu mereka
harus mendorong jemaat dan menolong setiap anggota jemaat, untuk tetap kuat dalam
Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan dalam tipu muslihat iblis. Karena perjuangan
kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan
penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini melawan roh-roh jahat
di udara” (Ef. 6:11-12). Peran penatua dalam membangun dan mendorong setiap jemaat
untuk tetap kuat dalam menghadapi tantangan hidup merupakan suatu peran yang tidak
mudah karena tantangan yang dihadapi oleh jemaat bukan saja tantangan dalam jasmani
tetapi juga secara rohani, yaitu tantangan untuk tetap mempertahankan iman percaya mereka
kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan, maka penatua harus mendorong jemaat agar hidup
semakin melekat kepada Tuhan, serta hidup di penuhi oleh Roh Kudus, karena tanpa hal
tersebut di atas maka jemaat tidak akan mampu menghadapi setiap tantangan hidup yang
Penatua menuntun jemaat, bahwa mereka tidak hidup mementingkan diri sendiri,
jemaat harus hidup bersama-sama dengan masyarakat dan lingkungannya, bukan seperti pasir
kering melainkan seperti tanah liat. Penatua harus menuntun jemaat agar dapat hidup kudus
dan berkenan kepada Allah, menuntun jemaat agar hidup penuh dengan Roh Kudus sebagai
senjata perlengkapan Allah yang harus digunakan oleh jemaat dalam menghadapi peperangan
rohani. Jemaat yang kudus adalah jemaat yang memiliki rasa persaudaraan, persepakatan,
17
persatuan, dan persahabatan. Penatua harus menuntun jemaat untuk hidup saling mengasihi,
mengampuni, dan berbagi kepada orang lain tanpa membedakan status sosial karena itulah
penatua harus menuntun jemaat untuk memiliki karakter Kristus. Dasar dari semua hubungan
yang dibangun adalah kasih, tanpa kasih hubungan yang dibangun mudah rapuh.
Penatua mewujudkan persekutuan yang kudus dengan Tuhan, karena Tuhan adalah
Kudus adanya, memiliki rasa persaudaraan yang tinggi untuk membangun sebuah komunitas
rohani yang hidup memiliki kesatuan dalam tubuh Kristus dan persahabatan yang erat guna
menyatakan kasih Tuhan kepada sesama anggota jemaat Kristus. Kekudusan bukan sekedar
bicara boleh atau tidak boleh, tetapi bagaimana mengkhususkan hidup jemaat untuk Allah,
penatua harus mendorong dan membimbing jemaat agar jemaat dapat mewujudkan hal ini.
Dalam Roma 12:1, Rasul Paulus menasihatkan untuk mempersembahkan tubuh sebagai
persembahan yang, kudus, dan yang berkenan kepada Allah. Penatua harus membimbing
jemaat untuk tidak menajiskan diri dengan dosa. Kasih juga harus menjadi motif pelayanan
jemaat, maka dengan demikian akan mengasihi sesamanya secara objektif dengan tidak
mementingkan diri sendiri. Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah
mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah
mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup tidak lagi hidup
untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka
(2Kor. 5:14-15).
Penatua juga mendorong dan mengajak jemaat agar mereka hidup di dalam Firman
Tuhan, maka apabila jemaat hidup dalam Firman Tuhan maka mereka tidak akan kekurangan
dalam segala hal, hidup dalam Firman memiliki arti bahwa segala aspek kehidupan jemaat
tolok ukurnya adalah Firman Tuhan. Untuk hidup dalam Firman Tuhan, diperlukan
ketekutan, keinginan, usaha, waktu, oleh sebab itu penatua dituntut untuk selalu mendorong,
membimbing, mengingatkan jemaat dengan tidak henti-hentinya hidup di dalam Firman, akan
18
memberi dampak positif dalam kehidupan jemaat, baik dampak secara jasmani maupun
secara rohani, karena di dalam Firman ada kekuatan Allah, dengan mengajarkan jemaat hidup
di dalam Firman Tuhan, maka sebagai implementasinya: jemaat akan rajin datang beribadah,
mau terlibat dalam pelayanan gereja. Penatua dapat melihat jemaat hidup dalam Firman dan
kekudusan dapat dilihat melalui pertumbuhan dalam kasih, kebaikan, iman, pengharapan di
dalam kerohanian jemaat. Tuhan mempercayakan jemaatNya kepada para penatua untuk
dipelihara dengan baik, diberi pupuk dan tanamanliar, pakailah Firman Allah sebagai pedang
bermata dua dan Roh Kudus untuk menunjukan jalan bagi para penatua agar dapat
Definisi formal mengenai pertumbuhan gereja yang tertulis dalam anggaran dasar
North American Society Church Growth adalah suatu disiplin ilmu yang menyelidiki sifat
sifat, perluasan, perintisan, pelipat gandaan, fungsi dan kesejahteraan gereja-gereja Kristen
dalam hubungannya dengan penerapan yang efektif dari amanat Allah untuk menjadikan
semua bangsa murid-Nya (Mat. 28:20).16 Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa hal
hal yang dibahas dalam pertumbuhan gereja tidak secara langsung berhubungan dengan
penginjilan17 dan dalam hal ini pengertian pertumbuhan gereja lebih luas dibandingkan
dengan penginjilan. Wagner mendefinisikan pertumbuhan gereja adalah segala sesuatu yang
mencakup membawa orang yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus ke
dalam persekutuan dengan Dia dan membawa mereka menjadi anggota gereja yang
sebagai berikut: suatu pekerjaan Allah Tri Tunggal, Allah Bapa merencanakan dan
membentuk gereja dari kekekalan sampai masa lampau, Allah Anak menebus dan
menyucikan gereja dalam kematian dan kebangkitan-Nya (Ef. 1:4-13). 18 Peranan Roh Kudus
16
C. Peter Wagner, Strategi Pertumbuhan Gereja (Malang: Gandum Mas, 1990), 10-11.
17
Kosma Manurung, “Efektivitas Misi Penginjilan Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Gereja,” DUNAMIS: Jurnal Teologi dan
Pendidikan Kristiani 4, no. 2 (2020): 225–233.
18
Chris Marantika,” Pertumbuhan Gereja Secara Alkitabiah dan Teologis,” Buku Makalah Seminar Pertumbuhan Gereja,
(Jakarta: Panitia SPG, 1989/1990), 36-43.
19
dalam menyelesaikan program Allah masa kini menuju era dunia yang adil dan makmur.
Jadi, pribadi yang merupakan dinamika sentral dalam pertumbuhan gereja masa kini adalah
Roh Kudus.
Pertumbuhan kualitas adalah pertumbuhan gereja menjadi lebih bermutu, lebih baik,
atau lebih sempurna untuk dapat memahami pertumbuhan gereja secara kualitas, maka
pendalaman Alkitab, doa, pelayanan, dan kehidupan yang sesuai dengan Firman Tuhan.
Pertumbuhan ini bisa juga disebut dengan internal growth atau pertumbuhan di dalam, karena
kerohaniannya, dan kualitas gereja akan meningkat jika anggota-anggotanya yang belum
bertobat dilahirkan kembali.16 Pertumbuhan itu sangat penting, karena pertumbuhan kualitas
gereja akan secara langsung diikuti dengan pertumbuhan secara kuantitas anggota gereja.
semacam ini akan dapat dicapai jika jemaat menekankan doa lebih sering lagi, lebih bertekun
dalam pengajaran firman dan sakramen,lebih mengasihi dalam persekutuan, dan patuh pada
Bertanggung jawab merupakan seseorang yang berani dan siap menanggung semua
konsekuensi mengenai apa yang telah dia perbuat. Seseorang yang bertanggung jawab harus
19
Donald. Mc. Gravan dan G. Hunter. George III, Creative Leadership: Church Growth Strategis That Work,
Shaler.E.Lely ed (Nashville: Abimgdon, 1980), 42-43.
20
moral yang benar, maka pada saat bertindak seseorang siap menerima tanggung jawab dan
perilakunya kepada Tuhan, kepada suara hatinya sendiri, dan kepada semua yang menjadi
tanggung jawabnya.30 Dalam hal ini penulis melihat bahwa seorang pelayan gereja harus
mampu menanamkan sikap bertanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan gereja, karena
apa yang menjadi tugas maupun peran masing-masing harus dapat dilaksanakan dan
bertanggung jawab melaksanakan tugas dan peran sebagai seorang pelayan gereja. Seorang
pelayan harus siap menerima semua tanggung jawab maupun konsekuensi dalam
melaksanakan pelayanan, pelayanan ini akan menjadi bukti seorang pelayan untuk
memperlihatkan sikap tanggung jawab kepada Tuhan, tanggung jawab kepada diri sendiri dan
tanggung jawab kepada jemaat. Menurut Ernest Mosley, bahwa Para Pelayan memiliki tiga tu
gas pekerjaan penggembalaan, antara lain: Pertama, memimpin gereja dalam mewujudkan mi
si Allah; kedua, memproklamasikan Injil baik kepada orang percaya maupun orang tidak perc
aya; ketiga memperdulikan anggota gereja dan orang lain dengan komunikasi yang efektif. 20
Berbicara Satua Niha Keriso sebagai aktivis gereja dalam bertindak, hal yang utama
seorang Para Pelayan gereja ialah harus memuaskan jemaat atau anggota sidang, berperan seb
agai konselor moral, menghindarkan diri dari ketertarikan akan prestise, superioritas, atau pen
yelamatan muka bagi dirinya, harus menyatakan kebenaran dalam kasih, dan berbicara denga
n integritas kristiani.21 Pelayan dengan integritas dan tanggungjawabnya adalah seorang yang
Tugas seorang Pelayan gereja yang ikut bertangung jawab sebagai pemimpin-pemi
mpin di dalam gereja, diantara umat Allah, atau bagian dari kolektif: jemaat dan gereja yang l
ebih luas, dengan tidak berpikir bahwa jemaat bukan selaku perusahaan pribadi, melainkan ke
sejahteraan jemaat lebih utama atau penting dari pada ambisi para pelayangereja, sehingga ke
20
Ernest E Mosley, A Design for Pastoral Ministries, Called to Joy (Tennessee: Convention Press, 1973), 24.
Gaylord Noyce, Tanggung Jawab Etis Pelayan Jemaat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 1-8.
21
21
hidupan profesional bukanlah perusahaan-isme belaka.22 Ada pernyataan yang patut diperhitu
ngkan dan pertimbangkan oleh seorang pemimpin rohani: seorang pemimpin, ladang pekerjaa
nnya ada di tengah-tengah rakyat. Ia mencurahkan segenap pikiran, tenaga, dan dedikasinya u
ntuk rakyat. Menurut Jonathan Willy S., seorang hamba Tuhan dan juga aktivis gereja adalah
pemimpin yang tidak sekedar ingin mempertahankan kekuasaannya atau tahu memerintah tet
api tidak memperhatikan kebutuhan orang yang diperintah. Ia harus melayani anggotanya. Se
cara luas dalam bukunya ‘Lead By Heart Kepemimpinan. Andai yang menggunakan hati pem
impin itu dengan melayani, penuh pengorbanan, membagi kekuasaan, mempunyai visi dan mi
si yang jelas, dan mengasihi.23 Jadi tujuan seorang pemimpin sejati adalah membuat orang-or
ang disekitarnya menjadi lebih baik, sehingga membuat mereka lebih kuat, lebih efektif, dan t
ermotivasi.24 Jadi semua pekerjaan pelayanan yang hamba Tuhan dan aktivis gereja laksanaka
n dengan penuh integritas digantungkan kepada Tuhan sebagai pengabdian mereka untuk me
Sebagai seorang penatua yang memiliki jabatan dalam melayani jemaat yang
melaksanakan tugasnya harus dapat bekerjasama dengan orang lain; Bersatu: seorang penatua
dalam menjalankan tugas pelayanannya harus memiliki kesatuan yang kokoh agar pelayanan
yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan maksimal; Teguh: seorang Penatua dalam
melaksanakan tugas pelayanannya harus memiliki keteguhan hati dan harus tetap teguh
dalam iman.
Jonathan Willy S., Lead by Heart, Kepemimpinan Andal yang Menggunakan Hati (Yogyakarta: An
23
John MacAthur, Kitab Kepemimpinan 26 Karakter Pemimpin Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
24
2010), 45.
22
Penatua memiliki tugas yang penting dalam melayani Tuhan yang dipercayakan
kunjungan yang dimaksud adalah menjenguk kondisi atau keadaan jemaat baik secara
jasmani ataupun secara rohani; Melindungi jemaat, artinya penatua harus selalu berjaga-jaga
dalam melayani jemaat agar jemaat tidak terombang ambingkan dengan ajaran-ajaran yang
menyesatkan iman mereka kepada Yesus Kristus dengan filsafat-filsafat yang kosong;
Memimpin jemaat, Roh Kudus memerintahkan para penatua untuk memimpin, memerintah,
Berperilaku dan bertindak dengan baik dan benar dalam integritas merupakan satu
kesatuan yang menjadi tolak ukur hamba Tuhan dalam melaksanakan tugas. Karakteristik
hamba Tuhan sebagai Penatua yang memiliki integritas yang tercermin dalam bersikap dan
berpengalaman, dan lulusan perguruan tinggi terkenal. Tetapi untuk mendapatkan hamba
Tuhan yang jujur, tulus, dan dapat dipercaya tidaklah mudah. Pegawai seperti ini masih
langka, maka sudah menjadi kewajiban pimpinan untuk menemukan mutiaramutiara yang
terpendam diseluruh nusantara ini untuk menjadi agent of change menuju kesuksesan.
Pegawai yang jujur dan tulus dalam melaksanakan pekerjaan akan melibatkan hati nuraninya.
Sikap jujur dan tulus adalah sebuah keyakinan dalam diri yang dapat memberikan kebahagian
dan kedamaian hati. Bekerja tidak semata-mata untuk mendapatkan materi/harta, tapi yang
lebih penting bagaimana setelah bekerja hati menjadi damai, tentram, dan tidurpun nyenyak.
Apa artinya sebuah harta melimpah kalau diperoleh dari ketidakjujuran, tentu
25
Alexander Strauch, Diaeken dalam Gereja (Yogyakarta: ANDI, 2008), 56-57.
23
membuat anda merasa bersalah, hati gelisah, dan tidurpun tidak nyenyak. Kejujuran dan
ketulusan merupakan pilar utama mencegah korupsi, kolusi, dan perbuatan tercela.
Sebaliknya ketidakjujuran akan menumbuhkan korupsi dan persaingan yang tidak sehat.
Kejujuran dan ketulusan dalam bekerja dapat memberikan sebuah kepercayaan dilingkungan
kerja. Bersikap jujur dan tulus tidak akan mengurangi kehormatan, harga diri, dan
kewibawaan seorang pegawai, justru sebaliknya makin dipercaya, dicintai, dihormati dan
mempromosikan atau memberikan pekerjaan yang berisiko kepada pegawai yang tidak
dipercayainya. Hamba Tuhan pun juga tidak akan mengikuti kata-kata pimpinan yang tidak
bisa dipercayainya. Terkait dengan pelayanan kepada kepada Jemaat, penatua harus
transparan terkait peraturan, Jangan sekali-kali menerima atau memungut sesuatu di luar
kepercayaan membutuhkan waktu lama tetapi untuk merusaknya cukup memerlukan waktu
singkat. Konsisten dapat diartikan taat patuh terhadap peraturan, kode etik, dan prinsip-
prinsip moral yang diyakini kebenarannya. Konsisten dapat pula diartikan kesesuaian antara
apa yang dikatakan dengan perbuatan. Konsisten akan melahirkan sebuah ketegasan. Hamba
Tuhan yang konsisten ketika berada di wilayah abu abu akan bersikap tegas mencari dan
memilih kebenaran. Konsisten adalah anda, karena hidup andalah yang menentukan
Menjaga martabat berarti kemampuan untuk menjaga nilai-nilai positif dalam dirinya.
24
menjaga harga diri dan kehormatan instansi tempat kerja merupakan kewajiban setiap
pegawai. Semakin penting kedudukan atau posisi anda ditempat kerja, semakin besar godaan
yang menghampiri anda. Pegawai yang bermartabat tentunya tidak akan melakukan
Pegawai yang melakukan perbuatan tercela biasanya tidak memiliki rasa takut dan rasa malu.
Misalkan petugas yang terang-terangan memungut biaya pengurusan berkas diluar ketentuan,
mereka tidak memiliki rasa malu. Mereka kadang merasa bangga dengan barang-barang yang
dibeli dengan uang hasil korupsi. Namun ketika tertangkap tangan akan berakibat pada
penderitaan dan kesengsaraan hidup yang akan membuat malu keluarga dan instansi tempat
kerjanya. Anda adalah cerminan budaya kantor dalam memberikan pelayanan. Jagalah harga
diri dan kehormatan kantor dengan tidak melakukan hal-hal yang tercela. Jangan sampai
godaan membuat anda menjadi lemah yang akhirnya anda tergoda untuk melakukan
perbuatan yang tercela. Teman anda mungkin akan mengatakan bodoh ketika anda menolak
pemberian berupa uang suap, tapi justru sebaliknya tindakan menolak suap dapat membuat
Kata “misi” berasal dari bahasa Latin “missio” dan dalam bahasa Ibrani “.shalakh”
yang berarti “mengutus”dalam Perjanjian Lama muncul sebanyak delapan ratus kali dan lebih
dari dua ratus kali, Allah sebagai subjek pengutusan.26 Hal ini juga ditegaskan oleh Sitepu
dan Stevanus dengan memaparkan bahwa misi Kristen harus tetap berpegang teguh dalam
26
Jon Culver, Diktat Teologi Biblikal Misi Allah (Yogyakarta: Prodi Doktoral Teologi STTII Yogyakarta,
2021), 7.
25
Alkitab yang menekankan iman kepada Kristus sebagai syarat untuk memperoleh
terhadap keempat Kitab Injil yakni Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, merupakan hal yang
sangat dibutuhkan. Para penulis Kitab ini, dengan sengaja mencatat perjalanan Yesus selama
di dunia yang memberi perintah untuk bermisi kepada setiap orang percaya. Keteladanan
yang Yesus berikan menjadi sebuah pemicu semangat dalam bermisi agar warga jemaat juga
tidak ada yang mengabaikan persekutuan dalam gereja atau melalui kebaktian kebaktian
lainnya. Semangat bermisi sangat mempengaruhi iman jemaat dan kehadiran dalam
beregereja.
Memperhatikan narasi Kitab Kisah Para Rasul 2:41-47, kesuksesan misi jemaat mula
mula merupakan salah satu fokus yang ditekankan oleh penulis. Dapat diduga
bahwakeberhasilan misi yang ditampilkan dalam Kitab ini merupakan hasil strategi misi
Tuhan Yesus. Metode yang dilakukan oleh Yesus semasa di dunia, kemudian diteladani dan
dikembangkan oleh jemaat mula-mula sehingga gerakan misi berkembang signifikan. Oleh
sebab itu, melihat strategi pembinaan misi Tuhan Yesus dan bagaimana perkembangannya di
masa Gereja mulamula menjadi contoh dan teladan untuk membangkitkan semangat gereja
yang hidup pada zaman ini dan lebih khusus kepada para pelayanDi Gereja ONKP Faomasi
agar terlibat dalam tugas pelayanan misi. Perintah untuk bermisi adalah penegasan Yesus
27
14 Sitepu and Kalis Stevanus, “Finalitas Yesus Kristus Sebagai Keunikan Dalam Misi Kristen,” 32.
26
Mengenai ayat ini, I Putu Ayub Darmawan memandangnya sebagai penekanan tugas
untuk memberitakan Injil dan membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan. 28 Oleh sebab itu, tepat
sekali pemikiran Sitepu dan Stevanus yang menegaskan bahwa tidak ada alasan bagi orang
orang percaya untuk tidak menjalankan misi dari Tuhan Yesus Kristus. 29 Demikian juga
dengan Arifianto dan Purnama, mengutip hasil penelitian Kosma Manurung dan menjelaskan
bahwa misi gereja dan orang percaya dalam pelayanan untuk memberitakan Injil tidak bisa
dipisahkan dari Amanat Agung Tuhan Yesus. Walaupun tugas bermisi merupakan prioritas
bagi orang percaya, namun pada kenyataanya harapan ini tidak bisa berjalan baik.
Para Pelayan Di Gereja ONKP Faomasi sangat diharapkan untuk semangat dan gairah
dalam pelayanan karena inilah yang sangat di butuhkan dalam mengembangkan iman jemaat
Penelitian ini akan dilakukan selama 6 bulan, dimulai Desember 2023 hingga Mei 2024.
Lokasi penelitian adalah tempat atau objek untuk diadakan suatu penelitian. Lokasi penelitia
28
I Putu Ayub Darmawan, “Jadikanlah Murid: Tugas Pemuridan Gereja Menurut Matius 28:18-20,”
EVANGELIKAL: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat 3, no. 2 (2019): 145.
29
Nathanail Sitepu and Kalis Stevanus, “Finalitas Yesus Kristus Sebagai Keunikan Dalam Misi Kristen,”
SHIFTKEY: Jurnal Teologi Dan Pengembangan Pelayanan 11, no. 1 (2021): 32.
27
n di fokuskan di Gereja ONKP Faomasi Resort Medan, Jl Tani Asli, Gg Sejahtra 1, Desa
tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang Sumatra Utara. Alasan penulis
memilih lokasi ini adalah karena menilai sebagaian besar Pelayan yang masih belum
memahami betapa pentingnya Melayani Pekerjaan Tuhan. Penulis memilih warga jemaat dan
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi yang terdapat di ONKP
Faomasi adalah 39 Kepala Keluarga, dengan jumlah 247 jiwa. Pelayan di ONKP Faomasi dar
ersebut berasal dari antara Satua Niha Keriso ONKP Faomasi. Alasan penulis memilih 10 sa
mpel agar memperoleh informasi yang menyeluruh bagaimana Satua Niha Keriso Memahami
Tugas Pelayanan Setua Aturan Gereja ONKP dan Juga Sesuai dengan Alkitab
penelitian kepustakaan khususnya yang dapat mendukung dan berhubungan dengan judul
penelitian.
Dalam penelitian ini, dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa alat
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
30
Statistik Jemaat ONKP Faomasi per-Juli 2023.
28
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Penulis akan
mewawancarai Satua Niha Keriso yang Kurang aktif dan juga yang aktif sebgai
perbandingan
Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, angket dan dokumentasi yang
kemudian dituliskan dalam catatan lapangan yang berisi tentang apa yang dilihat, didengar,
disaksikan, dialami, dan juga temuan tentang apa yang dijumpai selama penelitian dan
merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk tahap berikutnya. Pengolahan data
adalah proses yang mengubah data mentah menjadi informasi yang berguna dan mudah
diterima. Data mentah biasanya berupa angka atau catatan yang tidak memiliki arti bagi
Tata Gereja ONKP dimuat tahun 1952 dan beberapa poin tugas diuraiakn dan dibacakan
Peter Wongso, Tugas Gereja dan Misi Masa Kini, (Malang: SAAT, 1999), 69
Rick Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini, (Malang: Gandum Mas, 2000),405
29
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian : Lapangan, Praktis Dan Mudah Dipahami, (Y
H. Nazar Bakry, Tuntunan Praktis Metodologi Penelitian, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 199
5), 15
Jof E. Trull, James E. Carter, Etika Pelayanan Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 7-6.
Berdasarkan 1 Timotois 3:2, selain itu diatur juga dalam Tata Gereja ONKP terbitan April
2022
G Riemer, Jemaat yang Presbiteral (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2005), 9.
C. Peter Wagner, Strategi Pertumbuhan Gereja (Malang: Gandum Mas, 1990), 10-11.
225–233.
Chris Marantika,” Pertumbuhan Gereja Secara Alkitabiah dan Teologis,” Buku Makalah
Donald. Mc. Gravan dan G. Hunter. George III, Creative Leadership: Church Growth
Ernest E Mosley, A Design for Pastoral Ministries, Called to Joy (Tennessee: Convention
30
Gaylord Noyce, Tanggung Jawab Etis Pelayan Jemaat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011),
1-8.
Jonathan Willy S., Lead by Heart, Kepemimpinan Andal yang Menggunakan Hati John
MacAthur, Kitab Kepemimpinan 26 Karakter Pemimpin Sejati (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
I Putu Ayub Darmawan, “Jadikanlah Murid: Tugas Pemuridan Gereja Menurut Matius
Nathanail Sitepu and Kalis Stevanus, “Finalitas Yesus Kristus Sebagai Keunikan Dalam
31