Proposal Ronald
Proposal Ronald
PROPOSAL
OLEH :
1. Ronald J Anone
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan hadirat-NYA atas segala rahmat serta kasih
sayang dan karunia-NYA yang telah diberikan kepada seluruh ciptaannya, kami dapat
menyelesaikan Proposal yang berjudul “PENGARUH LARUTAN MADU TERHADAP
TEKANAN DARAH LANJUT USIA HIPERTENSI di DESA OELTUA KECAMATAN
TAEBENU KABUPATEN KUPANG”.
Kami banyak mengalami banyak kesulitan dan hambatan, hal ini disebabkan oleh
keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Kami berharap semoga proposal ini dapat
bermanfaat bagi kami dan bagi para pembaca pada umumnya. Kami sebagai penyusun sangat
menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan . Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan
untuk membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya dalam
memilih variabel penelitian yang akan dilakukan.
1. Keluarga
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih sayang
dari lingkungan, terutama keluarga.
3. Peneliti lainnya
Penelitian ini menghasilkan data dasar pengaruh larutan madu terhadap tekanan
darah lanjut usia yang dapat dijadikan bahan referensi penelitian selanjutnya .
1.5 Keaslian penelitian
Keaslian penelitian pengaruh pemberian larutan madu terhadap tekanan darah lanjut
usia hipertensi di Desa Oeltua kecamatan Taebenu kabupaten Kupang.
Hasil- hasil penelitian sebelumnya yang menjadi dasar penelitian yaitu :
1. Kegemukan/Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko yang sangat menentukan tingkat
keparahan hipertensi. Semakin besar berat badan seseorang, maka semakin
banyak pula darah yang dibutuhkan untuk membawa oksigen dan nutrisi ke otot
dan jaringan lainnya. Panjang pembuluh darah meningkat diakibatkan oleh
obesitas, sehingga resistensi darah juga mengalami peningkatan. Akibat dari
peningkatan resistensi darah menyebabkan tekanan darah menjadi lebih tinggi
yang dimana kondisi tersebut juga diperparah oleh sel-sel lemak yang
memproduksi senyawa, sehingga merugikan jantung dan pembuluh darah
(Kowalski, 2010)
2. Konsumsi Garam Berlebih
Konsumsi garam yang berlebihan dengan sendirinya akan meningkatkan
tekanan darah karena garam mempunyai sifat menahan air, sehingga volume
darah meningkat dan terjadi penyempitan diameter pada pembuluh darah arteri.
Konsumsi garam dapur yang dianjurkan, yaitu tidak lebih dari 6 gr (1 sendok teh)
dalam sehari (Widyartha et al., 2016).
3. Konsumsi Lemak Berlebih
Semakin sering seseorang mengkonsumsi makanan berlemak, maka akan
semakin tinggi pula prevalensi kejadian hipertensi, begitu pula sebaliknya.
Kementerian Kesehatan menyarankan agar mengkonsumsi lemah tidak lebih dari
20-25% (5 sendok makan) dalam sehari. Mengkonsumsi lemak secara berlebihan
dapat menyebabkan meningkatnya kolesterol, sehingga terjadi endapan dalam
pembuluh darah. Konsumsi lemak yang berlebihan dapat menyebabkan
aterosklerosis, yaitu terkumpulnya lemak dalam pembuluh darah yang
mengakibatkan penurunan elastisitas pembuluh darah, sehingga peluang
terjadinya tekanan darah tinggi akan lebih besar (Mangerongkonda et al., 2021).
4. Kurang Aktivitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik dapat membuat seseorang cenderung memiliki
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi, sehingga otot jantung harus bekerja
lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras otot jantung dalam memompa
darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada arteri. Seseorang yang
beraktivitas ringan mempunyai kecenderungan sekitar 3050% menderita
hipertensi dibandingkan dengan seseorang yang melakukan aktivitas sedang atau
berat. Untuk mengurangi terjadinya peningkatan hipertensi dianjurkan untuk
melakukan aktivitas fisik minimal 15-30 menit dalam sehari serta dapat
menghasilkan gerakan yang dapat memelihara keseimbangan dalam tubuh
(Marleni et al., 2020).
5. Kebiasaan Merokok
Zat-zat kimia beracun yang terkandung didalam rokok, seperti nikotin dan
karbon monoksida dapat merusak lapisan endotel pada pembuluh darah arteri,
mengakibatkan aterosklerosis hingga tekanan darah tinggi. Merokok setiap
batang dalam sehari meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmHg serta
menambah detak jantung 5-20 kali per menit. Merokok dapat menyebabkan
risiko jangka panjang pada pembuluh darah, sehingga bisa menimbulkan
penyakit lain, yaitu stroke, penyakit jantung, dll (Elvira & Anggraini, 2019).
6. Konsumsi Alkohol
Etanol yang terkandung dalam alkohol bila dikonsumsi secara rutin akan
berdampak bagi kesehatan. Keasaman darah akan meningkat dan menjadi kental
apabila seseorang mengkonsumsi alkohol. Jika mengkonsumsi alkohol dalam
jangka panjang, maka akan terjadi peningkatan kadar kortisol dalam darah,
sehingga tekanan darah meningkat. Untuk mengurangi terjadinya peningkatan
tekanan darah, maka konsumsi alkohol harus dibatasi agar tidak lebih dari 20-30
gr etanol dalam sehari bagi pria, sedangkan bagi wanita tidak lebih dari 10-20 gr
dalam sehari (Mayasari et al., 2019).
2.1.4 Komplikasi Hipertensi
Apabila hipertensi tidak dikendalikan, maka akan menimbulkan terjadinya
komplikasi yang mengganggu fungsi dari organ lainnya. Sikap penderita hipertensi
yang kurang baik menjadi salah satu faktor yang memperberat terjadinya hal tersebut
(V. R. I. Sinaga & Simatupang, 2019). Komplikasi Hipertensi Apabila hipertensi tidak
dikendalikan, maka akan menimbulkan terjadinya komplikasi yang mengganggu fungsi
dari organ lainnya. Sikap penderita hipertensi yang kurang baik menjadi salah satu
faktor yang memperberat terjadinya hal tersebut (V. R. I. Sinaga & Simatupang, 2019).
Komplikasi dari penyakit hipertensi yang dapat timbul adalah sebagai berikut:
1. Stroke
Stroke juga dikenal dengan sebutan CVA (Cerebrovascular Accident) dan Brain
Attack. Stroke yang berarti to strike (pukulan) merupakan gangguan peredaran
darah di otak yang dapat terjadi secara tiba-tiba karena hal tertentu. Hipertensi dapat
memicu pendarahan di otak yang disebabkan karena pecahnya dinding pembuluh
darah (stroke hemoragik) atau akibat pembekuan darah didalam pembuluh darah
(thrombosis) yang dapat mengakibatkan darah mengalir tidak normal dan terhenti
atau berkurangnya aliran darah pada sebagian daerah di otak (stroke iskemik)
(Lumbantobing, 2013 dalam Hanum et al., 2017).
2. Penyakit Jantung Koroner
Hipertensi dapat menyebabkan pengaruh terhadap jantung akibat adanya
kenaikan tekanan darah yang menyebabkan meningkatnya tekanan terhadap dinding
arteri dan jika terjadi secara terus menerus maka akan merusak endotel yang dapat
memicu aterosklerosis. Terdapat hubungan antara tekanan darah dengan
aterosklerosis, karena kenaikan pembuluh darah disebabkan oleh terjadinya
perubahan aterosklerosis pada dinding pembuluh darah. Akibat kerja jantung yang
keras karena hipertensi menyebabkan terjadinya hipertrofi miokardium ventrikel
kiri dan kondisi ini akan memperkecil rongga jantung untuk memompa darah
keseluruh tubuh sehingga beban kerja jantung bertambah (Nelwan, 2019 dalam
Naomi et al., 2021).
3. Gagal Ginjal
Menurut Budiyanto (2009 dikutip dalam Masi & Kundre, 2018), hipertensi yang
berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan perubahan struktur pada arteriol diseluruh tubuh yang ditandai
dengan fibrosis dan hialinisasi dinding pembuluh darah. Arteriosklerosis akibat
hipertensi pada ginjal akan menyebabkan nefrosklerosis, yaitu gangguan yang
terjadi akibat iskemia karena penyempitan lumen pembuluh darah intrarenal serta
penyumbatan arteri dan arteriol. Terjadinya penyumbatan menyebabkan kerusakan
pembuluh glomerulus dan atrofi tubulus, sehingga terjadi penurunan jumlah nefron
yang aktif bahkan jika nefron bekerja lebih keras, maka lama kelamaan makin
banyak nefron yang mengalami kerusakan.
4. Gangguan Penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan gangguan penglihatan, sehingga penglihatan
menjadi kabur bahkan menyebabkan kebutaan yang ditandai dengan pecahnya
pembuluh darah pada mata. Hipertensi dapat menyebabkan kelainan pada mata,
salah satunya yaitu retinopati hipertensif. Retinopati hipertensif adalah kelainan
saraf yang terjadi pada retina yang disebabkan karena adanya perubahan pada
pembuluh darah akibat hipertensi (Yastina et al., 2017)
2.1.5 Klasifikasi Tekanan Darah
Menurut JNC VII, memberikan klasifikasi tekanan darah bagi dewasa usia 18 tahun ke
atas yang tidak sedang dalam pengobatan tekanan darah tinggi dan tidak menderita
penyakit serius dalam jangka waktu tertentu (Kristiawani, 2017).
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah
Kategori tekanan darah Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg)
1. Pertengahan umur usia lanjut (virilitas) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45-54 tahun
2. Usia lanjut dini (prasenium) yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut
antara 55-64 tahun,
3. Kelompok usia lanjut (senium) usia 65 tahun keatas, dan
4. Usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun
atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti,
menderita penyakit berat, atau cacat.
2.2.3 Karakteristik Lansia
Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan
masalah kesehatan lansia adalah :
1. Jenis Kelamin
Lansia lebih banyak wanita. Terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah
kesehatan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Misalnya laki-laki sibuk
dengan BPH, maka perempuan mungkin menghadapi osteoporosis
2. Status perkawinan
Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda atau duda akan
mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.
3. Living arrangement
Misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama istri, anak, atau
keluarga lainnya.
4. Kondisi kesehatan
Kondisi umum : kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain
dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air besar dan air kecil.
Frekuensi sakit : frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak produktif
lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.
5. Keadaan ekonomi
a. Sumber pendapatan resmi : pensiunan ditambah sumber pendapatan lain kalau
masih aktif
b. Sumber pendapatan keluarga : atau atau tidaknya bantuan keuangan dari anak,
atau keluarga lainnya, atau mungkin masih ada anggota keluarga yang
tergantung pada lansia.
c. Kemampuan pendapatan : lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi,
sementara pendapatan semakin menurun. Status ekonomi sangat terancam,
sehingga cukup beralasan untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam
kehidupan, menentukan kondisi hidup yang dengan perubahan status ekonomi
dan kondisi fisik.
2.2.4 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Perubahan - perubahan yang terjadi pada lansia terdiri dari : (Nugroho, 2000)
1. Perubahan fisik
a. Sel
Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan
intraseluler menurun.
b. Persarafan
Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat
dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan
stress. Berkurang atau hilangnya lapisan myelin akson, sehingga
menyebabkan kurangnya respon motorik dan reflek.
c. Pendengaran
Membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang-
tulang pendengaran mengalami kekakuan.
d. Penglihatan
Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun,
akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan katarak.
e. Kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal dan menjadi
kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun, kehilangan elastisitas
pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah untuk oksigenasi.
f. Respirasi
Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru
menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat,
alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta
terjadi penyempitan pada bronkus.
g. Muskuluskeletal
Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh, bungkuk, persendian
membesar dan menjadi kaku, kram, tremor, dan tendon mengerut dan
mengalami sklerosis.
h. Gastrointestinal
Esophagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun dan
peristaltik menurun sehingga daya absorbsi juga ikut menurun. Ukuran
lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun sehingga
menyebabkan berkurangnya produksi hormone dan enzim pencernaan.
i. Kulit
Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan
telinga menebal. Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut
memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta
kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk (Maryam, 2008:57).
2. Perubahan kognitif
a. Memori (daya ingat, ingatan)
b. IQ ( Intellegent Quecient)
c. Kemampuan belajar (1earning)
d. Kemampuan pemahaman (Comprehension)
e. Pemecahan masalah (Problem Solving)
f. Pengambilan Keputusan (Decission Making)
g. Kebijaksanaan (Wisdom)
h. Kinerja (Performance)
i. Motivasi
3. Perubahan mental
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
family
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
konsep diri.
4. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan
keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir, bertindak dalam sehari-hari.
(Murray dan Zentner, 1970).
2.3 Konsep larutan madu
2.3.1 Pengertian larutan madu
Larutan madu adalah bahan alami yang memiliki rasa manis yang
dihasilkan oleh lebah dari nektar atau sari bunga atau cairan yang berasal dari
bagian-bagian tanaman hidup yang dikumpulkan, diubah dan diikat dengan
senyawa tertentu oleh lebah kemudian disimpan pada sarang yang berbentuk
heksagonal (Al Fady, 2015).
Larutan madu merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki rasa
manis dan kental yang berwarna emas sampai coklat gelap dengan kandungan
gula yang tinggi serta lemak rendah (Wulansari, 2018).
1. Madu Flora adalah madu yang dihasilkan dari nektar bunga. Yang berasal dari
satu jenis bunga disebut madu monoflora, yang berasal dari aneka ragam bunga
disebut madu polyfloral. Madu polyfloral dihasilkan dari beberapa jenis tanaman
dari nektar bunga.
2. Madu Ekstraflora
Madu Ekstraflora adalah madu yang dihasilkan dari nektar di luar bunga seperti
daun, cabang atau batang tanaman.
3. Madu Embun
Madu Embun adalah madu yang dihasilkan dai cairan hasil suksesi serangga yang
meletakkan gulanya pada tanaman, kemudian dikumpulkan oleh lebah madu dan
disimpan dalam sarang madu (Wulansari, 2018).
2.3.3 Komposisi dan Kandungan larutan madu hutan
Madu hutan adalah cairan kental yang dihasilkan oleh lebah madu dari berbagai
sumber nektar. Madu hutan tersusun atas 17,1% air; 82,4% karbohidrat total; 0,5%
protein; asam amino; vitamin dan mineral (Al fady, 2015). Madu hutan mengandung
banyak mineral seperti natrium, kalsium, magnesium, alumunium, besi, fosfor dan
kalium. Vitamin-vitamin yang terdapat dalam madu adalah thiamin (B1), riboflavin (B2),
asam askorbat (C), piridoksin (B6), niasin, asam pantotenat, biotin, asam folat, dan
vitamin K.
Enzim yang penting dalam madu hutan adalah enzim diastase, invertase, glukosa
oksidase, peroksidase, dan lipase. Enzim diastase adalah enzim yang mengubah
karbohidrat komplek (polisakarida) menjadi karbohidrat yang sederhana (monosakarida).
Enzim invertase adalah enzim yang memecah molekul sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa. Enzim oksidase adalah enzim yang membantu oksidasi glukosa menjadi asam
peroksida. Enzim peroksidase melakukan proses oksidasi metabolisme. Semua zat
tersebut berguna bagi proses metabolisme tubuh (Suranto, 2008 ).
Madu hutan memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi dan rendah lemak.
Kandungan gula dalam madu hutan mencapai 80% dan dari gula tersebut 85% berupa
fruktosa dan glukosa. Asam utama yang terdapat dalam madu hutan adalah asam
glutamat. Sementara itu, asam organik yang terdapat dalam madu hutan adalah asam
asetat, asam butirat, format, suksinat, glikolat, malat, proglutamat, sitrat, dan piruvat
(Suranto, 2008). Komposisi kimia madu hutan dapat dilihat pada tabel 1:
Tabel 1. Komposisi Kimia Madu Hutan per 100 gram (Suranto, 2008)
No Komposisi Jumlah
1 Kalori 328 kal
2 Kadar Air 17,2 g
3 Protein 0,5 g
4 Karbohidrat 82,4 g
5 Abu 0,2 g
6 Tembaga 4,4-9,2 mg
7 Fosfor 1,9-6,3 mg
8 Besi 0,06-1,5 mg
9 Mangan 0,02-0,4 mg
10 Magnesium 1,2-3,5 mg
11 Thiamin 0,1 mg
12 Riboflavin 0,02 mg
13 Protein 0,5 g
14 Niasin 0,20 mg
15 Lemak 0,1 g
16 pH 3,9
17 Asam total 43,1 mg
2. Metode 1
a. Didihkan sedikit air dengan menggunakan cerek atau microwave untuk
mendidihkan air . usahakan untuk menggunakan air distilasi/suling atau air leding
biasa mengandung terlalu banyak mineral dan bahan kimia. Jika Anda
menggunakan microwave, panaskan air selama 1 – 2 menit.
b. Tuangkan air tersebut kedalam mangkuk dan biarkan menjadi sedikit dingin.
Idealnya, air tersebut harus hangat. Anda dapat menggunakan air panas, tetapi
sebaiknya tidak mendidih. Penambahan madu kedalam air mendidih akan
merusak enzim-enzim bagus dan menyehatkan dan terkandung dalam madu.
c. Tambahkan 1 sampai 2 sendok makan (15 sampai 30 gr) madu kedalam mug
(cangkir besar) atau gelas. Jika Anda tidak menyukai minuman manis, cukup
gunakan 1 sendok makan ? (15 gr) madu.
d. Aduklah madu hingga larut. Gunakan sendok yang sama yang Anda gunakan
untuk menakar madu. Dengan cara ini Anda tidak akan membuang madu sedikit
pun.
e. Ciciplah air madu tersebut, dan tambahkan madu jika diperlukan. Madu akan
membuat air terasa sangat manis, tetapi Anda mungkin memang menyukai air
yang terasa manis. Ingatlah bahwa madu hanya diperlukan untuk menambah
sedikit rasa pada air. Anda tidak perlu meminum madu murni.
f. Minumlah air madu tersebut saat masih hangat. Air madu hangat memungkinkan
Anda mendapatkan manfaat terbaik dari madu. Salah satu manfaat madu yang
paling hebat adalah meringankan sakit tenggorokan.
2.3.6 Efek/pengaruh larutan madu pada lansia
Tekanan darah pada lansia yang diberikan larutan madu cenderung
mengalami penurunan dibandingkan dengan lansia yang tidak diberikan larutan
madu. Terdapat pengaruh yang signifikan antara sebelum dan setelah diberikan
terapi madu 20 gr secara oral terhadap penderita hipertensi pada lansia (Aini,
2015).
Penurunan tekanan darah setelah intervensi madu juga dipaparkan oleh
Aluko dan Helen dalam penelitiannya terhadap penurunan tekanan darah pada
menit ke 15, 30 dan 60 setelah meminum madu (Aluko et al,2012).
2.4 kerangka teori
1. Pengertian 1. Pengertian
2. Jenis madu 2. Batasan lansia
3. Komposisi dan kandungan 3. Karakteristik lansia
madu 4. Perubahan-perubahan
4. Manfaat yang terjadi pada lansia
5. Prosedur penggunaan
madu
6. Efek atau pengaruh larutan
madu
(Al Fady, 2015). (Wulansari, 2018). (Suranto, 2008). (Efendi, 2009). (Prasetya, 2010).
(Nugroho, 2000), (Hastuti, 2020). (V. R. I. Sinaga & Simatupang, 2019).
BAB 3
METODE PENELITIAN
Skema Penelitian
Tekanan darah
Kelompok Kontrol
lanjut usia
Keterangan:
: Di teliti
: Pengaruh
H1 = Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap intervensi larutan madu dengan dosis
Madu 35 dan 70 gr terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada Lansia.
3.3 Jenis dan Desain Penelitian
Menurut Sugiono (2018:213) metode penelitian adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat yang digunakan untuk meneliti pada kondisi ilmiah
(eksperimen) dimana peneliti sebagai instrument, teknik pengumpulan data dan di
analisis yang bersifat kualitatif lebih menekan pada makna. Jenis penelitian yang
digunakan adalah metode kuantitatif. Desain penelitian menurut Moh. Pabundu Tika
(2015 : 12 ) adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, dan
menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan secara
efesien dan efektif sesuai dengan tujuan penelitian. Pada penelitian ini jenis penelitian
yang digunakan adalah Quasy Eksperiment. Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rancangan Control group pre-posttest design.
Keterangan :
O1 : Pre-test (sebelum melakukan pemberian larutan madu)
X : Intervensi
O2 : Post-test (Sesudah melakukan pemberian larutan madu)
Keterangan :
P : Presentase
Analisis bivariat adalah analisis data yang dilakukan untuk mencari korelasi
atau pengaruh antara 2 variabel atau lebih yang diteliti. Pada penelitian ini sebelum
dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk
mengetahui normal atau tidaknya data yang ada. Pengujian normalitas dilakukan
dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan membandingkan nilai
skewness dan kurtosis (Notoatmodjo, 2010).
r xy =N ∑ XY −¿ ¿ ¿
Keterangan :
N : jumlah responden
Y : skor total
XY : skor pertanyaan nomor ke-x dikali skor total
Apabila dari perhitungan didapatkan nilai signifikansi (p) lebih kecil dari taraf
kesalahan 5% (0,05) maka hipotesis (H1) diterima dan H0 ditolak yang artinya ada
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika didapatkan nilai signifikansi
(p) lebih besar dari taraf kesalahan 5% (0,05) maka hipotesis (H1) ditolak dan H0
diterima yang artinya tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
(Sugiyono, 2011).
Paired sampel t-Test merupakan uji beda dua sampel berpasangan. Sampel
berpasangan merupakan subjek yang sama, tapi mengalami perlakuan yang berbeda.
Model uji beda ini digunakan untuk menganalisis model penelitian sebelum dan
sesudah. Menurut Widiyanto (2013:35), paired sample t-test merupakan salah satu
metode pengujian yang digunakan untuk mengkaji keefektifan perlakuan, ditandai adanya
perbedaan rata-rata sebelum dan rata-rata sesudah diberikan perlakuan.
Asumsi dasar penggunaan uji ini adalah observasi atau penelitian untuk masing-
masing pasangan harus dalam kondisi yang sama. Perbedaan rata-rata harus berdistribusi
normal. Varian masing-masing variabel dapat sama atau tidak.Untuk melakukan uji ini,
diperlukan data yang berskala interval atau ratio. Yang dimaksud dengan sampel
berpasangan adalah kita menggunakan sampel yang sama, tetapi pengujian yang dilakukan
terhadap sampel tersebut dua kali dalam waktu yang berbeda atau dengan interval waktu
tertentu. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significant 0.05 (α=5%) antar variabel
independen dengan variabel dependen.
Dasar pengambilan putusan untuk menerima atau menolak Ho pada uji ini adalah
sebagai berikut.
a Jika nilai signifikan > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak (perbedaan kinerja
tidak signifikan).
b Jika nilai signifikan < 0.05 maka Ho ditolak atau Ha diterima (perbedaan kinerja
signifikan).
Pengujian ini untuk membuktikan apakah sampel penelitian sebelum dan setelah IPO
memiliki rata-rata yang berbeda secara signifikan ataupun tidak.
Alasan penulis menggunakan alat analisis ini adalah karena dalam penelitian ini
digunakan dua sampel yang berpasangan. Sampel berpasangan ini sebagai sebuah subjek
yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda, yaitu
sebelum dan setelah IPO.
D̅
t=
SD
√N
t = Nilai t hitung
N = Jumlah sampel
- Nilai α
- df (degree of freedom) = N-k .Untuk paired sample t-test df = N-1
- Bandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel
Selanjutnya t hitung tersebut dibandingkan dengan t tabel dengan tingkat signifikansi 95%.
kriteria pengambilan keputusannya adalah:
Pengujian hipotesis dilakukan dengan alat uji statistik yaitu analisis varians. Menurut
Hakim (2002:208), analisis varians merupakan uji hipotesis mean lebih dari dua populasi.
Analisis varian yang digunakan adalah One-way ANOVA (Anova Satu Arah). One-way
ANOVA biasa dikenal dengan nama onefactor completely randomized design of ANOVA
adalah uji hipotesis beda mean atau lebih dari dua populasi jika setiap anggota yang terlibat
dalam pengukuran bebas untuk terletak di populasi mana saja, artinya tidak ada kesenjangan
untuk mengatur letak suatu anggota dalam suatu populasi tertentu (sehingga disebut
completely randomized). (Hakim, 2002:221)
Menurut Ilhamzen (2013), Uji ANOVA Satu Arah (One Way ANOVA) adalah Jenis
Uji Statistika Parametrik yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-
rata antara lebih dari dua group sampel. Yang dimaksud satu arah adalah sumber keragaman
yang dianalisis hanya berlangsung satu arah yaitu antar perlakuan (Between Group).
Setelah dilakukan uji ANOVA dan hasilnya signifikan, dilakukan uji Lanjut Post Hoc
LSD untuk mengetahui kelompok mana saja yang memiliki Perbedaan signifikan atau tidak
signi
Alaydrus S, 2017. Profil Penggunaan Obat pada pasien Hipertensi di Puskesmas Marawola
Periode Januari - Maret 2017.Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, Vol 3.No.2
Adam L, 2019. Determinan Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jambura Health And Sport Journal.
Baharuddin, 2018. Perbandingan Efektivitas dan Efek Samping Obat Anti Hipertensi terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pasien Hipertensi. Puskesmas Baranti.
Bandiyah, S. (2018). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Eko Surahmanto. E & Gloria Pandean, V. (2018). Hubungan Hipertensi dengan Fungsi Kognitif
di Poliklinik SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. R
Fananis. dkk, 2014.Health Belief Model pada Pasien Pengobatan Alternatif
SupranaturaldenganBantuanDukun.JurnalPsikologiKlinisdan Kesehatan Mental.
Herdiansyah H, 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika.
Aini, R (2015) ‘Pengaruh pemberian madu terhadap perubahan tekanan darah pada penderita
hipertensi diwilayah kerja upk puskesmas khatulistiwa kecamatan pontianak, JURNAL
PRONERS, 3 (1)
Ikhwan, M., Livana PH., & Hermanto. 2017. Hubungan Faktor Pemicu Hipertensi Dengan
Kejadian Hipertensi.
Johnson RJ, et al, 2015. Comprehensive Clinical Nephrology. 5 editions. Elseiver Saunders;
Philadelpia.
Muriyati and Yahya, S. (2018) “Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Di
Wilayah Pegunungan Dan Pesisir Kabupaten Bulukumba”, Jurnal
Kesehatan Panrita Husada, 3(2), pp. 35–51. doi:
10.37362/jkph.v3i2.157.
Moleong J, 2010. Metodologi penelitian kualitatif.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Oktaviani E, dkk. (2019). Faktor yang Beresiko Terhadap Hipertensi pada Pegawai di Wilayah
Perimeter Pelabuhan. Jurnal Epidemiologi Kesehatan komunitas.
utri Luh S. A, dkk, 2019. Gambaran Pola Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien
Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2016. Jurnal
Medika Udayana, Vol. 8 No.6.
Rihiantoro, Tori, and Muji Widodo. 2018. “Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan
Kejadian Hipertensi Di Kabupaten Tulang Bawang.” Jurnal Ilmiah Keperawatan
Sai Betik 13(2):159. doi: 10.26630/jkep.v13i2.924.
Sarifudin B dkk,2017. Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien Hipertensi Rawat Jalan
Peserta Askes Dan Dampaknya Pada Biaya.Jurnal Info Kesehatan Vol 15, No.2.
Susilowati, & Cici Risnawati. (2017). Gambaran Pola Pengobatan Hipertensi Di
Puskesmas Berbah Sleman Yogyakarta Bulan Januari 2017. Jurnal
Kefarmasian Akfarindo, 25-32. Retrieved from
https://jofar.afi.ac.id/index.php/jofar/article/view/18
Suryaningsih, T., & Raharjo, M. (2017). Kadar asam urat darah dengan kejadian
hipertensi di RSUD Sukorhajo. Digital Digital Repository Repository Universitas
Universitas Jember Jember
Sari Ayu P., dkk, 2018. Perubahan Tekanan Darah pada Lansia Dengan Hipertensi Melalui
Therapeutical Gardening di Upt Pslu
Magetan.Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 4.
Sudorsono , E. K. R. et all 2017. Simorangkir, L. Hubungan Pengetahuan Dan
Motivasi Dengan Pencegahan Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Pakan Pekan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.Universitas
Sumatra Utara
Susilowati A, 2017. Gambaran Pola Pengobatan Hipertensi di Puskesmas Berbah Sleman
Yogyakarta Bulan Januari 2017. Journal homepage: http://jofar.afi.ac.id
AKFARINDO VoL. 2 No.1.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,dan
R&D.Bandung: Alfabeta.
Said R, 2017. Hipertensi. Pusat Data dan lnformasi Kementerian Kesehatan Rl.
Tarigan Ar, Zulhaida Lubis, Syarifah. Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Keluarga
Terhadap Diet Hipertensi Di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016.
Jurnal Kesehatan. 2018;11(1):9–17.
Tyashapsari W. dkk, 2012. Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi Di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang. Majalah Farmaseutik, Vol. 8
No. 2. Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta.
Tommy Steven Johanes A, 2019. Hipertensi Esensial: Diagnosis dan Tatalaksana Terbaru pada
Dewasa. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Katolik Indonesia
Atma Jaya, Jakarta, Indonesia.
World Healt Organisation (WHO). (2020). Data Global Status Report on Communicable Disease
Yanti et all 2020. Hubungantingkat Pengetahuan Komplikasi Hipetensi Dengan Tindakan
Pencegahan Komplikasi. Jakarta Indonesia.
KUSIONER PENELITIAN
NAMA :
USIA :
JENIS KELAMIN :
Berikan tanda cheklist pada bagian yang sesuai dengan pernyataan dibawah ini !
6. Larutan madu merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki rasa
manis dan kental yang berwarna emas sampai coklat gelap dengan
kandungan gula yang tinggi serta lemak rendah.