Tugas PKMB Kelompok 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN MODERASI BERAGAMA


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan dan Moderasi Beragama
Dosen Pengampu : Dr. Jasiah, M.Pd

Dibuat oleh :
Kelompok 1
Muhammad Zidan (2314140062)
Iyot Masrun Yusup (2314140063)
Herpraditya Sinarpanggalih (23114140064)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


JURUSAN EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam,
yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya. Sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan maksimal tanpa halangan apapun. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Juga tak lupa kepada
keluarga, sahabat serta kita umat beliau hingga akhir zaman.

Tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dan Moderasi beragama yang di ampu oleh Dr.
Jasiah, M.Pd., selain itu kami sangat berharap makalah ini dapat membantu menambah
wawasan para pembaca tentang mata kuliah Kewarganegaraan dan Moderasi Beragama.
Kami mengakui dalam makalah ini mungkin masih banyak terjadi kekurangan sehingga
hasilnya jauh dari kesempurnaan.

Besar harapan kami dengan terselesaikannya makalah ini dapat menjadi bahan
tambahan bagi penilaian Dosen bidang studi dan mudah-mudahan isi dari makalah penulis
ini dapat diambil manfaatnya oleh semua pihak yang membaca makalah ini. Kami sangat
berharap semua pihak kiranya memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Terima Kasih.

Palangka Raya, 09 Februari 2023

Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan tinggi memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan
karakter bangsa. Mahasiswa merupakan agen perubahan sosial yang potensial, dan
Pendidikan tinggi mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan mahasiswa menjadi
individu yang berkarakter, berintegritas, dan memberikan kontribusi positif kepada
masyarakat. Negara saat ini menghadapi banyak tantangan yang kompleks, mulai dari krisis
nilai moral hingga konflik sosial yang bersumber dari perbedaan ideologi dan kepentingan.
Oleh karena itu, penting bagi perguruan tinggi untuk berperan aktif dalam
mengembangkan mahasiswanya menjadi individu yang memiliki kesadaran moral, memiliki
etika yang kuat, dan memiliki keinginan untuk menjadi pemimpin masa depan yang
bertanggung jawab. Apalagi tatanan sosial, budaya, dan ekonomi berubah dengan cepat
akibat globalisasi dan perkembangan teknologi informasi.
Perguruan tinggi harus mempersiapkan mahasiswanya menghadapi daya saing global
dengan tetap mengakar pada nilai-nilai lokal dan nasional yang menjadi identitasnya. Dalam
konteks ini, perguruan tinggi harus mampu menciptakan lingkungan pendidikan yang
mendukung pembentukan karakter bangsa dengan memadukan keunggulan akademik dengan
pengembangan nilai-nilai kebangsaan. Selain itu, tantangan lainnya adalah kesenjangan
antara kurikulum akademik dan kebutuhan pasar tenaga kerja serta persyaratan pembangunan
sosial. Perguruan tinggi harus menyesuaikan kurikulum mereka untuk memasukkan
pembelajaran karakter dan soft skill yang dibutuhkan siswa untuk sukses dalam kehidupan
sosial dan karir mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Karakter mahasiswa?
2. Tujuan serta Fungsi Pendidikan karakter!
3. Peran Perguruan Tinggi dalam membentuk karakter mahasiswa?
4. Pembentukan karakter mahasiswa?
5. Apa saja tantangan yang dihadapi perguruan tinggi dalam membentuk karakter
mahasiswa

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui penjelasan mengenai karakter mahasiswa.
2. Paham akan peran perguruan tinggi dalam pembentukan karakter.
3. Mengetatahui langkah-langkah pembentukan karakter mahasiswa.
4. Tahu serta paham akan tantangan yang dihadapi perguruan tinggi dalam membangun
karakter.
5. Mengetahui tantangan perguruan tinggi dalam membentuk karakter mahasiswa
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Karakter Mahasiswa
Karakter merupakan hal yang dapat diartikan sebagai tabiat, moral, watak, sifat-sifat
beserta perilaku yang membedakan antara setiap satu orang dengan orang lainnya. Karakter
seseorang tidak hanya ditentukan oleh perilaku baiknya, tetapi juga oleh keseluruhan pola
dan perilakunya sebagai individu. Karakter menggambarkan sifat moral seseorang, yang
tercermin dalam seluruh perilakunya dan mencakup unsur keberanian, ketekunan, kejujuran,
dan kesetiaan. Individu yang kompeten dan berbudi luhur adalah sumber daya manusia yang
dapat diandalkan, berbudi luhur, cerdas, dan kompetitif dalam menghadapi kesulitan global.
Karakter bawaan mahasiswa terdiri dari kebiasaan, sikap, pandangan dunia, dan budaya yang
telah dibentuk dan tertanam selama beberapa dekade oleh lingkungan pendidikan mereka.
Dalam perspektif anak didik yang telah berkembang menjadi individu dewasa, karakter
dianalogikan sebagai identitas diri. Identitas, menurut Berkowitz, adalah konsep diri yang
dibangun oleh individu. Sebagai hasil dari kehadirannya daları studi tentang contoh moral
hidup dan hipotetis, konsep identitas moral, sentralitas menjadi baik untuk citra diri
seseorang, telah menarik lebih banyak perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Masa remaja
sangat penting untuk pengembangan kesadaran diri dan identitas. Oleh karena itu, sangat
mungkin perkembangan sense of self sebagai agen moral terjadi secara bersamaan1.
Sebagai persiapan bagi generasi muda untuk menjadi warga negara, Sudrajat
menegaskan bahwa pendidikan tidak dapat dipisahkan dari otonomi atau pembebasan dan
penanaman proses berpikir kritis. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Pasal
85 Ayat 2 disebutkan bahwa tujuan Pendidikan Tinggi adalah untuk membentuk manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian,
sehat, berilmu dan cakap, kritis, dan kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, kewirausahaan,
demokratis, dan bertanggung jawab. Koesoema menekankan pentingnya hubungan relasional
antara orang-orang dalam dunia pendidikan dan lembaga lainnya, seperti keluarga dan
masyarakat. Hubungan ini sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan anak karena
lingkungan keluarga dan masyarakat merupakan tempat anak tinggal dan melakukan kegiatan
sosial sepulang sekolah. Oleh karena itu, sekolah, keluarga, dan masyarakat harus
membangun hubungan sinergis yang konstruktif. Hal ini sangat penting karena otonomi dan
penanaman pola berpikir kritis merupakan pilar masyarakat sipil yang dicari.
Pengembangan dan pertumbuhan karakter dapat terjadi secara bertahap sepanjang
proses pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai wadah formal bagi mahasiswa untuk terlibat
dalam proses pendidikan dan melanjutkan proses pembangunan karakter. Menurut Depdiknas
fungsi pendidikan karakter adalah sebagai berikut: (1) membangun kehidupan bangsa yang
multikultural; (2) membangun bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu memberikan
kontribusi bagi pembangunan kehidupan umat manusia; mengembangkan potensi dasar untuk
memiliki hati yang baik, pikiran yang baik, dan perilaku yang baik serta keteladanan yang
baik; dan (3) membangun sikap warga negara yang kurang memiliki nilai moral.2

1
Dwi Astuti and Sudrajat Sudrajat, ‘Promoting Inclusive Education for Social Justice in Indonesia’, 2020,
https://doi.org/10.2991/assehr.k.200130.037.
2
‘Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan » Republik Indonesia’, accessed 12 February 2024,
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/07/penguatan-pendidikan-karakter-jadi-pintu-masuk-
pembenahan-pendidikan-nasional.
B. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter
Pendidikan merupakan hal mendasar dalam pembangunan pribadi dan sosial, Guna
mempercepat laju pembangunan manusia yang harmonis sehingga dapat mengentaskan
masyarakat dari kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, kekerasan dan perang, serta dalam
pendidikan karakter. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, pendidikan karakter
bertujuan untuk mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa atau Pancasila,
yang meliputi:3
1) Mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang berhati baik, pemikir yang baik
dan berbuat baik.
2) Berdirinya negara yang berwatak Pancasila.
3) Mengembangkan potensi masyarakat agar mampu menampilkan sikap percaya diri,
bangga terhadap negara dan bangsa, serta cinta kemanusiaan.
Pak Ramli menambahkan, pendidikan karakter mempunyai hakikat dan makna yang sama
dengan pendidikan akhlak dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah untuk mengembangkan
karakter anak agar menjadi pribadi yang baik, anggota masyarakat, dan warga negara.
Standar seseorang yang baik, warga negara yang baik, dan suatu masyarakat atau bangsa
pada umumnya merupakan nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak diantaranya dipengaruhi
oleh budaya suatu masyarakat atau bangsa.
Oleh karena itu hakikat pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia
adalah pendidikan nilai, yaitu pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya
bangsa Indonesia sendiri dalam konteks. Pengembangan kepribadian generasi muda.
Pendidikan karakter juga bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di perguruan tinggi, yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan
akhlak mulia sehingga membentuk mahasiswa yang secara utuh, terpadu, dan
seimbang.Standar kompetensi dicapai sesuai dengan derajatnya.
Tujuan pendidikan karakter adalah mencapai tujuan agar peserta didik dapat secara
mandiri meningkatkan dan menerapkan ilmu pengetahuan, mempelajari dan
menginternalisasikan, serta mengindividualisasikan nilai-nilai akhlak dan akhlak mulia.
dalam tindakan nyata sehari-hari.
Dari penjelasan di atas maka dapat diartikan bahwa Pendidikan karakter pada intinya
bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu
pengetahuan dan teknologi. Yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang
Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Sedangkan fungsi Pendidikan karakter menurut Kemendiknas, adalah;4
1) membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural;
2) membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu
berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan ummat manusia; mengembangkan

3
Rosa Susanti, ‘PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DI KALANGAN MAHASISWA’, Al-Ta lim Journal 20, no. 3
(21 November 2013): 480–87, https://doi.org/10.15548/jt.v20i3.46.
4
Dahlan Muchtar and Aisyah Suryani, ‘Pendidikan Karakter Menurut Kemendikbud’, Edumaspul: Jurnal
Pendidikan 3, no. 2 (5 October 2019): 50–57, https://doi.org/10.33487/edumaspul.v3i2.142.
potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik serta
keteladanan baik;
3) membangun sikap warganegara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup
berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni.
Sebagai tambahan Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum Kementrian
Pendidikan Nasional menjelaskan secara rinci tentang fungsi pendidikan karakter sebagai
berikut:
a) Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan
warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
b) Mengembangkan kebiasaan dan perilakupeserta didik yang terpuji dan sejalan dengan
nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious
c) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa
d) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif,
berwawasan kebangsaan
e) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang
aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang
tinggi dan penuh kekuatan.
Pusat Kurikulum Kemendiknas menyatakan bahwa secara khusus Pendidikan karakter
memiliki tiga fungsi utama, yaitu:5
a. Pembentukan dan Pengembangan Potensi
Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau
warga negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai
dengan falsafah hidup Pancasila.
b. Perbaikan dan Penguatan
Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter manusia dan warga negara
Indonesia yang bersifat negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan,
masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam
pengembangan potensi manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter,
maju, mandiri, dan sejahtera.
c. Penyaring
Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan
menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia
dan warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat. Dapat
disimpulkan bahwa fungsi pendidikan karakter adalah mengembangkan potensi dasar
agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik, kemudian memperkuat dan
membangun perilaku bangsa yang multikultur dan meningkatkan peradaban bangsa
yang kompetitif dalam pergaulan dunia.

C. Peran Perguruan Tinggi dalam Membangun Karakter Mahasiswa

5
‘16204080020_BAB-II_SAMPAI_BAB-III.Pdf’, accessed 12 February 2024,
https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41220/2/16204080020_BAB-II_SAMPAI_BAB-III.pdf.
Pendidikan pada hakikatnya adalah membiasakan peserta didik untuk mengenali,
mengetahui, memahami, dan menerapkan nilai-nilai luhur yang disepakati bersama sebagai
suatu bangsa. Nilai-nilai luhur tersebut berakar pada masyarakat sekitar baik dalam bentuk
tekstual maupun kontekstual. Selain itu, pendidikan juga membiasakan peserta didik untuk
mengenal, mengetahui, dan menerapkan nilai-nilai baru (asing) yang bermanfaat bagi
kepentingan individu dan bangsa. Dengan kata lain, menurut Zamroni, pendidikan
mempunyai peran ganda dalam konteks kehidupan bernegara dan berbangsa. Pertama,
pendidikan merupakan upaya nasional yang dilakukan secara sistematis untuk menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan merupakan salah satu cara melestarikan kebudayaan bangsa
dari generasi ke generasi. Kedua, pendidikan juga harus berperan sebagai upaya mewujudkan
perubahan sosial secara sadar dan sistematis menuju tatanan sosial baru sejalan dengan
perkembangan zaman. Dengan kata lain, pendidikan merupakan upaya untuk mewariskan
nilai-nilai lama dan baru dari satu generasi ke generasi berikutnya.6
Dalam menjalankan misinya, sistem Pendidikan nasional sekurang-kurangnya
mempunyai tiga tugas besar. Pertama, tanggung jawab konstitusional yang secara jelas
tertuang dalam UUD 1945. Kedua, tanggung jawab ekonomi, yaitu memastikan masyarakat
memiliki akses terhadap sumber daya ekonomi untuk menjamin kehidupan yang layak
dengan pendapatan yang memadai. Ketiga, tanggung jawab sosial: memberikan kesempatan
yang penuh dan setara dalam mengakses pendidikan tanpa memandang gender, suku, atau
agama.
Dari sudut pandang obyektif, pendidikan pada hakikatnya mengajarkan kepada
peserta didik keterampilan dasar (peningkatan kemampuan intelektual) dan keterampilan
nyata (penerapan ilmu pengetahuan), atau yang sekarang disebut dengan kecakapan hidup
(life skill) yang dimaksudkan untuk melekat. Namun menggabungkan keduanya juga
memerlukan kompetensi mental, yaitu sikap perilaku yang konsisten, yang harus disertakan
dalam proses pendidikan itu sendiri yang dimaksud dengan perilaku pernafasan disini adalah
nilai budaya masyarakat tempat pendidikan berlangsung, atau kearifan lokal (local genius)
tempat pendidikan berlangsung.
Hal ini pula yang menjadi dasar munculnya ide kurikulum dengan muatan lokal.
Perguruan Tinggi (PT) tergabung dalam peranan, fungsi, tanggung jawab dan tujuan
pendidikan dan sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, lembaga pendidikan ini
merupakan salah satu instrumen nasional yang dikaitkan dengan fungsi tiga dharma. satu.
Pendidikan yang lebih tinggi. Perguruan tinggi pada jenjang tertinggi jenjang pendidikan
lainnya juga bertugas mengembangkan potensi generasi muda agar menjadi generasi ideal
sesuai dengan keinginan ideologi Pancasila dan UUD 1945. Generasi muda ideal inilah yang
dikenal sebagai generasi muda yang memiliki jati diri dan karakter Indonesia. Globalisasi
boleh saja terjadi, namun kita tidak boleh tenggelam dalam arus, dan akar bahasa Indonesia
harus tetap tertanam kuat di generasi muda.
Untuk mencapai tujuan tersebut, universitas menawarkan mata kuliah wajib yang
terdiri dari kelompok kelompok kemampuan, kejuruan, mata kuliah umum, dan mata kuliah
pengembangan kepribadian (MPK). Tentang PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan menyatakan bahwa kurikulum pada tingkat kredit PT harus mencakup

6
‘Bpk-Mengenal-Filsafat-Pendidikan.Pdf’, accessed 12 February 2024,
https://staffnew.uny.ac.id/upload/131763780/pendidikan/bpk-mengenal-filsafat-pendidikan.pdf.
mata kuliah pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan bahasa Indonesia,
dan pendidikan bahasa Inggris. Bahkan, sejumlah pimpinan PT, khususnya di Pulau Jawa,
telah meminta Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional untuk
mengembalikan pendidikan Pancasila dan pendidikan karakter moral sebagai bagian dari
MPK, sebagaimana diatur sebelumnya. Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 038/U/2002.
Tujuan mata kuliah ini adalah untuk mengembangkan individualitas agar mahasiswa
mempunyai jati diri dan karakter bangsa.
Belakangan ini juga muncul wacana program promosi perdamaian “peace building
cultural internalization”, sebuah proses internalisasi budaya yang hanya bisa diwujudkan
melalui penguatan masyarakat cair. Di masyarakat, tempat ini disediakan oleh lembaga
pendidikan, termasuk perguruan tinggi, tempat anak negeri ini berkumpul dalam dunia yang
tidak hanya memberikan pencerahan intelektual, tetapi juga memperkuat budaya solidaritas.
Oleh karena itu, tujuan pendidikan kita tidak lagi sebatas menghasilkan manusia yang
cerdas, religius, beriman dan bermoral, tetapi juga menghasilkan manusia yang berwawasan
luas dan cinta damai.
Pada tahun 2002, sebuah upaya dilakukan di Aceh untuk mengembangkan kurikulum
perdamaian yang mirip dengan pembangunan perdamaian, namun hal ini baru dimulai pada
tingkat sekolah dasar dan menengah di bawah naungan UNESCO. Ide tersebut lahirkarena
didasarkan pada kenyataan bahwa Aceh merupakan salah satu dari wilayah di wilayah
tersebut yang telah lama dilanda konflik.7
Pertanyaan yang belum terselesaikan sejauh ini adalah mengapa upaya tersebut belum
membuahkan hasil yang diharapkan. Hipotesis yang sering dikemukakan adalah pendidikan
kita masih mengikuti aliran pemikiran Platonis, menekankan aspek kognitif dan mengabaikan
aspek emosional dan psikomotorik.Buktinya, tidak jelas apakah siswa dengan nilai pada
mata pelajaran agama dapat atau akan melakukan 10 amalan keagamaan dengan nilai yang
sama.
D. Pembentukan Karakter Mahasiswa
Pendidikan karakter membantu anak menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku
serta mengambil keputusan yang baik sehingga dapat hidup kooperatif dengan keluarga,
masyarakat, dan bangsa. Pendidikan karakter tidak bisa dilakukan secara instan, sehingga
untuk mencapai karakter ideal, peserta didik perlu dilatih secara sungguh-sungguh,
berkesinambungan, dan seimbang.
Pendidikan karakter membentuk individu yang bermoral dengan menciptakan struktur
dan lingkungan yang mendukung pertumbuhan moralnya. Untuk itu, masyarakat perlu
mewujudkan pendidikan karakter di lembaga pendidikan. Perkembangan kepribadian
menuntut manusia tidak hanya memenuhi misi kodratinya untuk hidup Bersama dalam
masyarakat, tetapi juga sebagai makhluk yang mampu menentukan nasib sendiri melalui
kebebasan, menyikapi tawaran supranaturalnya, dan mengatasi pemikiran. Diperlukan
keyakinan yang mendalam bahwa pertumbuhan akan terus berlanjut.

7
‘Jusuf Kalla: Perdamaian Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat Aceh’, accessed 12 February 2024,
https://acehprov.go.id/berita/kategori/ekonomi/jusuf-kalla-perdamaian-tingkatkan-kesejahteraan-
masyarakat-aceh.
Ada kebutuhan mendesak akan partisipasi semua pihak dalam pendidikan karakter
siswa. Perguruan tinggi mempunyai peran dalam menciptakan iklim akademik yang
mendukung dan mengembangkan kurikulum yang mendukung pengembangan karakter
mahasiswa. Sistem pendidikan dan lembaga pendukungnya merupakan bagian dari upaya
menciptakan suasana akademik. Dosen melaksanakan tugas dan tanggung jawab profesional
dalam mempraktikkan pendidikan karakter bagi mahasiswa.
Pemerintah memainkan peran penting dalam memasukkan pendidikan karakter ke
dalam peraturan perundang-undangan. Hal ini antara lain terjadi dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Sistem pendidikan
tinggi juga perlu terus dievaluasi agar dapat mengikuti perkembangan dari waktu ke waktu
serta perubahan perilaku dan kepribadian mahasiswa.
Lingkungan mempunyai peranan yang sama. Keluarga dan masyarakat merupakan
lingkungan yang sangat dominan yang dapat membentuk dan mempengaruhi kepribadian
setiap orang khususnya siswa. Orang tua merupakan pendukung utama keluarga, dan
perannya menentukan prestasi akademik anak. Perhatian orang tua yang penuh kasih sayang
terhadap pendidikan anaknya akan menjadikan aktivitas anaknya sebagai peluang yang
sangat berharga untuk membentuk masa depannya . Masyarakat merupakan lingkungan
tempat tinggal siswa dan oleh karena itu juga mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan kepribadian . Komunitas yang paling mungkin mempengaruhi mahasiswa
adalah mereka yang berada di lingkungan kampus, sesama mahasiswa di seluruh universitas
dan institusi pendidikan tinggi, dan instruktur yang setidaknya pernah mengajar mereka.
Lingkungan apa yang paling berpengaruh terhadap kepribadian mahasiswa? Jawaban
atas pertanyaan ini perlu dipertimbangkan lebih lanjut untuk memastikan bahwa bentuk
pernyataan tanggapannya tidak bersifat menghakimi.
E. Tantangan Yang Dihadapi Perguruan Tinggi dalam Membentuk Karakter
Mahasiswa
Pada era globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, peran perguruan tinggi
dalam membentuk karakter mahasiswa menjadi semakin penting. Mahasiswa tidak hanya
dituntut memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, namun juga memiliki karakter yang kuat,
bermoral dan berintegritas agar dapat menjadi pemimpin bangsa.8
Kali ini kami membahas berbagai tantangan yang dihadapi perguruan tinggi dalam
mengembangkan karakter mahasiswa, antara lain pengaruh budaya individualisme,
keragaman latar belakang mahasiswa, dan keterbatasan sumber daya.
Kami juga mendiskusikan strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi tantangan
ini, termasuk mengembangkan kurikulum yang mengintegrasikan pendidikan karakter,
berkolaborasi dengan beragam pemangku kepentingan, dan memanfaatkan teknologi.
Beberapa tantangan yang dihadapi universitas dalam mendidik mahasiswanya yang
berkarakter antara lain:9
8
itszah, ‘Peran Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan Di Era Digital’, ITS News (blog), 3 July 2023,
https://www.its.ac.id/news/2023/07/03/peran-mahasiswa-sebagai-agen-perubahan-di-era-digital/.
9
UIN Raden Mas Said Surakarta, ‘Menyongsong Tantangan Mahasiswa Pendidikan di Zaman Sekarang’,
www.uinsaid.ac.id, accessed 12 February 2024, https://www.uinsaid.ac.id/id/menyongsong-tantangan-
mahasiswa-pendidikan-di-zaman-sekarang.
1. Kurikulum yang berfokus pada akademik.
Salah satu tantangan terbesar adalah kurikulum. Ini mengabaikan pengembangan
kepribadian dan berfokus pada aspek akademik seperti pengetahuan teknis dan
keterampilan.Karena keterbatasan waktu dan sumber daya, seringkali sulit bagi
universitas untuk menawarkan kursus dan kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus
pada pendidikan karakter.
2. Keterbatasan sumber daya manusia.
Perguruan tinggi mungkin memiliki sumber daya manusia yang terbatas, baik dari
segi jumlah dosen maupun keterampilan dan kemampuan untuk mendukung
pengembangan karakter mahasiswa. Kurangnya pelatihan khusus pendidikan karakter
dapat menjadi kendala dalam melakukan konseling dan pendampingan siswa.
3. Tantangan Budaya dan Lingkungan.
Budaya kampus yang tidak mendukung atau bahkan bertentangan dengan nilai moral
dan etika juga menjadi tantangan. Lingkungan yang kompetitif atau individualistis
dapat meningkatkan perilaku tidak etis seperti kecurangan dan mengabaikan
kejujuran.
4. Tantangan Teknologi dan Media Sosial.
Perkembangan teknologi dan media social membawa tantangan baru dalam
pengembangan kepribadian siswa. Kemudahan akses terhadap informasi dan interaksi
online dapat mengurangi interaksi sosial tatap muka dan berdampak pada
pengembangan keterampilan interpersonal dan empati.
5. Tantangan nilai dan ideologi.
Perguruan tinggi dapat menghadapi tantangan dalam mengelola keberagaman nilai
dan ideologi di kalangan mahasiswa dan dosen. Konflik nilai dan perbedaan pendapat
dapat mempengaruhi upaya universitas untuk mempromosikan nilai-nilai karakter
yang diinginkan.
6. Tantangan evaluasi dan pengukuran.
Mengevaluasi efektivitas program pendidikan karakter juga merupakan sebuah
tantangan. Mengukur perubahan kepribadian siswa lebih sulit dibandingkan
mengukur kemampuan akademik, serta memerlukan metode evaluasi yang
komprehensif dan tepat.
7. Tantangan Partisipasi Mahasiswa.
Tantangan lainnya adalah mendorong partisipasi siswa dalam kegiatan pembentukan
karakter. Beberapa siswa tidak mengikuti kegiatan organisasi atau tidak terlalu
tertarik untuk mengembangkan aspek kepribadiannya.
8. Tantangan perubahan sosial dan lingkungan.
Perguruan tinggi terus beradaptasi dengan dinamika yang berkembang guna
membentuk karakter mahasiswa dan menjaga kehadiran sosial sejalan dengan
kebutuhan universitas. sebuah tantangan karena adanya kebutuhan.
9. Keberagaman latar belakang mahasiswa.
Perguruan tinggi di Indonesia memiliki mahasiswa yang berasal dari latar belakang
budaya, agama, dan sosial ekonomi yang beragam.
Tantangannya adalah menciptakan lingkungan yang inklusif dan toleran serta
mengembangkan program pendidikan karakter yang mempertimbangkan
keberagaman tersebut.
10. Kurangnya dukungan orang tua dan masyarakat.
Peran orang tua dan masyarakat sangat penting dalam mendukung pengembangan
karakter siswa. Universitas harus bermitra dengan orang tua dan masyarakat melalui
program pendidikan dan komunikasi yang efektif.
Penting bagi perguruan tinggi untuk menyadari dan mengatasi tantangan-tantangan ini
jika ingin berhasil mendidik mahasiswa yang berkarakter, siap menghadapi tantangan masa
depan dengan integritas dan standar moral yang tinggi. Membentuk mahasiswa berkarakter
merupakan tanggung jawab bersama. Baik Perguruan tinggi, orang tua, dan masyarakat perlu
bersinergi untuk menciptakan generasi muda yang bermoral, berintegritas, dan siap
berkontribusi bagi bangsa.10

10
PUSTIKOM-UNG, ‘MEMBANGUN KARAKTER MAHASISWA : SUKSES AKADEMIS DAN ORGANISASI - JUMADI
MORI SALAM TUASIKAL - UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO’, dosen.ung.ac.id, accessed 12 February 2024,
https://dosen.ung.ac.id/JumadiTuasikal/home/2020/9/23/membangun-karakter-mahasiswa-sukses-akademis-
dan-organisasi.html.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan karakter pada perguruan tinggi sangat diperlukan untuk membentuk dan
mengembangkan peserta didik yang berkarakter sesuai dengan nilai-nilai luhur ideologi
bangsa Indonesia serta memperkuat karakter yang telah diperoleh peserta didik dari jenjang
pendidikan sebelumnya. Selain itu, penting sekali pendidikan karakter diterapkan di
perguruan tinggi. Pasalnya, banyak dari ilmuwan yang cerdas namun kurang berkarakter
sehingga sulit berinteraksi dan bersaing dengan ilmuwan dari negara lain.
Implementasi pendidikan karakter dikalangan peserta didik harus dilakukan tidak
hanya di dunia akademis, namun, juga bekerjasama dengan pemangku kepentingan, dalam
hal ini orang tua dan masyarakat. Salah satu pilihan adalah menawarkan atau
menyelenggarakan lokakarya, buletin, atau brosur tentang membangun karakter siswa dalam
keluarga dan komunitas. Terakhir, perlu dilakukan pendalaman konsep filosofis atau teoritis
tentang pentingnya pendidikan karakter, dan perlu juga mempertimbangkan langkah-langkah
efektif untuk melanjutkan pendidikan karakter di masa depan.
Karakter mahasiswa itu penting Penelitian pengembangan pendidikan di Indonesia
yang merupakan aspek utama. Perkembangan karakter mahasiswa menentukan karakter
warga negara generasi mendatang. Peran aktif perguruan tinggi sebagai wadah bagi semua
pihak khususnya mahasiswa yang ingin menuntut ilmu pada jenjang tertinggi sangat
diperlukan. pemerintah dan masyarakat.
Meskipun hasil akhir kepribadian mahasiswa bukan semata-mata tanggung jawab
perguruan tinggi, namun proses pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi penting dalam
menentukan seberapa baik kepribadian seorang mahasiswa akan berkembang menjadi warga
negara yang berkewarganegaraan dan seberapa baik ia akan berkembang. akan dapat hidup
dalam masyarakat. Anda paling bertanggung jawab untuk memutuskan apa yang Anda
lakukan.di masyarakat
B. Saran
Dengan ditulisnya makalah ini, kami penulis berharap para pembaca dapat
mengetahui dan dapat mengerti tentang Peran Perguruan Tinggi dalam Membentuk
Mahasiswa Berkarakter bangsa. Selain itu, penulis juga berharap dengan adanya makalah ini
dapat memberikan kita semua wawasan tambahan yang akan berguna pada kehidupaan
sehari-hari. Apabila terdapat kesalahan pada makalah ini, mohon agar sekira nya pembaca
dapat memberikan masukan serta saran kepada penulis agar kedepannya dapat menjadi lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
‘16204080020_BAB-II_SAMPAI_BAB-III.Pdf’. Accessed 12 February 2024.
https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41220/2/16204080020_BAB-
II_SAMPAI_BAB-III.pdf.
Astuti, Dwi, and Sudrajat Sudrajat. ‘Promoting Inclusive Education for Social Justice in
Indonesia’, 2020. https://doi.org/10.2991/assehr.k.200130.037.
‘Bpk-Mengenal-Filsafat-Pendidikan.Pdf’. Accessed 12 February 2024.
https://staffnew.uny.ac.id/upload/131763780/pendidikan/bpk-mengenal-filsafat-
pendidikan.pdf.
itszah. ‘Peran Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan Di Era Digital’. ITS News (blog), 3 July
2023. https://www.its.ac.id/news/2023/07/03/peran-mahasiswa-sebagai-agen-
perubahan-di-era-digital/.
‘Jusuf Kalla: Perdamaian Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat Aceh’. Accessed 12
February 2024. https://acehprov.go.id/berita/kategori/ekonomi/jusuf-kalla-
perdamaian-tingkatkan-kesejahteraan-masyarakat-aceh.
‘Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan » Republik Indonesia’. Accessed 12 February
2024. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/07/penguatan-pendidikan-
karakter-jadi-pintu-masuk-pembenahan-pendidikan-nasional.
Muchtar, Dahlan, and Aisyah Suryani. ‘Pendidikan Karakter Menurut Kemendikbud’.
Edumaspul: Jurnal Pendidikan 3, no. 2 (5 October 2019): 50–57.
https://doi.org/10.33487/edumaspul.v3i2.142.
PUSTIKOM-UNG. ‘MEMBANGUN KARAKTER MAHASISWA : SUKSES AKADEMIS
DAN ORGANISASI - JUMADI MORI SALAM TUASIKAL - UNIVERSITAS
NEGERI GORONTALO’. dosen.ung.ac.id. Accessed 12 February 2024.
https://dosen.ung.ac.id/JumadiTuasikal/home/2020/9/23/membangun-karakter-
mahasiswa-sukses-akademis-dan-organisasi.html.
Surakarta, UIN Raden Mas Said. ‘Menyongsong Tantangan Mahasiswa Pendidikan di Zaman
Sekarang’. www.uinsaid.ac.id. Accessed 12 February 2024.
https://www.uinsaid.ac.id/id/menyongsong-tantangan-mahasiswa-pendidikan-di-
zaman-sekarang.
Susanti, Rosa. ‘PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DI KALANGAN
MAHASISWA’. Al-Ta lim Journal 20, no. 3 (21 November 2013): 480–87.
https://doi.org/10.15548/jt.v20i3.46.

Anda mungkin juga menyukai