Anda di halaman 1dari 1

Jendela yang berada di hadapan pemilik sepasang mata yang berkaca indah itu ditatap kosong tanpa

sebarang reaksi. Sosok jelita itu kelihatan hanya kekal terduduk di bangku yang terukir sempurna
dengan alunan batik yang menjalar indah di setiap bahagian tempat duduknya, menampakkan ciri-
ciri seseorang yang berstatus kerabat. Pemikiran yang berdenyut memberikan kesakitan yang jelas
di dahi mulus tuan badan. Selintas yang difikirnya hanya menampakkan lagi riak ketandusan dan
keluhan di bibir pucat gadis itu. Pandangan matanya membawa kepada ruangan yang tidak sirna dan
terus menerus ditatap walau dengan imaginasi yang kosong. Seketika terdengar monolog perlahan
yang terluah dalan keadaan sayu.

“Royze…kembalilah ke mahaku, mahaku merinduimu, terlalu merinduimu, sakit itu tidak perlu
diucap, cukup dengan melihat penderitaan yang telah kau berikan ke diri tunggal tidak bertali ini...”

Suara yang dielus keluar terdengar paksaan dari diri gadis tersebut sejak sekian lama tuan empunya
diri terdiam membisu , hanya membiarkan dirinya terbiar di hadapan langsir yang ditiup angin mati ,
berdampingan dengan kamar yang tersergam indah. Biar keanggunan dan kemewahan jelas di mata
setiap yang melihat, namun itu semua hanyalah seperti fatamorgana mati dalam si gadis,
semangatnya sudah dibawa pergi oleh seorang sosok yang setia ditunggunya

Walau sudah 1000 tahun lamanya berlalu…

“Adik, cepatla datang sini!” kedengaran suara jeritan dari seorang gadis yang memanggil

Anda mungkin juga menyukai