Anda di halaman 1dari 41

USULAN PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT KECEMASAN


PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP INFERTILITAS

Oleh :
YULIANTRI
NIM 2281A0544

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
STRADA INDONESIA
2023
USULAN PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT KECEMASAN PASANGAN


USIA SUBUR (PUS) TERHADAP INFERTILITAS

Disusun untuk Memenuhi Gelar Sarjana Kebidanan (S.Keb)


dalam Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia

Oleh :
YULIANTRI
NIM 2281A0544

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
STRADA INDONESIA
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT KECEMASAN


PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP INFERTILITAS

Diajukan Oleh :

YULIANTRI
NIM 2281A0544

USULAN PENELITIAN INI TELAH DISETUJUI

Pada tanggal, September 2023


Pembimbing

Nining Istighosah, SST, M.Keb


NIDN. 0712048203

Mengetahui
Dekan Fakultas Keperawatan & Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Dr. Agusta Dian Elia..S.Kep,.Ns,.M.Kep


NIDN. 0720088503
HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT KECEMASAN


PASANGAN USIA SUBUH (PUS) TERHADAP INFERTILITAS

Oleh :

YULIANTRI
NIM 2281A0544

Usulan Penelitian ini telah disetujui dan dinilai


Oleh Panitia Penguji
Pada Program Studi S1 Kebidanan
Pada hari , Tanggal September 2023

PANITIA PENGUJI

Ketua : (.....……….……….)

Anggota : 1. (.....……….……….)

2. (.....……….……….)

Mengetahui
Dekan Fakultas Keperawatan & Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Dr. Agusta Dian Elia..S.Kep,.Ns,.M.Kep


NIDN. 0720088503
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga usulan penelitian yang

berjudul “HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT KECEMASAN

PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP INFERTILITAS“ dapat

diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meneruskan jenjang

penelitian pada Program Studi S1 Kebidanan di IIK STRADA Indonesia.

Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr Sentot Imam Suprapto.,MM,. selaku Rektor IIK STRADA Indonesia yang

telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan di Program Studi Kebidanan.

2. Dr. Agusta Dian Elia..S.Kep,.Ns,.M.Kep Selaku Dekan Fakultas Kebidanan

Dan Keperawatan IIK STRADA Indonesia

3. Riza Tsalatsatul Mufida, SST., M.Keb., selaku Kaprodi S1 Kebidanan Institut

Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia.

4. Nining Istighosah, SST., M.Keb. selaku pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan pada penyusunan proposal penelitian ini,

sehingga dapat terselesaikan.

5. Maryuni, S.KM, M.KM., selaku Kepala Puskesmas UPT Puskesmas

Rumbiayang membantu memfasilitasi dalam memberikan data, informasi,

serta memberikan masukan dan motivasi dalam menyelesaikan proposal ini.


6. Responden penelitian yang bersedia membantu dan mengikuti proses

penelitian.

7. Orang tua, dan keluarga terimakasih atas dukungan dan doa selama ini.

8. Teman-teman seperjuangan S1 Kebidanan Kelas B2 yang telah memberikan

dorongan semangat.

9. Semua pihak yg membantu dalam penyelesaian usulan penelitian ini, yang

tidak dapat penulis sebut satu persatu namanya, semoga kebaikan selalu

menyertai.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Usulan Penelitian ini masih

jauh dari sempurna. Untuk itu segala kritik dan saran dari semua pihak sangatlah

kami butuhkan demi kesempurnaan Usulan Penelitian ini. Semoga Usulan

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya. Aamiin.

Kediri, September 2023

Peneliti

1
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.................................................................................................. i
Surat Pernyataan............................................................................................... ii
Halaman Persetujuan........................................................................................ iii
Halaman Penetapan Panitia Penguji.................................................................
Kata Pengantar .................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
Daftar Gambar..................................................................................................
Daftar Tabel .....................................................................................................
Daftar Lampiran ...............................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang ...........................................................................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................
1. Manfaat teoritis .......................................................................................
2. Manfaat praktis .......................................................................................
E. Keaslian Penelitian ......................................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ............................................................................................
1.K o n s e p Konseling ...............................................................................
2.Konsep Kehamilan....................................................................................
3.Konseling bidan pada ibu hamil terhadap persalinan.............................
B. Kerangka Konsep ........................................................................................
C. Hipotesis ......................................................................................................
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .........................................................................................
B. Kerangka Kerja............................................................................................
C. Populasi, Sampel, dan Sampling .................................................................
1. Populasi ..................................................................................................
2. Sampel ..................................................................................................
3. Sampling ................................................................................................
D. Variabel Penelitian .....................................................................................
E. Definisi Operasional ....................................................................................
F. Lokasi Penelitian .........................................................................................
G. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................
H. Analisis Data ...............................................................................................
I. Etika penelitian ............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................


LAMPIRAN ...................................................................................................

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infertilitas merupakan suatu masalah yang dihadapi pasangan suami

istri yang telah menikah, melakukan hubungan seksual teratur selama

minimal satu tahun, tanpa menggunakan kontrasepsi, namun belum

mendapatkan kehamilan. Infertilitas dapat bersifat primer maupun

sekunder. Infertilitas primer yaitu istri belum pernah mendapatkan

kehamilan walau berhubungan seksual secata teratur sekurang-kurangnya

dalam satu tahun tanpa kontrasepsi dan infertilitas sekunder yaitu istri

sudah pernah mengalami kehamilan namun tidak berhasil hamil lagi walau

berhubungan seksual secara teratur sekurang-kurangnya dalam satu tahun

tanpa kontrasepsi. Secara umum, infertilitas primer lebih sering terjadi

dibandingkan infertilitas sekunder.

Menurut World Health Organizatian (WHO) memperkirakan 50-80

juta pasangan yang mengalami kesulitan mendapatkan keturunan. Sekitar

10-15% dari pasangan usia subur mengalami masalah infertilitas. Jumlah

pasangan infertil sebanyak 36% diakibatkan adanya kelainan dari si ayah,

sedangakan 64% berada pada si ibu. Hal ini dialami 17% pasangan yang

sudah menikah lebih dari 2 tahun belum mengalami tanda-tanda

kehamilan bahkan sama sekali belum pernah hamil (USU, 2020)

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa ketika

seorang wanita semakin berumur, maka semakin kecil pula kemungkinan

3
wanita tersebut untuk hamil. 3 Kejadian infertilitas berbanding lurus

dengan pertambahan usia wanita. Wanita yang sudah berumur akan

memiliki kualitas oosit yang tidak baik akibat adanya kelainan kromoson

pada oosit tersebut. Bertambahnya umur wanita pada PUS, tentu

bertambah pula lama pernikahan pada PUS tersebut. Selain itu, semakin

lama pasangan menikah tapi belum dikaruniai keturunan, maka semakin

penting upaya dan perhatian agar ibu dapat hamil. Selain itu, lama

infertilitas perlu dikaji dalam merancang atau melaporkan penelitian

ilmiah dan klinis tentang infertilitas. Lama infertilitas berbanding lurus

dengan lama pernikahan, sehingga dalam hal ini lama pernikahan juga

akan mempengaruhi kecemasan pada pasangan yang mengalami

infertilitas.

Menurut WHO, infertilitas merupakan penyakit yang disebabkan

gangguan fungsi yang menimbulkan kecacatan (ZegersHochschild et al.,

2017). WHO menempatkan infertilitas sebagai kecacatan paling serius

kelima di dunia (Deshpande & Gupta, 2019).

The World Health Organization (WHO) tahun 2020

memperkirakan kejadian infertilitas (8-10%) pasangan usia subur

mengalami masalah kesuburan. Infertilitas mempengaruhi jutaan orang

usia reproduksi di seluruh dunia dan berdampak pada keluarga dan

komunitas mereka. Perkiraan menunjukkan bahwa antara 48 juta pasangan

dari 186 juta orang hidup mengalami infertilitas secara global. WHO juga

memperkirakan sekitar 50-80 juta pasutri (1 dari 7 pasangan) memiliki

4
masalah infertilitas, dan setiap tahun muncul sekitar 2 juta pasangan

infertil (WHO, 2020).

Di perkirakan sekitar 10-15% Pasangan Usia Subur (PUS)

mengalami infertilitas. Pada negara berkembang infertilitas terjadi lebih

tinggi yaitu sekitar 30% dibandikan dengan negara maju yang hanya 5-8

%. Prevelensi infertilitas di Asia yaitu 43,7% di Turkmenistan, 30,8% di

Kamboja, 10% di Kazakhtan, dan 21,3% di Indonesia.

Prevalensi infertilitas pada perempuan usia subur diperkirakan 1:7

di negara-negara barat dan 1:4 di negara-negara berkembang. Di beberapa

negara Asia Selatan, sub-Sahara Afrika, Timur Tengah, Afrika Utara,

Eropa Tengah, Eropa Timur, dan Asia Tengah, tingkat infertilitas

penduduknya mencapai 30% (Mascarenhas et al., 2012).

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012

kejadian infertil di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahun.

Prevalensi pasangan infertil di Indonesia tahun 2013 adalah 15-25% dari

total populasi usia reproduksi. Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia

(PERFITRI) mencatat bahwa penduduk usia reproduktif di Indonesia

sebanyak 75,7 juta jiwa, dan diperkirakan terdapat sekitar 7,5 juta

penduduk usia reproduktif yang mengalami infertilitas. Di Jawa Barat,

populasi infertil diperkirakan sebesar 1,3 juta jiwa.

Prevalensi infertilitas di Indonesia saat ini adalah 12-15% dari 40

juta pasangan usia subur yang mengalami masalah dalam kesuburan.

Banyaknya pasangan infertilitas di Indonesia dapat diperhitungkan dari

5
banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang

masih hidup. Menurut sensus penduduk terdapat 12%, baik di desa

maupun di kota atau sekitar 3 juta pasangan infertil tersebar di seluruh

Indonesia (Fauziyah, 2016).

Tidak sedikit kasus infertilitas yang ada di seluruh dunia, sekitar 80

juta pasangan usia subur mengalami infertilitas. Di Indonesia, sebanyak

21,3% pasangan suami istri mengalami masalah infertilitas dan meningkat

setiap tahun (Harzif et al., 2019). Pada pasangan yang mengalami

infertilitas, salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memiliki

keturunan adalah In Vitro Fertilization (IVF atau bayi tabung) (Sutanto,

2018). IVF adalah prosedur yang dikembangkan untuk menghasilkan

kehamilan melalui proses pembuahan di luar tubuh (Dharma et al., 2019).

Program bayi tabung merupakan salah satu upaya yang banyak diminati

oleh pasangan suami istri infertil. Tingkat keberhasilan bayi tabung berada

di angka 35- 42% di berbagai pusat IVF di dunia. Di Indonesia, tingkat

keberhasilan kehamilan melalui program bayi tabung adalah 28,57% (Putri

et al., 2021). Adanya program bayi tabung ini memunculkan harapan bagi

pasangan infertil untuk memiliki keturunan (Wulaningsih, 2021), sehingga

secara tidak langsung masalah infertilitas yang mereka hadapi dapat

teratasi. Ketika pasangan suami istri melakukan program bayi tabung,

mereka memiliki harapan yang tinggi serta beban psikologis dan

psikososial yang tinggi pula (Anisah & Rachmawati, 2022). Pada

penelitian Heredia et al (2019), pasien yang akan menjalani program bayi

6
tabung menunjukkan tingkat stress yang tinggi dan tingkat kecemasan

yang meningkat. Tingginya harapan dan pengorbanan dalam menjalani

program bayi tabung, ketika dibandingkan dengan rendahnya tingkat

keberhasilan program bayi tabung menunjukkan adanya ketidaksesuaian

antara harapan dan kenyataan yang terjadi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat

dirumuskan masalahnya yaitu : Adakah Hubungan Pengetahuan dan

Tingkat Kecemasan Pasangan Usia Subur (PUS) terhadap Infertilitas ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat

Kecemasan Pasangan Usia Subur (PUS) Terhadap Infertilitas di

Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji Kota Palu Provinsi Sulawesi

Tengah.

2. Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi Tingkat Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS)

Terhadap Infertilitas di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji Kota

Palu Provinsi Sulawesi Tengah.

b) Mengidentifikasi Tingkat Kecemasan Pasangan Usia Subur (PUS)

Terhadap Infertilitas di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji Kota

Palu Provinsi Sulawesi Tengah.

7
c) Menganalisis Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Kecemasan

Pasangan Usia Subur (PUS) Terhadap Infertilitas.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat dipakai sebagai bahan rujukan informasi bagi

peneliti lain hingga memberikan metode pendekatan yang sesuai.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaatnya oleh

semua pihak, khususnya :

a. Manfaat Bagi Pasangan Usia Subur yang mengalami Infertilitas

Dapat menambah wawasan mengenai infertilitas

b. Manfaat Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian ilmiah

mengenai Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Kecemasan

terhadap Pasangan Usia Subur (PUS).

c. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan dampak yang positif

bagi institusi pendidikan mengenai Hubungan Pengetahuan dan

Tingkat Kecemasan Terhadap Pasangan Usia Subur (PUS).

d. Manfaat Bagi Tempat Penelitian

Sebagai sumber informasi dalam pelayanan di Puskesmas Kamonji

Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah dan diharapkan menjadi

8
masukan dan dapat memberikan penyuluhan atau edukasi untuk

meningkat Pengetahuan dan Tingkat Kecemasan Pasangan Usia

Subur (PUS) terhadap Infertilitas.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan tingkat kecemasan

Pasangan Usia Subur (PUS) terhadap infertilitas

9
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Pengetahuan
Ilmu pengetahuan (science) terdiri dari seperangkat pengetahuan

yang digunakan untuk mencari, menemukan, dan meningkatkan

pemahaman atas suatu masalah yang menjadi kajian dengan

menggunakan seperangkat konsep dan teori, dan dengan menggunakan

seperangkat metode ilmiah yang objektif, metodologis, sistematik, dan

universal. Maka dari itu, sebuah ilmu pengetahuan secara hakiki harus

dapat dijelaskan tentang apa yang menjadi objek kajiannya (ontologi),

bagaimana ilmu pengetahuan itu terbentuk dan apa yang membentuk

batang tubuhnya (epistemologi), apa manfaatnya bagi umat manusia

(aksiologi), serta bagaimana prosedur untuk mempelajarinya

(metodologi).

Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang objek telaahnya

adalah dunia empiris dan proses mendapatkan pengetahuannya sangat

ketat, yaitu menggunakan metode ilmiah. Ilmu menggabungkan logika

10
deduktif dan induktif, dan penentu kebenaran ilmu tersebut adalah

dunia empiris yang merupakan sumber dari ilmu itu sendiri.

a. Tingkat pengetahuan

Menurut (Adiputra et al., 2021) pengetahuan kongnitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (over behavior). Dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan,

pengetahuan yang cukup didalam domain kongnitif mempunyai 6

tingkatan, yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini

adlah mengingat kembali (reccal) sesuatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

Seseorang dapat dikatakan tahu bila dapat menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan menguraikan

dari materi yang dipelajari.

2) Memahami (comprenhensio)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui,

seseorang dapat dikatakan paham bila dapat menjelaskan,

11
menyimpulkan,contoh ataupun menyimpulkan objek materi

atau objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan menjabarkan

suatu objek kedalam komponen-komponen yang masih ada.

Kaitannya misalnya dpat menggambarkan, membedakan,

memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.

4) Analisa (analysis)

Aplikasi dapat di artikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan

kondisi nyata. Contohnya dapat menggunakan prinsip-prinsip

siklus pencegahan masalah (problem solving cycle) didalam

memecahkan masalah kesalahan dari kasus yang diberikan.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan untuk menyusun

atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun,dapat

merencanakan, dapat meringkas dan sebagainya terhadap suatu

teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu objek atau kegiatan berdasarkan suatu kriteria

yang ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada

12
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Ada beberapa factor yang mempengaruhi pengetahuan

menurut (Adiputra et al., 2021) yaitu :

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu

yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi

misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

termasuk juga perilaku seseorang. Pola hidup terutama

dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam

pembangunan, dan tingkat pendidikan turut menentukan

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang

diperoleh. Pada umumnya makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah menerima informasi.

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupanya dan kehidupan

13
keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi

lebih bayak merupakan cara mencari nafkah, berulang dan

banyak tantangan. Sedangkan pekerjaan umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Pekerjaan

seseorang dapat mencerminkan kualitas dan kualifikasi

pengetahuan serta tingkat pendidikanya.

c) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai ulang tahun, semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan

masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari

orang yang belum tinggi kedewasaanya. Hal ini sebagai dari

pengalaman dan kematangan jiwa. Akan tetapi proses

perkembangan tidak secepat ketika berumur muda.

2) Faktor Eksternal

a) Factor lingkungan

Lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada

disekitar manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun

social. Lingkungan yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan proses masuknya pengetahuan kedalam

individu atau kelompok. Hal ini terjadi karena adanya

14
interaksi timbal balik ataupun respon dari pengetahuan

setiap individu.

b) Sosial budaya

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang tanpa

melalui penalaran yang dilakukan baik atau buruk. Sistem

sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

c. Pengukuran tingkat pengetahuan

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden (Rachmawati, 2019). Cara

pengukuran pengetahuan menurut Budiman dan Agus Riyanto,

2013 yaitu :

1) Kategori baik, jika skor jawaban responden 76 % - 100 %

2) Kategori kurang, jika skor jawaban responden ≤75 %.

2. Konsep Kecemasan

a. Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan rasa takut yang tidak jelas disertai

dengan perasaan ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi dan

ketidakamanan. Kecemasan merupakan pengalaman subyektif dan

keadaan emosi tanpa obyek tertentu yang tidak dapat diamati

secara langsung, namun dapat dinilai berdasarkan perubahan

fisiologis, perilaku tertentu serta respon kognitif dan afektif. Salah

15
satu sumber kecemasan yaitu ketakutan akan paparan fisik atau

psikologis dari situasi yang mengancam. Berikut merupakan model

adaptasi stres Stuart yang terkait dengan respon kecemasan.

Kecemasan adalah perasaan subjektif tentang ketegangan

mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari

ketidakmampuan dalam mengatasi sebuah masalah atau rasa tidak

aman (Sari, 2020). Kecemasan akan berkembang selama jangka

waktu dan tergantung pada pengalaman hidup seseorang. Kejadian

dan situasi dapat menyebabkan munculnya serangan kecemasan

dengan cepat (Tarigan, 2021).

Kecemasaan adalah perasaan khawatir yang menyebar dan

tidak jelas, dan berkaitan dengan perasaan yang berdaya dan tidak

pasti, keadaan ini tidak memiliki objek yang spesifik, kecemasan

yang dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara personal

( Direja, 2011).

Kecemasan merupakan kebingungan , khawatir pada

sesuatu yang akan terjadi yang tidak jelas penyebabnya dan

dihubungkan dengan perasaan yang tidak menentu dan tidak

berdaya (Suliswati, 2005).

Kecemasan (anxiety) merupakan gangguan perasaan

(affective) yang dapat ditandai dengan perasaan takut, cemas, dan

khawatir yang mendalam dan terus menerus, tidak mengalami

gangguan dalam menilai sebuah realitas, kepribadian masih tetap

16
genap atau lengkap, dan perilaku atau sikap dapat terganggu tetapi

masih dalam rentang yang normal (Rusdiatin, 2021). Takut adalah

suatu respon individu dari sebuah ancaman yang sumbernya

diketahui, jelas dan bukan bersifat konflik, serta eskternal.

Beberapa peneliti berpendapat bahwa rasa takut adalah salah satu

emosi dasar manusia, sedangkan kecemasan (anxiety) merupakan

sebuah respon emosi terhadap penilaian tersebut. Seringkali

kecemasan muncul pada seseorang ketika berhadapan dengan

suasana kondisi yang tidak menggembirakan. (Tobing &

Wulandari, 2021)

b. Tingkat Kecemasan

Tingkat kecemasan dapat dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan, dimana dengan tingkat pengetahuan yang rendah

pada individu akan menyebabkan individu tersebut mudah

mengalami stress dan cemas. Selain itu, penurunan fisik,

penurunan psikologis, dan aspek spiritual juga dapat menyebabkan

kecemasan (Widyastuti et al., 2022).

Meskipun infertilitas tidak menyebabkan kematian, kondisi

ini tetap menjadi krisis bagi pasangan suami istri. Tingginya stress

yang disebabkan infertilitas dipengaruhi oleh fakta bahwa memiliki

anak merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan

bermasyarakat. Pada perempuan, reaksi yang ditunjukkan adalah

mengisolasi diri dan menginternalisasi kemarahan dan kesedihan

17
(Daibes et al., 2018). Meskipun saat ini telah banyak yang setuju

bahwa peran dan status perempuan tidak bergantung pada fertilitas

mereka, di berbagai tempat, perempuan dianggap sesuai kodratnya

ketika ia menjadi seorang ibu, sehingga hal ini sering kali menjadi

alat bagi perempuan untuk menaikkan status mereka dalam

keluarga dan masyarakat (Hasanpoor-Azghady et al., 2019).

Persepsi ini membuat perempuan yang mengalami infertilitas

menunjukkan prevalensi yang tinggi pada distress psikologi,

dengan kecemasan sebagai diagnosis utama, diikuti dengan

depresi, gangguan distimik, dan ide bunuh diri (Yao et al., 2018)

Tidak semua kecemasan menyadari bahwa faktor usia,

masalah reproduksi, faktor gaya hidup berubah pada faktor gaya

hidup juga dapat bedampak pada kemampuan setiap pasangan usia

subur untuk dapat menghamili atau hamil lagi. Wanita dengan berat

badan yang berlebihan sering mengalami gangguan ovulasi, karena

kelebihan berat badan dapat mempengaruhi estrogen dalam tubuh

dan mengurangi kemampuan untuk hamil. Pria yang berolah raga

secara berlebihan juga dapat meningkatkan suhu tubuh mereka

yang mempengaruhi perkembangan sperma dan penggunaan celana

dalam yang ketat juga mempengaruhi motilitas sperma (Kasdu,

2001:66)

Kecemasan yang dirasakan oleh pasangan infertilitas

tersebut cukup beralasan karena berbagai dampak. Sebagai contoh,

18
dalam setiap pertemuan keluarga, kerabat, dan kenalan, sudah

dapat dipastikan pertanyaan akan berkisar sekitar keadaan keluarga

berapa lama menikah, dan sudah berapa jumlah anak. Bagi

masyarakat Indonesia, pertanyaan semacam ini merupakan hal

yang wajar karena dalam sistem masyarakat Indonesia pasangan

suami istri merupakan bagian dari keluarga besar, sehingga hal ini

seolah-olah menjadi masalah dalam hubungan suami-istri.

Pertanyaan itu selanjutnya akan manjadi hal yang 19otoric19e,

apabila kemudian seseorang wanita tak kunjung hamil (Kasdu,

2002). Untuk itulah diperlukan suatu wanita infertilitas yang

menyeluruh dari tenaga kesehatan kepada pasangan suami istri,

keluarga dan lingkungan. Tenaga kesehatan dapat memberikan

penyuluhan kepada masyarakat terutama pada pasangan usia subur

tentang konsumsi nutrisi yang bergizi, melakukan hubungan

seksual pada masa subur, pola kehidupan sehat, dan melakuan

pemeriksaan apabila dibutuhkan. Sehingga infertilitas dapat

dicegah atau diatasi, sehingga tidak lagi menjadi suatu masalah

yang dapat menggangu kebahagiaan keluarga pasangan suami istri.

1) Macam-macam Tingkat Kecemasan :

a) Kecemasan Ringan, Kecemasan ini terjadi saat ketegangan

hidup sehari hari. Pada tahap ini terjadi peningkatan

kewaspadaan dan lapang persepsi seperti kemampuan

melihat, mendengar dan menangkap. Jenis kecemasan

19
ringan dapat memotivasi seseorang untuk belajar dan

menghasilkan pertumbuhan, kreatifitas.

b) Kecemasan Sedang, Pada tingkat kecemasan sedang,

seseorang hanya berfokus pada hal penting saja dan terjadi

penyempitan lapang persepsi seperti kurang melihat,

kurang mendengar dan menangkap. Kecemasan sedang

terjadi pemblokiran pada area tertentu, namun seserang

masih bisa diarahkan untuk melakukan perintah.

c) Kecemasan Berat, Kecemasan berat ditandai dengan

penurunan signifikan pada lapang persepsi. Semua perilaku

ditujukan untuk mengurangi kecemasan dengan cenderung

menfokuskan pada ha yang detail dan tidak berfikir tentang

hal lain. Dibutuhkan banyak arahan supaya 20otor pada

area lainnya.

d) Panik, Panik dapat dikaitkan dengan rasa takut dan 20otori.

Orang yang mengalami kepanikan tidak dapat melakukan

hal lain bahkan dengan arahan tertentu. Pada tahap 20otor

terjadi gejala peningkatan aktifitas 20otoric, penurunan

kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,

penyempitan persepsi dan kehilangan pemikiran yang

rasional, sehingga tidak mampu berkomunikasi atau

berfungsi secara efektif.

20
3. Konsep Infertilitas

a. Pengertian Infertilitas

Pasangan infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan

hidup harmonis serta telah berhubungan seks selama satu tahun

tetapi belum terjadi kehamilan (Manuaba, 2018).

Infertilitas didefinisikan sebagai disease (penyakit) yang

ditandai dengan kegagalan mencapai kehamilan setelah 12 bulan

melakukan kegiatan seksual secara teratur tanpa alat kontrasepsi.

Infertilitas berarti ketidakmampuan seseorang untuk bereproduksi,

baik ia sendiri atau dengan partnernya. (Vander Borght & Wyns,

2018)

Meskipun infertilitas tidak menyebabkan kematian, kondisi

ini tetap menjadi krisis bagi pasangan suami istri. Tingginya stress

yang disebabkan infertilitas dipengaruhi oleh fakta bahwa memiliki

anak merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan

bermasyarakat. Pada perempuan, reaksi yang ditunjukkan adalah

mengisolasi diri dan menginternalisasi kemarahan dan kesedihan

(Daibes et al., 2018). Meskipun saat ini telah banyak yang setuju

bahwa peran dan status perempuan tidak bergantung pada fertilitas

mereka, di berbagai tempat, perempuan dianggap sesuai kodratnya

ketika ia menjadi seorang ibu, sehingga hal ini sering kali menjadi

alat bagi perempuan untuk menaikkan status mereka dalam

keluarga dan masyarakat (Hasanpoor-Azghady et al., 2019).

21
Persepsi ini membuat perempuan yang mengalami infertilitas

menunjukkan prevalensi yang tinggi pada distress psikologi,

dengan kecemasan sebagai diagnosis utama, diikuti dengan

depresi, gangguan distimik, dan ide bunuh diri (Yao et al., 2018)

b. Macam-macam Infertilitas

Infertilitas dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

1) Infertilitas primer bila pasangan tersebut belum pernah

memiliki keturunan walaupun bersenggama secara teratur (2-3

kali seminggu) tanpa menggunakan alat kontrasepsi.

2) Infertilitas Sekunder bila pasangan tersebut sudah pernah

memiliki anak, dan tidak memiliki anak lagi walaupun

bersenggama secara teratur (2-3 kali seminggu) tanpa

menggunakan alat kontrasepsi (Prawirohardjo. S, 2012).

c. Penyebab Infertilitas

Penyebab infertilitas dibagi menjadi 3 kelompok yaitu

33,3% masalah terkait pada wanita, 33,3% pada pria dan 33,3%

disebabkan oleh faktor kombinasi. Baik laki-laki maupun

perempuan sama sama dapat mengalami infertilitas.

(Stright 2005).

1) Penyebab dari pihak wanita

a) Masalah vagina/vaginitis

Merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan

oleh berbagai parasite atau jamur. Infeksi ini sebagian besar

22
terjadi karena hubungan seksual. Tipe vaginitis yang sering

dijumpai adalah vaginitis kandidiasis dan trikomonalisis

vaginalis (Manuaba , 2009).

b) Masalah serviks

Vaginitis dapat menyebabkan infertilitas karena

berpotensi terjadi infeksi lanjut pada portio, serviks,

endometrium bahkan sampai ke tuba dapat ,menyebabkan

gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba sebagai

organ reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi disfungsi

seksual yang mencegah penetrasi penis, atau lingkungan

vagina yang sangat asam, yang secara nyata dapat

mengurangi daya hidup sperma (Stright, 2005).

c) Masalah Ovarium

Kista Ovarium yang dapat menyebabkan infertilitas

dikarenakan ovarium mengalami pembesaran dan

menciptakan lapisan luar tebal yang dapat mengahalangi

ovulasi. Selain itu infertilitas dapat terjadi akibat kista

ovarium yang pecah akibat ukuran yang terlalu besar dan

elastisitas indung telur tidak mampu lagi menahan

perkembangan kista sehingga dari pecahnya kista ovarium

terjadi perlengketan didalam tuba fallopi yang menutup

jalan pertemuan antara sperma dan sel telur (Brooker,

2008).

23
2) Penyebab dari pria

a) Spermatogenesis abnormal

b) Kelainan anatomi

c) Ejakulasian retrograde

d) Stress

e) Infeksi menular seksual

f) Asupan alcohol dan tikotin berlebihan

g) Ketidakmampuan sperma melakukan pentrasi ke sel telur

3) Penyebab dari pihak kombinasi adalah penyebab yang

ditimbulkan apabila kedua suami istri sama-sama memiliki

faktor penyebab terjadinya infertilitas (Stright, 2005).

d. Faktor-faktor Resiko terjadinya Infertilitas

1) Konsumsi alkohol, merokok, IMT 29 (Saftarina dan Putri,

2016).

2) Umur termasuk faktor risiko yang mempengaruhi infertilitas

pada pasangan usia subur. Fertilitas cukup stabil pada usia <

35 tahun. Sesudah itu, terjadi penurunan fertilitas secara

bertahap. Saat menginjak usia 40 tahun, fertilitas menurun

drastis (Nurhayati, 2017).

3) Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk

tujuan tertentu yang dilakukan dengan cara yang baik dan

benar bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

(Setiawan, 2021). Lingkungan kerja yang tidak nyaman, beban

24
kerja yang tidak sesuai dapat menimbulkan stres kerja dan

kelelahan kerja karena setiap wanita yang bekerja dengan

beban kerja yang berat dan lingkungan kerja yang tidak

nyaman akan di bawa sampai kerumah.

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti maupun variabel yang

tidak diteliti. Variabel independen dalam penelitian ini adalah hubungan

pengetahuan dan tingkat kecemasan pasangan usia subur (PUS) terhadap

infertilitas sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah

infertilitas.

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan
Infertilitas

Tingkat Kecemasan

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

25
C. Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan sebuah pernyataan atau jawaban

yang dibuat sementara dan akan diuji kebenarannya. Pengujian hipotesis

penelitian dilakukan melalui uji statistik. Hipotesis penelitian merupakan

jawaban sementara dari tujuan penelitian. Hipotesis dapat disimpulkan

berhubungan atau tidak, berpengaruh atau tidak diterima atau ditolak

(Adiputra et al., 2021). Rumusan hipotesis sebuah penelitian dapat dibagi

menjadi dua jenis di antaranya.

1. Ho : Ada Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Kecemasan terhadap

Pasangan Usia Subur (PUS) terhadap Infertilitas di Puskesmas

Kamonji Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2023.

2. Ha: Tidak ada Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Pengetahuan

Pasangan Usia Subur (PUS) dengan Tingkat Kecemasan terhadap

Infertilitas di Puskesmas Kamonji Palu Provinsi Sulawesi Tengah pada

tahun 2023.

26
BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Analitik. Desain penelitian

ini menggunakan pendekatan cross sectional untuk mengetahui

Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Kecemasan Pasangan Usia Subur

(PUS) terhadap Infertilitas di Puskesmas Kamonji Kota Palu, Sulawesi

Tengah.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Kamonji Kota Palu,

Sulawesi Tengah

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal Oktober – November

tahun 2023 di Puskesmas Kamonji Kota Palu, Sulawesi Tengah

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono populasi merupakan wilayah generalisasi yang

terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang,

tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan

27
hanya sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari,

tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh

subjek atau objek.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pasangan Usia

Subur yang mengalami Infertilitas (PUS) di Puskesmas Kamonji Kota

Palu, Sulawesi Tengah pada Tahun 2023.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah Seluruh

Pasangan Usia Subur yang mengalami Infertilitas (PUS) di Puskesmas

Kamonji Kota Palu, Sulawesi Tengah pada Tahun 2023.

a. Besar sampel

Untuk menetukan besar sampel dalam penelitian ini peneliti

menggunakan rumus lemeshow. Untuk menaksir proporsi populasi

sebagai berikut :

Zα ² p(1− p)
n=

Keterangan :

n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan

Z : 1,96 koefisiensi keterampilan dengan tingkat kepercayaan 95 %

α : Derajat Kepercayaan

p : Maksimal estimasi = 50% = 0,5

q : 1-p = 1-0,5 = 0,5

d : alpha (0,18) atau sampling error = 18%

28
Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel yang dibutuhkan yaitu :

Z ² p (1− p) 1, 96².0 , 5(1−0 ,5)


n= =
d² 0 ,18²

1, 96². 0 , 25 3,8146.0 ,25


n= =
0,032 0,032

0,9604
n= = 30 , 01
0,032

n = 30 sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang.

D. Teknik Pengambilan Sampling

Teknik pengambilan sampel yaitu accidental sampling yaitu

tekhnik pengambilan sampel dengan cara mengambil kasus atau

responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan

konteks penelitian. Penelitian ini akan dilakukan sampai sampel yang

diinginkan terpenuhi.

1. Kriteria Inklusi

a. Pasangan Usia Subur (PUS) yang mengalami Infertilitas

b. Pasangan Usia Subur (PUS) yang berdomisili Palu

c. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria Ekspulsi

a. Pasangan Usia Subur (PUS) yang sudah memiliki anak dalam

waktu 1 tahun menikah

b. Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak memiliki kecemasan

terhadap infertilitas

29
F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel menurut Notoatmodjo adalah suatu yang digunakan

sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh

suatu penelitian tentang suatu konsep tertentu. Variabel dalam

penelitian ini adalah variabel bebas (independent) hubungan

pengetahuan dan tingkat kecemasan tentang infertilitas . Variabel

terikat (dependent) yaitu lama infertilitas.

2. Definisi Operasional

a. Infertilitas

Pasangan infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan

hidup harmonis serta telah berhubungan seks selama satu tahun

tetapi belum terjadi kehamilan (Manuaba, 2018).

Dengan ciri pasangan usia subur yang tidak di kategorikan

infertilitas yaitu : menikah dalam jangka waktu satu tahun sudah

memiliki anak. Sedangkan pasangan usia subur yang mengalami

infertilitas memiliki ciri telah menikah ± 1 tahun belum memiliki

anak.

Alat ukur : Ceklist

Cara ukur : Ceklist

Skala ukur : Nominal

Hasil ukur : Infertilitas, jika ± 1 tahun belum memiliki anak

: Fertilitas, jika ± 1 tahun sudah memiliki anak

30
b. Pengetahuan

Pengetahuan yang dimaksud pada penelitian ini adalah

pengetahuan yang dimiliki Pasangan Usia Subur (PUS) terhadap

infertilitas menjawab pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner.

Alat ukur : Kuesioner

Cara ukur : Pengisian Kuesioner

Skala ukur : Nominal

Hasil ukur : 1 : Pengetahuan baik bila skor 76-100%

0 : Pengetahuan kurang bila skor ≤75%

c. Tingkat Kecemasan

Tingkat kecemasan yang dimaksud pada penelitian ini

adalah perasaan yang timbul ketika khawatir atau takut terhadap

infertilitas.

Alat ukur : Kuesioner

Cara ukur : Pengisian Kuesioner

Skala ukur : Nominal

Hasil ukur : 1 : Cemas , jika skor jawaban responden ≥ 34

Median

0 : Tidak cemas, jika skor jawaban responden

< 34 Median

31
G. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data atau kumpulan fakta yang diperoleh

langsung dari subyek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran

atau alat pengambilan data, langsung pada subyek sebagai sumber

informasi yang dicari. Data primer ini diperoleh dari responden dengan

menggunakan kuesioner. Sebelum pengisian kuesioner peneliti

memberikan petunjuk dalam pengisian kuesioner serta melakukan

pengawasan dan penjelasan kembali ketika responden mengalami

kesulitan dalam mengisi kuesioner.

a. Kuesioner Pengetahuan

Kuesioner pengetahuan menggunakan penelitian sebelumnya

yang dilakukan Daulay, (2022). Pertanyaan untuk pengetahuan

sebanyak 10 (sepuluh) dengan bentuk pertanyaan tertutup yang

terdiri dari soal multipel choice. Jika jawaban benar maka diberi

nilai satu (skor=1), dan jika jawaban salah maka diberi nilai nol

(skor=0) dengan kategori : kategori baik : 76–100% (jika

responden menjawab 8-10 pertanyaan dengan benar) dan kategori

kurang : ≤75% (jika responden menjawab 0-7 pertanyaan dengan

benar).

b. Kuesioner Kecemasan

Kuesioner ini bertujuan untuk mengidentifikasi rasa khawatir

atau takut Pasangan Usia Subur (PUS) terhadap infertilitas. Yang

32
terdiri dari 20 pertanyaan (10 untuk suami, 10 untuk istri). Aspek

pengukuran tingkat kecemasan dilakukan berdasarkan jawaban

responden dari semua pertanyaan kecemasan yang diberikan terdiri

dari dua kategori yaitu ya dan tidak. Dimana diketahui skor

maksimum diperoleh dari jumlah nilai jawaban tertinggi dikali

jumlah pertanyaan (5x10) dan skor minimum diperoleh dari jumlah

pertanyaan (1x10). Pengisian kuesioner adalah dengan

memberikan tanda checklist (√) pada jawaban yang dipilih. Hasil

ukur positif jika nilai responden ≥34 median dan negatif jika nilai

responden <34 median.

2. Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Tengah, Dinas Kesehatan Kota Palu, Puskesmas

Kamonji dan Jurnal Penelitian lain yang tercantum di daftar pustaka.

H. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dibagi dalam 6 tahap, yaitu:

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan keseragaman data

2. Coding, yaitu memberi kode pada data atau memberi simbol

tertentu untuk setiap jawaban.

3. Tabulating, yaitu pengelompokan data kedalam suatu tabel

tertentu menurut sifat yang dimiliki sesuai tujuan penelitian.

4. Entry, yaitu memasukkan data ke dalam komputer dengan

menggunakan program komputer.

33
5. Clearning data, yaitu merupakan tahap akhir dari pengolahan data

yang yaitu membersihkan data yang telah masuk dalam computer.

6. Describing data, menggambarkan atau memperjelas data yang

dikumpulkan.

I. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis data univariat adalah dimana variabel-variabel yang ada

dianalisis untuk mengetahui gambaran tentang bagaimana pengetahuan

ibu nifas, gambaran tentang bagaiamana sikap ibu nifas, dan gambaran

tetang perawatan luka perineum dengan lama penyembuhan luka.

Analisis univariat yang digunakan untuk mengetahui distribusi dan

presentase dari setiap variabel menggunakan rumus Notoamotdjo,

2014.

a. Rumus Distribusi Frekuensi

Analisa univariat ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

dari setiap variabel jumlah dan presentase masing-masing dengan

menggunakan rumus

f
Rumus : p = x 100 %
n

Keterangan :

P : Persentase

f : Jumlah subyek yang ada pada kategori tertentu

n : Jumlah atau keseluruhan responden

34
b. Median

Median merupakan nilai observasi yang terletak ditengah-

tengah setelah seri pengamatan diurutkan terlebih dahulu. Besar

kecilnya (Array data) untuk menentukkan nilai median harus

terlebih dahulu ditentukan posisi dengan cara :

( )
1
n−F
2
Md=b+ p
f
Keterangan :

Md : Median

b : Batas bawah, dimana median akan terletak

n : Banyak data/jumlah sampel

p : Panjang kelas interval

F : Jumlah semua frekuensi sebelum kelas median

f : Frekuensi kelas median

2. Analisis Bivariat

Analisis data bivariat adalah untuk mengetahui hubungan kedua

variabel, yaitu hubungan pengetahuan dan tingkat kecemasan pasangan

usia subur (PUS) terhadap infertilitas dengan uji chi-square. Analisis

data dilakukan dengan menggunakan perhitungan SPSS. Bila nilai p

˃0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak artinya tidak ada hubungan

antara variabel independent dengan variabel dependent. Bila p <0,05

maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan antara variabel

independent dengan variabel dependent.

35
J. Penyajian Data

Untuk menyajikan hasil dari penelitian ini, data disajikan dalam

bentuk tabel dan narasi

36

Anda mungkin juga menyukai