Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA

INDUSTRI GULA

Di Susun Oleh :
1. Cerly Putri Yunita (062230400864)
2. Marlita Handayani (062230400872)
3. Rifzal Amri Pahlepi (062230400880)

Dosen Pengampu : Idha Silvyati, S. T., M. T.

Program Studi D3 Teknik Kimia


Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya
2023
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga selalu terbuka jalan untuk kita meraih apa yang kita cita-
citakan. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
sebagai teladan dan guru besar bagi seluruh umat manusia.
Kami sangat bersyukur atas selesainya makalah Proses Industri kimia yang
berjudul “Industri Gula”. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu Ibu Idha Silvyati, S. T., M. T. Serta teman-teman yang turut membantu
selesainya makalah kami ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Proses Industri
Kimia sebagai upaya untuk membantu mahasiswa dalam memahami materi
mengenai tentang Industri Gula. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini di masa
yang akan datang.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung atas
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Palembang, Oktober 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover .................................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................4
A. Latar Belakang ................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................5
C. Tujuan ............................................................................5
BAB II PEMBAHASAN....................................................................6
A. Pengertian Gula ..............................................................6
B. Industri Gula....................................................................6
C. Jenis-Jenis Produk Gula....................................................10
D.Reaksi Kimia Gula.............................................................13
E. Sifat Fisika Dan Kimia Gula.............................................13
F. Jenis-Jenis Limbah dari Industri Gula...............................14
G. Pemanfaatan Limbah Industri Gula .................................17
H. Baku Mutu Industri Gula..................................................18
I. Diagram Alir.......................................................................22
J. Uraian Proses.....................................................................23
K. Spesifikasi Alat..................................................................27
O. Neraca Massa.....................................................................34
BAB III PENUTUP.............................................................................37
A. Kesimpulan .....................................................................37
B. Saran................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 39

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gula merupakan komoditi penting bagi masyarakat Indonesia bahkan
bagi masyarakat dunia. Kebutuhan akan gula dari setiap negara tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan pokok, tetapi juga karena gula merupakan bahan
pemanis utama yang digunakan sebagai bahan baku pada industri makanan
dan minuman. Kondisi geografis Indonesia yang cukup berpotensi untuk
menghasilkan tanaman tebu menjadikan Indonesia sebagai negara yang
berpotensi sebagai produsen gula terbesar di dunia.
Sejarah gula di Indonesia dimulai ketika Belanda membuka koloni di
Pulau Jawa. Banyak tuan-tuan tanah pada abad ke-17 membuka perkebunan
monokultur yang pertama kalinya di Batavia. Industri gula pada masa
colonial Belanda lebih berorientasi pada ekspor, di mana bidang
pemasarannya dikuasai oleh badan pemerintah yang independen dalam upaya
mengamankan penerimaan pemerintah kolonial Belanda dari cukai dan
mengawasi jumlah konsumsi dalam negeri untuk meningkatkan ekspor
tersebut.
Lahan perkebunan di Jawa sangat menguntungkan, terutama gula
yang merupakan perusahaan milik Kolonial Belanda.2 Keuntungan yang
diperoleh penduduk ialah dari segi perekonomiannya. Industri gula dan
perkebunan tebu telah membuka kesempatan kerja yang luas bagi penduduk
desa. Keuntungan eksportir gula Jawa adalah nomer dua terbesar setelah
Cuba dalam pasaran dunia.
Keuntungan ini tidak hanya menutupi biaya-biaya administrasi di
Jawa, tetapi juga diperlukan untuk mendukung posisi keuangan di Negeri
Belanda yang sedang memburuk. Sebagai akibat dari perang-perang
Napoleon hutang dalam Negeri Belanda dan pembayaran bunga atas
hutangnya itu membumbung tinggi.
Pada tahun 1830, atas inisiatif van den Bosch, di Jawa dimulailah
sistem cultuurstelsel4. Tujuan van den Bosch memberlakukan sistem tanam

4
paksa ialah selain mentransformasi Pulau Jawa menjadi exporter besar-
besaran dari produk agraria, dengan keuntungan dari penjualannya terutama
mengalir ke kas Belanda juga untuk memproduksi berbagai komoditi yang
ada permintaannya di pasaran dunia. Untuk mencapai tujuan itu ia
menganjurkan pembudidayaan berbagai tanaman, seperti kopi, gula, indigo
(nila), tembakau, teh, lada dan kayumanis. Persamaan dari semua tanaman
perkebunan yang diusahakan oleh petani dilaksanakan karena mendapat
paksaan dari pemerintah untuk memproduksinya dan sebab itu tidak
dilakukan secara voluntary atau sukarela.

B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui apa itu Industri Gula ?
2. Apa saja limbah yang ada di Industri Gula ?
3. Penanganan Limbah dari Industri Gula ?
4. Mengetahui Baku mutu Industri Gula ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Industri Gula.
2. Untuk mengetahui Jenis-jenis limbah yang ada di Industri Gula.
3. Untuk mengetahui Cara penangan Limbah dari Industri Gula agar tidak
membahayakan Lingkungan.
4. Untuk mengetahui Baku Mutu dari Industri Gula.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gula
Tebu (Sacharum officinarum) adalah termasuk keluarga Graminae atau
rumput-rumputan dan berkembang biak di daerah beriklim udara sedang
sampai panas. Tebu cocok pada yang mempunyai ketinggian tanah 1 sampai
1300 meter di atas permukaanlaut.Tebu yang tumbuh di lebih dari 200 negara,
India adalah terbesar kedua produsen gula sedangkan pengasil terbesarnay
adalah Brasil. Di negera Negara Karibia tebu dioleh menjadi Falernum dan
dipergunakan sebagai bahan campuran cocktail.

B. Industri Gula
Gula tebu kebanyakan dipasarkan dalam bentuk gula kristal curah.
Pertama-tama bahan mentah dihancurkan dan diperas, sarinya dikumpulkan
dan disaring,cairan yang terbentuk kemudian ditambahkan bahan tambahan
(biasanya menggunakan kalsium oksida) untuk menghilangkan ketidak
kemurnian, campuran tersebut kemudian diputihkan dengan belerang dioksida.
campuran yang terbentuk kemudian dididihkan, endapan dan sampah yang
mengambang kemudian dapat dipisahkan. Setelah cukup murni, cairan
didinginkan dan dikristalkan (biasanya sambil diaduk) untuk memproduksi
gula yang dapat dituang ke cetakan. Sebuah mesin sentripugal juga dapat
digunakan pada proses kristalisasi. Dalam prosesnya sendiri dapat di bagi
menjadi berikut :
1. Penggilingan
Langkah pertama dalam proses pembuatan gula adalah pemerahan
tebu di gilingan. Pada proses ini tebu yang ditebang dari kebun dicacah
menggunakan alat pencacah tebu. Biasanya terdiri dari cane cutter, hammer
shredder atau kombinasi dari keduanya. Tebu diperah menghasilkan “nira”
dan “ampas”. Nira inilah yang mengandung gula dan akan di proses lebih
lanjut di pemurnian. Ampas yang dihasilkan pada proses pemerahan ini
digunakan untuk berbagai macam keperluan. Kegunaan utama dari ampas

6
adalah sebagai bahan bakar ketel (boiler) dan apabil berlebih bisa digunakan
sebagai bahan partikel board, furfural, xylitol dan produk lain.
2. Pemurnian
Setelah tebu diperah dan diperoleh “nira mentah” (raw juice), lalu
dimurnikan. Dalam nira mentah mengandung gula, terdiri dari sukrosa, gula
invert (glukosa+fruktosa); zat bukan gula, terdiri dari atom-atom
(Ca,Fe,Mg,Al) yang terikat pada asam-asam, asam organik dan an organik,
zat warna, lilin, asam-asam kieselgur yang mudah mengikat besi,
aluminium, dan sebagainya. Pada proses pemurnian zat-zat bukan gula akan
dipisahkan dengan zat yang mengandung gula.
Proses pemurnian ini dapat dilakukan secara fisis maupun kimiawi.
Secara fisis dengan cara penyaringan sedangkan secara kimia melalui
pemanasan, pemberian bahan pengendap
Pada proses pemurnian nira terdapat tiga buah jenis proses, yaitu :
- Defekasi
- Sulfitasi
- Karbonatasi
Pada saat ini sebagian besar pabrik gula di Indonesia menggunakan
proses sulfitasi dalam memurnikan nira. Pada proses sulfitasi nira mentah
terlebih dahulu dipanaskan melalui heat exchanger sehingga suhunya naik
menjadi 700 C. Kemudian nira dialirkan kedalam defekator dicampur
dengan susu kapur. Fungsi dari susu kapur ini adalah untuk membentuk inti
endapan sehingga dapat mengadsorp bahan bukan gula yang terdapat dalam
nira dan terbentuk endapan yang lebih besar. Pada proses defekasi ini
dilakukan secara bertahap ( 3 kali ) sehingga diperoleh pH akhir sekitar 8.5
– 10. Reaksi antara kapur dan phospat yang terdapat dalam nira :

CaCO3 --> CaO + CO2

CaO + H2O --> Ca(OH)2 + 15.9 Kcal

Ca(OH)2 --> Ca2+ + 2 OH-

3Ca2+ + 2PO43- --> Ca3(PO4)2

7
Setelah itu nira akan dialirkan kedalam sulfitator, dan direaksikan
dengan gas SO2. Reaksi antara nira dan gas SO2 akan membentuk endapan
CaSO3, yang berfungsi untuk memperkuat endapan yang telah terjadi
sehingga tidak mudah terpecah, pH akhir dari reaksi ini adalah 7.
Tahap akhir dari proses pemurnian nira dialirkan ke bejana pengendap
(clarifier) sehingga diperoleh nira jernih dan bagian yang terendapkan
adalah nira kotor. Nira jernih dialirkan ke proses selanjutnya (Penguapan),
sedangkan nira kotor diolah dengan rotary vacuum filter menghasilkan nira
tapis dan blotong.
3. Penguapan
Hasil dari proses pemurnian adalah “nira jernih” (clear juice).
Langkah selanjutnya dalam proses pengolahan gula adalah proses
penguapan. Penguapan dilakukan dalam bejana evaporator. Tujuan dari
penguapan nira jernih adalah untuk menaikkan konsentrasi dari nira
mendekati konsentrasi jenuhnya.
Pada proses penguapan menggunakan multiple effect evaporator
dengan kondisi vakum. Penggunaan multiple effect evaporator dengan
pertimbangan untuk menghemat penggunaan uap. Sistem multiple effect
evaporator terdiri dari 3 buah evaporator atau lebih yang dipasang secara
seri. Di pabrik gula biasanya menggunakan 4(quadrupple) atau 5 (quintuple)
buah evaporator.
Pada proses penguapan air yang terkandung dalam nira akan
diuapkan. Uap baru digunakan pada evaporator badan I sedangkan untuk
penguapan pada evaporator badan selanjutnya menggunakan uap yang
dihasilkan evaporator badan I. Penguapan dilakukan pada kondisi vakum
dengan pertimbangan untuk menurunkan titik didih dari nira. Karena nira
pada suhu tertentu ( > 1250 C) akan mengalamai karamelisasi atau
kerusakan. Dengan kondisi vakum maka titik didih nira akan terjadi pada
suhu 700 C. Produk yang dihasilkan dalam proses penguapan adalah ”nira
kental” .

8
4. Kristalisasi
Proses kristalisasi adalah proses pembentukan kristal gula. Sebelum
dilakukan kristaliasi dalam pan masak ( crystallizer ) nira kental terlebih
dahulu direaksikan dengan gas SO2 sebagai bleaching dan untuk
menurunkan viskositas masakan (nira). Dalam proses kristalisasi gula
dikenal sistem masak ACD, ABCD, ataupun ABC.
Tingkat masakan (kristalisasi) tergantung pada kemurnian nira kental.
Apabila HK nira kental > 85 % maka dapat dilakukan empat tingkat
masakan (ABCD). Dan apabila HK nira kental < 85 % dilakukan tiga
tingkat masakan (ACD). Pada saat ini dengan kondisi bahan baku yang
rendah pabrik gula menggunakan sistem masakan ACD, dengan masakan A
sebagai produk utama.
Langkah pertama dari proses kristalisasi adalah menarik masakan
(nira pekat) untuk diuapkan airnya sehingga mendekati kondisi jenuhnya.
Dengan pemekatan secara terus menerus koefisien kejenuhannya akan
meningkat. Pada keadaan lewat jenuh maka akan terbentuk suatu pola
kristal sukrosa. Setelah itu langkah membuat bibit, yaitu dengan
memasukkan bibit gula kedalam pan masak kemudian melakukan proses
pembesaran kristal. Pada proses masak ini kondisi kristal harus dijaga
jangan sampai larut kembali ataupun terbentuk tidak beraturan.
Setelah diperkirakan proses masak cukup, selanjutnya larutan
dialirkan ke palung pendingin (receiver) untuk proses Na – Kristalisasi.
Tujuan dari palung pendingin ialah : melanjutkan proses kristalisasi yang
telah terbentuk dalam pan masak, dengan adanya pendinginan di palung
pendingin dapat menyebabkan penurunan suhu masakan dan nilai kejenuhan
naik sehingga dapat mendorong menempelnya sukrosa pada kristal yang
telah terbentuk. Untuk lebih menyempurnakan dalam proses kristalisasi
maka palung pendingin dilengkapi pengaduk agar dapat sirkulasi
5. Pemisahan (Centrifugal Process)
Setelah masakan didinginkan proses selanjutnya adalah pemisahan.
Proses pemisahan kristal gula dari larutannya menggunakan alat centrifuge
atau puteran. Pada alat puteran ini terdapat saringan, sistem kerjanya yaitu

9
dengan menggunakan gaya sentrifugal sehingga masakan diputar dan strop
atau larutan akan tersaring dan kristal gula tertinggal dalam puteran. Pada
proses ini dihasilkan gula kristal dan tetes. Gula kristal didinginkan dan
dikeringakan untuk menurunkan kadar airnya. Tetes di transfer ke Tangki
tetes untuk di jual.
6. Proses Packing
Gula Produk dikeringkan di talang goyang dan juga diberikan
hembusan uap kering. Produk gula setelah mengalami proses pengeringan
dalam talang goyang, ditampung terlebih dahulu ke dalam sugar bin,
selanjutnya dilakukan pengemasan atau pengepakan. Berat gula dalam
pengemasan untuk masing-masing pabrik gula tidak sama, ada yang per sak
plastiknya 25 kg atau 50 kg. Setelah itu gula yang berada di sak plastik tidak
boleh langsung dijahit, harus dibuka dulu supaya temperatur gula dalam sak
plastik mengalami penurunan suhu/temperatur. Suhu gula dalam karung
tidak boleh lebih dari 30 oC/suhu kamar, setelah gula dalam plastik
dinyatakan dingin maka boleh dijahit. Jika gula dalam sak plastik dalam
keadaan panas dijahit maka berakibat penurunan kualitas gula.

C. Jenis – Jenis Produk Gula


Pemanis gula sangat sering kita jumpai di pasaran, yang paling umum
kita gunakan adalah gula pasir. Namun, selain gula pasir, masih ada beberapa
jenis gula yang lain di pasaran. Menurut Darwin (2013), gula terbagi beberapa
jenis, seperti dibawah ini:
a. Gula Pasir
Ini adalah jenis gula yang paling mudah dijumpai, digunakan sehari-hari
untuk pemanis makanan dan minuman. Gula pasir juga merupakan jenis
gula yang digunakan dalam penelitian ini.Gula pasir berasal dari cairan sari
tebu. Setelah dikristalkan, sari tebu akan mengalami kristalisasi dan berubah
menjadi butiran gula berwarna putih bersih atau putih agak kecoklatan (raw
sugar)

10
b. Gula Pasir Kasar (Crystallized Sugar)
Gula jenis ini memiliki tekstur yang lebih besar dan kasar dari gula pasir
pada umumnya. Biasanya gula jenis ini dijual dengan aneka warna di
pasaran. Gula jenis ini sering digunakan sebagai bahan taburan karena
tidak meleleh saat dioven
c. Gula Balok atau Gula Dadu
Gula balok terbuat dari sari tebu. Bentuknya menyerupai balok dadu
dengan warna putih bersih. Biasanya gula jenis ini digunakan sebagai
campuran minuman kopi atau teh.
d. Gula Icing atau Icing Sugar atau Confection Sugar
Tipe gula ini memiliki tektur terhalus dalam jenis gula putih. Icing sugar
merupakan campuran dari gula pasir yang digiling hingga halus sehingga
terbentuk tepung gula dan ditambahkan tepung maizena agar tidak mudah
menggumpal.
e. Gula Batu
Gula batu diperoleh dari pengolahan gula pasir biasa agar mudah larut.
Bentuknya merupakan bongkahan gula menyerupai batu berwarna putih,
dimana tingkat kemanisan gula batu lebih rendah dibanding gula pasir,
hampir 1/3 dari gula pasir. Bagi pankreas dan organ tubuh, gula batu lebih
sehat dan bersahabat disbanding dengan gula pasir.
f. Brown Sugar
Brown sugar terbuat dari tetes tebu, namun dalam proses pembuatannya
dicampu dengan molase sehingga menghasilkan gula bewarna kecoklatan.
Terbagi menjadi 2 jenis yaitu light atau dark brown sugar. Light brown
sugar biasanya digunakan dalam pembuatan kue, seperti membuat
butterscotch, kondimen dan glazes. Dark brown sugar biasanya digunakan
untuk membuat gingerbread dan bahan tambahan untuk makanan seperti
mincemeat, baked bean, dan lain-lain.
g. Gula Merah
Gula merah terbuat dari air sadapan bunga pohon kelapa atau air nira
kelapa, sering juga disebut dengan gula jawa. Teksturnya berupa
bongkahan berbentuk silinder dan

11
berwarna coklat Biasanya digunakan dalam bahan pemanis makanan dan
minuman dengan cara diiris tipis.
h. Gula Aren
Bentuk, tekstur, warna dan rasanya mirip dengan gula merah, yang
membedakan hanya bahan bakunya. Gula aren terbuat dari air nira yang
disadap pohon aren, tanaman dari keluarga palem. Proses pembuatan gula
aren umumnya lebih alami, sehinggan zat-zat tertentu yang terkandung di
dalamnya tidak mengalami kerusakan dan tetap utuh.
Selain gula-gula alami, banyak juga gula-gula yang terbuat dari
proses kimiawi yang dijual di pasaran. Banyak orang berusaha untuk
menghindari gula, dan berlaih kegula buatan. Namun, jenis gula ini bila
dikonsumsi secara berkala akan berdampak tidak baik untuk tubuh. Menurut
Darwin (2013) ada 3 jenis gula buatan, seperti:
a. High Fructose Corn Syrup
Gula jenis ini terbuat dari tepung jagung sebagai bahan baku, memiliki
tekstur cair seperti syrup. Gula jagung memiliki tingkat kemanisan yang
sangat inggi, 1,8 kali dibanding dengan gula biasa. Dimana rasa manis
tersebut akan meningkatkan rasa lapar sehingga tubuh menginginkan
karbohidat berlebih.
b. Sorbitol, saditol, dan Maninitol
Gula jenis ini terdapat dalam permen bebas gula, obat batuk, serta
makanan dan
minuman berlabel ‘diet’. Gula buatan ini akan menghambat proses
metabolisme
alami tubuh kita karena tidak dapat dicerna secara baik oleh tubuh.
c. Saccharin dan Aspartame
Gula jenis ini sering digunakan dalam minuman rendah kalori dan rendah
gula. Keduanya mengandung kalori yang rendah, namun memiliki tingkat
kemanisan yang tinggi.

12
D. Reaksi Kimia Gula
Gula atau dalam bahasa kimia dikenal dengan nama sukrosa. Gula
adalah suatu karbohidrat yang sederhana serta merupakan salah satu sumber
energi bagi tubuh. Senyawa gula juga menjadi salah satu senyawa yang cukup
penting bagi tubuh manusia terutama untuk membantu melakukan kegiatan
sehari-hari. Gula sendiri dalam ilmu kimia termasuk dalam golongan senyawa
sukrosa. Sedangkan sukrosa merupakan jenis gula disakarida yang dibentuk
oleh gugus monosakarida glukosa atau fruktosa. Gula sendiri merupakan
senyawa yang terbuat dari nira tebu, bit gula atau juga dapat terbuat dari aren.
Proses dalam pembuatan gula terdiri dari tahap pemerasan (ekstraksi)
kemudian pemurnian dengan cara penyulingan (distilasi).
Sukrosa merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari monomer-
monomernya yang berupa unit glukosa dan fruktosa, dengan rumus molekul
C12H22O11.
Senyawa sukrosa ini dikenal sebagai sumber nutrisi yang hanya
dibentuk oleh tumbuhan dan bukan dibentuk oleh organisme lain seperti
hewan. Penambahan sukrosa dalam media berfungsi sebagai sumber karbon.
Gula dapur memiliki rumus molekul yang sama dengan sukrosa, yaitu
gabungan antara rumus glukosa dan fruktosa yaitu:
C6H12O6 + C6H12O6 => C12H22O11 + H2O
Glukosa + fruktosa => Sukrosa + Air

E. Sifat Fisika dan Kimia


1. Sifat Fisika
Tak berwarna, larut dalam air dan etanol, tidak larut dalam eter dan
kloroform, titik lebur 180°C, bentuk kristal monoklin, bersifat optis aktif,
densitas kristal 1588 kg/m3 (pada15°C).
2. Sifat Kimia
Dalam suasana asam dan suhu tinggi akan mengalami inverse menjadi
glukosa dan fruktosa

13
F. Jenis – Jenis Limbah Dari Industri Gula
Limbah (waste) merupakan bahan sisa yang tidak berguna atau sama
sekali tidak mempunyai nilai ekonomis. Limbah pabrik gula dapat digolongkan
menjadi 3 macam, yaitu : limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.
1. Limbah Padat
Limbah pada produksi gula berupa ampas tebu, blotong dan abu
pembakaran ampas tebu. Ampas tebu didapatkan dari proses penggilingan
sedangkan blotong didapatkan dari proses akhir pemurnian nira dan abu
pembakaran ampas tebu dihasilkan dari pembakaran ampas tebu di ketel
uap.
- Ampas tebu
Ampas tebu adalah suatu residu dari proses penggilingan tanaman
tebu setelah di ekstrak atau dikeluarkan niranya pada industri pemurnian
gula sehingga diperoleh hasil samping sejumlah besar produk limbah
berserat yang dikenal sebagai ampas tebu (bagasse). Pada proses
penggilingan tebu, terdapat lima kali proses penggilingan dari batang tebu
sampai dihasilkan ampas tebu. Pada penggilingan pertama dan kedua
dihasilkan nira mentah yang berwarna kuning kecoklatan, kemudian pada
proses penggilingan ketiga, keempat dan kelima dihasilkan nira dengan
volume yang tidak sama. Setelah proses penggilingan awal yaitu
penggilingan pertama dan kedua dihasilkan ampas tebu basah. Untuk
mendapatkan nira yang optimal, pada penggilingan ampas hasil gilingan
kedua harus ditambahkan susu kapur 3Be yang berfungsi sebagai senyawa
yang mampu menyerap nira dari serat ampas tebu, sehingga pada
penggilingan ketiga nira masih dapat diserap meskipun volumenya lebih
sedikit dari hasil gilingan kedua. Pada penggilingan seterusnya hingga
penggilingan kelima ditambahkan susu kapur 3Be dengan volume yang
berbeda-beda tergantung sedikit banyaknya nira yang masih dapat
dihasilkan.
Kebutuhan energi di pabrik gula dapat dipenuhi oleh sebagian ampas
dari gilingan akhir. Sebagai bahan bakar ketel jumlah ampas dari stasiun
gilingan adalah sekitar 30 % berat tebu dengan kadar air sekitar 50 %.

14
Berdasarkan bahan kering, ampas tebu adalah terdiri dari unsur C (Carbon)
47 %, H (Hydrogen) 6,5 %, O (Oxygen) 44 % dan abu (Ash) 2,5 %.
Menurut rumus Pritzelwitz (Hugot, 1986) tiap kilogram ampas dengan
kandungan gula sekitar 2,5 % akan memiliki kalor sebesar 1825 kkal.
Kelebihan jumlah ampas (bagasse) tebu dapat membawa masalah bagi
pabrik gula, ampas bersifat bulky (meruah) sehingga untuk menyimpannya
perlu area yang luas. Ampas mudah terbakar karena di dalamnya
terkandung air, gula, serat dan mikroba, sehingga bila tertumpuk akan
terfermentasi dan melepaskan panas. Terjadinya kasus kebakaran ampas di
beberapa pabrik gula diduga akibat proses tersebut. Ampas tebu selain
dijadikan sebagai bahan bakar ketel di beberapa pabrik gula mencoba
mengatasi kelebihan ampas dengan membakarnya secara berlebihan
(inefisien). Dengan cara tersebut mereka bisa mengurangi jumlah ampas
tebu.
- Blotong
Blotong merupakan limbah padat produk stasiun pemurnian nira,
berupa endapan berbentuk padatan semi basah dengan kadar air 50 – 70%,
dalam sehari dapat dihasilkan 3,8 – 4 % dari jumlah tebu yang digiling.
Blotong yang dihasilkan diangkut dengan truk kemudian ditampung pada
lahan berbentuk cekungan di bagian belakang pabrik. Blotong
dimanfaatkan sebagai tanah urug dan pengeras jalan. Limbah ini juga
sebagian besar diambil petani untuk dipakai sebagai pupuk, sebagian yang
lain dibuang di lahan terbuka dan dapat menyebabkan polusi udara,
pandangan dan bau yang tidak sedap di sekitar lahan tersebut.

15
Tabel 1 Komponen % Zat yang ada dalam Blotong
Komponen % Zat Kering
Wax dan fat kasar 5 – 14
Protein kasar 5 – 15
Sabut 15 – 30
Gula 15 – 30
Total Abu 9 – 20
SiO2 4 -10
CaO 1–4
P2O5 1–3
MgO 0,5 – 1,5
Sumber http://www.risvank.com/2012/01/25/blotong-dan-pemanfaatannya/

- Abu pembakaran ampas tebu


Abu pembakaran ampas tebu merupakan sisa pembakaran tidak
sempurna ampas tebu yang digunakan dalam proses pengolahan tebu yang
berasal dari ketel uap. Kebanyakan masyarakat masih memanfaatkannya
sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik. Komposisi kimia dari abu
ampas tebu terdiri dari beberapa senyawa yang dapat dilihat pada tabel (2)
berikut :
Tabel 2 Komposisi Abu Pembakaran Ampas Tebu
Senyawa Kimia Presentase (%)
SiO2 71
Al2O3 1,9
Fe2O3 7,8
Cao 3,4
MgO 0,3
KzO 8,2
P2O5 3,0
MnO 0,2
Sumber : http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.pdf

2. Limbah Cair
Yang kita ketahui efek samping dari tindakan industri yang saat ini
sedang berkembang pesat adalah semakin meningkatnya limbah yang
16
dihasilkan oleh industri-industri tersebut. Untuk itu perlu diadakaan
pengolahan kembali limbah-limbah tersebut sebelom dibuang ke badan air
ataupun ke masyarakat.
Dapat dilihat pada limbah industry gula, tetes ( molase ) salah satunya
apabila langsung dibuang ke badan air akan memberikan dampak bau yang
sangat tidak sedap sehingga menimbulkan keresahan serta protes-protes
yang timbul di masyarakat sehingga tercipta ketidak selarasan antara
pembangunan industry dengan keadaan di sekitar industry. Tidak hanya itu,
limbah tetes ini sendiri dapat memberikan efek naiknya COD dan BOD di
dalam air sehingga O2 di dalam air pun menjadi turun. Sehingga kualitas air
di sekitar industry ini pun menjadi memburuk dan banyak biota air di
sekitarnya yang mati karena kekurangan oksigen. Selain itu jika ini terus
berlanjut akan menaikkan tingkat nutrien di dalam air.
3. Limbah Gas
Limbah gas pada pabrik gula umumnya adalah asap cerobong yang
merupakan gas sisa pembakaran dari ketel uap. Asap cerobong ini dapat
digolongkan sebagai aerosol.
Asap cerobong yang mengandung partikel-partikel arang yang berasal
dari pembakaran ampas merupakan asap yang berbahaya sehingga tidak
boleh langsung dibuang ke udara tanpa pengolahan terlebih dahulu. Dalam
menangani limbah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
- Pengendalian Limbah (treatment) yang menggunakan perlakuan tertentu
untuk mengatasi masalah pencemaran yang ditimbulkan tanpa
memanfaatkannya.
- Pemanfaatan (utilization) yang bertujuan untuk mengatasi masalah
pencemaran yang ditimbulkan sekaligus memanfaatkannya

G. Pemanfaat Limbah Industri Gula


Limbah dari industry gula dapat dimanfaat kan dalam berbagai hal
seperti berikut ini:

17
1. Limbah padat
- Ampas tebu dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk ketel dalam
pabrik itu sendiri dan juga dapat dimanfaatkan sebagai papan partikel,
kertas, atau sebagai pupuk kompos yang ramah lingkungan dimana
ampas tebu itu sendiri memiliki unsur hara ( N, P, dan K ) yang kaya
sehingga bagus untuk produksi tanaman.
- Blotong hasil dari sisa pemurnian gula tebu juga dapat dimafaatkan
dalam berbagai macam hal seperti untuk pakan ternak, pembuatan
briket, sebagai pupuk organic.
- Abu ampas pembakaran dari ketel, juga memiliki manfaat yang luar biasa
dibanding hanya dibuang keudara dimana abu yang telah dihisap tersebut
memiliki manfaat seperti untuk pembuatan bata abu tebu, dan juga untuk
memperkuat unsur pada produksi keramik
2. Limbah Cair
Limbah tetes ( molase ) merupakan limbah hasil dari Kristalisai memiliki
manfaat seperti untuk pembuatan bioethanol dari molase, atau pembuatan
alcohol atau dimanfaatkan sebagai pupuk cair.

H. Baku Mutu Industri Gula


Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat
atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan
gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya.
Menurut pengertian secara pokok, baku mutu adalah peraturan
pemerintah yang harus dilaksanakan yang berisi spesifikasi dari jumlah bahan
pencemar yang boleh dibuang atau jumlah kandungan yang boleh berada dalam
media ambien. Secara objektif, baku mutu merupakan sasaran ke arah mana
suatu pengelolaan lingkungan ditujukan. Kriteria baku mutu adalah kompilasi
atau hasil dari suatu pengolahan data ilmiah yang akan digunakan untuk
menentukan apakah suatu kualitas air atau udara yang ada dapat digunakan
sesuai objektif penggunaan tertentu.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh
berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan

18
pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu
lingkungan.
Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-
mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam
lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri dari
berbagai bahan kimia termasuk logam berat Pencemaran lingkungan dapat
dikategorikan menjadi:
1. Pencemaran air
2. Pencemaran udara
3. Pencemaran tanah
Baku mutu untuk mencegah berlimpahnya limbah sehingga
mengakibatkan baku mutu lingkungan tidak memenuhi syarat penghidupan
bagi manusia.

19
BAKU MUTU AIR LIMBAH PABRIK GULA
KAPASITAR DI ATAS 10.000 TON PER HARI
Air limbah proses Air limbah kondensor Air limbah abu ketel Air limbah gabungan
Beban Beban Beban Beban
Kadar Kadar Kadar
Parameter pencemaran pencemaran Kadar maksimum pencemaran pencemaran
maksimum maksimum maksimum
maksimum maksimum (mg/L) maksimum maksimum
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
(g/ton) (g/ton) (g/ton) (g/ton)
BOD5 100 50 60 1500 60 60 60 1650
COD 250 125 100 2500 199 100 100 2750
TSS 100 50 50 1250 50 50 50 1375
Minyak
5 2,5 5 125 5 5 5 137,5
dan Lemak
Sulfida
1,0 0,5 0,5 12,5 0,5 0,5 0,5 13,75
(sebagai S)
PH 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0
Kuantitas
0,5m3 per ton tebu 25 m3 per ton tebu yang
limbah 2 m3 per ton tebu yang diolah 27,5 m3 per ton tebu yang diolah
yang diolah diolah
maksimum
Sumber : https://www.slideshare.net/AuliyaFitriana/proses-pembuatan-gula-28982322

20
BAKU MUTU AIR LIMBAH PABRIK GULA
KAPASITAR 2.500 – 10.000 TON PER HARI
Air limbah proses Air limbah kondensor Air limbah abu ketel Air limbah gabungan
Beban Beban Beban Beban
Kadar Kadar Kadar Kadar
pencemara pencemara pencemara pencemara
maksimu maksimu maksimu maksimu
Parameter n n n n
m m m m
maksimum maksimum maksimum maksimum
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
(g/ton) (g/ton) (g/ton) (g/ton)
BOD5 60 30 60 30 60 30 60 90
COD 100 50 100 50 199 50 100 150
TSS 50 25 50 25 50 25 50 75
Minyak
5 2,5 5 2,5 5 2,5 5 7,5
dan Lemak
Sulfida
0,5 0,25 0,5 0,25 0,5 0,25 0,5 0,75
(sebagai S)
PH 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0 6,0 – 9,0
Kuantitas
0,5m3 per ton tebu yang 5 m3 per ton tebu yang 0,5 m3 per ton tebu yang 1,5 m3 per ton tebu yang
limbah
diolah diolah diolah diolah
maksimum
Sumber : https://www.slideshare.net/AuliyaFitriana/proses-pembuatan-gula-2898232

21
I. Diagram Alir

22
J. Uraian Proses
Diagram Alir Proses pembuatan gula pasir dari tebu
1. Pemerahan ( penggilingan )
Proses yang pertama ialah sebuah tebu yang diangkut menggunakan
truk kemudian ditransportasikan menggunakan cane table. Pada cane table
tebu dihamparkan agar nantinya mudah dimasukkan ke caneconveyer
sehingga batang tebu akan tertata rapi berada di cane conveyer.
Dari cane table batang tebu kemudian diumpankan menuju ke cane
cuttet dan shredder. Pada bagian awal yaitu cane cutter batang tebu dipotong
menjadi potongan yanh lebih kecil dari sebelumnya. Sehingga batang tebu
yang kecil diumpankan ke cane shredder. Dibagian ini, tebu yang pendek
disayat menjadi sayatan - sayatan kecil yang berfungsi mengefisiensi
pemerasan, lalu diumpan ke unit gilingan yang terdiri dari roll crusher dan
chain, conveyor, serta tangki ambisi.
Tangki air ambisi ini disemprotkan yang berfungsi meningkatkan
efisiensi pelarutan gula dari tebu. Proses yang terjadi pada unit gilingan
yakni ketika tebu sayatan yang masuk ke gilingan saru yang menghasilkan
nira perahan pertama ( Npp ) dan juga ampas. Ampas gilingan satu
diumpankan kegilingan dua. Sebelum ampas ke gilingan 2 terlebih dahulu
ditambahkan air ambisi dari nira perahan 3. Nira dari hasil gilingan 3 ini
disebut nira perlahan lanjut ( NPL ). Dan ampas sebelum ke gilingan 3
ditambahkan air ambisi dari nira perahan 4. Nira hasil gilingan 3
diumpankan ke gilingan 2 sebagai air ambisi dan ampas gilingan 3 diumpan
ke gilingan 4. Ampas dari gilingan 4 kemudian ditambahkan air ambisi dari
tangkinuya yanh bersuhu 60 - 70°C. Nira gilingan 4 sebagai air ambisi.
Gilingan 4 diperoleh ampas yang kemudian dimanfaatkan sebagai bahan
bakar boiler.
2. Pemurnian
Pada pross ini berjalan berulang - ulang. Sehingga diperoleh Nira
perahan langsung dan nira perahan pertama yang kemudian dialirkan ke
dmscreen untuk dipisahkan dari serat - serat tebu yang masih terikut
kemudian disimpan pada tangki penampungan nira.

23
Nira yang dihasilkanpada proses pengepresan disebut nira mentah.
Nira mentah dipompakan ketahap pemurnian awal, lalu nira awal ditujukan
heat xchanger untuk diapanaskan di suhu hingga 70°C. Nira hasil tersebeut
dipanaskan. Setelah itu dialirkan menuju defakator. di pemurnian
awal.Dimana nira ditambah susu kapur ( CoHwl). Proses defekasu pada nira
mentah terjadi sebanyak 3x. Pada defekator 1 nira mengalami proses
defikasi sehingga proses nila menjadi pH 6,5. Lalu nira dialirkan ke
konveyor 2. Lalu nira dialirkan ke defekator 2 dan mengalami proses
defekasi kembali sehingga diperoleh nira jernih dengan pH 7,5. Dari
defekator 2 nira dialirkan menuju ke defekator 3 kemudian mengalami
proses defekasi dan dihasilkab nira jernih pH 9,5.
Selanjutnya yang pH 9,5 dialirkan ke sulfitator. Pada sulfitator
dialirkan gas So2 sehingga diperoleh nira jernih pH 7 - 7,72. Kemudian
ditampung pada tangki penampung nira serta menikkan suhunya hingga
105°C. Kemudian dialirkan ke flash tank yang berfungsi membuang gas -
gas pada nira. Selanjutnya tahap clarifier juga berfungsi membuang gas -
gas pada nira yang menghambat proses pengendapan. Lalu ditambahkan
flokulan yang berfungsi mempercepat proses pengendapan. Dihasilkan nira
jernih dan pengotornya. Kemudian disaring dan ditampung ditangki
penampungnya. Nira kotor dialirkan ke mixer kemudian dialirkan menuju
rottary vaccum filter. Dihasilkan nira tapis. Selanjurnya ke tahap pemurnian.
Hasil dari proses pemurnian adalah “nira jernih” (clear juice).
3. Penguapan
Langkah selanjutnya dalam proses pengolahan gula adalah proses
penguapan. Penguapan dilakukan dalam bejana evaporator. Tujuan dari
penguapan nira jernih adalah untuk menaikkan konsentrasi dari nira
mendekati konsentrasi jenuhnya.Pada proses penguapan menggunakan
multiple effect evaporator dengan kondisi vakum. Penggunaan multiple
effect evaporator dengan pertimbangan untuk menghemat penggunaan uap.
Sistem multiple effect evaporator terdiri dari 3 buah evaporator atau lebih
yang dipasang secara seri. Di pabrik gula biasanya menggunakan
4(quadrupple) atau 5 ( quintuple ) buah evaporator.Pada proses penguapan

24
air yang terkandung dalam nira akan diuapkan. Uap baru digunakan pada
evaporator badan I sedangkan untuk penguapan pada evaporator badan
selanjutnya menggunakan uap yang dihasilkan evaporator badan I.
Penguapan dilakukan pada kondisi vakum dengan pertimbangan untuk
menurunkan titik didih dari nira. Karena nira pada suhu tertentu ( > 1250C)
akan mengalamai karamelisasi atau kerusakan. Dengan kondisi vakum maka
titik didih nira akan terjadi pada suhu 700C. Produk yang dihasilkan dalam
proses penguapan adalah ”nira kental”.
4. Kristalisasi
Proses kristalisasi adalah proses pembentukan kristal gula. Sebelum
dilakukan kristaliasi dalam pan masak (crystallizer) nira kental terlebih
dahulu direaksikan dengan gas SO2 sebagai bleaching dan untuk
menurunkan viskositas masakan (nira). Dalam proses kristalisasi gula
dikenal sistem masak ACD, ABCD, ataupun ABC.Tingkat masakan
(kristalisasi) tergantung pada kemurnian nira kental. Apabila HK nira kental
> 85% maka dapat dilakukan empat tingkat masakan (ABCD). Dan apabila
HK nira kental < 85 % dilakukan tiga tingkat masakan (ACD). Pada saat ini
dengan kondisi bahan baku yang rendah pabrik gula menggunakan sistem
masakan ACD, dengan masakan A sebagai produk utama.Langkah pertama
dari proses kristalisasi adalah menarik masakan (nira pekat) untuk diuapkan
airnya sehingga mendekati kondisi jenuhnya. Dengan pemekatan secara
terus menerus koefisien kejenuhannya akan meningkat. Pada keadaan lewat
jenuh maka akan terbentuk suatu pola kristal sukrosa. Setelah itu langkah
membuat bibit, yaitu dengan memasukkan bibit gula kedalam pan masak
kemudian melakukan proses pembesaran kristal. Pada proses masak ini
kondisi kristal harus dijaga jangan sampai larut kembali ataupun terbentuk
tidak beraturan.Setelah diperkirakan proses masak cukup, selanjutnya
larutan dialirkan kepalung pendingin (receiver) untuk proses Na–
Kristalisasi. Tujuan dari palung pendingin ialah : melanjutkan proses
kristalisasi yang telah terbentuk dalam pan masak, dengan adanya
pendinginan di palung pendingin dapat menyebabkan penurunan suhu
masakan dan nilai kejenuhan naik sehingga dapatmendorong menempelnya

25
sukrosa pada kristal yang telah terbentuk. Untuk lebih menyempurnakan
dalam proses kristalisasi makapalung pendingin dilengkapi pengaduk agar
dapat disirkulasi.
5. Pemisahan (Centrifugal Process)
Setelah masakan didinginkan proses selanjutnya adalah pemisahan.
Proses pemisahan kristal guladari larutannya menggunakan
alatcentrifugeatauputeran. Pada alat puteran ini terdapat saringan, sistem
kerjanya yaitu dengan menggunakan gayasentrifugal sehingga masakan
diputar dan strop atau larutan akan tersaring dan kristal gula tertinggal
dalam puteran. Pada proses ini dihasilkan gula kristal dan tetes. Gula kristal
didinginkan dan dikeringakan untuk menurunkan kadar airnya. Tetes di
transfer ke Tangki tetes untuk di jual.
6. Penyelesaian (Sugar Handling)
Gula Produk dikeringkan di talang goyang dan juga diberikan
hembusan uap kering. Produk gulasetelah mengalami proses pengeringan
dalam talang goyang, ditampung terlebih dahulu ke dalam sugar bin,
selanjutnya dilakukan pengemasan atau pengepakan. Berat gula dalam
pengemasan untuk masing-masing pabrik gula tidak sama, ada yang per sak
plastiknya 25 kg atau 50 kg. Setelah itu gula yang berada di sak plastik tidak
boleh langsung dijahit, harus dibuka dulu supaya temperatur gula dalam sak
plastik mengalami penurunan suhu/temperatur. Suhu gula dalam karung
tidak boleh lebih dari 30C/ suhu kamar, setelah gula dalam plastik
dinyatakan dingin maka boleh dijahit. Jika gula dalam sak plastik dalam
keadaan panas dijahit maka berakibat penurunan kualitas gula.

26
K. Spesifikasi Alat
Spesifikasi Alat dan Bahan proses pembuatan gula pasir dari tebu
1. Truk berfungsi mengangkut tebu - tebunya.

Gambar 2.1 Truck

2. Cane Table berfungsi untuk menampung tebu dari truk atau lori untuk
mengatur pemasokan tebu ke krepyak tebu (cane carrier) sehingga posisi
sejajar dengan arah gerak cane carrier.

Gambar 2.3 Cane Table

3. Cane cutter berfungsi sebagai pencacah tebu yang dapat membantu dalam
penyeragaman cacahan tebu yang akan digiling.

Gambar 2.3 Cane Cutter

27
4. Shredder berfungsi untuk membuka sel-sel tebu. Sebelum itu tebu yang
masuk dianalisa brix oleh pos brix kemudian ditimbang.

Gambar 2.4 Shredder

5. Roll Crusher berfungsi untuk menghancurkan sampel yang digunakan

Gambar 2.5 Roll Chruser

6. Conveyor berfungsi untuk memindahkan barang dari satu tempat ke tempat


yang lain menggunakan roller atau belt yang disusun sejajar.

Gambar 2.6 Conveyer

7. Asam Phospat (H3PO4 )


28
Digunakan sebagai bahan pengendap kotoran.

Gambar 2.7 Asam Phospat

8. Air Kapur ( Ca(OH)2 ) berfungsi menaikkan pH nira dari asam menjadi


alkalis serta membantu menjernihkan nira.

Gambar 2.8 Air Kapur

9. Mixer disini berfungsi untuk mencampurkan nira.

Gambar 2.9 Mixxer

10. Rotary Vacuum Filter adalah sebuah filter yang bekerja secara
berkelanjutan dimana bagian yang solid dari sebuah campuran dipisahkan

29
oleh filter yang hanya dapat dilalui oleh liquid atau gas, dalam hal ini
keadaan vakum diperlukan untuk mengakumulasi zat padat di permukaan.

Gambar 2.10 Rotary Vacuum Filter

11. SO2 digunakan dalam pembuatan gas SO2 , yang digunakan pada proses
pemurnian.

Gambar 2.11 SO2

12. Tangki penampung berfungsi sebagai wadah penampung.

Gambar 2.12 Tangki Penampung

13. Crusher sebagai alat yang terdiri dari 2 buah silinder dengan permukaan
yang kasar.

30
Gambar 2.13 Crusher

14. Flash tank berfungsi untuk menurunkan tekanan kondensat maupun uap air
secara cepat.

Gambae 2.14 Flash Tank

15. Pompa berfungsi meningkatkan kecepatan, tekanan, dan ketinggian cairan


pada nira.

Gambar 2.15 Pompa


16. Clarifier berfungsi meningkatkan kejernihan pada tebu itu.

31
Gambar 2.16 Clarifier

17. Evaporator berfungsi sebagai kunci dari penghematan energi di pabrik gula
yang mengolah tebu menjadi gula kristal.

Gambar 2.17 Evaporator

18. Multiple effect evaporator berfungsi sebagai pengentalan awal cairan


sebelum diolah lebih lanjut.

Gambar 2.18 Multiple Effect Evaporator

32
19. Rotary drum dryer fungsinya untuk mengeringkan material yang tidak
mudah pecah dan tahan terhadap panas serta membutuhkan waktu untuk
pengeringan yang cepat.

Gambar 2.19 Rotary Drum Dryer

20. Bucket conveyor adalah alat pemindah bahan.

Gambar 2.20 Bucket Conveyor

21. Vibrating Screen fungsinya untuk memisahkan ukuran material hasil proses
peremukan berdasarkan besarnya ukuran.

Gambar 2.21 Vibrating Screen


33
L. Neraca Massa

34
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Industri gula merupakan salah satu industri berbasis pertanian dengan
menjadikan tebu sebagai bahan baku untuk menghasilkan gula. Proses
pengolahan tebu menjadi gula menghasilkan produk sampingan (by-
products) berupa ampas tebu, tetes tebu, dan blotong yang apabila tidak
diolah akan menimbulkan pencemaran lingkungan.
2. Limbah yang terdapat di industri gula :
a. Limbah Padat meliputi : Ampas tebu, blotong dan abu pembakaran
ampas tebu
b. Limbah Cair
c. Limbah Gas

B. Saran
Demikianlah makalah tentang proses produksi gula ini dibuat, untuk
mendukung ataupun untuk memperbaiki makalah ini diperlukan saran saran
yang bersifat membangun sehingga nantinya makalah ini menjadi lebih bagus
dan sempurna.

35
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, G.H. and Magfirah Ilyas, N. (2021) ‘A Review: Use of Heterogeneous


Catalysts in Biodiesel Production’, Jurnal Chemica, 22(2), pp. 99–107.
Arianti, Y.S. and Waluyati, L.R. (2019) ‘Analisis Nilai Tambah dan Strategi
Pengembangan Agroindustri Gula Merah di Kabupaten Madiun’, Jurnal
Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 3(2), pp. 256–266. Available at:
https://doi.org/10.21776/ub.jepa.2019.003.02.4.
Mardianto, S. et al. (2005) ‘Industri Gula Nasional’, Forum Penelitian Agro
Ekonomi, 23(1), pp. 19–37.
Suci, K. et al. (2006) ‘Perspektif Pengembangan Industri Gula Di Indonesia’,
(70), pp. 1–20.

36

Anda mungkin juga menyukai