Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN TUGAS AKHIR

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU


HAMIL PRIMIGRAVIDA MENJELANG PERSALINAN DI WILAYAH
PUKESMAS JEMBATAN KECIL KOTA BENGKULU

MUTIARA ZUMARTI
NPM F0H021108

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU 2023

1
HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU


HAMIL PRIMIGRAVIDA MENJELANG PERSALINAN DI WILAYAH
KOTA BENGKULU

MUTIARA ZUMARTI

NIM F0H021108

Telah disetujui, diuji dan disahkan umtuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan Program Studi DIII Keperawatan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Bengkulu

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Esti Sorena, S.Kep, SKM,M.Kes Ns.Rina Delfina S.Kep, M,Kep


NIP 196402111988012001 NIP 197807182006042008

Mengetahui
Koordinator Program Studi D3 Keperawatan

Ns. Yusran Hasymi, M.Kep, Sp.KMB


NIP 197110191995031003

2
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil'alimin, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Proposal Laporan Tugas Akhir ini dengan lancar yang
berjudul "Gambaran Tingkat kecemasan ibu hamil primigravida dalam
menghadapi persalinan di Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu". Dalam
penyusunan Proposal Laporan Tugas Akhir ini penulis menyadari masih
banyaknya kesulitan dan kekurangan, akan tetapi bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak penyusunan Proposal Laporan Tugas Akhir ini dapat tersusun dan
diselesaikan tepat waktu. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Proposal Laporan Tugas
Akhir ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Pihak-pihak tersebut
diantaranya:

1. Ibu Dr. Retno Agustina Ekaputri, S.E.M.Sc selaku Rektor Universitas


Bengkulu.

2. Bapak Dr. Jarulis, S.Si, M.Si selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Bengkulu.

3. Bapak Ns. Yusran Hasymi. S.Kep, M.Kep, SP.KMB selaku koordintor prodi
DIII Keperawatan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Bengkulu.

4. Ibu Ns. Esti Sorena S.Kep, SKM, M.Kes selaku pembimbing 1 yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan saran kepada penulis selama penyusunan
Proposal Laporan Tugas Akhir ini.

3
5. Ibu Ns. Rina Delfina S.Kep, M.Kep selaku pembimbing 2 yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan saran kepada penulis selama penyusunan
Proposal Laporan Tugas Akhir ini.

6. Kedua orang tua saya yang sangat saya sayangi ibu Sisma dewi dan bapak
Abdul hamid ALM yang selalu memberikan semangat, mendukung, arahan dan
masukkan serta selalu mendoakan saya dalam pencapai keberhasilan.

7. Teman-teman seperjuangan saya DIII Keperawatan Universitas Bengkulu


angkatan 2021 dan semua Mahasiswa/i Program Studi DIII Keperawatan
Universitas Bengkulu yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan
kepada penulis dan terkhusus untuk teman saya Dea novita , Sulis Anggriani,
Intan Fitriani.

8. Pihak-pihak lain yang tidak bisa penilis sampaikan satu persatu. Atas Bantuan
yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Proposal


Laporan Tugas Akhir ini maka dari pada itu kritik dan saran sangat di harapkan
penulis demi sempurnanya Proposal Laporan Tugas Akhir ini yang nantinya bisa
bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.Terima kasih.

Wassalamulaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bengkulu, Juni 2023

Mutiara zumarti

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Pengertian primigravida
primigravida adalah wanita yang baru hamil untuk pertama
kalinya. Seorang ibu primigravida biasanya mendapatkan kesulitan dalam
mengenali perubahan- perubahan yang terjadi dalam tubuhnya yang
menyebabkan ketidaknyamanan selama kehamilannya berlangsung. Hal
ini mempengaruhi psikologis ibu, karena kurangnya pengetahuan ibu
hamil tersebut. Kurangnya pengetahuan ini juga menyebabkan ibu
primigravida tidak tahu cara mengatasi ketidaknyamanan yang ibu
rasakan.pada kehamilan sejak masa konsepsi (pembuahan) yang terjadi
sebab adanya pertemuan antara sel telur dengan sperma dalam rahim yang
diakhiri dengan lahirnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir. Siklus
kehamilan terdiri dari tiga priode yang di kenal dengan istilah trimester
satu, yaitu minggu pertama hingga 11 minggu 6 hari, trimester dua yaitu
lebih tiga bulan awal minggu 12 sampai dengan 27 minggu 6 hari dan
trimester tiga yaitu minggu ke-28 sampai dengan 40 minggu penuh
sebelum dimulainya proses persalinan atau tiga bulan terakhir.
(Suparyanto dan Rosad (2015, 2020)

Pada trimester III yang dirasakan ibu hamil primigravida adalah


kecemasan akan terasa bertambah karena semakin dekat dengan proses
persalinan. Ibu akan cenderung merasa cemas dengan kehamilannya,
merasa gelisah, dan takut menghadapi persalinan, mengingat
ketidaktahuan menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan. Sedangkan
ibu yang pernah hamil sebelumnya (multigravida), mungkin kecemasan
berhubungan dengan pengalaman masa lalu yang pernah dialaminya.
Umumnya wanita primigravida secara aktif mempersiapkan diri untuk
menghadapi persalinan. Walaupun persalinan ialah proses alami bagi
seorang wanita untuk menjalaninya, tetapi seringkali ibu hamil tidak dapat

5
menghilangkan rasa khawatir dan takut dalam menghadapi proses
persalinan tersebut. Rasa takut dan cemas berlebihan dengan sendirinya
menyebabkan ibu sakit. Selain itu, perasaan cemas yang berkepanjangan
dapat membuat ibu hamil tidak dapat berkonsentrasi dengan baik dan
hilangnya rasa kepercayaan diri. Bahkan untuk beberapa ibu penderita
cemas berat menghabiskan waktunya dengan merasakan kecemasan
sehingga mengganggu aktivitasnya.(Arikalang et al., 2023)

Gejala cemas dapat timbul berbeda-beda pada setiap individu.


Gejala cemas dapat berupa gelisah, pusing, jantung berdebar, gemetaran,
dan lain sebagainya. Rasa cemas dapat menganggu kehidupan sehari-hari
dimana salah satu sumber stressor kecemasan adalah kehamilan, terutama
pada ibu hamil yang banyak mempunyai masalah kehamilan. Adapun
berbagai dampak kecemasan yang dapat terjadi adalah meningkatkan
resiko kejadian BBLR dan kelahiran premature. Selain itu, dampak yang
terjadi pada ibu adalah melemahnya kontraksi otot rahim saat proses
persalinan karena terjadinya pelepasan hormone katekolamin dan
adrenalin yang dapat menghambat pengeluaran hormone oksitosin.
Melemahnya kontraksi otot rahim dapat menyebabkan partus lama
sehingga dapat meningkatkan kejadian infeksi dan kelelahan pada ibu.
(Guarango, 2022)

Kecemasan juga sering diartikan sebagai rasa kekhawatiran yang


timbul karena perasaan akan terjadi sesuatu tidak menyenangkan.
Kecemasan pada tingkat tertentu dianggap normal, tetapi apabila terjadi
terus menerus terjadi ansietas di mana fungsi homeostasis gagal
mengadaptasi maka akan terjadi cemas yang patologis (Amelia et al.,
2020) .

Gangguan psikologis merupakan gangguan kecemasan selama


kehamilan berhubungan dengan terjadinya indeks resistensi pada arteri
uterin. Hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan konsentrasi
noradrenalin dalam plasma darah, sehingga aliran darah ke uterus
terganggu. Uterus sangat sensitif terhadap noradrenalin dan dapat

6
menimbulkan efek vasokontriksi. Mekanisme ini yang mengakibatkan
terhambatnya proses partumbuhan dan perkembangan janin intra uterin
karena kurangnya oksigen dan nutrisi sehingga terjadi kejadian berat
badan lahir rendah (BBLR). Selain itu, kondisi stres dan cemas dapat
berdampak pada ibu hamil yang dapat mengakibat kan tekanan darah
meningkat, susah tidur, dan dapat merangsang peningkatan hormon
kortikotropin yang diketahui berinteraksi dengan hormon oksitoksin dan
progstaglandin. Hormon oksitoksin memediasi kontraksi uterus sehingga
terjadi kelahiran sebelum waktunya.(Maki et al., 2018)

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan


masalah besar di negara berkembang. Persalinan lama merupakan salah
satu penyebab tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.
Beberapa faktor yang berkontribusi terjadinya persalinan lama antara lain
power atau kekuatan ibu saat melahirkan tidak efektif dan psikologis ibu
yang tidak siap menghadapi persalinan. Data WHO 2013 tentang
kecemasan beberapa negara berkembang di dunia menunjukan, rata 15,6%
ibu hamil mengalami gangguan psikologi, antara lain Uganda 18,2%,
Zimbabwe 19% dan Afrika Selatan 41%. Sementara di United Kingdom,
8,1% wanita hamil mengalami gangguan psikologis, di Perancis 7,9%
primigravida mengalami kecemasan selama masa kehamilan, 11,8%
mengalami depresi selama hamil dan 13,2% mengalami kecemasan dan
depresi. Data ibu hamil di Indonesia yang mengalami kecemasan
menjelang persalinan sebesar 26,8%.2 tahun 2013. Tidak semua ibu
menyadari bahwa aspek fisik dan psikis ialah dua hal yang terkait saling
mempengaruhi. Kecemasan merupakan suatu keadaan normal yang
mungkin dirasakan oleh setiap orang jika mengalami tekanan atau
perasaan yang sangat dalam yang dapat menyebabkan masalah kejiwaan.
(Arikalang et al., 2023)

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2022 di Amerika


Serikat 35.539 ibu hamil terdapat 21,9% ibu mengalami kecemasan
menjelang persalinan. Sedangkan di Indonesia pada tahun 2022 prevalensi

7
risiko kejadian depresi atau kecemasan dalam menghadapi persalinan
pervagina sebesar 10-25% dan kecemasan dalam menghadapi persalinan
secara operasi seksio sesarea sebesar 15-25% . (Setiawati et al., 2023)

Berdasarkan hasil penelitian Asmariyah dan Novianti di kota


Bengkulu di dapatkan hasil bahwa ibu hamil dengan kecemasan ringan
39.8%, ibu hamil dengan kecemasan sedang 37.0%, ibu hamil dengan
kecemasan berat 19.4% dan tidak ada yang mengalami kecemasan dengan
kategori berat atau panik 0% (Asmariyah dan Novianti, 2021). Kecemasan
pada ibu hamil memberikan dampak negatif pada kehidupan sehari-hari,
kecemasan tersebut mempengaruhi kesehatan fisik, mental, kognitif,
emosional, dan perilaku ibu. Hampir 75% komplikasi utama yang
menyebabkan kematian ibu salah satunya adalah tekanan darah tinggi
selama kehamilan (pre-eklampsia dan eklampsia). Hasil penelitian
menunjukkan sebanyak 52,7% ibu hamil yang mempunyai tingkat
kecemasan sedang mengalami resiko tinggi hipertensi, sedangkan 57,8%
ibu hamil yang mempunyai tingkat kecemasan tinggi mengalami resiko
tinggi pre-eklampsia .(Illahi et al., 2022)

Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab kecemasan ini,


yang pertama adalah pernyataan bahwa persalinan itu sangat sakit, bahkan
ada beberapa kasus di mana sang ibu meninggal dunia karena proses
persalinan. Ada juga ketakukan yang berhubungan dengan pembiayaan
persalinan tersebut yang nanti nya setelah proses persalinan ternyata dana
yang dikeluarkan tidak sesuai dengan yang di prediksi oleh calon ibu.
Selain itu untuk calon ibu yang baru pertama hamil, sang calon ibu baru
mengalami persiapan persalinan untuk pertama kalinya, jika kita belum
pernah menjalani sesuatu, memang kita akan cenderung untuk merasa
takut. Intinya, persalinan bisa menjadi momok yang sangat menakutkan.
Salah satu tindakan untuk mengurangi tingkat kecemasan adalah dengan
mempersiapkan mental pasien. Persiapan mental yang kurang memadai
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien dan keluarga.(Syafrie,
2018)

8
Kecemasan pada ibu bersalin bisa berdampak meningkatnya
sekresi adrenalin. Salah satu efek adrenalin adalah konstriksi pembuluh
darah sehingga suplai oksigen ke janin menurun. Penurunan aliran darah
juga menyebabkan melemahnya kontraksi rahim dan berakibat
memanjangnya proses persalinan. Tidak hanya sekresi adrenalin yang
meningkat tetapi sekresi ACTH (Adrenocorticotropichormone) juga
meningkat, menyebabkan peningkatan kadar kortisol serum dan gula
darah. Kecemasan dapat timbul dari reaksi seseorang terhadap nyeri. Hal
ini akan meningkatkan aktifitas saraf simpatik dan meningkatkan sekresi
katekolamin (Syafrie, 2018)

Dampak buruk dari kecemasan ibu hamil memicu terjadinya


rangsangan kontraksi rahim. Akibat dari kondisi tersebut dapat
meningkatkan tekanan darah sehingga mampu memicu terjadinya
preeklamsi dan keguguran. Kelahiran Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
dan bayi prematur juga merupakan dampak negatif dari kecemasan ibu
hamil (Guarango, 2022)

Upaya untuk mengatasi kecemasan di bagi menjadi dua jenis yaitu


secara farmakologi (menggunakan obat) serta non farmakologi (tidak
menggunakan obat). Penanganan jenis farmakologi yaitu menggunakan
obat untuk menurunkan kecemasan atau anti ansietas, namun penggunaan
obat- obatan anti ansietas ini menimbulkan dampak / efek samping
mengantuk, mual, pusing, diare, hipotensi, jantung berdebar-debar.
Sedangkan upaya non farmakologis yang bertujuan meningkatkan
kemampuan adaptasi pada ibu selama kehamilan dapat berupa prinsip care
keperawatan melalui Health Education dengan mengutamakan pendidikan
kesehatan tentang persiapan dan proses melahirkan serta manajemen nyeri
selama melahirkan sehingga kecemasan ibu berkurang dan siap dalam
menghadapi persalinan. Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk
intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu,
keluarga, kelompok maupun masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat
berperan sebagai perawat pendidik. Bahwa program pengajaran yang

9
direncanakan membantu mengurangi kecemasan ibu primigravida dan
menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara pengetahuan dan
penurunan kecemasan menghadapi persalinan pada ibu primigravida.
Selain edukasi mengenai kondisi klinis dan psikologi ibu berbagai hal lain
juga perlu diperhatikan seperti kebersihan diri, istirahat yang cukup,
latihan atau olahraga khususnya pada bagian otot perut, asupan gizi, dan
juga cara menyusui serta merawat payudara selama masa nifas. (Guarango,
2022)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat di simpulkan rumusan
masalah sebagai berikut bagaimana gambaran tingkat kecemasan pada ibu
hamil primigravida dalam menghadapi persalinan ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada ibu hamil primigravida
dalam menghadapi persalinan.

1.3.2 Tujuan khusus


1) Untuk mengetahui distribusi karakteristik ibu hamil primigravi
2) Untuk mengetahui distribusi tingkat kecemasan pada ibu hamil
primigravida menjelang persalinan

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini sangat diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti
selanjutnya yang ingin mengembangkan penelitian bagaimana gambaran
tingkat kecemasan pada ibu hamil primigravida dalam menghadapi
persalinan.

1.4.2 Manfaat praktis


a. institusi pendidikan
Untuk menambahkan bahan referensi yang menggambarkan tingkat
pengetahuan ibu hamil primigravida dalam mempersiapkan kelahiran

10
dan dapat dijaikan pedoman dalam penelitian berikutnya dan
memperluas wawasan mahasiswa program studi D III keperawatan.
b. Bagi penolong
Mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kecemasan ibu hamil primigravida dalam menjelang kehamilan.
c. Ibu hamil
Diharapkan penelitian ini dapat membantu ibu hamil untuk mengatasi
ketidaktahuan dengan meningkatkan pengetahuan tentang persiapan
persalinan untuk menggurngi kecemasan dalam menghadapi
persalinan.

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan teori


2.1.1 Pengertian Primigravida
Gravida berarti ibu hamil, primi berarti pertama, sehingga
primigravida adalah seorang wanita hamil yang untuk pertama kali.
Usia terbaik seorang wanita untuk hamil adalah 20 tahun hingga 35
tahun. Apabila seorang wanita mengalami primigravida (masa kehamilan
pertama kali) di bawah usia 20 tahun, maka disebut primigravida muda.
Sedangkan apabila primigravida dialami oleh wanita di atas usia 35
tahun, maka disebut primigravida tua. Bukti menunjukkan bahwa
patofisiologi primigravida dengan preeklamsia berbeda dari observasi
pada multigravida, yang menunjukkan bahwa risiko preeklamsia pada
primigravida lima belas kali lebih besar daripada multigravida (Ida
Rahmawati, 2019)
Komplikasi 17 Baik primigravida muda maupun primigravida tua
memiliki Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), yaitu keadaan di mana jiwa
ibu dan janin yang dikandungnya dapat terancam, bahkan dapat
mengakibatkan kematian. Namun pada primigravida muda memiliki
risiko lebih rendah, karena dianggap memiliki ketahanan tubuh lebih baik
daripada primigravida tua (Ida Rahmawati, 2019)

2.2 Pengertian kehamilan


a. Pengertian kehamilan
Kehamilan adalah hasil pembuahan antara sel telur dan sperma.
Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu) dan tidak

12
lebih dari 300 hari (43 minggu) dihitung dari hari pertama haid.
Kehamilan merupakan suatu perjalanan baru yang ditandai dengan
perubahan fisik dan psikis sehingga timbul berbagai masalah
psikologis. Salah satu aspek psikologis yang berpengaruh pada
kehamilan adalah kecemasan. Rasa cemas selama kehamilan dapat
timbul akibat kekhawatiran akan proses persalinan yang aman untuk
ibu dan bayinya.(Susanto, 2019)
b. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis yang dialami ibu hamil melalui tiga tahap
yaitu:
1) Tahap Trimester I
Krisis awal yang disebabkan oleh kebenaran terjadinya
kehamilan, sebagian wanita mengalami kegembiraan tertentu
karena mereka telah dapat menyesuaikan diri dengan
membentuk hidup baru. Karena tubuh dan emosi seluruhnya
berhubungan, perubahan fisik dapat mempengaruhi emosi.
Segera setelah konsepsi, progesteron dan estrogen dalam tubuh
mulai meningkat. Terjadi keletihan, kelemahan, dan perasaan
mual. Calon ibu merasa tidak sehat benar dan umumnya
mengalami depresi.
2) Tahap Trimester II
Trimester II biasanya ibu sudah mulai merasa cemas Fruktuasi
emosional sudah mulai meningkat, perhatian ibu hamil telah
terfokus pada berbagai perubahan tubuh yang terjadi selama
kehamilan, kehidupan seksual keluarga dan hubungan batiniah
dengan bayi yang dikandungnya.
3) Tahap Trimester II
Trimester III biasanya kecemasan semakin bertambah dimana
sudah mulai mendekati persalinan. Sekitar akhir bulan ke-8
mungkin mengalami periode tidak semangat dan depresi,
ketidaknyamanan bertambah karena janin bertambah besar dan
menunggunya terlalu lama, sehingga ibu hamil sangat emosional

13
dalam upaya mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu
yang mungkin akan terjadi dan harus dihadapi.(Susanto, 2019)

2.2.1 Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Kehamilan


Faktor psikologis yang berpengaruh dalam kehamilan antara lain yaitu :

1) Stressor internal dan eksternal Faktor psikologis yang dapat


berpengaruh dalam kehamilan dapat berasal dari dalam diri ibu
hamil (internal) dan berasal dari luar diri ibu hamil. Faktor
psikologis yang mempengaruhi kehamilan berasal dari dalam diri ibu
antara lain kepribadian ibu dan pengaruh perubahan hormonal yang
terjadi selama masa kehamilan. Stressor internal muncul dari status
emosional ibu yang labil dan trauma psikologis .
Ibu hamil yang memiliki kepribadian immatur (kurang
matang) biasanya dijumpai pada ibu dengan usia yang sangat muda,
tidak mau berbagi dengan orang lain, cenderung menunjukkan emosi
yang tidak stabil, dalam menghadapi kehamilan dibandingkan ibu
hamil yang memiliki kepribadian yang mantap dan dewasa, sehingga
menunjukkan rasa kecemasan dan ketakutan yang berlebihan
terhadap dirinya dan bayi yang dikandungnya selama kehamilan. Hal
ini membuat ibu menjadi lebih mudah depresi selama
kehamilan.selain itu, pengaruh perubahan hormon yang berlangsung
selama kehamilan juga berperan dalam perubahan emosi, membuat
perasaan menjadi tidak menentu, konsentrasi berkurang dan sering
pusing. Hal ini membuat ibu merasa tidak nyaman selama kehamilan
dan memicu timbulnya stres yang ditandai dengan ibu sering
murung.
Stressor eksternal merupakan pemicu stres yang berasal dari
luar diri ibu, misalnya pengalaman ibu dengan mendapatkan kasih
sayang, hubungan dengan suami yang tidak baik, kekerasan seksual,
dan adanya gangguan ringan pada kehamilan misalnya rasa mual dan
konstipasi. Pengalaman ibu yang buruk tentang proses kehamilan
dan persalinan yang meninggalkan trauma berat bagi ibu dapat
menimbulkan gangguan emosi yang mempengaruhi kehamilan.

14
Gangguan emosi yang dialami pada trimester I akan berpengaruh
kepada janin karena pada saat itu janin masih dalam masa
pembentukan dan akan mengakibatkan pertumbuhan bayi terhambat,
pertumbuhan anak nantinya akan mengalami sulit belajar, sering
ketakutan hingga tidak jarang hiperaktif. Ibu merasa gelisah selama
kehamilan akibat terjadi perubahan neurotransmiter diotaknya dan
mempengaruhi sistem neurotransmiter janin melalui plasenta.Selain
itu dapat meningkatkan produksi 27 neural adrenalin, serotonin dan
gotanin yang bisa masuk ke peredaran darah janin sehingga
mempengaruhi sistem sarafnya.
Stressor internal dan eksternal ini biasanya dilihat dari
kesiapan seorang wanita akan kehamilannya. Ibu hamil sering tidak
menyadari adanya perubahan psikologis, adanya kekecewaan, putus
asa, membutuhkan perhatian, atau perubahan citra tubuh yang
berpengaruh terhadap perubahan psikologi wanita tersebut.
Stressor yang berlebihan dapat meningkatan denyut jantung
dan tekanan darah, kelambatan pencernaan makanan, pengeluaran
extra hormone, neurotransmiter, dan pelemahan sistem imunitas
yang secara tidak langsung mempengaruhi outcome kehamilan.
(Guarango, 2022)
2) Dukungan suami
Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui bahwa dirinya
akna menjadi seorang ayah bersumber dari perasaan bangga atas
kemampuannya memiliki keturunan bercampur dengan keprihatinan
akan kesiapannya menjadi seorang ayah dan menjadi pencari nafkah
untuk keluarganya. Seorang calon ayah mungkin akan
memperhatikan kondisi ibu yang hamil dan menghindari hubungan
seks karena takut akan mencederai bayi, sebagian besar pria
memiliki hasrat seks yang lebih tinggi disaat isterinya sedang hamil.
Bentuk dukungan yang diberikan oleh suami kepada istri yang hamil
lebih mengedepankan sikap untuk saling berkomunikasi yang jujur

15
dan terbuka, dan ini menempatkan nilai-nilai penting dalam keluarga
untuk mempersiapkan diri menjadi orang tua. (Guarango, 2022)
3) Dukungan keluarga
Wanita hamil sering merasakan ketergantungan terhadap
orang lain, tetapi sifat ketergantugan akan lebih besar ketika bersalin.
Sifat ketergantungan itu lebih banyak dipengaruhi kebutuhan rasa
aman, terutama menyangkut keamanan dan keselamatan saat
melahirkan. Hal ini sangat dibutuhkan adanya dukungan anggota
keluarga besar baik dari istri maupun suami (Guarango, 2022).
4) Substansi atau drug abuse
Drug abuse atau penyalahgunaan obat merupakan cara
menggunakan obat hanya untuk kesenangan pribadi atau golongan
saja. Penggunaan obat terlarang sangat membahayakan kesehatan
penggunanya, apalagi apabila orang tersebut sedang hamil karena
obat akan masuk ke janin. Dampak ibu hamil mengonsumsi obatobat
terlarang ini yaitu meningkatnya resiko IUGR dan persalinan
preterm berhubungan dengan penyalahgunaan marijuana dan kokain.
Sulit menentukan dengan pasti dampak dari penggunaan obat-obatan
terlarang terhadap status gizi wanita hamil, karena penyalahgunaan
obat-obat terlarang selalu disertai dengan penyalahgunaan substansi
lainnya seperti alkohol, rokok, kemiskinan, pendidikan yang rendah.
5) Partner abuse
Partner abuse merupakan pengaruh dari pasangan hidup ibu
yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persiapan persalinan ibu,
dimana peranan pasangan hidup sangat menentukan baik secara
langsung terhadap kesehatan ibu hamil maupun terhadap janin yang
dikandungnya, keterlibaan atau partisipasi suami selama masa
kehamilan sangat diperlukan.

Menurut Bethsaida (2016), dampak perubahan psikologis


pada ibu hamil antara lain :
1) Sensitif

16
Penyebab ibu hamil menjadi sensitif yaitu faktor
hormon.Reaksi wanita menjadi lebih peka, mudah
tersinggung dan gampang marah sehingga perilaku ibu hamil
ini sering dianggap kurang menyenangkan. Keadaan ini harus
dipahami suami dan jangan membalas dengan kemarahan
karena akan menambah perasaan tertekan. Perasaan tertekan
akan berdampak buruk dalam perkembangan fisik dan psikis
bayi.
2) Cenderung malas
Penyebab wanita hamil cenderung malas yaitu akibat
perubahan hormon yang sedang dialaminya. Perubahan
hormon akan mempengaruhi gerakan tubuh ibu seperti
gerakan tubuh ibu semakin lamban dan semakin merasa letih.
Keadaan ini membuat ibu hamil cenderung menjadi malas.
3) Minta perhatian lebih
Perilaku ibu hamil akan menunjukkan sikap ingin
diperhatikan dan terkadang kondisi ini mengganggu terutama
jika pasangannya kurang memiliki sikap perhatian. Perhatian
suami walaupun sedikit akan berdampak memicu tumbuhnya
perasaan aman dan pertumbuhan janin menjadi lebih baik.
4) Gampang cemburu
Sifat cemburu ibu hamil terhadap suami akan muncul tanpa
alasan misalnya jika pulang kerja telat sedikit sehingga sifat
kecemburuannya akan meningkat. Faktor penyebabnya yaitu
perubahan hormonal dan perasaan tidak percaya atas
perubahan penampilan fisiknya. Ibu hamil akan meragukan
kepercayaan terhadap 30 suaminya seperti takut ditinggalkan
suami atau suami pacaran lagi. Suami harus memahami
kondisi istri dan melakukan komunikasi terbuka dengan istri.
5) Kecemasan
Setiap ibu hamil mempunyai tingkan kecemasan yang
berbeda-beda dan sangat tergantung pada sejauh mana ibu

17
hamil itu mempersepsikan kehamilannya. Faktor penyebab
timbulnya kecemasan ibu hamil yaitu berhubungan dengan
kondisi kesejahteraan dirinya dan bayi yang akan dilahirkan,
pengalaman keguguran kembali, rasa aman dan nyaman
selama masa kehamilan, penemuan jati dirinya dan persiapan
menjadi orang tua, sikap memberi dan menerima, keuangan
keluarga, dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan.
(Guarango, 2022)

2.3 Konsep persiapan persalinan


2.3.1 Pengertian persalinan
Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan
bayi yang diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak
pada saat pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan
selaputnya dimana proses persalinan ini akan berlangsung selama 12-14
jam .
Menurut mochtar persalinan atau disebut dengan partus adalah suatu
proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar.(Guarango, 2022)

2.3.2 Persiapan dalam Menghadapi Persalinan


Persiapan persalinan mempunyai beberapa hal, menurut Bobak, Irene. M.,
Lowdermilk. ada 4 hal, yaitu fisik, psikologis, finansial, kultural.

a. Persiapan Fisik
Proses persalinan adalah proses yang banyak melelahkan, untuk itu
perlunya dilakukan persiapan fisik semenjak kehamilan memasuki
bulan ke 8 kehamilan, hal ini disebabkan persalinan bisa terjadi kapan
saja.Persiapan fisik berkaitan dengan masalah kondisi kesehatan ibu,
dimana ibu perlu menyiapkan kondisi fisik sebelum hamil. Ibu
memahami berupa adanya perubahan fisiologi sebelum terjadi
persalinan kira-kira 2 minggu, dimana ibu akan lebih mudah bernafas
karena fundus uteri agak menurun berhubung kepala janin mulai masuk
ke dalam Pintu Atas Pinggul (PAP), Ibu akan sering Buang Air Kecil

18
(BAK) karena turunnya kepala janin ke dalam PAP yang menekan
vesika urinaria serta ibu merasakan adanya gambaran his palsu yaitu
kadang-kadang perut mengejang.Makan makanan bergizi dan minum
yang cukup banyak, serta tetap melakukan aktivitas seperti berjalan
pagi, atau kegiatan rumah lainnya (untuk yang bekerja dipastikan sudah
cuti), dan tetap istirahat yang cukup. Hal tersebut di atas dimaksudkan
bahwa dengan aktivitas, istirahat dan gizi yang baik, energi dan tenaga
untuk menghadapi persalinan nanti diharapkan cukup baik, dan dapat
membantu prosesnya agar lancar dan cepat, ibu juga tidak anemia dan
mengalami lemas kehabisan energi, karena proses persalinan bisa
berbeda-beda waktunya pada setiap orang, ada yang lama, ada yang
cepat, dan umumnya melelahkan .
b. Persiapan psikologi

Persiapan pada ibu primigravida umumnya belum mempunyai


bayangan mengenai kejadian-kejadian yang akan dialami pada akhir
kehamilannya saat persalinan terjadi. Salah satu yang harus
dipersiapkan ibu menjelang persalinan yaitu hindari kepanikan dan
ketakutan dan bersikap tenang, dimana ibu hamil dapat melalui saat
persalinan dengan baik dan lebih siap serta meminta dukungan dari
orang-orang terdekat, perhatian dan kasih sayang tentu akan membantu
memberikan semangat untuk ibu yang akan melahirkan. Keluarga baik
dari orang tua maupun suami merupakan bagian terdekat bagi calon ibu
yang dapat memberikan pertimbangan serta bantuan sehingga bagi ibu
yang akan melahirkan merupakan motivasi tersendiri sehingga lebih
tabah dan lebih siap dalam menghadapi persalinan. Dalam mengatasi
perasaan takut dalam persalinan, ibu dapat mengatasinya dengan
meminta keluarga atau suami untuk memberikan sentuhan kasih
sayang, meyakinkan ibu bahwa persalinan dapat berjalan lancar,
mengikutsertakan keluarga untuk memberikan dorongan moril, cepat
tanggap terhadap keluhan ibu/ keluarga serta memberikan bimbingan
untuk berdo'a sesuai agama dan keyakinan

19
c. Persiapan Finansial

Persiapan finansial bagi ibu yang akan melahirkan merupakan. suatu


kebutuhan yang mutlak harus disiapkan, dimana persiapan finansial
atau yang berkaitan dengan penghasilan atau keuangan. yang dimiliki
untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan berlangsung sampai
persalinan. Kondisi ekonomi berkaitan dengan. kemampuan ibu untuk
menyiapkan biaya persalinan, menyiapkan popok bayi dan
perlengkapan lainnya, persalinan memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Untuk itu sebaiknya Ibu sudah menganggarkan biaya untuk persalinan.
Biaya bisa Ibu atau keluarga anggarkan. disesuaikan dengan tarif
persalinan di tempat di mana rencana persalinan akan berlangsung.
Selain anggaran biaya persalinan perlu juga menentukan tempat
kelahiran sesuai kemampuan kita, misalnya rumah bersalin atau
dirumah dengan mendatangkan bidan. Perencanaan yang adekuat
meliputi penentuan tempat yang tepat dengan pertimbangan dalam
memilih tempat bersalin dengan mempertimbangkan jarak tempat
bersalin dengan rumah, kualitas pelayanannya, ketersediaan tenaga
penolong, fasilitas yang dimiliki, kemampuan pembiayaan dimana
setiap klinik/rumah sakit memiliki ketentuan tarif yang beragam.

d. Persiapan Kultural
Ibu harus mengetahui adat istiadat, kebiasaan, tradisi dan tingkat hidup
yang kurang baik terhadap kehamilan, dan berusaha mencegah akibat
itu. Persiapan yang berhubungan dengan kebiasaan yang tidak baik
sebelum kehamilan untuk dihindari selama kehamilan terjadi. Faktor
budaya sangat penting dimana terdapat tradisi untuk membawa plasenta
ke rumah, cara berperilaku yang benar selama kehamilan dengan
menjaga sikap dan perilaku.

2.4 Konsep Kecemasan


2.4.1 Pengertian Kecemasan
Kecemasan (anxiety) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
diartikan sebagai kekuatiran, kegelisahan, ketakutan akan sesuatu yang

20
akan terjadi. Itu juga berarti suatu perasaan takut, kuatir bahwa akan
terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan.
Kecemasan adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari
seseorang. Cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang tidak
nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Cemas berkaitan dengan
perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya.
Istilah “kecemasan” mengacu pada perasaan tidak nyaman dan
ketakutan, ditambah dengan beberapa gejala fisik yang tidak
menyenangkan, termasuk ketegangan (otot yang menegang), denyut
jantung yang bertambah cepat, nafas memburu, mulut kering, badan
berkeringat dan gemetar. Apabila rasa cemas semakin parah, berbagai hal
yang lebih buruk bisa muncul, misal rasa pusing, pingsan, dada 25 sakit,
pandangan buram, perasaan tercekik, badan terasa panas dan dingin, mual
dan sering buang air atau diare.
Kecemasan (Ansietas) adalah suatu keadaan emosional yang tidak
menyenangkan yang ditandai oleh rasa ketakutan serta gejala fisik yang
menegangkan serta tidak diinginkan. Kecemasan (anxiety) didefinisikan
sebagai keadaan emosi yang kronis dan kompleks dengan
keterperangkapan dan rasa takut yang menonjol. (Kartono, 1981) juga
mengungkapkan bahwa neurosa kecemasan pada wanita ialah kondisi
psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis, sungguhpun tidak ada
rangsangan yang spesifik. Menurutnya, kecemasan ditandai dengan emosi
yang tidak stabil, mudah tersinggung dan marah, sering dalam keadaan
gelisah. Kecemasan adalah rasa takut atau kekhawatiran kronis pada
tingkat yang ringan. Ansietas (Kecemasan) adalah perasaan tidak senang
atau ketakutan yang dialami oleh indivudu/ kelompok dan aktivasi sistem
saraf otonom dalam merespons ancaman yang tidak spesifik dan tidak jelas
(Arulampalam Kunaraj, P.Chelvanathan, Ahmad AA Bakar, 2023)

2.4.2 Tingkat Kecemasan


a. Kecemasan Ringan

21
Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan kesadaran yang terangsang untuk melakukan tindakan
secara positif, sedangkan dalam pemeriksaan tertentu mengalami
peningkatan suhu. Tanda- tanda: Ketegangan ringan, kewaspadaan
tinggi, penginderaan lebih tajam, persepsi meluas dan mampu
menyelesaikan masalah.
b. Kecemasan Sedang
Adalah keadaan dimana seseorang merasa lebih tegang, mengalami
penurunan konsentrasi dan persepsi, merasa sadar tetapi fokus
pikiranya sempit dan mengalami gangguan peningkatan tandatanda
vital, sakit kepala, mual, sering BAB, palpitasi dan letih. Tanda- tanda:
Kewaspadaan berlebihan, lebih tegang, pikiran lebih luas, lebih sadar,
padahal detail yang berkaitan dengan stressor.
c. Kecemasan Berat
Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami gangguan
persepsi dan perasaan selalu terancam, ketakutan yang meningkat dan
adanya diskomunikasi mengalami peningkatan suhu tubuh yang lebih
dramatis, serta timbul gangguan seperti diare, diaforesis, palpitasi,
nyeri dada dan muntah. Tanda- tanda: 30 Lapang persepsi sangat
sempit, sulit untuk ditembus, berkurang pada detail tidak mampu
membuat kaitan dengan kesulitan menyelesaikan masalah

Sedangkan menurut Stuart & Sudden ,tingkat kecemasan adalah


panik (Panic). Dimana individu merasa sangat kacau, sehingga
berbahaya bagi diri maupun orang lain. Tidak mampu bertindak,
berkomunikasi dan berfungsi secara aktif.

2.4.3 Gejala- gejala Kecemasan


Setiap individu pasti pernah merasakan perasaan tidak nyaman, takut,
waswas akan suatu hal dalam hidupnya, salah satunya adalah perasaan
cemas.
Gejala-gejala kecemasan ditandai pada tiga aspek :

22
a. Aspek biologis/ fisiologis:
Peningkatan denyut nadi dan tekanan darah, tarikan nafas menjadi
pendek dan cepat, berkeringat dingin, termasuk di telapak tangan,
nafsu makan hilang, mual/ muntah, sering buang air kecil, nyeri
kepala, tak bisa tidur, mengeluh, pembesaran pupil dan gangguan
pencernaan.
b. Aspek intelektual/ kognitif:
Ketidak mampuan berkonsentrasi, penurunan perhatian dan keinginan,
tidak bereaksi terhadap rangsangan lingkungan, penurunan
produktivitas, pelupa, orientasi lebih ke masa lampau daripada masa
kini/ masa depan.
c. Aspek emosional dan perilaku: Penarikan diri, depresi, mudah
tersinggung, mudah menangis, mudah marah dan apatisme. Selain itu,
menurut Whitley (1994) dalam, aspek ini dilengkapi dengan
ketakutan, tidak berdaya, gugup, kurang percaya diri dan mencela diri
sendiri.

2.4.4 Penilaian Kecemasan


Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang
maka perlu dilakukan pemeriksaan kecemasan. Pengukuran tingkat
kecemasan dapat menggunakan berbagai skala penelitian. Salah satunya
menggunakann alat ukur instrumen Hamilton Rating Scale For Anxiety
(HRS-A). HRS-A digunakan untuk melihat tingkat keparahan terhadap
gangguan kecemasan.Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok sesuai
dengan gejala (Hawari, 2018).

2.4.5 Gejala kecemasan menurut HARS dalam terdiri dari:


1) Perasaan cemas Cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,
mudah terganggu.
2) Ketegangan Merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat tenang, mudah
terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah.
3) Ketakutan Pada gelap, pada orang lain.

23
4) Gangguan tidur Sukar memulai tidur, terbangun malam hari, tidak
pulas, bangun dengan lesu, mimpi buruk dan menakutkan.
5) Gangguan kecerdasan Sulit berkonsentrasi, daya ingat buruk, sering
bingung.
6) Perasaan depresi Hilang minat, berkurangnya kesenangan pada hobi,
sedih, bangun dini hari, perasaan berubah- ubah sepanjang hari.
7) Gejala somatik (otot) Sakit dan nyeri, otot kaku, kedutan otot, gigi
gemeretek, suara tidak stabil
8) Gejala sensorik. Telinga berdengung, penglihatan kabur, muka merah
atau pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk- tusuk.
9) Gejala kardiovaskuler Takikardia, berdebar- debar, nyeri dada, denyut
nadi mengeras, rasa lemah seperti pingsan, detak jantung menghilang
(berhenti sekejap).
10) Gejala respirasi Rasa tertekan atau sempit dada, perasaan tercekik,
sering menarik nafas panjang, nafas pendek atau sesak.
11) Gejala GIT (Gastrointestinal tract) Sulit menelan, perut melilit,
gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan
terbakar diperut, rasa penuh atau kembung, enek, BAB lembek,
muntah, kehilangan BB, konstipasi.
12) Gejala Urogenital Sering buang air kecil, tidak dapat menahan
kencing, amenorhoe pada wanita, menjadi dingin (frigit), ejakulasi
prekok, impotensi.
13) Gejala otonom Mulut kering, muka kering, mudah berkeringat,
pusing, sakit kepala, bulu roma berdiri. 14. Gejala tingkah laku
Gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kening berkerut, muka tegang,
tonus otot meningkat, nafas pendek dan mudah marah.

2.4.6 Faktor Penyebab


Kecemasan Penyebab rasa cemas dapat dikelompokkan pula
menjadi tiga faktor, yaitu :
a. Faktor biologis/ fisiologis, berupa ancaman akan kekurangan
makanan, minuman, perlindungan dan keamanan.

24
b. Faktor psikososial, yaitu ancaman terhadap konsep diri, kehilangan
orang/ benda yang dicintai, perubahan status sosial/ekonomi.
c. Faktor perkembangan, yaitu ancaman pada perkembangan masa bayi,
anak, remaja.

2.4.7 Penilaian Kecemasan


Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang maka
perlu dilakukan pemeriksaan kecemasan. Pengukuran tingkat kecemasan
dapat menggunakan berbagai skala penelitian. Salah satunya
menggunakann alat ukur instrumen Hamilton Rating Scale For Anxiety
(HRS-A). HRS-A digunakan untuk melihat tingkat keparahan terhadap
gangguan kecemasan.Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok sesuai dengan
gejala .

Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara


0-4 yang dirincikan sebagai berikut :

a. Penilaian
Sekor 0 :Tidak ada gejala atau keluhan
Sekor 1,ringan :Gejala ringan (apabila terdapat satu
gejala yang ada)
Sekor 2,sedang :Gejala sedang (jika terapat separuh
dari gejala yang ada
Sekor 3,berat :Gejala berat (jika terdapat lebih dari
separuh gejala yang ada
Sekor 4,sangat berat :Gejala berat sekali (jika terdapat
semua gejala yang ada)

b. Penilaian Derajat Kecemasan


Skor < 14 : Tidak ada kecemasan

25
Skor 14-20 : Kecemasan Ringan
Skor 21-27 : Kecemasan Sedang
Skor 28-41 : Kecemasan Berat
Sekor 42-56 :Kecemasan berat sekali

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian atau visualisasi antara


variabel yang satu dengan variabel yang lainnya yang ingin di teliti.

Karakteristik ibu
Ibu hamil
primigravida trimester hamil :
ke tiga
1.usia

2.tingkat pendiikan

3.pekerjaan

Tingkat kecemasan Menghadapi


persiapan
1.ringan persalinan

2.sedang

3.berat

Sekema 2.1 kerangka Teori

26
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan penelitian


Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif ini berfokus kepada angka atau
nilai dalam pengukuran variable. Penelitian deskriptif kuantitatif yang
bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa–peristiwa
penting yang terjadi pada masa kini, yang di lakukan secara sistematis dan
lebih menekankan pada data faktual dari pada penyimpulan. Adapun
tujuan dari penelitian ini untuk melihat gambaran tingkat kecemasan ibu
hamil primigravida dalam menghadapi persalinan.

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi adalah kumpulan data yang memiliki karakteristik yang
sama dan menjadi objek inferensi . Statistik inferensi didasarkan pada dua
konsep dasar. Artinya, Populasi sebagai data total balik bilangan real
maupun imajiner, dan sampel sebagai bagian dari populasi. Inferensi ke
populasi dari mana ia berasal (perkiraan/gambaran). Dalam penelitian ini
populasi adalah gambaran tingkat kecemasan ibu hamil primigravia dalam
menghadapi persalinan 31 responden pada tahun 2022 di pukesmas
Jembatan kecil.

27
3.2.2 Sampel
Menurut Notoatmodjo 2018, sempel adalah objek yang di teliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Sempel dalam penelitian ini adalah
sebagian ibu hamil primigravida di pukesmas jembatan kecil kota
bengkulu dengan jumlah responden 31.
Besaran sampel pada penelitian ini adalah :
N
n= 2
1+ Ne
Keterangan :

n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
2
Ne = Batas toleransi kesalahan

3.2.3 Kriteria 2Sampel


Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya,
maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria
inklusi, maupun kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-
ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil
sebagai sampel. Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota
populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018)
a. Kriteria Inklusi :
1) Ibu hamil primigravida trimester di Puskesmas Jembatan kecil
Provinsi Bengkulu
2) Ibu hamil yang mampu berkomunikasi dengan baik
3) Ibu hamil yang bersedia menjadi responden dan kooperatif
b. Kriteria Eksklusi
1) Ibu hamil yang dalam keadaan sakit
2) Ibu hamil memiliki riwayat gangguan kesehatan dan penyakit
kronik sebelum dan selama kehamilan.

3.3 Ruang Lingkup Penelitian


3.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Pukesmas Jembatan Kecil Kota
Bengkulu

28
3.3.2 Waktu Penelitian
Pra peneliti akan dilaksanakan pada Meret-april 2024.

3.4 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah
tingkat kecemasan ibu hamil primigravida dalam menghadapi persalinan

3.5 Definsi Operasional


Definisi operasional merupakan pemberian atau penempatan makna
untuk suatu variable dengan spesifikasi pada kegiatan atau pelaksanaan

Tabel 3.1 Definisi Oprasional Penelitian

Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala


Operasional
Tingkat Yang Kuesioner 1.cemas Numerik
HARS ringan14-
kecemasan dialami ibu
20
ibu hamil hamil dalam
2.cemas
primigravia menghadapi
sedang21-
persalinan
27
3.cemas
berat 28-41

a. Jenis Data
Dalam penelitian ini jenis data menggunakan data primer. Data
primer adalah data yang langsung dari responden dengan
menggunakan lembar (kuesioner) yang diamati oleh peneliti. Data
sekunder adalah data pasien ibu hamil primigravida di pukesmas
tersebut meliputi Nama, Jenis kelamin, Umur.

29
b. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini akan
dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Tahap pengumpulan data
antara lain info consent, menggumpulkan lembar kuisioner, terdiri
dari 3 lampiran yaitu lembar permohonan, persetujuan dan kuisioner
yang terdiri atas 14 pertanyaan yang akan diisi oleh responden.

3.6 Instrumen Penelitian


Instrument dalam penelitian ini adalah kuesioner baku yang
dimodifikasi. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang dikembangkan
oleh Max Hamilton pada tahun 1956, untuk mengukur semua tanda
kecemasan baik psikis maupun somatic pada kecemasan anak dan orang
dewasa. Kuesioner dengan variable tingkat kecemasan berisi 14
pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk mendapatkan
informasi. Pertanyaan instrument ini menggunakan likert scale. Setiap
pertanyaan terdiri dari 5 penlilaian yaitu tidak ada gejala sama sekali (0
atau tidak ada), satu gejala dari pilihan yang ada (1 atau ringan),
separuh dari gejala yang ada (2 atau sedang), lebih dari separuh dari
gejala yang ada (3 atau berat), dan semua gejala ada (4 atau sangat
berat). (Illahi et al., 2022)

3.7 Pengolahan Data


Pada penelitian ini untuk proses pengolahan data dari responden
mencakup beberapa tahapan, data yang telah dikumpulkan akan diolah
dengan benar dan tepat .(Guarango, 2022)

a. Editing

Hasil yang diperoleh atau di kumpulkan melalui lembar kuesioner


perlu di sunting (edit) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah
merupakan kegiatan mengecek dan perbaikan isian formulir atau
lembar kuesioner tersebut apakah lengkap, dalam arti semua langkah-
langkah sudah diisi .

30
b. Coding

Setelah semua lembar kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya


dilakukan peng"kodean" atau "coding", yakni mengubah data
berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan
(Notoatmodjo, 2018). Coding atau pemberian kode ini sangat berguna
dalam memasukkan data (data entry). Pengelompokan data serta
pemberian kode atau nilai pada langkah-langkah yang dilakukan untuk
mempermudah dalam memasukkan data dan analisis data.

c. Scoring

Scoring merupakan penilaian data dengan memberikan skor pada


pertanyaan yang berkaitan dengan Tindakan responden. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan bobot pada masing-masing jawaban,
sehingga mempermudah perhitungan.Untuk mengukur tingkat
kecemasan bila hasil dari kuesioner responden tidak mengalami
kecemasan maka skor nya "0", mengalami kecemasan ringan skor "1",
mengalami kecemasan sedang skor "2", mengalami kecemasan berat
skor "3", mengalami panik skor "4".

d. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing Data


Yaitu langkah-langkah dari masing-masing responden yang dalam
bentuk "kode" (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau
"software" komputer. Software komputer ini bermacam-macam,
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Dalam
penelitian ini peneliti melakukan entry data dengan menggunakan
program komputer IBM SPSS Statistics 20 (Notoatmodjo, 2018).

e. Tabulating
Tabulating yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengaan tujuan
penelitian atau yang dinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2018).
Peneliti membuat tabulasi dalam penelitian ini yaitu dengan

31
memasukan data kedalam tabel yang digunakan yaitu tabel distribusi
frekuensi

3.8 Analisa Data


3.8.1 Analisa Univariat
Analisis univariat memilki tujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap
responden atau variabel. Peneliti menganalisa tingkat kecemasan
sebelum dan sesudah diberikan Health Education tentang persiapan
persalinan. Semua karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu:
usia, pendidikan dan tingkat kecemasan pada ibu hamil perimigravida.

3.9 Etika Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan etika penelitian. Prinsip etik
diterapkan dalam kegiatan penelitian dimulai dari penyusunan proposal
hingga penelitian ini di publikasikan (Notoatmodjo, 2018).
1) Persetujuan (Inform Consent)
Prinsip yang harus dilakukan sebelum mengambil data kepada subjek
adalah didahulukan meminta persetujuannya (Notoatmodjo, 2018).
Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan lembar persetujuan
(inform consent) kepada responden yang diteliti, dan responden
menandatangani setelah membaca dan memahami isi dari lembar
persetujuan dan bersedia mengikuti kegiatan penelitian. Peneliti tidak
memaksa responden yang menolak untuk diteliti dan menghormati
keputusan responden. Responden diberi kebebasan untuk ikut serta
ataupun mengundurkan diri dari keikutsertaannya.
2) Tanpa Nama (Anonimity)
Etika penelitian yang harus dilakukan peneliti adalah prinsip anonimity.
Prinsip ini dilakukan dengan cara tidak mencantumkan nama responden
pada hasil penelitian, tetapi responden diminta untuk mengisi inisial dari
namanaya dan semua kuesioner yang telah terisi hanya akan diberi nomer
kode yang tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi identitas
responden. Apabila penelitian ini di publikasikan, tidak ada satu
identifikasi yang berkaitan dengan responden yang dipublikasikan.
3) Kerahasiaan (Confidentiality)
Prinsip ini dilakukan dengan tidak mengemukakan identitas dan seluruh
data atau informasi yang berkaitan dengan responden kepada siapapun.
Peneliti menyimpan data di tempat yang aman dan tidak terbaca oleh
orang lain. Setelah penelitian selesai dilakukan makan peneliti akan
memusnahkan seluruh informasi.(Guarango, 2022)

32
33

Anda mungkin juga menyukai