Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

ASUHAN GIZI DAN DIETETIK PASCA BEDAH

“Asuhan Gizi Dan Dietetik Pada Pasien Bedah Peritonitis Dan Cholelithiasis”

Dosen Pengampu :
Ayu Febriyatna, S.ST.,M.Gizi

Disusun Oleh :
Tsamrotun Ainiyah
G42202269/ D

POLITEKNIK NEGERI JEMBER


JURUSAN KESEHATAN PROGRAM STUDI GIZI KLINIK
TAHUN 2023
STUDI KASUS
Pasien seorang laki - laki berusia 45 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan
nyeri ulu hati. Pasien diperiksa oleh dokter IGD dan diagnosa Abdominal pain. Selanjutnya
pasien dikonsultasikan kepada dokter spesialis bedah (SpB) dan dilakukan USG dan didapatkan
diagnosa dari SpB adalah peritonitis dan cholelithiasis. Kemudian pasien berencana dilakukan
tindakan operasi (laparotomy).
Pasien juga dikonsultasikan oleh dokter spesialis anestesi (SpAn) untuk persiapan operasi.
Setelah semua prosedur pemeriksaan untuk persiapan operasi sudah dilakukan, pasien dibawa ke
ruang operasi untuk dilakukan tindakan operasi. Diagnosa pra dan pasca bedah dari SpB adalah
Perforasi Gaster dengan tindakan omental patch. Setelah tindakan operasi selesai, pasien dirawat
di ruang ICU dengan kesadaran somnolent dan terpasang O2 by ET on ventilator. Ahli gizi
melakukan asesmen kepada pasien terkait dengan pola diet harian pada hari ke-2 perawatan.
Asesmen dilakukan kepada keluarga pasien dan didapatkan hasil sebagai berikut :
 Pasien memiliki kebiasaan makan 2-3x/hari, jarang mengkonsumsi selingan dan
kebiasaan minum air putih ± 6 gls/hari. Bentuk makanan yang dikonsumsi berupa
makanan lunak/saring (bubur nasi/bubur sumsum/biskuit). Asupan makan berkurang
sejak 3 bulan lalu.
 Pasien memiliki riwayat sakit gigi, sudah berobat ke beberapa rumah sakit namun tidak
kunjung sembuh. Pasien sering mengkonsumsi obat pereda nyeri dengan dosis tinggi
(dibeli di apotik dan tanpa resep dokter).
 Pasien sering mengeluh perut terasa begah dan penuh selama 3 bulan terakhir.
 Pasien berprofesi sebagai videographer.
 Riwayat merokok (+) dan konsumsi kopi (sudah berhenti minum kopi ± 3 bulan terakhir).
Hasil pengukuran antropometri pasien yaitu: LILA = 23,5 dan ULNA =25,6. Hasil
pemeriksaan Biokimia menunjukkan bahwa WBC = 17,4 103/uL, RBC = 3,6 106/uL,
Hemoglobin = 9,4 g/dL, Hematocrit = 27,7%, MCV = 77 fL, MCH = 26,4 pg, RDW-CV = 16%,
NEUT% = 91,8%, LYMPH% = 3,3%, NEUT = 15,7 103/mcL, LYMPH = 0,6 103/mcL,
Albumin = 2,4 g/L, dan Natrium = 193 mmol/L. Pada kasus post operasi perforasi gaster ini
pasien di puasakan selama 2 hari dengan melihat kondisi perkembangan pasien. Pemberian diet
disesuaikan dengan advis DPJP dan kemampuan makan pasien. Pada hari pertama pasca operasi
keadaan pasien lemah, kesadaran somnolent, pasien terpasang O 2 on ventilator, terpasang NGT
yang dialirkan. Pada hari kedua pasca operasi keadaan pasien masih lemah, kesadaran compos
mentis (tersedasi), pasien masih menggunakan O 2 on ventilator dan terpasang NGT yang
dialirkan, residu NGT (-). Pasien masih dipuasakan, dan mendapatkan terapi nutrisi parenteral
berupa kalbamin, tutofusin ops, dan triofusin. Pada hari ketiga pasca operasi, pasien mengeluh
nyeri luka operasi berkurang, terpasang NGT (dialirkan). Terapi nutrisi parenteral berupa
kalbamin, tutofusin ops, dan triofusin masih diberikan. Kemudian DPJP juga mengadviskan
untuk mulai diberikan diet makanan cair melalui NGT.
LEMBAR KERJA
A. Identitas Pasien
Nama : Tn No. Kamar :
Umur : 45 th Ruangan :
Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal MRS :
Agama : Alamat :
Pekerjaan : videographer Diagnosa Medis : Perforasi Gaster
Pendidikan : Suku/Bangsa :
Obat-obatan : Keterangan :

B. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama Nyeri ulu hati
Riwayat Penyakit Dahulu Pasien memiliki riwayat sakit gigi
Riwayat Penyakit Keluarga -
Riwayat Penyakit Sekarang Perforasi Gaster

Kesimpulan : Pasien memiliki riwayat penyakit sakit gigi yang tidak kunjung sembuh
C. Riwayat Gizi
Alergi/pantangan makan -
Diet yang pernah dijalani -
Kebiasaan makan -
Makanan yang disukai -
Konsumsi obat Pasien sering mengkonsumsi obat pereda nyeri
dengan dosis tinggi
Bentuk makanan Makanan lunak/saring (bubur nasi/bubur
sumsum/biskuit).
Cara pengolahan makanan -
Gangguan fungsi gastrointestinal Mual :-
Muntah :-
Nyeri perut :+
Anoreksia :-
Diare :-
Konstipasi :-
Perubahan Pengecapan/penciuman :-
Gangguan Mengunyah :-
Gangguan Menelan :-
Lain-lain : Perut terasa begah dan
penuh selama 3 bulan terakhir
Perubahan berat badan -
Kesimpulan : Pasien sering mengalami sakit gigi sehingga mekonsumsi pereda nyeri dosis
tinggi tanpa resep dokter, perut terasa begah da nyeri pada ulu hati. Bentuk makanan yang
dikonsumsi oleh pasien adalah lunak dan saring.

Data Antropometri
No. Domain Data Keterangan
1. AD-1.1.6 LILA 23,5 cm Gizi Kurang (Menurut WHO-NCHS)
2. ULNA 25,6 cm Estimasi TB = 97,252 + (2,645 x ULNA)
= 97,252 + (2,645 x 25,6)
= 164,9 ~ 165 cm
(ULNA by Ilayperuma, 2010)
3. BB 55 BB (Laki-laki)
= - 93,2 + (3,29 x LILA) + (0,43x TB)
= - 93,2 + (3,29 x 23,5) + (0,43x 164,96)
= - 93,2 + (77,32) + (70,93)
= 55,05 kg ~ 55 kg (Rumus Crandal)
4. %LiLA 72,98% %LiLA
= 23,5 / 32,2 x 100%
= 72,98 % (Gizi Kurang)
5. BBI 58,5 kg BBI = (TB - 100 – ((TB -100) x 10%))
= 65 – 6,5
= 58,5 kg
Kesimpulan :
Berdasarkan data hasil pemeriksaan antropometri, didapatkan bahwa menurut %LILA pasien
termasuk gizi kurang yaitu 72,98%.

Data Biokimia
Keteranga
No. Domain Data Nilai Normal
n
1. WBC 17,4 103/µL 5,0-10,0 103/µL Tinggi
2. RBC 3,6 106/µL 4,5-5,5 106/µL Rendah
3. BD-1.10.1 Hemoglobin 9,4 g/dL 13-16 g/dL Rendah
4. BD-1.10.2 Hematokrit 27,7% 45-55% Rendah
5. MCV 77 fL 80-96 fL Rendah
6. MCH 26,4 pg 27-31 pg Rendah
7. RDW-CV 16% 11,5-14,5% Tinggi
8. NEUT% 91,8% 50-70% Tinggi
9. LYMPH% 3,3% 20,0-40,0% Rendah
10. NEUT 15,7 103/mcL 2-7,7 103/mcL Tinggi
11. LYMPH 0,6 103/mcL 0,8-4,0 103/mcL Rendah
12. BD-1.11.1 Albumin 2,4 g/L 37-52 g/L Rendah
13. Natrium 193 mmol/L 135-145 mmol/L Tinggi
Kesimpulan:
Dari data hasil pemeriksaan biokimia, pasien mengalami anemia ditandai dengan
hemoglobin, hematokrit, RBC yang rendah, dan RDW-CV yang tinggi. Tekanan darah
tinggi ditandai dengan kadar natrium tinggi. Hipoalbuminemia ditandai dengan kadar
albumin yang rendah.

Data Fisik Klinis


No. Domain Data Nilai Normal Keteranga
n
1. - - - -
Dietary History
Pola Makan SMRS Pasien memiliki kebiasaan makan 2-3x/hari, jarang mengkonsumsi
selingan dan kebiasaan minum air putih ± 6 gls/hari. Bentuk
makanan yang dikonsumsi berupa makanan lunak/saring (bubur
nasi/bubur sumsum/biskuit). Asupan makan berkurang sejak 3
bulan lalu. Pasien sering mengeluh perut terasa begah dan penuh
selama 3 bulan terakhir Riwayat merokok (+) dan konsumsi kopi
(sudah berhenti minum kopi ± 3 bulan terakhir).
Setelah Masuk RS Pada hari kedua pasca operasi pasien masih dipuasakan, dan
mendapatkan terapi nutrisi parenteral berupa kalbamin, tutofusin
ops, dan triofusin. Pada hari ketiga pasca operasi, pasien mengeluh
nyeri luka operasi berkurang, terpasang NGT (dialirkan). Terapi
nutrisi parenteral berupa kalbamin, tutofusin ops, dan triofusin
masih diberikan. Kemudian DPJP juga mengadviskan untuk mulai
diberikan diet makanan cair melalui NGT
Hasill Recall -
Kesimpulan : Pasien memiliki kebiasaan makan 2-3x/hari, jarang mengkonsumsi selingan
dan kebiasaan minum air putih ± 6 gls/hari. Bentuk makanan yang dikonsumsi berupa
makanan lunak/saring (bubur nasi/bubur sumsum/biskuit). Asupan makan berkurang sejak 3
bulan lalu. Saat masuk RS, Pada hari kedua dan ketiga pasca operasi pasien mendapatkan
terapi nutrisi parenteral berupa kalbamin, tutofusin ops, dan triofusin. Kemudian DPJP juga
mengadviskan untuk mulai diberikan diet makanan cair melalui NGT
NCP
(Nutrition Care Process)
Asessment
Diagnosa Gizi Intervensi Monitoring & Evaluasi
Data dasar Identifikasi masalah
Antropometri
%LiLA = 72,98 % AD-1.1.6 NC 3.1 ND-1.2 AD-1.1.5
%LiLA pasien 72,98 % Berat badan kurang berkaitan Memberikan diet pasca bedah %LiLA pasien menjadi
lebih rendah dari lingkar dengan asupan tidak adekuat yang sesuai dengan normal yaitu >85% (gizi
lengan atas normal yaitu karena kondisi pasca bedah kebutuhan untuk baik) dan akan dipantau
>85% ditandai dengan %LiLA pasien meningkatkan status gizi. pada pemeriksaan
72,98% yang termasuk dalam selanjutnya.
kategori gizi kurang.
Biokimia
Hemoglobin 9,4 g/dL BD-1.10.1 NC-2.2 ND-1.2 BD-1.10.1
Nilai hemoglobin pasien Perubahan nilai labolatorium Memberikan diet pasca bedah Kadar hemoglobin pasien
9,9 g/dL lebih rendah spesifik berkaitan dengan adanya yang sesuai dengan menjadi normal yaitu, 13-16
dari nilai normal yaitu infeksi yang ditandai dengan kebutuhan untuk g/dl. Akan dipantau pada
13-16 g/dL. hemoglobin lebih rendah dari nilai meningkatkan status gizi. pemeriksaan biokimia
normal yaitu 9,4 g/dL, hematokrit Diet DASH berikutnya.
Hematokrit 27,7% BD-1.10.2 lebih rendah dari nilai normal Diet Modifikasi protein BD-1.10.2
Nilai hematokrit pasien yaitu 27,7%, dan natrium 193 Kadar hematokrit pasien
31,1% lebih rendah dari mmol/L lebih tinggi dari nilai ND-3.2.3 menjadi normal yaitu, 40-
nilai normal yaitu 45- normal yaitu 135-145 mmol/L, Pasien diberikan suplemen Fe 48%. Akan dipantau pada
55% albumin pasien 2,4 g/L lebih berkaitan dengan kondisi pemeriksaan biokimia
rendah dari nilai normal yaitu 37- anemia berikutnya
Albumin 2,4 g/L BD-1.11.1 52 g/L BD-1.11.1
Nilai albumin pasien 2,4 + Tinggi Protein (kalau ga Kadar albumin pasien
g/L lebih rendah dari salah denger) menjadi normal yaitu 37-52
nilai normal yaitu 37-52 g/L. Akan dipantau pada
g/L E-1.1 pemeriksaan biokimia
Memberikan edukasi kepada berikutnya
Natrium 193 mmol/L Natrium pasien dan keluarga terkait Natrium
Nilai natrium pasien 193 prinsip diet mengenai Kadar natrium pasien
mmol/L lebih tinggi dari makanan yang dianjurkan, menjadi normal yaitu 135-
nilai normal yaitu 135- dibatasi dan tidak dianjurkan. 145 mmol/L. Akan dipantau
145 mmol/L pada pemeriksaan biokimia
C berikutnya
Pasien diberikan konseling
terkait terapi diet yang
diberikan dan memberi
motivasi supaya pasien patuh
terhadap dietnya.
RC-1.4
Menangani pasien bersama
dengan tenaga kesehatan lain
seperti dokter, perawat dan
perekam medik
Fisik Klinis
- - - - -
Dietary History
FH-2.2.2.1 NI-2.1 ND-1.2.7 FH-2.2.2.1
C-1.1
C-2.1
PRESKRIPSI DIET
Jenis Diet : Diet Pasca Bedah 1
Bentuk Makanan : Cair Jernih
Frekuensi Makanan : 5- 6 kali dalam sehari
Jalur Pemberian : NGT (Nasogastric Tube)
Tujuan Diet :
1. Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)
2. Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain.
3. Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
Syarat Diet :
1. Energi diberikan sebanyak 30kkal/kg BB/hari. Bagi pasien dengan penyakit tertentu
atau keadaan kritis diberikan sesuai penyakitnya
2. Protein diberikan sebanyak 1 g/kg BB/hari dengan rasio non-protein calori (NPC)
dengan gram nitrogen adalah 1:150. Bagi pasien dengan penyakit tertentu atau
keadaan kritis diberikan sesuai penyakitnya.
3. Lemak cukup, yaitu 20% dari kebutuhan energi total. Bagi pasien dengan penyakit
tertentu lemak diberikan sesuai penyakitnya.
4. Karbohidrat cukup, sebagai sisa dari kabutuhan energi total dari protein dan lemak
untuk menghindari hipermetabolisme Kebutuhan bagi pasien dengan penyakit
tertentu, keburuhan karbohidrat diberikan sai penyakitnya.
5. Vitamin cukup, terutama vitamin A, B, C. dan K. Jika perlu ditambahkan dalam
bentuk suplemen.
6. Mineral cukup. Jika perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen.
7. Cairan cukup, kebutuhan cairan sebanyak 1500-2500 ml / 24 jam atau 30-35ml/kg
BB.
8. Porsi diberikan kecil tapi sering (tiap 2-3 jam {07.00, 10.00, 13.00, 16.00, 19.00}
{07.00, 09.00, 11.00, 13.00, 15.00, 17.00}) (Buku Penuntun Diet dan Terapi Gizi
Edisi 4, EGC Publishing)
KEBUTUHAN GIZI PASIEN
Kebutuhan Gizi:
Pake BBI
Energi = 30 x kgBB
= 30 x 58,5
= 1.755 kkal – (960 kkal1+200 kkal2)
= 595 kkal
1
Trifusin (1000 cc) = 24% x 1000 = 240 x 4 = 960 kkal (energi parenteral karbohidrat)
2
Kalbamin (500 cc) = 10% x 500 = 50 x 4 = 200 kkal (energi parenteral protein)
3
Kalbamin (1000 cc) = 20% x 1000 = 200 x 4 = 800 kkal (energi parenteral protein)

Protein = 1 x 58,5
= 58,5 g – 50 gr
= 8,5 gr x 4 = 34 gr
Lemak = 20% x 595 kkal
= 119 kkal / 9
= 13,2 gr
Karbohidrat = 594 kkal – (34 + 119)
= 442 kkal / 4
= 110,5 gr
Perhitungan Minimal – Maksimal
Energi = 535,5 – 654,5 kkal
Protein = 7,65 – 9,35 gr
Lemak = 11,88 – 14,52 gr
Karbohidrat = 99,45 – 12,55 gr
8x makan per hari (Menu Cair Jernih)
Cari referensi makan 5 -6 kali pemberian (refisi preskripsi)
Susu masih meninggalkan sisa
Kalua kaldu tambahkan minyak
Air gula tidak apa2

Energi = 12,5% x 595 kkal


= 74,375 kkal
= 226,87 – 185,62 (maks-min)
Protein = 12,5% x 8,5 gram
= 1,06 gram
= 7,55 – 6,18 (maks-min)
Lemak = 12,5% x 13,2 gram
= 1,65 gram
= 5,03 – 4,12 (maks-min)
Karbohidrat = 12,5% x 110,5 gram
= 13,81 gram
= 37,81 – 30,93 (maks-min)

Energi Protein Lemak Karbohidrat

595 kkal 8,5 gr 13,2 gr 110,5 gr


PERENCANAAN MENU DALAM SEHARI

Jumlah Energi Protein Lemak Karbohidrat


Waktu Menu Bahan
URT Gram (kkal) (gr) (gr) (gr)
Total
Total Keseluruhan
SATUAN ACARA KONSELING
Topik : Diet Pasca Bedah 1, Perforasi Gastrointestinal
Sasaran : Pasien
Tempat : Ruang Rawat Inap Pasien
Hari/Tanggal : Selasa / 28 Februari 2023
Waktu : 30 Menit
A. Latar Belakang
B. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan seluruh pasien dan keluarga dapat mengerti
dan memahami diet pasca bedah 1
C. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan masyarakat mampu :
1. Mengerti tentang perforasi gastrointestinal
2. Mengerti tentang etiologi dari perforasi gastrointestinal
3. Mengerti tentang gejala klinis perforasi gastrointestinal
4. Mengerti penatalaksanaan perforasi gastrointestinal
D. Materi Penyuluhan
1. Definisi dari penyakit perforasi gastrointestinal
2. Penyebab penyakit perforasi gastrointestinal
3. Gejala penyakit perforasi gastrointestinal
4. Faktor resiko terkait penyakit perforasi gastrointestinal
5. Pencegahan penyakit perforasi gastrointestinal
6. Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk dikonsumsi pasien
7. Gizi seimbang terkait pola kebiasaan pasien.
E. Metode
Ceramah, Diskusi, dan Tanya Jawab
F. Media
Leaflet dan Food model / Food Picture
G. Susunan Acara
Waktu Tahap Respon
2 menit Orientasi: a. Menjawab salam
pertama a. Mengucapkan salam b. Mendengarkan dan
b. Memperkenalkan diri menjawab dengan baik
c. Mempersilakan pasien dan keluarga
untuk memperkenalkan diri
d. Menjelaskan maksud dan tujuan
acara
25 menit Kerja: a. Mendengarkan dan
a. Memulai pendidikan gizi memperhatikan dengan baik
b. Menjelaskan pengertian dan gejala b. Aktif bertanya dan
penyakit perforasi gastrointestinal menyimak jawaban
c. Menjelaskan faktor risiko dan c. Dapat menjelaskan kembali
mekanisme penyakit perforasi materi yang sudah
gastrointestinal disampaikan
d. Menjelaskan cara mencegah dan
mengatasi gejala serta perforasi
gastrointestinal
e. Menjelaskan tentang diet pasca
bedah dan makanan yang harus
dihindari atau dikonsumsi oleh
pasien
f. Menjelaskan terkait rekomendasi
aktivitas fisik/olahraga untuk pasien
dan gizi seimbang terkait pola
kebiasaan konsumsi pasien
g. Menjelaskan menu diet yang sudah
disusun oleh ahli gizi
h. Memastikan tingkat pemahaman
sasaran
3 menit Terminasi: a. Dapat menjawab evaluasi
a. Mengevaluasi materi yang diberikan dengan tepat
b. Memberikan kesimpulan b. Dapat memahami dan
c. Memberi motivasi pada pasien dan menerapkan sesuai dengan
keluarga serta mendapat komitmen tujuan.
dari pasien dan keluarga c. Memperhatikan dengan
d. Menutup kegiatan baik
e. Memberikan salam penutup d. Menjawab salam
H. Evaluasi Kegiatan
1. Struktural
a) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di ruang rawat pasien
b) Pengorganisasian penyelenggaraan konseling dilakukan 1 hari sebelumnya.
c) Pasien tidak meninggalkan tempat sebelum sesi konsultasi selesai.
2. Proses
a. Pemateri bekerja sesuai dengan tugasnya
b. Pasien antusias terhadap materi yang disampaikan.
c. Sebelum acara konseling selesai, ada evaluasi untuk mengetahui pemahaman dari
pasien.
3. Hasil
Pasien memahami penjelasan yang disampaikan oleh pemateri yaitu, tentang :
1. Definisi dari penyakit perforasi gastrointestinal
2. Penyebab penyakit perforasi gastrointestinal
3. Gejala penyakit perforasi gastrointestinal
4. Faktor resiko terkait penyakit perforasi gastrointestinal
5. Pencegahan penyakit perforasi gastrointestinal
6. Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk dikonsumsi pasien
7. Gizi seimbang terkait pola kebiasaan pasien.

Anda mungkin juga menyukai