TUGAS KHUSUS
3.1. Judul
Penggunaan ClO2 berdasarkan Inlet Kappa Number dan Brightness pada
Tahap D0 (Delignifikasi Pertama) Proses Bleaching.
61
62
3.3. Tujuan
Adapun tujuan dari tugas khusus ini adalah menentukan penggunaan ClO2
(KgCl/ADT) dan laju alir ClO2(m3/h) berdasarkan inlet kappa number dan
brightness pada tahap Do dalam proses bleaching.
3.4. Manfaat
1. Memberikan informasi kepada industri mengenai penggunaan ClO2
ditinjau dari inlet kappa number dan brightness pada saat proses
bleaching.
2. Menjaga kestabilan brightness pulp pada tahap Do supaya sesuai
ketentuan.
3. Menambah wawasan pengetahuan dan informasi mengenai pengaruh
penambahan ClO2 terhadap kualitas pulp.
3.6.Tinjauan Pustaka
3.6.1. Jenis-jenis Proses Pembuatan Pulp
4. Proses Organosolv
Proses organosolv merupakan proses pulping yang menggunakan bahan
yang lebih mudah didegradasi seperti pelarut organik. Pada proses ini,
penguraian lignin terutama disebabkan oleh pemutusan ikatan eter. Beberapa
senyawa organik yang dapat digunakan antara lain adalah asam asetat, etanol
dan metanol. Proses organosolv tidak menggunakan unsur sulfur sehingga
lebih aman terhadap lingkungan, serta daur ulang lindi hitam dapat dilakukan
dengan mudah. Beberapa proses organosolv yang berkembang pesat pada saat
ini, yaitu:
a. Proses Acetocell yaitu proses yang menggunakan bahan kimia pemasak
berupa asam asetat.
b. Proses Alcell (alcohol cellulose) yaitu proses pembuatan pulp dengan
bahan baku kimia pemasak yang berupa campuran alkohol dan NaOH.
5. Proses Asetosolv
Proses pemisahan serat dengan menggunakan asam asetat sebagai pelarut
organik seperti asam asetat disebut asetosolv. Kekuatan tarik pulp asetosolv
setara dengan kekuatan tarik pulp kraft. Proses asetosolv dalam pengolahan
pulp memiliki beberapa keunggulan antara lain bebas senyawa sulfur, daur
ulang limbah dapat dilakukan dengan metode penguapan dengan tingkat
kemurnian cukup tinggi, dan nilai hasil daur ulangnya lebih mahal dibanding
dengan hasil daur ulang limbah kraft. Keuntungan lain dari asetosolv adalah
bahwa bahan pemasak yang digunakan dapat diambil kembali tanpa adanya
proses pembakaran bahan bekas pemasak. Proses asetoslv lebih
menguntungkan karena tidak perlu menggunakan dapur untuk pembakaran
daur ulang black liquor, karena hanya dengan pemisahan secara destilasi saja
sudah bias, sehingga tidak terlalu memakan biaya untuk bahan bakar pada
pembakaran didapur.
e. Proses Kombinasi
Proses kombinasi pada prinsipnya adalah kombinasi dari cara mekanis dan
kimia. Umumnya cara ini dilakukan dengan merendam bahan baku dengan bahan
kimia, kemudian mengolahnya secara mekanis, yaitu memisahkan serat-serat
65
sehingga menjadi pulp. Warna pulp yang dihasilkan lebih pucat. Ada dua macam
proses pembuatan pulp secara semi kimia, yaitu:
1. Proses Sulfit Netral
Proses sulfit netral pada dasarnya ditandai dengan tahapan penggilingan
secara mekanik. Proses semi kimia yang paling penting adalah Proses Natural
Sulfite Semi Chemical (NSSC) yang telah digunakan secara luas di Amerika
Serikat sejak 1926. Dalam 20 tahun terakhir, proses NSSC juga telah
digunakan di Eropa dan di banyak negara lain di seluruh dunia. Proses ini
memanfaatkan cairan pemasak sodium sulfit dengan penambahan sodium
karbonat untuk menetralkan asam-asam organik yang dilepas dari kayu selama
pemasakan.
2. Proses Soda Dingin
Proses soda dingin digunakan untuk kayu keras yang berkerapatan tinggi.
Langkah yang paling penting dalam pembuatan pulp dengan proses soda
dingin yaitu impregnasi dengan lindi alkalis (NaOH) pada temperatur 20-30 oC
hingga terjadi penetrasi yang cepat namun menyeluruh pada serpih-serpih
kayu. Proses ini dilakukan dengan konsentrasi NaOH rendah yaitu antara
0,25-2,5% dan dengan waktu antara 15-120 menit, kemudian dilakukan tahap
penggilingan pada serpih-serpih. Pada tahun 1960-an, produk kraft lebih
banyak dipakai dibanding pulp sulfit, karena telah memiliki sifat-sifat pulp
yang lebih baik dan bahan kimia yang lebih sederhana. Meskipun saat ini
lebih dari 80% pulp kimia yang dihasilkan adalah pulp kraft, tetapi
kelemahan-kelemahan proses ini masih susah untuk diatasi, misalnya: bau dari
gas.
baik. Ion sulfide murni berasal dari Na2S yang bereaksi dari suatu molekul air,
hasilnya adalah suatu ion hidrosulfida dan satu ion hidroksil. Konsentrasi dan total
charge dari ion SH- dan OH- adalah kunci elemen didalam semua reaksi yang
berlangsung selama prose pulping, baik itu pemutusan lignin dan juga reaksi yang
tidak diharapkan seperti degradasi selulosa. Total OH- yang ada yang berasal dari
kaustik murni dan bagian dari sulfide murni yang disebut efektif alkali (Agneta
Mimms,1993).
Proses yang terjadi pada D0 Tower di unit bleaching secara umum dapat
dilihat pada gambar 3.1
D
O
Pulp in (Kappa :5)
S
- Selulosa
T
- Hemisolulosa
69
- Selulosa
- Hemisolulosa
- Lignin
- H2O
Limbah cair
Chloro-lignin
H2O
3.6.5. Brightness
Brightness adalah sifat lembaran pulp untuk memantulkan cahaya yang
diukur pada satu kondisi yang baku, digunakan sebagai indikasi tingkat keputihan.
Keputihan pulp diukur dengan kemampuannya memantulkan cahaya
70
Mulai
Konstanta
K3, K4, K5, K6, K7, Brite Dev,
BIAS, Brightness Ref
Input Data
Menghitung Penggunaan
ClO2
Selesai
Gambar 3.2 Flowchart perhitungan penggunaan ClO2 dan laju alir ClO2
72
Konstanta Nilai
K3 0,3
Keterangan :
K4 0,01
K3 : kappa faktor
K5 0,015
pada kappa 10.
K6 0,01
K4 : kemiringan
K7 2
dari kappa K8 -0,015 faktor
K5 : Brite Dev 0,0 kecerahan
perubahan Bias 0,01 kappa faktor
dari tes untuk menguji
kappa.
K6 : laba deviasi kecerahan untuk mengatur kappa faktor.
K8 : maksimum kecerahan perubahan kappa dari tes untuk menguji kappa.
Brite Dev : brightness devias/ sebagai pembatas brightness yang
masuk( mencegah fluktasi yang terlalu tinggi/pun rendah)
Bias : meminimalkan perubahan yang terlalu cepat dari input (control value),
supaya hasil outputnya tidak terlalu tinggi/rendah.
Kappa
Data Brightness In Produksi (Adt/Day) Produksi (Bdt/hr) ClO2(g/l)
In
1 37,7 6,9 1489,7 55,864 9,3
2 39,7 6,9 1503,2 56,370 9,4
3 40,2 7,4 1467,3 55,024 9,3
4 41,3 7,8 1396,7 52,376 9,4
5 45,0 8,7 1201,2 45,045 9,0
6 48,2 8,2 1157,5 43,406 9,5
7 47,5 8,6 1218,2 45,683 9,4
8 43,3 8,1 1381,4 51,803 9,4
9 45,1 8 1358,3 50,936 9,1
10 39,4 8,1 1288,5 48,319 9,1
11 41,9 8,1 1355,0 50,813 9,3
12 40,1 7,6 1359,1 50,966 9,4
13 43,1 7,4 1437,8 53,918 9,4
14 41,1 7,6 1412,1 52,954 9,3
15 41,9 6,8 1406,6 52,748 9,2
a. Menghitung Kappa
Kappa = K3 + K4 X (Kappa In-10) x (1-K7) ).....................(TeLPP 2020)
b. Menghitung BIAS
BIAS = MEDIAN(0,02+ nilai bias yang diinginkan+0,04)..(TeLPP 2020)
c. Menghitung Brite
Brite =MEDIAN((Brightness ref-Brightnessin)x K6+K5+K8))
..................................................................................................(TeLPP 2020)
d. Menghitung Applied
Applied = Brite + Bias + Kappa)..........................................(TeLPP 2020)
e. Menghitung kgCl/ADT
kgCl/ADT = Applied x Psuedo Kappa x 10)..........................(TeLPP 2020)
Tabel 3.4 Menghitung Penggunaan ClO2 (KgCl2/ADT) dengan Inlet Kappa dan Brightness
Kappa Psuedo Br Br
Data Kappa Brite Bias Applied KgCl/Adt
In Kappa In Ref
1 6,9 6,95 37,7 66 0,331 0,015 0,01 0,356 24,74
2 6,9 6,95 39,7 66 0,331 0,015 0,01 0,356 24,74
3 7,4 7,45 40,2 66 0,326 0,015 0,01 0,351 26,15
4 7,8 7,85 41,3 66 0,322 0,015 0,01 0,347 27,24
5 8,7 8,75 45,0 66 0,313 0,015 0,01 0,338 29,58
6 8,2 8,25 48,2 66 0,318 0,015 0,01 0,343 28,30
7 8,6 8,65 47,5 66 0,314 0,015 0,01 0,339 29,32
8 8,1 8,15 43,3 66 0,319 0,015 0,01 0,344 28,04
9 8 8,05 45,1 66 0,320 0,015 0,01 0,345 27,77
10 8,1 8,15 39,4 66 0,319 0,015 0,01 0,344 28,04
11 8,1 8,15 41,9 66 0,319 0,015 0,01 0,344 28,04
12 7,6 7,65 40,1 66 0,324 0,015 0,01 0,349 26,70
13 7,4 7,45 43,1 66 0,326 0,015 0,01 0,351 26,15
14 7,6 7,65 41,1 66 0,324 0,015 0,01 0,349 26,70
15 6,8 6,85 41,9 66 0,332 0,015 0,01 0,357 24,45
Rata- Rata Penggunaan ClO2 27,06
76
3.8.2. Pembahasan
Bleaching merupakan proses yang sangat penting dalam proses pembuatan
pulp karena tahap ini dapat menentukan kualitas pulp yang dihasilkan, tahapan ini
bertujuan untuk menghilangkan sisa lignin pada pulp menggunakan bahan kimia
agar dapat mencerahkan pulp dan memutihkan pulp. Pada tahap D0 zat kimia yang
digunakan adalah ClO2. ClO2 merupakan bahan kimia pemutihan yang paling
sering digunakan sekarang, karena penggunaan klor (Cl) berbahaya bagi
lingkungan dan makhluk hidup . Tahap Delignifikasi merupakan proses degredasi
senyawa lignin dalam pulp dan senyawa ekstraktif lainnya dengan senyawa kimia
terjadi secara maksimal oleh karena itu pemakaian bahan kimia ClO2 sangat
berpengaruh..
Faktor lain yang berpengaruh penting terhadap proses bleaching adalah
kandungan lignin pada pulp yang masuk ke tahap Do. Penentuan jumlah
kandungan lignin, biasanya dilakukan di laboratorium yang disebut kappa
number. Metode ini sangat diperlukan untuk menentukan jumlah ClO 2 yang
dibutuhkan dalam pulp ( Manual Book Bleaching Pt.TeLPP). Selain itu,
Brightness pada tahap sebelumnya memiliki nilai yang berbeda sehingga nilai
nilai tersebut juga berpengaruh terhadap nilai brightness yang dihasilkan pada
tahap ini.
Pada tugas khusus ini dilakukan perhitungan penggunaan ClO2
berdasarkan nilai inlet kappa number dan nilai inlet brightness. Akan tetapi,
sebelumnya dilakukan perhitungan penggunaan ClO2 (%Cl equivalent) sebagai
pembandingnya. Tujuannya agar memperoleh penggunaan ClO2 dan laju alir ClO2
yang tepat tidak hanya berdasarkan nilai inlet kappa number tetapi juga
memperhatikan nilai brightness inlet juga. Berikut grafik hasil perhitungan ClO2
(%Cl equivalent) ditampilkan pada Gambar 3.3
78
29.00
28.00
f(x) = 0.23 x + 24.24
27.00
R² = 0.91
KgCl/ADT
26.00
25.00
24.00
23.00
6.8 6.9 6.9 7.4 7.4 7.6 7.6 7.8 8 8.1 8.1 8.1 8.2 8.6 8.7
Kappa In
Gambar 3.3 Hubungan antara Kappa Number dan Penggunaan ClO2 (%Cl
equivalent)
30.00
29.50
29.00 f(x) = 0.35 x + 24.26
28.50 R² = 0.96
28.00
27.50
27.00
KgCl/ADT
26.50
26.00
25.50
25.00
24.50
24.00
23.50
23.00
6.8 6.9 6.9 7.4 7.4 7.6 7.6 7.8 8 8.1 8.1 8.1 8.2 8.6 8.7
Kappa Number
Gambar 3.4 Hubungan antara Kappa Number dan Penggunaan ClO2 (inlet kappa
dan brightness)
Pada Gambar 3.4 terlihat bahwa perbandingan nilai kappa number
dengan laju alir ClO2 berdasarkan inlet kappa numnber dan brightness lebih linier
dibandingkan dengan grafik pada Gambar 3.3. Pada Gambar 3.4 mempunyai nilai
R(linieritas) sebesar 0,9585 dan pada Gambar 3.3 sebesar 0.9082. Hal ini
dikarenakan untuk perhitungan ClO2 dengan menggunakan inlet kappa number
dan brightness mengikut sertakan inlet brightness yang juga mempengaruhi hasil
perhitungan penggunaan ClO2. Karena setiap brightness yang masuk pada tahap
D0 tidak semua nilainya seragam sehingga nilainya juga mempengarui
penggunaan ClO2 yang harus diperhatikan.
Kemudian dilakukan perhitungan laju alir ClO2 untuk mengetahui
kecepatan laju alir ClO2 pada tahap D0. Hasil perhitungan laju alir ClO2
diperhatikan dari banyaknya produksi pulp pada bagian bleaching dan banyaknya
penggunaan ClO2 pada tahap D0.
80
70.00
60.00 f(x) = 0.54 x + 34.36
R² = 0.62
50.00
Laju Alir (m3/h)
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
43.00 45.00 47.00 49.00 51.00 53.00 55.00 57.00
Produksi Bleach (BDT/hr)
Gambar 3.5 Hubungan antara Produksi Bleaching dan Laju Alir ClO2
3.9.2. Saran
1. Sebelum mengunakan ClO2 hendaknya melakukan perhitungan
penggunaan ClO2 secara teoritis dan mengontolnya pada DCS Room,
agar nilai brightness yang diinginkan tercapai dan tidak menggunakan
ClO2 secara berlebihan.
2. Data- data yang digunakan harus akurat, dan perhitungan harus teliti
agar mendapatkan hasil yang tepat.
BAB IV
PENUTUP
penggunaan ClO2 yang dihitung dengan cara kedua mendapatkan hasil yang lebih
besar, hal ini dikarenakan pada perhitungan kedua tidak hanya menggunakan data
kappa number inlet, tetapi juga menggunakan data brightness inlet yang juga
menyebabkan penggunaan ClO2 lebih besar..
Semakin besar produksi bleaching, semakin besar laju alir ClO2 yang
digunakan. Maka untuk dapat menghitung kecepatan laju alir ClO2 perlu
diperhatikan penggunaan ClO2 dan produksi bleaching supaya ClO2 pulp dapat
berekasi secara maksimal untuk mencapai nilai brightness sesuai ketentuan.