Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN METODE STAD UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA DALAM


PARAGRAF SISWA KELAS VII D SMP ISLAM BUSTANUL
ULUM PAKUSARI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Moh. Nurman Bagus Satrio

Universitas PGRI Banyuwangi

riobanyuwangi22@gmail.com

DOI:

First received: ________ Final proof received: ________

ABSTRAK
Gagasan utama adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh penulis
kepada pembaca. Gagasan utama dapat terletak di awal paragraf, akhir paragraf,
dan mungkin di awal dan akhir paragraf.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah proses
pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode STAD pada siswa
kelas VII D SMP Islam Bustanul Ulum Pakusari tahun pelajaran 2011/2012 dan
bagaimanakah peningkatan kemampuan menemukan gagasan utama dalam
paragraf dengan menggunakan metode STAD pada siswa Kelas VII D SMP
Islam Bustanul Ulum Pakusari tahun pelajaran 2011/2012.
Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sasaran dari
penelitian ini adalah Siswa kelas VII D SMP Islam Bustanul Ulum Mayang Tahun
Pelajaran 2011/2012. Data dalam penelitian ini diambil dengan teknik Observasi
dan wawancara.
Dalam penelitian ini, mendapatkan hasil bahwa kemampuan menemukan
gagasan utama dalam paragraf dan keaktifan pada siswa dapat meningkat melalui
metode STAD. Dari hasil itulah lebih terlihat saat proses pembelajaran semakin
aktif. Hal itu juga dibuktikan dengan data yang diperoleh selama penelitian.
menunjukkan bahwa sebelum adanya tindakan jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan belajar sebanyak 5 siswa (13%) dan 34 siswa (87%) masih belum
tuntas. Pada siklus I setelah diterapkan tindakan meningkat sebanyak 21 siswa
(54%) yang mendapat nilai tuntas dan 18 siswa (46%) yang belum tuntas. Setelah
tindakan II, jumlah siswa yang memperoleh nilai tuntas sebanyak 35 siswa (90%)
dan yang memperoleh nilai belum tuntas sebanyak 4 siswa (10%).

Dilihat dari hasil penelitian ini, maka penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan literatur untuk meningkatkan kemampuan menemukan gagasan
utama dalam paragraf. Dan dapat disimpulkan bahwa metode STAD dapat
meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama dalam paragraf.
Kata Kunci: Metode STAD; Kemampuan Menemukan Gagasan Utama
dalam Paragraf.

ABSTRACT
The main idea is the brainchild of the subject who wish to delivered by the
author to the reader. The main idea of the paragraph can be located in the
beginning, the end of the paragraph, and perhaps at the beginning and end of a
paragraph.
Problems in the research is how the learning process that is performed
using the methods of Class VII students at STAD D Althfal Ulum Islamic
SCHOOL year 2011/Pakusari lesson in 2012 and how the upgrade found major
idea in a paragraph by using the methods of Class VII students at STAD D Althfal
Ulum Islamic SCHOOL year 2011/Pakusari lesson in 2012.
This type of research is a Research Action Class (PTK), the goal of this
research is a Student of Class VII D Althfal Ulum Islamic SCHOOL Year
2011/Mayang lesson in 2012. The Data in this study were taken with the
technique of observation and interviews. In this study, getting the results that the
ability to find the main idea in a paragraph and liveliness in students can rise
through the method of STAD. From the results it is more visible during the
learning process more actively. It is also evidenced by the data obtained during
the study. point out that before the action reaches ketuntasan amount of students
who learn by as much as 5 students (13%) and 34 (87%) students have still not
been completely. On cycle I once applied actions increased by as much as 21
students (54%) who got the value of mastery and 18 students (46%) are not yet
completely. After the Act II, the number of students who acquire the value of
mastery by as much as 35 students (90%) and acquire yet completely as much as 4
students (10%). Judging by the results of this research, the research can be used as
ingredients to enhance the ability of literature to find the main idea in a paragraph.
And it can be inferred that the method can improve the ability to find STAD main
idea in a paragraph.
Keyword: Method STAD; ability find the central idea in paragraphs.

1. PENDAHULUAN
Banyak orang beranggapan bahwa belajar bahasa itu mudah. Anggapan
bahwa setiap orang dengan sendirinya dapat berbicara, belajar bahasa hanya akan
membuang-buang waktu, pembelajaran bahasa adalah pembelajaran yang
membosankan. Masih banyak pula opini masyarakat yang bernada kritik santun
maupun tudingan pedas. Secara umum, bahasa memiliki peran sentral dalam
perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Pembelajaran
bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan keterampilan peserta didik untuk
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan
manusia Indonesia.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa “reading” adalah “bringing meaning
to and getting meaning from printed or written material”, memetik serta
memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahasa tertulis (Finochiaro
and Bonomo, dalam Dewi 2009: 1-2). Demikianlah jelas bagi kita bahwa
membaca adalah suatu proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena
itu maka para pelajar haruslah dibantu untuk menanggapi atau memberi responsi
terhadap lambang-lambang visual yang menggambarkan tanda-tanda oditori yang
sama yang telah mereka tanggapi sebelum itu. Menyimak dan berbicara haruslah
selalu mendahului kegiatan membaca. Ketika membaca kita membuat bunyi
dalam kerongkongan kita. Kita membaca lebih cepat kalau kita tahu bagaimana
cara mengatakan serta mengelompokkan bunyi-bunyi tersebut dan kalau kita tidak
tertegun-tegun melakukannya. Oleh karena itu maka sangat penting sekali diingat
agar setiap kesulitan yang berkenaan dengan bunyi, urutan bunyi, intonasi atau
jeda haruslah dijelaskan sebelum para pelajar disuruh membaca dalam hati
ataupun membaca lisan. (Finochiaro and Bonomo, dalam Dewi 2009: 1-2).
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembicaaraan di atas adalah bahwa “membaca
ialah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya” (Lado, dalam Dewi
2009: 2-3).
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP selalu mengacu kepada kurikulum
Bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia diberikan secara formal mulai
dari sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi (PT). Ruang lingkup
pembelajaran bahasa Indonesia di SMP yaitu dari aspek keterampilan berbahasa
yang meliputi keterampilan menyimak, mendengarkan, membaca, menulis, dan
berbicara.

Menurut hasil wawancara kami dengan guru bahwa siswa kelas VII SMP
Islam Bustanul Ulum masih banyak siswa yang kurang mampu memahami
bacaan, khususnya menemukan gagasan utama paragraf. Di kurikulum Bahasa
dan Sastra Indonesia kompetensi dasarnya adalah menemukan gagasan utama
dalam teks yang dibaca. Dan hasil tes awal menunjukkan bahwa 50% siswa
mendapat nilai kurang dari 67. Semua itu disebabkan oleh kurangnya minat baca
siswa. Hal ini sesuai dengan yang terungkap dalam hasil wawancara kami dengan
siswa kelas VII bahwa sebagian besar dari mereka belum menyediakan waktu
khusus untuk membaca. Bahkan, kebanyakan mereka akan membaca bila ada
tugas dari guru atau ketika akan ada ulangan. Kenyataan ini tentu akan
menghambat pembelajaran membaca pemahaman pada umumnya dan
menemukan gagasan utama pargraf pada khususnya. Di samping itu kurangnya
fasilitas buku di perpustakaan sekolah, dan metode mengajar yang dipakai guru
kurang variatif juga turut mempengaruhi kemampuan siswa dalam membaca.

Sebagai salah satu solusi tindakan yang digunakan dalam meningkatkan


kemampuan siswa dalam menemukan gagasan utama paragraf adalah dengan
metode STAD (Student Team Achievement Division). Karena metode STAD dapat
membangkitkan siswa yang aktif belajar. Dalam pembelajaran kooperatif ini
penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas, tetapi juga pada terciptanya
hubungan antar pribadi yang saling menghargai dan bekerja sama serta
mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati. Melalui pembelajaran
koorperatif ini pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh siswa akan bahan ajar
tidak hanya bersumber dari guru atau buku. Mereka pun bisa mendapatkannya
melalui teman-temannya.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena
penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sebab
menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan
bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Riduwan. (2004:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu
(1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan
kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian
tindakan sosial eksperimental.
Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan
perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah,
(2000) (dalam Riduwan 2004: 55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung
pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara
pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam
melakukan penelitian, dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah.
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana
guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam
bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan
praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat
langsung secara penuh dalam proses perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini
peranannya tidak dominan dan sangat kecil.
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan.
(Kemmis dan Taggart, dalam Arikunto, 2007: 83), menyatakan bahwa model
penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada
suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi.
Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan
dirasa sudah cukup.
3. PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian yang
telah dipaparkan dalam hasil penelitian yaitu mengenai penerapan metode STAD
(Student Team Achievement Division) untuk meningkatkan kemampuan
menemukan gagasan utama dalam paragraf siswa kelas VII D SMP Islam
Bustanul Ulum Pakusari tahun ajaran 2011/2012
Kegiatan yang dilakukan pada tindakan siklus I merupakan usaha
perbaikan untuk meningkatkan minat siswa terhadap kegiatan belajar mengajar.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode STAD Untuk
meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama dalam paragraf ini terbagi
menjadi tiga tahap yaitu (a) pendahuluan, (b) kegiatan inti, (c) penutup.
a. Tahap pendahuluan
Pada tahap pendahuluan guru membuka pelajaran dan mengabsen
siswa. kemudian guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan.
Selanjutnya, guru memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran.
b. Tahap kegiatan inti
Pada kegiatan inti yang dilakukan yaitu guru memberikan materi
pembelajaran berupa penjelasan tentang gagasan utama dalam paragraf dan
contoh menemukan gagasan utama dalam paragraf. Setelah siswa paham
tentang gagasan utama dalam paragraf, guru mengintruksikan kepada siswa
untuk membuat kelompok sesuai dengan metode STAD, masing-masing
kelompok terdiri dari 5 siswa, tetapi siswa tidak bisa memilih anggotanya
sendiri. Pembentukan kelompok diacak menurut nomor. Setelah kelompok
terbentuk, guru memberikan 5 soal kepada tiap kelompok tentang menemukan
gagasan utama dalam paragraf untuk dikerjakan bersama kelompoknya. Guru
dan observer mengamati proses kegiatan belajar yang berlangsung sambil
melakukan pengamatan dan penilaian dengan mengisi lembar observasi yang
telah disusun. Siswa mengumpulkan lembar jawaban yang telah dikerjakan.
Guru lalu memberitahu jawaban yang benar dari 5 soal yang dikerjakan siswa
secara kelompok tentang menemukan gagasan utama dalam paragraf. Pada
Siklus I aktivitas penting yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut.

1. Guru membentuk kelompok belajar, masing-masing kelompok terdiri dari


5 siswa. Pembentukan kelompok dilakukan oleh guru, siswa yang
berjumlah 39 dan guru ingin membentuk 8 kelompok. Guru menghitung
siswa dari 1 sampai 8 begitu seterusnya sampai selesai. Siswa yang
bernomor sama dikelompokkan menjadi 1 kelompok, dan terbentuklah 8
kelompok yang masing-masing anggotanya berjumlah 5 siswa.
2. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan soal yang berjumlah 5 soal.
3. Secara berkelompok siswa mengerjakan soal yang telah diberikan oleh
guru.
c. Tahap penutup
Siswa bersama guru melakukan refleksi dari kegiatan yang dilakukan.
Serta guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan.
Dalam pelaksanaan siklus I ada beberapa faktor yang menyebabkan siklus
I kurang efektif. Ini dilihat dari hasil obesrvasi yang dilakukan oleh kedua
observer yang bertugas untuk memantau kegiatan guru dan siswa, diantaranya :

1) Guru masih belum bisa membimbing kelompok pada saat siswa mengerjakan
tugas.
2) Siswa belum sepenuhnya menguasai materi yang diajarkan,
3) Siswa kurang aktif dalam bertanya,
4) Siswa kurang memperhatikan kegiatan pembelajaran,
5) Siswa tidak aktif dalam berinteraksi dengan kelompoknya.

Pada siklus II guru harus bisa memperbaiki kendala yang tedapat pada
siklus I. langkah-langkah yang bisa mengatasi kendala di atas sebagai berikut.

1) Guru masih belum bisa membimbing kelompok belajar

Caranya adalah guru harus lebih memahami materi supaya guru mampu
mendampingi siswanya yang sedang mengerjakan tugas.

2) Siswa belum sepenuhnya menguasai materi yang diajarkan

Guru harus lebih detail dalam menjelaskan materi menemukan gagasan utama
dalam paragraph, bila perlu guru harus memberikan banyak contoh supaya
siswa benar-benar paham.

3) Siswa kurang aktif dalam bertanya

Dari materi yang kurang menarik atau informasi yang kurang sesuai akan
menyebabkan motivasi siswa untuk bertanya akan kurang. Jadi yang akan
dilakukan harus lebih memotivasi siswa secara tegas agar siswa lebih aktif
bertanya dengan dukungan materi yang menarik dan informasi yang sesuai.
4) Siswa kurang memperhatikan dalam kegiatan pembelajaran
Guru harus tegas ketika dalam kegiatan belajar mengajar, supaya siswa yang
sibuk dengan kegiatannya masing-masing memperhatikan guru yang sedang
menjelaskan materi.
5) Siswa tidak aktif dalam berinteraksi dengan kelompoknya
Yang menyebabkan siswa kurang aktif dalam hal ini adalah kemampuan
siswa dalam mengolah data dan juga kurang akrab dengan anggota
kelompoknya, jadi guru harus membuat suasana senyaman supaya siswa tidak
canggung untuk berinteraksi dengan kelompoknya.

4. KESIMPULAN
Pada proses pembelajaran yang dilakukan siklus I memang belum tuntas
karena disebabkan beberapa faktor yang menghambat proses aktifitas dan hasil
belajar siswa belum dikatakan aktif dan berhasil. Setelah pelaksanaan siklus II,
peneliti melakukan tindakan perbaikan siklus I yang melakukan semua faktor atau
karakteristik yang belum tuntas di siklus I agar dalam pelaksanaan siklus II bisa
tuntas atau berhasil.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap hasil proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa, maka dapat disimpulkan
bahwa ketika pelaksanaan siklus I ada beberapa karakteristik pada guru dan siswa
yang belum dilakukan diantaranya 1) Siswa belum sepenuhnya menguasai materi
yang diajarkan, 2) Kurang aktifnya dalam bertanya, 3) Kurang menyimak
pelajaran. Hal ini yang menyebabkan pembelajaran siklus I belum tuntas. Setelah
diadakan refleksi pada siklus I, akhirnya ada penyelesaiannya untuk menuntaskan
karakteristik pada pelaksanaan siklus I dengan tujuan pembelajaran pada siklus II
bisa tuntas. Dan pada pelaksanaan siklus II dapat berhasil karena karakteristiknya
bisa dilaksanakan semuanya setelah dilakukan refleksi pada siklus II.
Sedangkan pada penerapan metode STAD untuk meningkatkan
kemampuan menemukan gagasan utama dalam paragraph siswa kelas VII D SMP
Islam Bustanul Ulum mengalami peningkatan secara bertahap. Pada peningkatan
aktifitas siswa juga mengalami kenaikan yang dimulai dari Aktifitas selama
proses pembelajaran mulai dari siklus I sampai pelaksanaan siklus II selesai
aktifitas siswa semakain naik. Terbukti dari siklus I Aktifitas siswa rata-rata
43,58% dan di siklus II mengalami kenaikan 17,53% menjadi 61,11 atau dapat
dikatakan cukup aktif.
Selain itu hasil belajar mulai dari tahap prasiklus terdapat 5 siswa (13%)
yang tuntas, kemudian dilakukan perbaikan pada siklus I dan meningkat menjadi
21 siswa (54%) tuntas. Hasil penelitian siklus I belum memenuhi ketuntasan
klasikal sehingga perlu dilakukan perbaikan pada siklus II dan pada siklus II
hasilnya meningkat lagi menjadi 35 siswa (90%) yang mendapat nilai tuntas. Pada
siklus II siswa sudah mengalami ketuntasan secara klasikal sehingga tidak perlu
dilakukan penelitian lagi.
Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode STAD dapat membantu
siswa dalam meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama dalam
paragraf . Selain itu dengan metode STAD ini siswa diwajibkan untuk bekerja
sama antar kelompok dan siswa diwajibkan untuk membaca. Jadi siswa lebih
berwawasan dengan membaca. Dalam metode STAD ini tidak hanya pada
penyelesaian tugas, tetapi juga terciptanya hubungan antar pribadi yang saling
menghargai dan bekerja sama.

5. REFERENSI
Amilia, Fitri. 2009. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jember: Universitas
Muhammadiyah Jember.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: PT Rineka Cipta.
Darmawati dkk. 2010. Buku Panduan Pendidikan Bahasa Indonesia. Surabaya:
PT JePe Press Media Utama.
Dardiri. 2012. Penelitian Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jember:
Universitas Muhammadiyah Jember.
Dewi, Ni Nengah Santika. 2009. Meningkatkan Kemampuan Menemukan
gagasan Utama Paragraf. Skripsi tidak diterbitkan. Karang Asem: Program
Sarjana.
Hobri. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Mataram: Pena Salsabila.
Jumadi dkk. 2008. Kreatif Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Malang:
Universitas Negri Malang.
Nurhadi. 1989. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca?. Malang: CV
Sinar Baru Bandung.
Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Guru dan Peneliti Muda.
Bandung: ALFABETA.
Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca. Bandung: Angkasa.
Trianto, Agus. 2007. Pasti Bisa Pembahasan Tuntas Kompetensi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya:
Kencana Prenada Media Group.
Widyamartaya. 1992. Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Kanisius.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai