Anda di halaman 1dari 8

Kelompok 4

Subhan Rohiman 231531010


Arief Hambali 231531011
Lilis Maryanti 231531012

Selamat malam bu ijin bertanya

Nama : siti ropiah

Npm : 231531009

Apabila suatu perusahaan bergerak dibidang peternakan, misalnya perusahaan tersebut dalam
berusahanya ada kerjasama (bagi hasil) dg mitra terkait produksi doc ataupun penyediaan kandang.
Kemudian mitra tersebut mendapatkan penghasilan atas bagi hasil dg mitra dari perusahaan,
kemudian menurut kelompok 4 penghasilan dari mitra tersebut dikenakan lebih tepat dikenakan pph
21 atau 23 ?

Terima kasih

Jawab:

Harus dipastikan dahulu perjanjiannya seperti apa, berkaitan dengan penyedia kandang jika
perjanjiannya adalah sewa, maka dikenakan pajak final PPh 4 (2) 10% dari nilai transaksinya atas
penghasilan sewa bangunan dan penyewa akan dikenakan PPN 11%, namun jika kandang tersebut
berupa penyertaan modal (investasi), maka “mitra” tersebut akan mendapatkan bagi hasil deviden
dan dikenakan pajak final PPh 4 (2) 10% juga. Tapi nanti berbeda dari treatment akuntansinya, jika
sewa maka ketika dibayar dimuka akan diakui sebagai sewa dibayar dimuka yang akan dibebankan
setiap bulannya (pengurang pajak), tetapi jika investasi maka akan diakui sebagai aset tetap yang akan
disusutkan setiap bulannya (pengurang pajak).

Kemudian untuk si penyedia DOC, ini mitranya lebih ke pemasok ya. karena ini merupakan barang
ternak sebagaimana dimaksud Pemerintah menerbitkan PMK 5/PMK.010/2016 yang di dalamnya
memuat perluasan kriteria hewan ternak yang dimaksud. Hal ini bertujuan agar usaha peternakan di
Indonesia bisa semakin produktif, tanpa terbebani PPN 10%. Pajak yang dapat dikenakan pada
pengusaha ternak adalah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 memuat tentang
diberlakukannya tarif PPh Final 0,5% yang ditujukan kepada Wajib Pajak pribadi dan badan yang
memiliki penghasilan dengan omzet usaha dibawah 4,8 miliar dalam satu tahun. Terkait pengenaan
PPh, apabila peternak yang memiliki pegawai dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dibawah
Rp4,5 Juta maka peternak akan dibebaskan dari Pajak Penghasilan (PPh). Jika karyawan memiliki
penghasilan yang kena pajak maka dihitung sesuai dengan norma perhitungan yang berlaku (Pasal 17).
Ijin bertanya

Nama : Julyane Tomy

Npm : 231531014

Apakah ada peraturan pajak yang mengatur pengakuan PTKP beserta tanggungan di SPT Tahunan
pribadi suami istri dengan 2 anak yang memutuskan menjalankan kewajiban pajaknya secara terpisah
(masing-masing) memiliki npwp dan bekerja di tempat yang berbeda, jika 2 anak tersebut diakui baik
di SPT suami maupun di SPT ibu, bagaimana cara mendeteksi kesalahan tersebut?

Terima kasih.

Jawab:

PTKP untuk suami istri yang menjalankan kewajiban pajaknya secara terpisah memiliki NPWP dan
bekerja ditempat berbeda, itu sebenarnya hanya kewajiban lapor dan setornya yang berbeda, namun
untuk penghasilan suami dan istri digabung lalu utang pajaknya proporsional sesuai dengan pasal 8
ayat 2 & 3 UU PPH, jadi memang kedua anaknya diakui baik diistri atau disuami sehingga PTKPnya
sesuai pasal 7 UU PPH yaitu mendapat tambahan PTKP untuk seorang isteri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami 54.000.000, jadi PTKPnya K/I/2, 54 juta untuk diri sendiri, 4,5 juta
untuk kawin, 54 juta untuk digabung, 4,5 x 2 untuk tanggugan sehingga sebesar 121.500.000

Berbeda jika NPWP nya dibagung baru status PTKPnya TK sesuai Pasal 11 ayat (3) Peraturan Direktur
Jenderal Pajak PER-16/PJ/2016 (“PER-16/PJ/2016”). Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan
sebagai berikut:

a. bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri;

b. bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk keluarga yang
menjadi tanggungan sepenuhnya.”

untuk mendeteksi dilakukan oleh pemotong dengan melihat KK, karena nanti istri hanya mendapat
bukti potong dan tidak perlu melapor.
Ijin bertanya

Nama : Lany Nuraisyah

NPM : 231531018

Kelompok : VI

Menurut Kelompok 4 Apa saja dampak dari PMK 66 Tahun 2023 terhadap PPh OP? dan bagaimana
manajemen perpajakan terhadap dampak dari PMK tersebut.

nuhun

Jawab:

Pemerintah resmi memberlakukan pemotongan pajak penghasilan atas natura dan kenikmatan
(fasilitas non-tunai) yang diterima karyawan mulai tahun ini. Kendati demikian, potensi penerimaan
negara dari objek pajak baru tersebut diyakini tidak akan terlalu signifikan.

Pajak atas natura dan kenikmatan lebih ditujukan untuk menutup celah penghindaran pajak (tax
avoidance) dari wajib pajak berpendapatan tinggi yang selama ini sering mendapat fasilitas non-tunai
(benefit in kind) eksklusif dengan nilai fantastis, ketimbang untuk mendongkrak penerimaan negara.

Dapat

Link PMK No. 66 Tahun 2023 Hal 21 mengenai ketentuannya

Menurut kami, dengan adanya PMK 66 Tahun 2023 ini tidak akan terlalu berdampak signifikan bagi
perusahaan yang memang tidak memberikan imbalan kepada karyawannya dalam bentuk natura,
kalaupun ada, tidak akan berdampak besar. Terkecuali untuk perusahaan yang memang telah
memberikan fasilitas-fasilitas mewah kepada karyawannya. Dan ini harus dipelajari lebih lanjut oleh
perusahaan berkaitan dengan batasan yang telah ditetapkan.

PMK Nomor 66 Tahun 2023 tentang Perlakuan PPh Natura memiliki peran penting dalam mengatur
pengenaan pajak terhadap penghasilan non-uang. Dengan adanya pedoman ini, diharapkan tercipta
keadilan dalam perlakuan pajak terhadap penghasilan yang diterima dalam bentuk barang atau jasa.

Selain itu, dengan memahami poin-poin utama dalam PMK ini, baik tentang pembebanan biaya
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura, daftar natura yang termasuk objek PPh, maupun tata
cara penghitungan natura, kita dapat memahami lebih baik tentang PPh Natura dan melaksanakannya
dengan benar.
Izin bertanya Teh Lilis dan Kang Arief :

Nama : Rian Putra Pranata

NPM : 231531004

KEL 2

Bagaimana cara tax planning yang dilakukan pada saat penerimaan hibah oleh garis sedarah
kesamping (saudara kandung) agar bukan menjadi objek pajak?

Nuhun ya

Terima kasih.

Jawab:

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sudah mengingatkan kepada seluruh Wajib Pajak mengenai harta
hibahan yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan (PPh).

Melalui PMK No.90/PMK.030/2020 disampaikan bahwa harta berupa hibah yang diterima oleh
keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial, termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
kedua belah pihak maka dikecualikan dari objek PPh.

Artinya jika hibah diterima dari kakak atau adik kandung merupakan objek pajak.

Tax planningnya adalah misalkan kakaknya ingin memberikan hibah kepada adiknya, maka salah satu
starteginya adalah kakanya itu menghibahkannya dulu kepada ibu atau ayahnya, lalu nanti kemudian
diserahkan kepada anaknya (adiknya) tersebut.
Izin bertanya

Nama: Reffy Bernadi Herliyan

NPM: 231531007

Kelompok 3

Pengisian Data Harta dan Utang pada e-filling spt op 1770 itu apakah perlu diisi dengan lengkap,
menurut kelompok rekan2 apakah sebenarnya tujuan djp meminta data tersebut dan apa
konsekuensinya apabila pejabat negara pada saat mengisi data harta dan utang pada form 1770 tidak
sesuai dengan data pada LHKPN?

Jawab:

Diharapkan secara administrasi setiap WP menginformasikan semua yang menjadi aset dan juga
utangnya.

Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) menjadi bagian penting upaya mencegah tindak
korupsi. Asas transparansi, akuntabilitas, dan kejujuran para penyelenggara negara menjadi kunci agar
mereka terhindar dari menikmati harta yang tidak sah saat menjadi pejabat negara. Tentu, memahami
siapa saja pejabat negara yang wajib lapor, prosedur pelaporan, dan manfaat dari LHKPN membuat
peserta pelatihan akan memiliki pengetahuan yang utuh.

Berdasarkan pasal 2 UU No. 28 tahun 1999, penyelenggara negara yang wajib lapor LHKPN adalah
Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara, Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara,
Menteri, Gubernur dan Hakim. Selain itu pejabat negara yang sesuai dengan ketentuan peraturan dan
perundangan yang berlaku dan pejabat yang memiliki fungsi strategis seperti direksi, komisaris,
pejabat struktural pada Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, Pimpinan Bank
Indonesia, Pimpinan Perguruan Tinggi, Pejabat Eselon I, jaksa, penyidik, panitera pengadilan bahkan
hingga bendaharawan proyek juga dikategorikan sebagai pihak yang wajib lapor LHKPN.

Sanksi Tidak Lapor LHKPN

Jika PNS pejabat fungsional tidak melaporkan harta kekayaan, maka ia bisa dijatuhi hukuman disiplin
sedang, berupa pemotongan tunjangan kinerja sebesar 25 persen selama enam hingga 12 bulan.

Sementara, bagi PNS lain yang menduduki jabatan yang diwajibkan melaporkan harta kekayaan, tetapi
tidak melaporkan bisa mendapat hukuman disiplin berat hingga pemberhentian dengan hormat tidak
atas permintaan sendiri sebagai PNS.
Nama: Irwan

Npm : 231541008

Kelompok : 6

Bagaimana perlakuan pajak atas iuran pensiun dan asuransi? Apakah premi asuransi, dan iuran
pensiun dapat mengurangi pajak yang dibayar? Sama kalo nyairin jht, kena pajak ga?

Izin bertanya

Jawab:

UU PPh yang terakhir diubah dengan Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP),
menegaskan ada lima jenis asuransi yang preminya dapat diperhitungkan dalam menentukan
penghasilan kena pajak karyawan dalam perhitungan PPh Badan. Kelima jenis asuransi itu adalah
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
Berdasarkan UU HPP, iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun—yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan—merupakan beban yang dapat diperhitungkan untuk menentukan
besarnya penghasilan kena pajak dalam perhitungan PPh Badan perusahaan.

Berhubung JHT berupa pemberian dana yang telah dikumpulkan, maka dana ini merupakan objek
pajak, yang atas penerimaannya dikenakan Pajak Penghasilan (PPh). Aspek perpajakan untuk JHT ini
tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 16/PMK.03/2010 tentang Tata Cara
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan
Hari Tua dan Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan Sekaligus.

Menurut Pasal 2 Ayat (1) PMK 16/PMK.03/2010, atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
pegawai berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang
dibayarkan sekaligus, dikenakan PPh Pasal 21 yang bersifat final. Dalam pasal 4 (1) tersebut dijelaskan,
tarif PPh Pasal 21 untuk JHT dibagi menjadi dua, sesuai penghasilan bruto (manfaat JHT) yang diterima.

Pertama, atas penghasilan bruto sampai dengan Rp 50 juta, dikenakan tarif PPh Pasal 21 sebesar 0
persen. Kedua, untuk penghasilan bruto di atas Rp 50 juta, tarif PPh Pasal 21 ditetapkan sebesar 5
persen. Sebagai informasi, besaran tarif PPh Pasal 21 yang bersifat final ini hanya dikenakan apabila
manfaat JHT dibayarkan sekaligus. Namun demikian, dalam hal pencairan manfaat JHT, peserta bisa
memilih agar manfaat yang terkumpul dibayarkan bertahap. Jika manfaat JHT dibayarkan secara
bertahap, maka perhitungan PPh Pasal 21 final hanya berlaku hingga tahun kedua.

Sedangkan, untuk manfaat JHT yang dibayarkan pada tahun ketiga dan tahun-tahun berikutnya, tarif
PPh Pasal 21 yang dikenakan mengacu pada Pasal 17 UU PPh, yang telah diubah dengan UU Nomor 7
tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).

Pertama, tarif 5 persen untuk penghasilan kena pajak hingga Rp 60 juta.

Kedua, tarif 15 persen untuk penghasilan kena pajak di atas Rp 60 juta sampai dengan Rp 250 juta.

Ketiga, tarif 25 persen untuk penghasilan kena pajak di atas Rp 250 juta sampai dengan Rp 500 juta.

Keempat, tarif 30 persen untuk penghasilan kena pajak di atas Rp 500 juta sampai dengan Rp 5 miliar.

Kelima, tarif 35 persen untuk penghasilan kena pajak di atas Rp 5 miliar.


Nama : Ai Cahyatin

NPM : 231531001

Kelompok 1

Penghindaran pajak sering sekali dikaitkan dengan pembayaran pajak pada perusahaan, Menurut
kelompok pemapar Adakah dalam pembayaran pajak PPh orang pribadi, seorang WP orang pribadi
melakukan praktik penghindaran pajak? Bila ada, apakah ada upaya yang dapat dilakukan oleh
pemerintah untuk mengurangi ataupun menghindari dari kegiatan praktik tsb dalam pembayaran
pajak? Hatur nuhun

jawab:

Penghindaran pajak PPh orang pribadi sangat mungkin terjadi karena WP orang pribadi juga bisa
memanfaatkan kelemahan dalam peraturan perpajakan seperti memanfaatkan tunjangan pajak atau
yang lainnya, upaya pemerintah untuk mengurangi praktik tersebut bisa dengan cara mengedukasi
WP dalam menunaikan kewajiban perpajakan ataupun melakukan pengkinian terkait peraturan
perpajakan.

contohnya adalah
1. Hibah
Pasal 4 ayat (3) Huruf a Angka 2 dalam UU No. 36 tahun 2008 menjelaskan bahwa harta hibahan yang
diterima oleh keluarga sedarah yang masih ada dalam garis keturunan lurus dan dari satu derajat akan
dikecualikan dari objek pajak. Sebagai contoh, seorang kakek memberikan harta hibahan berupa
tanah dan bangunan kepada cucunya. Menurut hukum yang berlaku, hibahan ini tentu saja dianggap
sebagai objek pajak karena penerima hibah bukan merupakan garis keturunan lurus satu derajat.
Untuk menghindari pembebanan pajak pada hibahan ini, pemberi hibahan memanfaatkan celah dari
ketentuan pajak yang ada. Caranya adalah dengan terlebih dahulu menghibahkan tanah dan
bangunan ke anak kandung kakek tersebut guna mematuhi bagian “garis keturunan lurus satu
derajat”. Setelah itu, tanah dan bangunan dihibahkan sekali lagi dari anak ke cucu sang kakek yang
merupakan penerima hibahan yang sebenarnya.

2. Pinjaman nominal besar ke bank


Mengutip Pasal 6 ayat (1) Huruf a dalam Undang- Undang Pajak Penghasilan, bunga merupakan biaya
yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha. Saat Wajib Pajak
menerima pinjaman dengan nominal besar, maka otomatis bunga yang diberikan akan proporsional
dengan total pinjaman yang didapat. Wajib Pajak kemudian membebankan bunga pinjaman tadi
dalam laporan keuangan fiskal, namun pinjaman tersebut tidak tercatat menambah modal, sehingga
penjualan tidak berkembang dan keuntungan tidak bertambah. Dengan keuntungan yang kecil maka
Wajib Pajak bisa menghindari pembebanan pajak yang signifikan sehingga banyak yang melakukan
penghindaran pajak dengan cara ini.

3. Pemanfaatan PP No. 23 tahun 2018


Keringanan yang didapatkan oleh para pengusaha UMKM Indonesia melalui ketentuan pada PP No.
23 tahun 2018 seringkali disalahgunakan oleh pengusaha-pengusaha nakal yang enggan membayar
pajak penghasilan. Seperti yang umum diketahui, dengan kebijakan ini pengusaha UMKM hanya
diwajibkan membayar pajak penghasilan dengan tarif 0,5% dari peredaran bruto bisnis. Guna
memanfaatkan fasilitas ini, oknum nakal bisa memecah laporan keuangan badan dan usaha pribadi
agar peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8 miliar.

(mohon koreksi)
Nama : Elsa Marina

NPM : 2315310

Bagaimana perlakuan aset perusahaan yang disewakan terhadap proses akuntansi terkait
penyustannya, dalam hal ini misal aset komputer dengan masa pakai 4 tahun dan, kontrak sewa yang
perusahaan peroleh yaitu selama 2 Tahun.

Jawab:

Perusahaan harus merencanakan terlebih dahulu potensi apa saya yang akan terjadi. Saat sewa
dilakukan hanya 2 tahun, sedangkan Perusahaan menyusutkan computer tersebut selama 4 tahun.
Hal ini akan berbeda antara kesesuain dari pendapatan dan beban. Perusahaan diusahakan mampu
melakukan negosiasi terkait masa sewanya agar dapat disesuaikan dengan Perusahaan. Atau jika
penyewa tidak akan memperpanjang sewanya, Perusahaan bisa menggunakan computer tersebut
untuk operasional Perusahaan atau bisa dilakukan penjualan.

Harus diperhatikan, saat Perusahaan menjual computer tersebut bisa memperoleh keuntungan
namun akan dikenakan PPN 11%, Perusahaan harus menganalisa terlebih dahulu mana yang lebih
mengungtungkan, apakah akan menjual atau menyerap beban penyusutan.

Pemenang Kuis Kahoot

1. Budi Nursandhi 231531015


2. Reffy Bernadi Herliyan 231531007
3. Julyane Tomy 231531014

Partisipasi Diskusi

1. Rian Putra Pranata 231531004


2. Elsa Marina 231531013
3. Lany Nuraisyah 231531018

Anda mungkin juga menyukai