Anda di halaman 1dari 55

BUKU AJAR

EVALUASI PEMBELAJARAN

DI SUSUN OLEH :

BATNIAR ( 210204502022 )

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan karunia-

Nya kami dapat menyusun buku ajar ini dengan baik dan tepat waktu. Dalam buku ajar ini kami

membahas tentang hal-hal yang terkait tentang evaluasi pembelajaran. Kami ucapkan banyak

terima kasih kepada bapak Dr. Iwan Suhardi, S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah

Evaluasi Pembelajaran yang telah membimbing kami dalam penyusunan buku ajar ini.

Kami sangat menyadari bahwa dalam buku ajar ini masih terdapat banyak kesalahan dan

kekurangan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami, untuk itu kami mohon

maaf atas semua kekurangan dan kesalahan dalam buku ajar ini. Kami juga sangat

mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca. Demi perbaikan buku ajar ini.

Semoga buku ajar ini dapat memberi manfaat bagi siapapun yang membacanya dan juga

bagi kami sebagai penyusunnya, dalam menambah wawasan dan pengetahuan mengenai tutur

dan tindak tutur berbahasa.

Makassar, 30 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN / KONTRAK KULIAH

1. Pentingnya pendahuluan / kontrak kuliah

2. Elemen-elemen dalam pendahuluan / kontrak kuliah

3. Contoh pendahuluan / kontrak kuliah yang efektif

BAB 2 KOMPONEN EVALUASI: TES,PENGUKURAN, PENILAIAN,DAN EVALUASI

1. Tes

2. Pengukuran

3. Penilaian

4. Evaluasi

BAB 3 TUJUAN DAN FUNGSI HASIL BELAJAR

1. Tujuan hasil belajar

2. Fungsi hasil belajar

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN

1. Prinsip-prinsip penilaian

2. Penerapan prinsip-prinsip penilaian

BAB 5 ACUAN PENILAIAN

1. Jeis-jenis acuan penilaian

2. Penerapan acuan penilaian


BAB 6 ASPEK HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF, RANAH AFEKTIF, RANAH

PSIKOMOTORIK

1. Ranah kogntif

2. Ranah afektif

3. Ranah psikomotorik

BAB 7 ALAT EVALUASI: BENTUK TES OBJEKTIF, URAIAN DAN BENTUK NON

TES

1. Tes objektif

2. Tes uraian

3. Bentuk-bentuk non tes

BAB 8 PENGEMBANGAN TES DAN PENUSUNAN NON TES

1. Pengembangan tes

2. Penyusunan non tes

BAB 9 ANALISIS BUTIR SOAL: INDEK KESULITAN, DAYA BEDA, DAN

DISTRAKTOR

1. Indek kesulitan

2. Daya beda

3. Disktraktor

BAB 10 VALIDITAS DAN REALIBILITAS

1. Validitas

2. Realibilitas

3. Manfaat validitas dan realibilitas dalam evaluasi pembelajaran

BAB 11 RUBRIK PENILAIAN / PENSKORAN


1. Pengertian dan tujuan rubrik penilaian

2. Jenis-jenis rubrik

3. Komponen-komponen rubrik penilaian

4. Keuntungan penggunaan rubrik penilaian

5. Implementasi rubsik penilaian

6. Maanfaat rubrik penilaian

7. Contoh rubrik penilaian

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN / KONTRAK KULIAH

Pendahuluan atau kontrak kuliah adalah dokumen yang berisi informasi penting tentang

mata kuliah, tujuan pembelajaran, konten materi, metode evaluasi, dan harapan yang

diharapkan dari mahasiswa. Buku ini menjelaskan pentingnya pendahuluan atau kontrak

kuliah dalam membantu mahasiswa memahami dan mengelola proses pembelajaran, serta

membangun komitmen bersama antara dosen dan mahasiswa. Buku ini juga menguraikan

elemen-elemen yang harus ada dalam pendahuluan atau kontrak kuliah, serta memberikan

beberapa contoh pendahuluan atau kontrak kuliah yang efektif. Dengan memahami dan

menerapkan pendahuluan atau kontrak kuliah dengan baik, perguruan tinggi dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran dan memberikan pengalaman yang lebih baik bagi

mahasiswa.

Pendahuluan atau kontrak kuliah adalah dokumen yang dibuat oleh dosen untuk

memberikan informasi kepada mahasiswa tentang mata kuliah yang akan mereka ambil.

Dokumen ini berfungsi sebagai panduan yang mengatur tujuan pembelajaran, konten materi,

metode evaluasi, dan harapan yang diharapkan dari mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Pendahuluan atau kontrak kuliah memiliki peran yang penting dalam membantu mahasiswa

memahami dan mengelola proses pembelajaran, serta membangun komitmen bersama antara

dosen dan mahasiswa.

1. Pentingnya Pendahuluan/Kontrak Kuliah

 Memahami Tujuan Pembelajaran:


Pendahuluan atau kontrak kuliah memberikan pemahaman yang jelas tentang tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai dalam mata kuliah tersebut. Dengan mengetahui

tujuan pembelajaran, mahasiswa dapat memfokuskan upaya mereka dalam mencapai

hasil yang diharapkan.

 Mengelola Konten Materi:

Pendahuluan atau kontrak kuliah juga memberikan gambaran tentang konten materi

yang akan disampaikan dalam mata kuliah. Mahasiswa dapat menggunakan

informasi ini untuk mengatur waktu dan upaya belajar mereka dengan lebih efektif.

 Mengetahui Metode Evaluasi:

Dalam pendahuluan atau kontrak kuliah, metode evaluasi yang akan digunakan juga

dijelaskan. Hal ini membantu mahasiswa untuk mempersiapkan diri dengan baik

dalam menghadapi evaluasi, seperti ujian, tugas, atau proyek yang akan dilakukan.

 Membangun Komitmen Bersama:

Pendahuluan atau kontrak kuliah menciptakan komitmen bersama antara dosen dan

mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dosen menjelaskan harapan yang

diharapkan dari mahasiswa, sedangkan mahasiswa dapat mengklarifikasi pertanyaan

atau harapan mereka terkait mata kuliah.

2. Elemen-Elemen dalam Pendahuluan/Kontrak Kuliah

 Identitas Mata Kuliah:

Pendahuluan atau kontrak kuliah harus mencantumkan identitas mata kuliah,

termasuk nama mata kuliah, kode mata kuliah, dan informasi mengenai dosen

pengampu.
 Tujuan Pembelajaran:

Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam mata kuliah tersebut harus dijelaskan

secara jelas dan terukur. Tujuan pembelajaran harus mencerminkan kemampuan dan

pengetahuan yang diharapkan dari mahasiswa setelah menyelesaikan mata kuliah.

 Konten Materi:

Konten materi yang akan disampaikan dalam mata kuliah harus diuraikan secara

rinci. Topik-topik yang akan dibahas, bahan bacaan yang direkomendasikan, dan

sumber daya yang akan digunakan harus disebutkan dalam pendahuluan atau kontrak

kuliah.

 Metode Evaluasi:

Metode evaluasi yang akan digunakan dalam mata kuliah, seperti ujian, tugas,

proyek, atau presentasi, harus dijelaskan dengan jelas. Bobot evaluasi dan kriteria

penilaian juga harus disebutkan.

 Aturan dan Kebijakan:

Pendahuluan atau kontrak kuliah harus mencakup aturan dan kebijakan terkait

absensi, keterlambatan, pengumpulan tugas, dan komunikasi antara dosen dan

mahasiswa.

3. Contoh Pendahuluan/Kontrak Kuliah yang Efektif

Berikut adalah contoh pendahuluan atau kontrak kuliah yang efektif:

Nama Mata Kuliah: Pengantar Psikologi

Kode Mata Kuliah: PSY101

Dosen Pengampu: Dr. Maria Dewi


Tujuan Pembelajaran:

a) Memahami konsep dasar dalam psikologi.

b) Mengidentifikasi dan menjelaskan prinsip-prinsip psikologi yang mendasari

perilaku manusia.

c) Menerapkan pengetahuan psikologi dalam konteks kehidupan sehari-hari.

Konten Materi:

a) Pengantar Psikologi dan Sejarah perkembangannya.

b) Proses Persepsi dan Perhatian.

c) Pembelajaran dan Memori.

d) Motivasi dan Emosi.

e) Perkembangan Manusia dari Bayi hingga Dewasa.

f) Gangguan Psikologis dan Kesehatan Mental.

Metode Evaluasi:

a) Ujian Tengah Semester: 30%

b) Tugas Individu: 20%

c) Diskusi Kelompok: 20%

d) Ujian Akhir Semester: 30%

Aturan dan Kebijakan:

a) Absensi di kelas diharapkan sesuai dengan ketentuan universitas. Ketidakhadiran

yang tidak dapat dihindari harus dilaporkan sebelumnya.

b) Tugas individu harus diserahkan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.

Keterlambatan akan dikenakan pengurangan nilai.


c) Komunikasi antara dosen dan mahasiswa dapat dilakukan melalui email atau

dalam jam konsultasi yang telah ditentukan.

Pendahuluan atau kontrak kuliah memiliki peran penting dalam menciptakan

kesepahaman antara dosen dan mahasiswa mengenai tujuan, konten, metode, dan evaluasi

pembelajaran. Dokumen ini memberikan panduan yang jelas kepada mahasiswa tentang apa

yang diharapkan dari mereka selama perkuliahan. Selain itu, pendahuluan atau kontrak

kuliah juga membantu meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam

proses pembelajaran. Pendahuluan atau kontrak kuliah merupakan komponen penting dalam

proses pembelajaran di perguruan tinggi. Dokumen ini membantu mahasiswa memahami

dan mengelola proses pembelajaran, serta membangun komitmen bersama antara dosen dan

mahasiswa. Pendahuluan atau kontrak kuliah yang efektif mencakup informasi tentang

tujuan pembelajaran, konten materi, metode evaluasi, dan aturan-aturan yang berlaku.

Dengan memahami dan menerapkan pendahuluan atau kontrak kuliah dengan baik,

perguruan tinggi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan memberikan pengalaman

yang lebih baik bagi mahasiswa.


BAB 2

KOMPONEN EVALUASI: TES, PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI

Evaluasi merupakan proses penting dalam dunia pendidikan yang digunakan untuk

mengukur pencapaian dan kemajuan siswa serta untuk membuat keputusan yang relevan

terkait pembelajaran. Buku ini menjelaskan secara rinci setiap komponen evaluasi, termasuk

pengertian, tujuan, prinsip, dan peran masing-masing komponen dalam proses evaluasi.

Selain itu, buku ini juga menguraikan beberapa strategi dan metode yang dapat digunakan

dalam implementasi komponen evaluasi. Dengan pemahaman yang baik tentang komponen

evaluasi, pendidik dapat mengembangkan sistem evaluasi yang efektif untuk meningkatkan

pembelajaran dan mencapai hasil belajar yang optimal.

Evaluasi merupakan proses yang penting dalam pendidikan yang bertujuan untuk

mengukur pencapaian dan kemajuan siswa serta untuk membuat keputusan terkait

pembelajaran. Evaluasi dilakukan melalui beberapa komponen yang saling terkait, yaitu tes,

pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Setiap komponen memiliki peran yang unik dalam

memastikan keberhasilan proses evaluasi.

1. Tes

Tes adalah pengukuran terencana yang dipakai guru untuk mencoba menciptakan

kesempatan bagi para siswanya untuk memperlihatkan prestasi mereka dalam kaitannya
dengan tujuan yang telah ditentukan (James S Cangelosi, 1995 : 21). Tes adalah suatu

cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas

yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu

nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan

nilai yang dicapai oleh anak-nak lain atau standar yang ditetapkan (Wayan

Nurkencana:25).

Tes merupakan salah satu komponen evaluasi yang digunakan untuk mengukur

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan siswa dalam suatu mata pelajaran atau

bidang tertentu. Tujuan tes adalah untuk mengumpulkan informasi objektif tentang

kemajuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tes dapat berupa tes tulis, tes

lisan, tes praktik, atau tes proyek, tergantung pada jenis kemampuan yang ingin diukur.

Pengembangan tes yang baik melibatkan pemilihan format yang tepat, penyusunan butir

soal yang valid dan reliabel, serta penentuan skor atau rubrik penilaian yang jelas.

2. Pengukuran

Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan

performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka)

sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan

dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996). Pengukuran merupakan pemberian angka

terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu

obyek tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau

formulasi tersebut harus disepakati secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution,

2001). Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement)


sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga

sifatnya menjadi kuantitatif.

Pengukuran merupakan proses pengumpulan data tentang karakteristik siswa,

seperti pengetahuan, keterampilan, sikap, atau atribut lainnya. Pengukuran dilakukan

melalui penggunaan instrumen yang dirancang secara valid dan reliabel. Instrumen

pengukuran dapat berupa tes, angket, observasi, atau portofolio. Tujuan pengukuran

adalah untuk mengumpulkan data yang akurat dan objektif tentang kemajuan siswa.

3. Penilaian

Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan penilaian adalah suatu

proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh

melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. Menurut

Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan

hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang

nilai. Menurut Akhmat Sudrajat penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara

dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh

mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan)

peserta didik.

Penilaian merupakan proses penentuan nilai atau pemberian penilaian terhadap

hasil pengukuran siswa. Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria atau standar yang telah

ditetapkan sebelumnya. Penilaian dapat dilakukan secara formatif (untuk memberikan

umpan balik dan bimbingan) atau sumatif (untuk mengevaluasi pencapaian akhir siswa).
Penilaian yang baik memerlukan adanya rubrik penilaian yang jelas, obyektif, dan

konsisten.

4. Evaluasi

Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang

dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995)

evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan

dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi

dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan

informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan

instrumen tes maupun non tes.

Evaluasi merupakan proses analisis dan interpretasi hasil tes, pengukuran, dan

penilaian untuk membuat keputusan terkait pembelajaran. Evaluasi melibatkan

pembandingan antara hasil yang dicapai oleh siswa dengan standar atau tujuan yang

telah ditetapkan. Evaluasi dapat dilakukan pada tingkat individu (siswa) atau tingkat

kelompok (kelas, sekolah). Evaluasi memberikan informasi yang berharga untuk

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pembelajaran serta untuk mengembangkan

rekomendasi perbaikan.

Komponen evaluasi, yaitu tes, pengukuran, penilaian, dan evaluasi, merupakan

bagian integral dalam proses evaluasi pembelajaran. Setiap komponen memiliki peran

yang penting dalam mengukur pencapaian dan kemajuan siswa serta dalam membuat

keputusan terkait pembelajaran. Dengan memahami dengan baik setiap komponen

evaluasi dan menggunakan strategi yang tepat, pendidik dapat mengembangkan sistem
evaluasi yang efektif untuk meningkatkan pembelajaran dan mencapai hasil

belajar yang optimal. Secara keseluruhan, komponen evaluasi saling terkait dan saling

mendukung dalam memastikan keberhasilan proses evaluasi pembelajaran. Dengan

memahami dan menggunakan dengan baik setiap komponen evaluasi, pendidik dapat

mengembangkan sistem evaluasi yang efektif untuk meningkatkan pembelajaran dan

mencapai hasil belajar yang optimal.


BAB 3

TUJUAN DAN FUNGSI HASIL BELAJAR

Tujuan hasil belajar adalah apa yang diharapkan dicapai oleh siswa setelah mengikuti

proses pembelajaran, sementara fungsi hasil belajar adalah manfaat yang diperoleh dari

pencapaian tersebut. Buku ajar ini menjelaskan berbagai tujuan hasil belajar, termasuk

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan nilai. Selain itu, di jelaskan juga tentang

fungsi hasil belajar, seperti memberikan dasar untuk pengembangan diri, meningkatkan

kualitas hidup, dan persiapan untuk kehidupan dan karir di masa depan. Pendidik dapat

menggunakan pemahaman tentang tujuan dan fungsi hasil belajar ini sebagai panduan dalam

merancang pembelajaran yang efektif dan relevan.

Tujuan dan fungsi hasil belajar adalah aspek penting dalam pendidikan. Tujuan hasil

belajar mengacu pada apa yang diharapkan dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran, sementara fungsi hasil belajar adalah manfaat yang diperoleh dari pencapaian

tersebut. Dalam makalah ini, kami akan menjelaskan tujuan dan fungsi hasil belajar dalam

konteks pendidikan.

1. Tujuan Hasil Belajar

 Pengetahuan:
Tujuan hasil belajar yang paling mendasar adalah memperoleh pengetahuan.

Pengetahuan melibatkan pemahaman terhadap fakta, konsep, prinsip, teori, dan

informasi yang relevan dalam suatu bidang studi. Siswa diharapkan dapat menguasai

pengetahuan dasar yang penting untuk pemahaman lebih lanjut dan penerapan dalam

kehidupan sehari-hari.

 Pemahaman:

Selain pengetahuan, tujuan hasil belajar juga meliputi pemahaman. Pemahaman

melibatkan kemampuan siswa untuk menjelaskan, menggambarkan, dan

menginterpretasikan informasi dengan benar. Siswa diharapkan dapat

menghubungkan konsep-konsep yang mereka pelajari dan memahami hubungan

antara mereka.

 Keterampilan:

Tujuan hasil belajar juga mencakup pengembangan keterampilan. Keterampilan

melibatkan kemampuan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pemahaman

mereka dalam situasi nyata. Ini termasuk keterampilan berpikir kritis, keterampilan

komunikasi, keterampilan problem solving, keterampilan kreativitas, dan

keterampilan kolaborasi.

 Sikap:

Tujuan hasil belajar juga melibatkan perkembangan sikap yang positif. Sikap

mencakup nilai-nilai, sikap mental, dan etika yang diadopsi oleh siswa. Tujuan ini

termasuk mengembangkan sikap yang positif terhadap belajar, kerja keras,

kerjasama, keberagaman, dan tanggung jawab.

 Nilai:
Tujuan hasil belajar juga mencakup pengembangan nilai-nilai yang diinginkan. Ini

melibatkan pengembangan sikap moral, etika, dan nilai-nilai kehidupan yang baik.

Tujuan ini mencakup pengembangan nilai-nilai seperti integritas, keadilan, empati,

tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap lingkungan.

2. Fungsi Hasil Belajar

 Dasar untuk Pengembangan Diri:

Fungsi utama hasil belajar adalah memberikan dasar yang kuat untuk pengembangan

diri siswa. Dengan mencapai tujuan hasil belajar, siswa dapat mengembangkan

potensi mereka secara maksimal dan meningkatkan kemampuan pribadi mereka.

 Meningkatkan Kualitas Hidup:

Hasil belajar yang baik juga dapat meningkatkan kualitas hidup siswa. Pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperoleh dari hasil belajar

memungkinkan siswa untuk menghadapi tantangan kehidupan dengan lebih baik dan

meraih kesuksesan dalam berbagai bidang.

 Persiapan untuk KeHidupan dan Karir di Masa Depan:

Tujuan hasil belajar adalah mempersiapkan siswa untuk kehidupan dan karir di masa

depan. Melalui hasil belajar yang baik, siswa akan memiliki pengetahuan,

keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk berhasil dalam lingkungan

kerja dan kehidupan profesional.

Tujuan dan fungsi hasil belajar adalah aspek penting dalam pendidikan. Tujuan hasil

belajar mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai. Sementara

itu, fungsi hasil belajar adalah memberikan dasar untuk pengembangan diri, meningkatkan

kualitas hidup, dan persiapan untuk kehidupan dan karir di masa depan. Pendidik perlu
memahami tujuan dan fungsi hasil belajar ini untuk merancang pembelajaran yang efektif

dan relevan bagi siswa. Dengan mencapai tujuan hasil belajar, siswa dapat tumbuh dan

berkembang secara holistik dalam berbagai aspek kehidupan.

Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi hasil belajar yang optimal, penting bagi

pendidik untuk merancang pengalaman belajar yang relevan, menyediakan umpan balik

yang konstruktif, dan mendorong refleksi dan pengembangan diri siswa. Dengan

pemahaman yang jelas tentang tujuan dan fungsi hasil belajar, pendidik dapat mengarahkan

upaya mereka dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan

holistik siswa dan persiapan mereka untuk masa depan.


BAB 4

PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN

Prinsip-prinsip penilaian memberikan pedoman dalam melaksanakan penilaian yang

efektif, adil, dan valid. Buku ajar ini menjelaskan prinsip-prinsip utama, termasuk kejelasan

tujuan penilaian, autentisitas penilaian, konsistensi, kesetaraan, kesempatan belajar, dan

umpan balik yang konstruktif. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip penilaian

yang tepat, pendidik dapat meningkatkan keberhasilan dan perkembangan siswa secara

holistik.

Penilaian yang efektif adalah bagian penting dari proses pendidikan yang berfungsi untuk

mengukur prestasi, kemajuan, dan pemahaman siswa. Prinsip-prinsip penilaian memberikan

panduan yang diperlukan untuk melaksanakan penilaian yang akurat dan bermakna. Dalam

makalah ini, kami akan membahas prinsip-prinsip penilaian yang penting dalam pendidikan.

1. Prinsip-prinsip Penilaian

 Kejelasan Tujuan Penilaian:

Prinsip ini menekankan pentingnya memiliki tujuan penilaian yang jelas dan

terdefinisi dengan baik. Tujuan penilaian harus relevan dengan materi pembelajaran

yang diajarkan dan memfasilitasi pemahaman siswa. Dengan memiliki tujuan yang

jelas, guru dapat merancang instrumen penilaian yang sesuai dan memberikan umpan

balik yang tepat kepada siswa.

 Autentisitas Penilaian:
Prinsip ini menekankan pentingnya keaslian dan relevansi penilaian terhadap konteks

nyata. Penilaian harus mencerminkan situasi yang relevan dan aplikasi nyata dari

pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari oleh siswa. Penilaian autentik

melibatkan tugas atau proyek yang mirip dengan apa yang akan dihadapi siswa di

dunia nyata.

 Konsistensi:

Prinsip konsistensi mengacu pada keseragaman dalam penilaian. Penilaian yang

konsisten memastikan bahwa hasil yang diperoleh dari berbagai sumber penilaian

atau penilai yang berbeda akan sama atau setara. Ini melibatkan penggunaan

instrumen penilaian yang konsisten, prosedur penilaian yang sama, dan kriteria

penilaian yang objektif.

 Kesetaraan:

Prinsip kesetaraan menekankan pentingnya perlakuan yang adil dan setara terhadap

semua siswa. Penilaian harus menghormati keberagaman siswa dan memastikan

bahwa tidak ada diskriminasi atau bias dalam penilaian. Ini melibatkan penggunaan

instrumen yang tidak memihak dan pengakuan terhadap keunikan dan kemampuan

individu siswa.

 Kesempatan Belajar:

Prinsip ini menekankan bahwa penilaian harus berfungsi sebagai alat untuk

meningkatkan pembelajaran siswa. Penilaian harus memberikan kesempatan bagi

siswa untuk mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka

pelajari. Penilaian yang dirancang dengan baik harus mencakup konten yang relevan
dan memberikan umpan balik yang konstruktif untuk membantu siswa meningkatkan

pemahaman dan kinerja mereka.

 Umpan Balik yang Konstruktif:

Prinsip ini menekankan pentingnya memberikan umpan balik yang informatif dan

konstruktif kepada siswa. Umpan balik harus jelas, spesifik, dan relevan dengan

tujuan penilaian. Hal ini membantu siswa memahami kekuatan dan kelemahan

mereka, serta memberikan panduan untuk perbaikan.

2. Penerapan Prinsip-prinsip Penilaian

Prinsip-prinsip penilaian ini dapat diterapkan dalam berbagai bentuk penilaian, termasuk

tes, tugas proyek, dan penilaian formatif. Dalam setiap bentuk penilaian, penting untuk

memastikan bahwa prinsip-prinsip ini dihormati dan diterapkan dengan baik. Guru perlu

merancang instrumen penilaian yang sesuai, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan

mengintegrasikan kesempatan belajar yang relevan.

Prinsip-prinsip penilaian yang efektif, adil, dan valid sangat penting dalam pendidikan.

Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, pendidik dapat memastikan bahwa

penilaian dilakukan dengan baik, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan

mendorong perkembangan holistik siswa. Prinsip-prinsip penilaian yang tepat membantu

menciptakan lingkungan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan mendorong pencapaian

dan kemajuan yang optimal.


BAB 5

ACUAN PENILAIAN

Acuan penilaian merujuk pada kerangka atau panduan yang digunakan untuk menilai

prestasi siswa, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Buku ajar ini

menjelaskan pentingnya menggunakan acuan penilaian yang jelas, objektif, dan adil untuk

mengukur kemajuan siswa dalam proses pembelajaran. Penulis menguraikan beberapa jenis

acuan penilaian yang umum digunakan, seperti acuan normatif, acuan kriteria, dan acuan

kinerja. Selain itu, penulis juga membahas penerapan acuan penilaian dalam berbagai

konteks pendidikan, termasuk pembelajaran kelas, ujian, dan penilaian proyek.

Acuan penilaian adalah panduan atau kerangka yang digunakan dalam proses penilaian

untuk mengukur kemajuan dan prestasi siswa. Tujuan utama acuan penilaian adalah untuk

memberikan pedoman yang jelas dan obyektif dalam menilai prestasi siswa. Acuan penilaian

yang baik membantu menghindari kesenjangan penilaian yang subyektif dan memastikan

bahwa penilaian dilakukan secara adil dan konsisten.

1. Jenis-jenis Acuan Penilaian

Ada beberapa jenis acuan penilaian yang umum digunakan dalam konteks pendidikan:

 Acuan Normatif: Acuan penilaian normatif membandingkan prestasi siswa dengan

prestasi siswa lainnya dalam kelompok yang sama. Hasil penilaian siswa dinilai

berdasarkan peringkat relatif mereka dalam kelompok tersebut. Contohnya, skor

dalam ujian standar nasional (USBN) yang membandingkan prestasi siswa dengan

siswa lain secara nasional.


 Acuan Kriteria: Acuan penilaian kriteria menilai prestasi siswa berdasarkan

pencapaian mereka terhadap kriteria tertentu yang ditetapkan sebelumnya. Kriteria

ini dapat berupa standar prestasi yang harus dicapai oleh siswa. Contohnya, dalam

penilaian berbasis kompetensi, siswa diukur berdasarkan kemampuan mereka untuk

mencapai kompetensi yang telah ditentukan.

 Acuan Kinerja: Acuan penilaian kinerja menekankan pada kemampuan siswa untuk

mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan dalam situasi nyata. Penilaian

dilakukan melalui observasi langsung terhadap kinerja siswa dalam melakukan tugas

atau proyek. Contohnya, penilaian presentasi atau penugasan proyek.

2. Penerapan Acuan Penilaian

Acuan penilaian dapat diterapkan dalam berbagai konteks pendidikan, antara lain:

 Pembelajaran Kelas: Acuan penilaian digunakan untuk mengukur kemajuan siswa

dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Guru dapat

menggunakan acuan penilaian untuk memberikan umpan balik kepada siswa tentang

prestasi mereka dan memberikan panduan dalam mengembangkan strategi

pembelajaran yang efektif.

 Ujian: Acuan penilaian digunakan dalam pembuatan dan penilaian ujian. Ujian dapat

didesain dengan acuan penilaian yang jelas untuk memastikan bahwa pertanyaan dan

penilaian yang dilakukan adil dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang

diinginkan.

 Penilaian Proyek: Dalam penilaian proyek, acuan penilaian membantu dalam

menentukan kriteria penilaian yang relevan dan objektif. Proyek siswa dinilai
berdasarkan pencapaian mereka terhadap kriteria yang telah ditetapkan, seperti

kualitas kerja, kreativitas, dan pemecahan masalah.

Penggunaan acuan penilaian yang tepat sangat penting dalam pendidikan. Dengan

memiliki acuan yang jelas, guru dapat mengukur dan menilai prestasi siswa secara adil dan

obyektif. Selain itu, acuan penilaian juga membantu siswa dalam memahami standar prestasi

yang diharapkan dan memberikan umpan balik yang berguna untuk

pengembangan belajar mereka. Acuan penilaian memainkan peran penting dalam mengukur

prestasi siswa dalam konteks pendidikan. Penting bagi pendidik untuk menggunakan acuan

penilaian yang jelas, objektif, dan adil untuk memberikan umpan balik yang efektif kepada

siswa dan mendukung pengembangan kemampuan mereka. Dengan menggunakan acuan

penilaian yang tepat, proses pembelajaran dapat lebih terarah dan siswa dapat mencapai

hasil belajar yang lebih baik.


BAB 6

ASPEK HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK

Dalam konteks pendidikan, hasil belajar mencakup berbagai aspek yang mencerminkan

pencapaian siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu cara untuk menggambarkan hasil

belajar adalah melalui tiga ranah yang dikenal sebagai ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Dalam makalah ini, akan dibahas secara mendalam mengenai aspek hasil

belajar dalam ketiga ranah tersebut.

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan pemahaman, pengetahuan, dan proses berpikir siswa. Ini

mencakup aspek-aspek intelektual dalam pembelajaran. Aspek-aspek yang tercakup dalam

ranah kognitif antara lain:

 Pengetahuan: Mencakup pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural yang

dimiliki siswa terkait dengan materi pembelajaran. Contohnya, mengingat nama-

nama negara di dunia atau tanggal-tanggal penting dalam sejarah.

 Pemahaman: Kemampuan siswa untuk memahami informasi, menghubungkan

konsep, dan membuat generalisasi. Ini melibatkan pemahaman konsep-konsep yang

lebih abstrak dan kompleks dalam suatu bidang studi. Siswa mampu

menghubungkan konsep-konsep tersebut dan mengidentifikasi hubungan antara


mereka. Contohnya, memahami prinsip-prinsip fisika dalam menjelaskan fenomena

alam.

 Analisis: Kemampuan siswa untuk memecah informasi menjadi komponen-

komponen yang lebih kecil, mengidentifikasi hubungan antara elemen-elemen

tersebut, dan mengenal pola atau prinsip yang mendasarinya. Ini berhubungan

dengan pengetahuan tentang langkah-langkah atau prosedur yang harus diikuti untuk

menyelesaikan suatu tugas atau masalah. Contohnya, mengetahui langkah-langkah

dalam menjawab soal matematika atau mengikuti prosedur dalam eksperimen sains.

 Sintesis: Kemampuan siswa untuk mengintegrasikan informasi menjadi keseluruhan

yang baru, menghasilkan gagasan-gagasan baru, dan mengaplikasikan pengetahuan

dalam situasi baru. Ini mencakup kemampuan siswa dalam mengidentifikasi

masalah, menganalisis informasi yang relevan, memilih strategi yang sesuai, dan

mencari solusi yang efektif. Kemampuan ini melibatkan keterampilan berpikir kritis

dan analitis.

 Evaluasi: Kemampuan siswa untuk mengevaluasi informasi, argumen, dan karya

orang lain secara kritis dan objektif. Ini melibatkan kemampuan siswa untuk

menganalisis informasi dengan kritis, mengevaluasi argumen, mengidentifikasi

kelemahan dalam pemikiran, dan membuat keputusan berdasarkan bukti dan logika.

Siswa diajarkan untuk tidak menerima informasi secara pasif, tetapi untuk

mempertanyakan dan memeriksa kebenarannya.

2. Ranah Afektif
Ranah afektif mencakup aspek-aspek emosional, sikap, dan nilai yang dimiliki siswa

terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitarnya. Aspek-aspek yang tercakup

dalam ranah afektif antara lain:

 Sikap: Ini mencakup pandangan, penilaian, dan evaluasi siswa terhadap diri sendiri,

orang lain, atau topik tertentu. Sikap dapat menjadi faktor penting dalam motivasi

dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Penerimaan, penolakan, atau penilaian

siswa terhadap orang, hal, atau situasi tertentu. Contohnya, sikap positif terhadap

kerja sama, sikap terbuka terhadap perbedaan, atau sikap hormat terhadap hak-hak

orang lain.

 Perasaan: Ini melibatkan minat, keinginan, dan dorongan siswa untuk belajar dan

berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Perasaan dapat berasal dari faktor

internal (misalnya, rasa ingin tahu, keinginan untuk mencapai prestasi) dan faktor

eksternal (misalnya, pujian, hadiah).Reaksi emosional siswa terhadap stimulus atau

peristiwa yang terjadi dalam konteks pembelajaran. Contohnya, kegembiraan,

kebingungan, kekecewaan, atau ketertarikan.

 Empati: Ini mencakup kemampuan siswa untuk memahami dan merasakan perasaan

orang lain, serta menunjukkan empati dan perhatian terhadap kebutuhan dan

perasaan mereka. Empati penting dalam membangun hubungan sosial yang baik.

Keyakinan atau prinsip yang dipegang oleh siswa sebagai panduan dalam bertindak.

Nilai-nilai dapat berupa etika, moral, tanggung jawab sosial, atau keadilan.

3. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan fisik dan gerakan siswa. Aspek-

aspek yang tercakup dalam ranah psikomotorik antara lain:

 Imitasi: Kemampuan siswa untuk meniru gerakan atau tindakan yang ditunjukkan

oleh orang lain.

 Manipulasi: Kemampuan siswa untuk mengoperasikan alat, bahan, atau objek

dengan presisi dan koordinasi yang baik.

 Koordinasi: Kemampuan siswa untuk menggabungkan gerakan-gerakan yang

kompleks secara terkoordinasi dan teratur.

 Adaptasi: Kemampuan siswa untuk mengubah gerakan atau tindakan sesuai dengan

situasi atau kondisi yang berbeda.

 Kreativitas: Kemampuan siswa untuk menghasilkan gerakan atau tindakan yang

baru, orisinal, dan ekspresif.

Aspek hasil belajar dalam pendidikan mencakup ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Ranah kognitif berfokus pada pemahaman, pengetahuan, dan proses

berpikir siswa. Ranah afektif mencakup aspek emosional, sikap, dan nilai yang dimiliki

siswa. Sedangkan ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan fisik dan

gerakan siswa. Penting untuk mengembangkan dan mengevaluasi hasil belajar dalam

ketiga ranah ini secara seimbang untuk memastikan perkembangan siswa secara holistik.
BAB 7

ALAT EVALUASI: BENTUK TES OBJEKTIF, URAIAN, DAN BENTUK-BENTUK

NON TES

Tes objektif, seperti pilihan ganda dan isian singkat, memberikan pengukuran yang

terstandarisasi dan objektif terhadap pengetahuan siswa. Tes uraian, seperti esai,

memungkinkan siswa untuk menunjukkan pemahaman mereka secara lebih mendalam.

Selain itu, makalah ini juga menguraikan berbagai bentuk non tes, seperti observasi,

penilaian proyek, dan penugasan praktik, yang memberikan gambaran holistik terhadap

kemampuan siswa di luar aspek kognitif. Penjelasan tentang pengertian, kelebihan, dan

kelemahan masing-masing alat evaluasi ini akan disajikan dalam buku ini.

Alat evaluasi merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur pencapaian siswa

dan memperoleh informasi tentang hasil belajar mereka. Dalam proses evaluasi

pembelajaran, terdapat berbagai jenis alat evaluasi yang digunakan. Makalah ini akan
memfokuskan pada tiga bentuk alat evaluasi yang umum digunakan, yaitu tes objektif, tes

uraian, dan bentuk-bentuk non tes.

1. Tes Objektif

Tes objektif adalah jenis tes yang memiliki jawaban yang jelas dan terstandarisasi.

Beberapa bentuk tes objektif yang umum digunakan adalah pilihan ganda, isian singkat, dan

pencocokan. Kelebihan dari tes objektif adalah efisiensi waktu dalam pemberian dan

penilaian tes, objektivitas dalam penilaian, dan kemampuan untuk mengukur pengetahuan

secara luas. Namun, tes objektif juga memiliki kelemahan, seperti keterbatasan dalam

mengukur kemampuan berpikir kritis dan kreativitas siswa. Tes obyektif ialah tes tulis yang

itemnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang sudah tersedia sehingga peserta didik

menampilkan keseragaman data, baik bagi yang menjawab benar maupun mereka yang

menjawab salah. Tes obyektif ini menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar

diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberi jawaban singkat, dan

melengkapi pertanyaan atau per-nyataan yang belum sempurna. Tes obyektif sangat cocok

untuk mengevaluasi kemampuan yang menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi,

seperti kemampuan mengingat kembali, kemampuan mengenal kembali, kemampuan

pengertian, dan kemampuan mengaplikasikan prinsip-prinsip.

2. Tes Uraian

Tes uraian adalah jenis tes yang meminta siswa untuk memberikan jawaban secara

eksplisit dan mendalam. Biasanya berupa esai atau pertanyaan terbuka. Kelebihan dari tes

uraian adalah kemampuannya untuk mengukur pemahaman yang lebih mendalam,

kemampuan berpikir kritis, dan kreativitas siswa. Tes uraian juga memungkinkan siswa
untuk mengekspresikan pemikiran dan gagasan mereka dengan lebih bebas. Namun, tes

uraian memerlukan waktu yang lebih lama dalam penilaian, dan penilaian dapat menjadi

subjektif tergantung pada penilai.

3. Bentuk-Bentuk Non Tes

Selain tes, terdapat juga bentuk-bentuk non tes yang digunakan dalam evaluasi

pembelajaran. Dalam menilai hasil belajar, ada yang bisa diukur dengan menggunakan tes

dan ada pula yang tidak bisa dengan tes. Kalau pengetahuan teoritis dapat diukur dengan

menggunakan tes. Bentuk-bentuk non tes ini memberikan gambaran holistik terhadap

kemampuan siswa di luar aspek kognitif. Beberapa bentuk non tes yang umum digunakan

adalah sebagai berikut:

 Observasi: Pengamatan langsung terhadap perilaku, aktivitas, atau interaksi siswa

dalam konteks pembelajaran.

 Penilaian Proyek: Siswa diberi tugas untuk menciptakan, membuat, atau menyajikan

suatu proyek yang menunjukkan pemahaman dan penerapan konsep-konsep

pembelajaran.

 Penugasan Praktik: Siswa melakukan kegiatan praktis yang terkait dengan materi

pembelajaran, seperti eksperimen laboratorium, keterampilan praktik, atau proyek

lapangan.

Kelebihan dari bentuk-bentuk non tes adalah kemampuannya untuk mengukur

keterampilan praktis, sikap, dan penerapan pengetahuan dalam konteks nyata. Namun,

bentuk-bentuk non tes juga dapat memakan waktu yang lebih lama dalam penilaian dan

dapat bergantung pada penilaian subjektif.


Alat evaluasi dalam bentuk tes objektif, tes uraian, dan bentuk-bentuk non tes merupakan

komponen penting dalam proses evaluasi pembelajaran. Tes objektif memberikan

pengukuran yang terstandarisasi dan objektif terhadap pengetahuan siswa, sementara tes

uraian memungkinkan siswa untuk menunjukkan pemahaman yang lebih mendalam.

Bentuk-bentuk non tes, seperti observasi, penilaian proyek, dan penugasan praktik,

memberikan gambaran holistik terhadap kemampuan siswa di luar aspek kognitif. Dalam

memilih alat evaluasi yang sesuai, penting untuk mempertimbangkan tujuan evaluasi,

karakteristik siswa, dan konteks pembelajaran. Bentuk-bentuk non tes ini memberikan

informasi yang lebih komprehensif tentang kemampuan siswa dalam berbagai aspek, seperti

keterampilan praktis, sikap, dan penerapan pengetahuan dalam situasi dunia nyata. Namun,

penilaian bentuk non tes juga dapat memakan waktu yang lebih lama dalam proses penilaian

dan rentan terhadap subjektivitas penilai.

Dalam memilih alat evaluasi yang tepat, penting untuk mempertimbangkan tujuan

evaluasi, konteks pembelajaran, karakteristik siswa, serta keterkaitan antara alat evaluasi

dengan kompetensi yang ingin diukur. Dengan memanfaatkan berbagai bentuk alat evaluasi

yang relevan, dapat dihasilkan gambaran yang lebih komprehensif tentang pencapaian siswa

dalam pembelajaran.
BAB 8

PENGEMBANGAN TES DAN PENYUSUNAN NON TES

Pengembangan tes dan penyusunan non-tes merupakan langkah penting dalam proses

evaluasi pendidikan. Tes adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan

dan pemahaman siswa, sedangkan non-tes adalah metode lain yang digunakan untuk

mengumpulkan informasi tentang prestasi siswa, seperti observasi, wawancara, dan proyek.

Dalam hal ini, akan dibahas secara detail tentang pengembangan tes dan penyusunan non-tes

sebagai bagian penting dalam evaluasi pendidikan.

1. Pengembangan Tes

Pengembangan tes melibatkan proses perancangan, pengembangan, dan validasi instrumen

evaluasi.
Langkah-langkah umum dalam pengembangan tes meliputi:

 Identifikasi Tujuan Evaluasi:

Langkah pertama dalam pengembangan tes adalah mengidentifikasi tujuan evaluasi yang

ingin dicapai. Menentukan tujuan evaluasi yang ingin dicapai dengan tes, seperti

mengukur pemahaman konsep, keterampilan, atau sikap siswa. Tujuan ini harus jelas dan

terkait dengan kompetensi atau pengetahuan yang ingin diukur. Misalnya, apakah tujuan

tes adalah untuk mengukur pemahaman konsep, keterampilan praktis, atau kemampuan

analitis siswa.

 Penyusunan Spesifikasi Tes:

Setelah tujuan evaluasi ditetapkan, langkah berikutnya adalah menyusun spesifikasi tes

yang mencakup aspek-aspek seperti cakupan materi, format soal, skor penilaian, dan

waktu pengerjaan. Rencana tes harus disesuaikan dengan kebutuhan evaluasi dan

karakteristik siswa yang diuji. Menentukan konten dan cakupan materi yang akan diuji,

serta menentukan format dan jenis pertanyaan yang akan digunakan.

 Penyusunan Butir Soal:

Pembuatan butir soal merupakan tahap kunci dalam pengembangan tes. Butir soal harus

dirancang dengan hati-hati, mengacu pada tujuan evaluasi dan spesifikasi tes. Berbagai

jenis pertanyaan dapat digunakan, seperti pilihan ganda, isian singkat, benar/salah, atau

uraian terstruktur. Penting untuk memperhatikan kualitas butir soal, termasuk kejelasan,

kesesuaian dengan tujuan, dan tingkat kesulitan yang tepat. Merancang dan menyusun

butir soal yang sesuai dengan tujuan evaluasi dan spesifikasi tes. Butir soal dapat berupa

pilihan ganda, benar/salah, uraian, atau jenis pertanyaan lainnya.

 Validasi dan Revisi:


Setelah pembuatan butir soal, tes perlu melalui tahap validasi. Validasi dilakukan untuk

memastikan bahwa tes memiliki keabsahan dan reliabilitas yang cukup. Hal ini

melibatkan uji coba tes kepada sejumlah siswa, analisis statistik, dan peninjauan oleh ahli

pendidikan. Jika diperlukan, tes direvisi berdasarkan temuan dari validasi. Melakukan

validasi terhadap tes yang dikembangkan untuk memastikan bahwa instrumen tersebut

valid, reliabel, dan sesuai dengan kebutuhan evaluasi. Jika diperlukan, melakukan revisi

dan penyesuaian pada tes.

 Uji Coba:

Setelah tes dinyatakan valid dan reliabel, tes dapat diimplementasikan kepada siswa.

Setelah tes selesai, data yang diperoleh akan di uji coba untuk mendapatkan informasi

tentang kemampuan siswa. Uji coba dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai

metode statistik yang relevan. Melakukan uji coba tes kepada sejumlah siswa untuk

mengumpulkan data dan mengidentifikasi potensi masalah atau kekurangan dalam tes.

Hasil uji coba digunakan untuk melakukan perbaikan lebih lanjut.

2. Penyusunan Non-Tes

Selain tes, penyusunan non-tes juga merupakan komponen penting dalam evaluasi

pendidikan. Non-tes mencakup metode-metode seperti observasi, wawancara, proyek, dan

portofolio.

Langkah-langkah umum dalam penyusunan non-tes meliputi:

 Menentukan Metode Non-Tes:

Metode non-tes yang umum digunakan meliputi observasi, wawancara, proyek, atau

portofolio. Pemilihan metode harus didasarkan pada tujuan evaluasi dan kemampuan

siswa yang ingin diukur. Memilih metode non-tes yang sesuai dengan tujuan evaluasi dan
karakteristik siswa. Misalnya, observasi dapat digunakan untuk mengamati keterampilan

praktis atau perilaku sosial siswa, sedangkan wawancara dapat memberikan pemahaman

lebih mendalam tentang pemikiran dan pengalaman siswa.

 Menyusun Rencana Penilaian:

Setelah metode non-tes dipilih, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana penilaian

yang terperinci. Merancang rencana penilaian yang terstruktur, mencakup indikator, skala

penilaian, dan instrumen pengumpulan data yang akan digunakan. Misalnya, dalam

observasi, menyusun daftar perilaku yang akan diamati dan sistem penilaian yang jelas.

 Implementasi dan Pengumpulan Data:

Setelah rencana penilaian disusun, metode non-tes dapat diimplementasikan. Observasi

dapat dilakukan dengan mengamati siswa dalam konteks tertentu, wawancara dapat

dilakukan untuk memperoleh pemahaman mendalam tentang siswa, dan proyek atau

portofolio dapat digunakan untuk menampilkan karya siswa. Data dikumpulkan dengan

seksama sesuai dengan rencana evaluasi yang telah disusun. Melakukan proses

pelaksanaan non-tes sesuai dengan rencana yang telah disusun. Mengumpulkan data

dengan seksama dan mencatat informasi yang relevan.

 Analisis dan Interpretasi Data:

Setelah data non-tes terkumpul, langkah terakhir adalah menganalisis dan

menginterpretasi data tersebut. Analisis data non-tes melibatkan proses pengorganisasian,

penyusunan temuan, dan pengambilan kesimpulan yang sesuai dengan tujuan evaluasi.

Hasil analisis dapat digunakan untuk memberikan umpan balik kepada siswa,

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa, serta memberikan informasi yang lebih

holistik tentang prestasi siswa. Menganalisis data yang telah dikumpulkan dari metode
non-tes, menginterpretasikan hasil, dan menyusun laporan evaluasi yang jelas dan

informatif.

Pengembangan tes dan penyusunan non-tes merupakan komponen penting dalam

evaluasi pendidikan. Pengembangan tes melibatkan langkah-langkah seperti identifikasi

tujuan evaluasi, penyusunan spesifikasi tes, penyusunan butir soal, validasi, dan uji coba.

Penyusunan non-tes melibatkan pemilihan metode non-tes yang sesuai, penyusunan rencana

penilaian, pelaksanaan dan pengumpulan data, serta analisis dan interpretasi data. Kedua

komponen ini dapat digunakan secara komplementer untuk mendapatkan gambaran yang

lebih komprehensif tentang kemampuan dan prestasi siswa.

BAB 9

ANALISIS BUTIR SOAL: INDEK KESULITAN, DAYA BEDA DAN DISTRAKTOR

Analisis butir soal merupakan langkah penting dalam pengembangan dan penilaian

instrumen tes. Salah satu aspek yang perlu dianalisis adalah indeks kesulitan, daya beda, dan

distraktor. Indeks kesulitan mengukur tingkat kesulitan suatu soal, sedangkan daya beda

mengindikasikan sejauh mana soal dapat membedakan antara siswa yang memiliki

kemampuan tinggi dan rendah. Distraktor adalah pilihan jawaban yang menarik perhatian

siswa, tetapi tidak sesuai dengan jawaban yang benar. Dalam makalah ini, akan dibahas

secara detail tentang analisis butir soal, indeks kesulitan, daya beda, dan distraktor.

1. Indeks Kesulitan

Indeks kesulitan digunakan untuk mengetahui tingkat kesulitan suatu soal. Indeks

kesulitan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:


Indeks Kesulitan = (Jumlah siswa yang menjawab salah) / (Jumlah total siswa)

Indeks kesulitan memiliki rentang nilai antara 0 hingga 1. Jika nilai indeks kesulitan

mendekati 0, berarti soal tersebut mudah, sedangkan jika mendekati 1, berarti soal tersebut

sulit. Analisis indeks kesulitan dapat membantu mengidentifikasi apakah suatu soal perlu

disempurnakan atau disesuaikan untuk tingkat kesulitan yang diinginkan. Indeks kesukaran

memiliki rentang nilai antara 0 hingga 1. Tujuan dari analisis indeks kesukaran adalah untuk

memastikan bahwa soal-soal dalam tes memiliki tingkat kesulitan yang sesuai dengan

kemampuan siswa yang diuji.

2. Daya Beda

Daya beda mengukur sejauh mana suatu soal dapat membedakan antara siswa yang

memiliki kemampuan tinggi dan rendah. Daya beda dapat membantu mengidentifikasi soal-

soal yang memiliki karakteristik diskriminatif, artinya soal tersebut efektif dalam

membedakan antara siswa yang berprestasi tinggi dengan siswa yang berprestasi rendah.

Daya beda dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Daya Beda = (Jumlah siswa yang menjawab benar di kelompok atas) - (Jumlah siswa

yang menjawab benar di kelompok bawah) / (Jumlah total siswa)

Daya beda memiliki rentang nilai antara -1 hingga 1. Jika nilai daya beda mendekati 1,

berarti soal tersebut memiliki daya beda yang tinggi, artinya siswa yang memiliki

kemampuan tinggi cenderung menjawab benar, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan

rendah cenderung menjawab salah. Sebaliknya, jika nilai daya beda mendekati -1, berarti

soal tersebut memiliki daya beda yang rendah.


3. Distraktor

Distraktor merujuk pada pilihan jawaban yang salah atau tidak sesuai dalam suatu soal

pilihan ganda. Distraktor adalah pilihan jawaban yang menarik perhatian siswa, tetapi tidak

sesuai dengan jawaban yang benar. Distraktor digunakan untuk menguji pemahaman siswa

dan membedakan antara siswa yang benar-benar memahami materi dengan siswa yang hanya

menebak. Analisis distraktor melibatkan perhitungan persentase siswa yang memilih masing-

masing pilihan jawaban. Distraktor yang memiliki persentase siswa yang memilihnya tinggi

menunjukkan bahwa banyak siswa yang keliru memahami materi.

Analisis butir soal, termasuk indeks kesulitan, daya beda, dan distraktor, penting dalam

mengembangkan dan menilai instrumen tes yang baik. Indeks kesulitan memberikan

informasi tentang tingkat kesulitan suatu soal, sedangkan daya beda mengukur sejauh mana

soal tersebut dapat membedakan antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah.

Distraktor membantu menguji pemahaman siswa dan mengidentifikasi kesalahpahaman yang

mungkin terjadi. Dengan melakukan analisis butir soal secara teliti, pengajar dapat

meningkatkan kualitas tes dan mendapatkan informasi yang lebih akurat tentang pemahaman

siswa terhadap materi yang diajarkan.


BAB 10

VALIDITAS DAN REALIBILITAS

Validitas mengacu pada sejauh mana instrumen evaluasi atau pengukuran mengukur apa

yang seharusnya diukur, sedangkan reliabilitas mengacu pada konsistensi dan ketepatan

instrumen tersebut. Buku ini akan menjelaskan pengertian, jenis-jenis, dan metode

pengukuran validitas dan reliabilitas, serta pentingnya validitas dan reliabilitas dalam

konteks evaluasi pendidikan.

Validitas dan reliabilitas adalah dua konsep penting dalam evaluasi dan pengukuran.

Validitas mengacu pada sejauh mana instrumen evaluasi atau pengukuran benar-benar

mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan reliabilitas mengacu pada konsistensi dan

ketepatan instrumen tersebut dalam memberikan hasil yang serupa dalam situasi yang

berbeda. Makalah ini akan membahas pentingnya validitas dan reliabilitas dalam evaluasi

pendidikan, serta menjelaskan jenis-jenis dan metode pengukuran validitas dan reliabilitas.
1. Validitas

Validitas adalah sutu ukuran yang menunjukkan tingkat ke validan atau kesahihan

suatu instrmen. Suatu instrumen yang valid itu mempunyai validitas yang tinggi dan

sebaliknya bila tingkat validitasnya rendah maka instrumentersebut kurang valid. Sebuah

instrumen dikatakan valid apabla mampu mengukur apa yang hendak diukur/ diinginkan.

Sebuah instrumen dikatan valid apabila bisa mengungkap data dari variabel yang diteliti.

Validitas instrumen terbagi dalam validitas internal,(validitas konstruk /constract validity

dan validitas isi / contect validity) dan validitas eksternal / empiris. Validitas adalah

ukuran sejauh mana instrumen evaluasi atau pengukuran dapat mengukur secara akurat

apa yang seharusnya diukur. Terdapat beberapa jenis validitas yang perlu

dipertimbangkan, antara lain:

 Validitas Konten:

Validitas konten melibatkan penilaian sejauh mana instrumen evaluasi mencakup

semua aspek penting dari konstruk yang ingin diukur. Hal ini melibatkan pemeriksaan

isi dari instrumen evaluasi dan memastikan bahwa itu mencerminkan secara akurat

konstruk yang diinginkan.

 Validitas Kriteria:

Validitas kriteria melibatkan hubungan antara hasil instrumen evaluasi dengan kriteria

yang sudah ada. Dalam validitas kriteria, instrumen evaluasi diuji dengan

membandingkan hasilnya dengan standar atau kriteria yang sudah ada.

 Validitas Konstruksi:

Validitas konstruksi melibatkan bukti empiris yang mendukung hubungan antara

instrumen evaluasi dan konstruk yang ingin diukur. Hal ini melibatkan pengujian
hipotesis dan analisis statistik untuk memastikan bahwa instrumen evaluasi dapat

memprediksi dengan akurat variabel konstruk yang diinginkan.

2. Reliabilitas

Reabilitas menunjuk pada sesuatu pengertian bahw suatu instrumen dapat dipercaya

untuk dignakan sebagai alat pengumpul data keaena instrumen tersebut sudah dianggap

baik. Intrume yang baik tidak mungkin bersifat tendenslus mengarahkan responden untuk

memilih jawaban- jawaban tertentu.reliabel artinya dapat dipercaya juga dapat

diandalkan. Sehingga beberapa kali diulang pun hasilnya akan tetap sama ( konsisten).

Pengujian reabilitas dapat dilakukan secara eksternal ( staility / test retest, equivalent atau

gabungan kedunya ) dan secara inernal ( analisis konsistensi butir-butir yang ada pada

instrumen. Reliabilitas mengacu pada konsistensi dan ketepatan instrumen evaluasi atau

pengukuran dalam memberikan hasil yang serupa dalam situasi yang berbeda. Terdapat

beberapa metode yang digunakan untuk mengukur reliabilitas, antara lain:

 Reliabilitas Test-Retest:

Reliabilitas test-retest melibatkan pengujian ulang instrumen evaluasi pada sampel

yang sama setelah jangka waktu tertentu. Korelasi antara hasil pengujian pertama dan

kedua digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen.

 Reliabilitas Split-Half:

Reliabilitas split-half melibatkan membagi instrumen evaluasi menjadi dua set dan

membandingkan hasil dari kedua set tersebut. Korelasi antara kedua set digunakan

untuk mengukur reliabilitas instrumen.

 Reliabilitas Konsistensi Internal:


Reliabilitas konsistensi internal melibatkan mengukur konsistensi antara item-item

dalam instrumen evaluasi. Metode yang umum digunakan untuk mengukur

reliabilitas konsistensi internal adalah menggunakan koefisien alpha Cronbach.

3. Pentingnya Validitas dan Reliabilitas dalam Evaluasi Pendidikan

Validitas dan reliabilitas sangat penting dalam evaluasi pendidikan. Dengan memiliki

instrumen evaluasi yang valid, kita dapat yakin bahwa kita mengukur apa yang

seharusnya diukur, sehingga hasil evaluasi dapat digunakan dengan percaya diri dalam

membuat keputusan pendidikan. Reliabilitas yang tinggi juga penting untuk memastikan

bahwa hasil evaluasi konsisten dan dapat diandalkan.

Validitas dan reliabilitas adalah dua konsep penting dalam evaluasi dan pengukuran.

Validitas mengacu pada sejauh mana instrumen evaluasi atau pengukuran mengukur apa

yang seharusnya diukur, sedangkan reliabilitas mengacu pada konsistensi dan ketepatan

instrumen tersebut. Validitas dan reliabilitas harus dipertimbangkan dengan cermat dalam

pengembangan instrumen evaluasi dan pengukuran. Dengan memiliki instrumen evaluasi

yang valid dan reliabel, kita dapat yakin bahwa hasil evaluasi dapat digunakan dengan

percaya diri untuk pengambilan keputusan pendidikan yang tepat.


BAB 11

RUBRIK PENILAIAN / PENSKORAN

Rubrik (rubrics) adalah instrumen penilaian yang digunakan dosen dalam mengukur

kinerja mahasiswa berdasarkan deskripsi spesifik yang menggambarkan kemampuan

mahasiswa untuk suatu level tertentu pada suatu aspek (Mertler, 2006; Reddy & Andrade,

2010; Stevens & Levi, 2005). Rubrik yang hanya memiliki dua level dalam satu aspek

dikenal sebagai daftar cek (check list) (Mertler, 2006). Rubrik dapat digunakan pada berbagai

metode asesmen, seperti tulisan imiah, esai buku/film, partisipasi diskusi, laporan

laboratorium, portofolio, dan kerja kelompok (Dannelle D. Stevens, 2013).

Rubrik penilaian adalah kerangka atau skala yang digunakan untuk menilai dan

memberikan skor terhadap kinerja atau produk siswa. Buku ini akan menjelaskan pengertian,

tujuan, dan komponen-komponen rubrik penilaian, serta memberikan contoh

implementasinya dalam berbagai konteks pembelajaran. Rubrik penilaian atau penskoran

adalah alat yang digunakan untuk mengukur dan menilai kinerja atau produk siswa dalam
proses pembelajaran. Rubrik ini memberikan pedoman yang jelas dan transparan bagi siswa

dan penilai tentang apa yang diharapkan dalam pencapaian dan penilaian. Makalah ini akan

menjelaskan pentingnya rubrik penilaian, tujuannya, dan komponen-komponen yang

terkandung dalam rubrik penilaian.

1. Pengertian dan Tujuan Rubrik Penilaian

Rubrik penilaian adalah kerangka atau skala yang menggambarkan kriteria-kriteria yang

akan dinilai dan memberikan skor terhadap kinerja atau produk siswa. Tujuan utama rubrik

penilaian adalah sebagai berikut:

 Memberikan pedoman yang jelas:

Rubrik penilaian memberikan pedoman yang jelas kepada siswa tentang apa yang

diharapkan dalam pencapaian mereka. Ini membantu siswa memahami standar

penilaian dan fokus pada aspek-aspek yang penting dalam kinerja atau produk

mereka.

 Meningkatkan objektivitas:

Dengan menggunakan rubrik penilaian yang terstandarisasi, penilaian menjadi lebih

objektif. Rubrik menyediakan kriteria yang jelas dan skala penilaian yang dapat

diinterpretasikan secara konsisten oleh penilai.

 Memberikan umpan balik yang konkret:

Rubrik penilaian memungkinkan penilai untuk memberikan umpan balik yang

konkret dan spesifik kepada siswa. Hal ini membantu siswa memahami kekuatan dan
kelemahan kinerja atau produk mereka, serta memberikan arahan untuk perbaikan

selanjutnya.

2. Jenis-jenis rubrik

Berdasarkan isinya, rubrik dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Menurut Onong

Uchajana Effendy, adapun beberapa jenis rubrik adalah sebagai berikut:

1. Rubrik Informasi

Jenis rubrik ini berisi informasi umum mengenai berbagai hal terkait kehidupan manusia.

Beberapa yang termasuk dalam rubrik informasi antara lain;

 Informasi mengenai keluarga (hubungan sosial, pertunangan, pernikahan, kelahiran,

kematian).

 Informasi kesejahteraan masyarakat (kredit kepemilikan rumah, koperasi, fasilitas

umum, organisasi).

 Informasi mengenai peraturan.

 Informasi kepindahan pegawai.

 Informasi mengenai pertemuan (penataran, rapat kerja, konferensi, dan lain-lain).

2. Rubrik Edukasi

Rubrik jenis ini berisi informasi mengenai pengetahuan dan pendidikan, baik

pengetahuan umum maupun pengetahuan khusus. Beberapa yang termasuk dalam rubrik

edukasi antara lain;


 Artikel yang berisi ilmu pengetahuan umum, keterampilan khusus, tutorial,

keagamaan, dan lain-lain.

 Kutipan pendapat dari tokoh terkenal yang berhubungan dengan kemasyarakatan,

keahlian, keagamaan, dan lain-lain.

 Tajuk rencana.

3. Rubrik Rekreasi

Rubrik ini berisi informasi yang bersifat hiburan dan rekreasi untuk menghilangkan

kejenuhan. Beberapa yang termasuk dalam rubrik rekreasi antara lain;

 Cerita bergambar

 Cerita pendek

 Anekdot

 Kisah minat insani (human interest)

3. Komponen-Komponen Rubrik Penilaian

Rubrik penilaian umumnya terdiri dari beberapa komponen penting, yaitu:

 Kriteria penilaian:

Merupakan daftar kriteria atau aspek yang akan dinilai dalam kinerja atau produk

siswa. Kriteria ini harus relevan, spesifik, dan terkait langsung dengan tujuan

pembelajaran.

 Deskripsi tingkat pencapaian:

Merupakan deskripsi atau penjelasan tentang setiap tingkat pencapaian dalam kriteria

penilaian. Biasanya menggunakan skala atau angka yang mengindikasikan tingkat


keberhasilan dalam mencapai setiap kriteria.

 Bobot penilaian:

Merupakan bobot atau nilai relatif yang diberikan kepada setiap kriteria penilaian.

Bobot ini mencerminkan tingkat pentingnya setiap kriteria dalam penilaian

keseluruhan.

4. Keuntungan Penggunaan rubrik penilaian

Penggunaan rubrik penilaian memiliki beberapa keuntungan:

 Konsistensi:

Rubrik penilaian membantu mencapai konsistensi dalam penilaian. Kriteria dan

deskripsi tingkat pencapaian yang jelas memastikan bahwa penilai memberikan

penilaian yang objektif dan konsisten kepada setiap siswa.

 Transparansi:

Rubrik penilaian memberikan transparansi yang tinggi kepada siswa mengenai

kriteria penilaian dan harapan yang diinginkan. Siswa dapat melihat dengan jelas apa

yang akan dinilai dan bagaimana mereka akan dinilai.

 Peningkatan Umpan Balik:

Rubrik penilaian memungkinkan penilai memberikan umpan balik yang lebih

spesifik dan konstruktif kepada siswa. Siswa dapat melihat di mana mereka telah

berhasil dan di mana mereka perlu meningkatkan kinerja mereka.

 Peningkatan Pembelajaran:

Dengan menggunakan rubrik penilaian, siswa dapat melihat bagaimana mereka dapat

meningkatkan kinerja mereka. Mereka dapat menggunakan rubrik sebagai panduan


untuk mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan dan mengembangkan

strategi perbaikan.

5. Implementasi Rubrik Penilaian

Rubrik penilaian dapat diimplementasikan dalam berbagai konteks pembelajaran, seperti

tugas individu, proyek kelompok, presentasi, atau penilaian praktik. Dalam setiap konteks,

rubrik penilaian harus disusun dengan hati-hati, mengikuti prinsip-prinsip yang relevan, dan

dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa sebelum tugas dimulai.

6. Manfaat rubrik penilaian

Pada dasarnya, pembuatan sebuah rubrik bertujuan untuk menyampaikan informasi

kepada pembaca, baik secara tersurat maupun secara tersirat. Penulis menyampaikan pesan-

pesannya di dalam rubrik untuk memberikan nasihat, anjuran, maupun ajakan untuk

melakukan sesuatu kepada pembacanya.

Adapun beberapa manfaat penilaian rubrik adalah sebagai berikut:

 Sebagai pedoman dalam menilai kinerja peserta didik.

 Sebagai acuan dalam menjelaskan deskripsi tugas peserta didik.

 Sebagai pedoman dalam memberikan informasi mengenai bobot penilaian.

 Membantu proses penilaian sehingga lebih objektif dan konsisten.

 Membantu peserta didik mendapatkan feedback dengan cepat dan akurat.

 Memberikan “content knowledge” dan “procedural knowledge” kepada peserta didik.


 Membantu peserta didik dalam menilai kinerja kelompoknya.

 Membantu tenaga pendidik dan peserta didik dalam memahami proses pembelajaran

yang telah dilakukan.

7. Contoh Rubrik Penilaian

Contoh-contoh rubrik penilaian dapat beragam tergantung pada konteks dan subjek

pembelajaran. Sebagai contoh, rubrik penilaian untuk presentasi bisa mencakup kriteria

seperti konten, kejelasan penyampaian, keterampilan berbicara, dan penggunaan audiovisual.

Setiap kriteria memiliki deskripsi tingkat pencapaian dan bobot penilaian yang sesuai.

Rubrik penilaian atau penskoran merupakan alat yang penting dalam proses evaluasi

pembelajaran. Dengan menggunakan rubrik penilaian, siswa dapat memahami harapan dan

kriteria penilaian dengan lebih jelas, sementara penilai dapat memberikan umpan balik yang

konkret dan objektif. Rubrik penilaian membantu meningkatkan transparansi, konsistensi,

dan validitas evaluasi. Oleh karena itu, pengembangan rubrik penilaian yang baik sangat

penting dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan penilaian.

Dalam kesimpulannya, rubrik penilaian atau penskoran adalah alat yang penting dalam

proses evaluasi pembelajaran. Rubrik penilaian memberikan panduan yang jelas dan objektif

dalam mengevaluasi kinerja siswa. Dengan menggunakan rubrik penilaian, siswa dapat

memahami kriteria penilaian, sementara penilai dapat memberikan umpan balik yang

spesifik. Hal ini membantu meningkatkan konsistensi, transparansi, dan kualitas evaluasi

dalam konteks pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

Gronlund, NE, & Brookhart, SM (2014). Penilaian Prestasi Siswa. Pearson.

Nitko, AJ (2016). Penilaian Pendidikan Siswa. Pearson.

Brown, GT, & Hattie, J. (2012). Asesmen Literasi: Fondasi untuk Meningkatkan

Pembelajaran Siswa. Corwin.

Gronlund, NE (2006). Penilaian Prestasi Siswa (Edisi ke-8). Pearson.

Mekar, BS (1956). Taksonomi Tujuan Pendidikan: Klasifikasi Tujuan Pendidikan. Buku

Pegangan I: Domain Kognitif. David McKay.

Marzano, RJ (2009). Merancang & Menilai Tujuan Pendidikan: Menerapkan Taksonomi

Baru. Corwin.
Popham, WJ (2018). Penilaian Kelas: Yang Perlu Diketahui Guru (Edisi ke-8). Pearson.

Stiggins, RJ, Arter, JA, Chappuis, J., & Chappuis, S. (2012). Penilaian Kelas untuk

Pembelajaran Siswa: Melakukannya dengan Benar-Menggunakannya dengan Baik (Edisi

ke-2). Pearson.

Asosiasi Riset Pendidikan Amerika, Asosiasi Psikologi Amerika, & Dewan Nasional

Pengukuran Pendidikan. (2014). Standar Tes Pendidikan dan Psikologis. Asosiasi Riset

Pendidikan Amerika.

Downing, SM (2006). Dua Belas Langkah untuk Pengembangan Tes yang Efektif. Dalam

TM Haladyna & SM Downing (Eds.), Handbook of Test Development (pp. 3-25).

Routledge

Anderson, LW, Krathwohl, DR, Airasian, PW, Cruikshank, KA, Mayer, RE, Pintrich, PR,

& Wittrock, MC (2001). Taksonomi untuk Belajar, Mengajar, dan Menilai: Revisi

Taksonomi Tujuan Pendidikan Bloom. Addison Wesley Longman.

Krathwohl, DR, Mekar, BS, & Masia, BB (1964). Taksonomi Tujuan Pendidikan,

Handbook II: Ranah Afektif. David McKay.

Dave, RH (1975). Mengembangkan dan Menulis Tujuan Perilaku. Pers Inovator

Pendidikan.

Haladyna, TM (2019). Mengembangkan dan Memvalidasi Soal Tes Pilihan Ganda (Edisi

ke-4). Routledge.
Rodriguez, MC (2005). Menyusun Tes Prestasi (Edisi ke-2). Pers Universitas Cambridge.

Haladyna, TM, & Downing, SM (2004). Menyusun Soal Tes: Keterampilan Dasar untuk

Pengembangan Tes (Edisi ke-2). Lawrence Erlbaum Associates.

Crocker, L., & Algina, J. (2008). Pengantar Teori Tes Klasik dan Modern. Belajar

Cengkeh.

Allen, MJ, & Yen, WM (2002). Pengantar Teori Pengukuran. Pers Waveland.

Haladyna, TM, & Downing, SM (2004). Menyusun Soal Tes: Keterampilan Dasar untuk

Pengembangan Tes (Edisi ke-2). Lawrence Erlbaum Associates.

Brown, GT, & Hudson, S. (2002). Alternatif dalam Penulisan Butir Pilihan Ganda:

Pedoman Pengendalian Mutu. Penilaian dalam Pendidikan: Prinsip, Kebijakan & Praktek,

9(3), 277-292.

DeVellis, RF (2016). Pengembangan Skala: Teori dan Aplikasi (Edisi ke-4). Publikasi

SAGE.

Cook, DA, Beckman, TJ, & Konsep Saat Ini dalam Validitas dan Keandalan untuk

Instrumen Psikometri untuk Penelitian Pendidikan Kedokteran. Kedokteran Akademik,

78(8), 783-790.

Streiner, DL, & Norman, GR (2008). Timbangan Pengukuran Kesehatan: Panduan Praktis

untuk Pengembangan dan Penggunaannya (Edisi ke-4). Pers Universitas Oxford.

Brookhart, SM (2013). Cara Membuat dan Menggunakan Rubrik untuk Penilaian


Formatif dan Penilaian. ASCD.

Moskal, BM (2000). Rubrik Penilaian: Apa, Kapan dan Bagaimana? Penilaian Praktis,

Penelitian & Evaluasi, 7(3).

Popham, WJ (2009). Penilaian Kelas: Yang Perlu Diketahui Guru (Edisi ke-6). Pearson.

Anda mungkin juga menyukai