Anda di halaman 1dari 7

C.

Konsep Asuhan Keperawatan Kelompok


Kelompok adalah sekumpulan individu yang berinteraksi pada suatu
daerah atau mempunyai karakteristik pada suatu daerah atau mempuyai
karakteristik khusus yang merupakan bagian dari masyarakat (Stanhope &
Lancaster, 2016). Asuhan keperawatan kelompok adalah suatu langkah
penyelesaian masalah kesehatan yang ditujukan kepada suatu kelompok yang
berfokus kepada upaya promotif dan preventiftanpa mengabaikan upaya kuratif
dan rehabilitatif. Sasaran asuhan kelompok adalah kelompok masyarakat khusus
yang berisiko terhadap munculnya masalah kesehatan baik yang terikat ataupun
tidak terikat dalam suatu institusi.
Sasaran kelompok terdiri dari:
1. Sasaran yang terikat oleh institusi, seperti kelompok Pasangan baru menikah,
Bayi, balita, kelompok ibu hamil, kelompok lansia atau kelompok dengan
penyakit tertentu
2. Kelompok masyarakat khusus yang terikat institusi, seperti sekolah, tempat
kerja, pesantren, panti asuhan, panti lansia, rumah tahanan atau lembaga
pemasyarakatan.
Asuhan keperawatan kelompok terdiri dari pengkajian, penegakkan diagnosis,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian keperawatan kelompok
Pengkajian adalah fasel awal proses asuhan keperawatan kelompok.
Tujuannya adalah mengidentifikasi kebutuhan kelompok, mengklarifikasi
masalah kesehatan kelompok, mengidentifikasi kekuatan dan sumber-sumber
yang ada di kelompok serta mengidentifikasi risiko masalah kesehatan yang
dapatterjadi pada kelompok.
2. Diagnosis keperawatan kelompok
Tahapan sebelum merumuskan diagnosis keperawatan adalah melakukan
analisis data dari hasil pengkajian.
Diagnosis keperawatan merupakan clinical judgment yang berfokus pada
respon manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan atau
kerentanan (vulnerability) terhadap respon dari individu., keluarga, kelompok
atau komunitas. Label diagnosis keperawatan kelompok, yaitu actual,
potensial, dan risiko.
Penulisan diagnosis keperawatan kelompok ditulis tanpa menyebutkan
penyebab (etiologi) dari masalah kesehatan yang dialami. Cara menentukan
diagnosis keperawatan adalah:
a. Mengidentifikasi keluhan klien
b. Memasukkan domain
c. Memasukkan kelas
d. Melihat definisi diagnosis
e. Melihat batasan karakteristik
Dalam menetapkan prioritas masalah perlu melibatkan kelompok dalam
suatu pertemuan dengan anggota kelompok. Perawat menentukan prioritas
masalah hendaknya memperhatikan 6 kriteria, yaitu:
a. Kesadaran masyarakat akan masalah
b. Motivasi masyarakat untuk menyelesaikan masalah
c. Kemampuan perawat dalam mempengaruhi penyelesaian masalah
d. Ketersediaan ahli atau pihak terkait terhadap penyelesain masalah
e. Beratnya konsekuensi jika masalah tidak terselesaikan
f. Mempercepat penyelesaian masalah dengan resolusi yang dapat dicapai
3. Perencanaan Keperawatan Kelompok
Tahapan menyusun perencanaan keperawatan adalah:
a. Melakukan analisis data hasil pengkajian
b. Menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan NANDA atau ICNP
c. Menentukan hasil (Outcome) yang terukur dan dapat dicapai
berdasarkan NOC dengan cara menentukan diagnosis keperawatan,
memilih kriteria, memilih indicator dan menentukan skala
d. Menentukan intervensi berdasarkan NIC.
4. Implementasi Keperawatan Kelompok
Fokus implementasi adalah mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Implementasi yang dapat dilakukan pada asuhan
keperawatan kelompok antara lain:
a. Promosi kesehatan: melaksanakan pendidikan atau penyuluhan
kesehatan sesuai kebutuhan kelompok
b. Proses kelompok: memotivasi pembentukan dan membimbing
kelompok swabantu atau peer group
c. Pemberdayaan masyarakat: memantau kegiatan kader kesehatan sesuai
dengan jenis kelompoknya
d. Kemitraan: melakukan negosiasi dan menjalin kerjasama dengan pihak
terkait (Dinas Kesehatan, Puskesmas, Kelurahan, Kecamatan) dalam
melakukan implementasi
5. Evaluasi Keperawatan Kelompok
Evaluasi adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara sistematis
dalam mengukur keberhasilan asuhan keperawatan kelompok.

Kelompok RW Siaga
a. Definisi RW Siaga
RW Siaga adalah RW yang warganya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah
kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri
(Kemenkes RI, 2017). RW Siaga merupakan gambaran masyarakat yang
sadar, mau, dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman
terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan
penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya dan potensi setempat secara gotong
royong.
b. Tujuan Pembentukan RW Siaga
RW Siaga terbentuk berdasarkan Permenkes No.564/2006.
a. Maksud
1) Menata kesiapan warga masyarakat dalam karya bakti nyata melalui
kegiatan pencegahan dan pengendalian bencana serta pertolongan
kesehatan bagi masyarakat
2) Penyelenggaraan RW Siaga merupakan suatu upaya untuk
menyediakan wadah bantuan solidaritas sosial kemanusiaan dalam
membantu mengatasi setiap keadaan gawat darurat yang menimpa
warga di lingkungannya.
3) Organisasi RW Siaga mampu melakukan kegiatan yang dapat
meringankan beban biaya proses persalinan masyarakat yang belum
mampu serta pengawas8an gizi keluarga.
b. Tujuan
1) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan
2) Meningkatnya kegiatan masyarakat dalam mengantisipasi dan
melakukan tindakan penyelamatan terhadap ibu hamil, , bayi, anak
dan masyarakat.
3) Meningkatnya kegiatan masyarakat dalam pengamatan penyakit, dan
faktor resiko, kesiapsiagaan bencana dan Kejadian Luar Biasa (KLB)
4) Meningkatnya kadar gizi keluarga dan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)
5) Meningkatnya sanitasi dasar (RAKSA)
6) Meningkatnya UKBM.
c. Struktur Organisasi RW Siaga
Struktur organisasi/kepengurusan RW Siaga terdiri dari:
a. Pembina
1) Memberikan pembinaan secara berkala terhadap kegiatan RW Siaga
2) Memberikan bimbingan terhadap anggota RW Siaga
3) Mengevaluasi program dan pelaksanaan kegiatan RW Siaga
b. Ketua
1) Mengkoordinasikan kegiatan RW Siaga
2) Memimpin kegiatan pertemuan RW Siaga
3) Membagi tugas kegiatan RW Siaga pada anggota setiap unit
4) Membantu anggota RW Siaga untuk melakukan kegiatan pengawasan
5) Membantu pengawasan pelaksanaan kegiatan RW Siaga
6) Mengevaluasi kegiatan RW Siaga
c. Petugas Kesehatan
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa
d. Sekretaris
1) Mencatat seluruh kegitan RW Siaga
2) Melaporkan kegiatan hasil kepada seluruh anggota RW Siaga
3) Menginformasikan kepada tiap anggota pada setiap pertemuan
4) Pengurusan surat menyurat dan pengarsipan
e. Bendahara
1) Bertanggung jawab terhadap pengeluaran dan pemasukan dana
2) Menghimpun semua dana yang masuk
3) Mencatat pemasukan dan pengeluaran dana RW Siaga
4) Melaporkan keuangan kepada ketua dan seluruh anggota RW Siaga
f. Anggota
1) Melaksanakan kegiatan RW Siaga sesuai dengan unitnya
2) Melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan unit unit RW Siaga kepada
koordinator tiap unit
3) Bekerjasama dnegan anggota yang lain dalam kegiatan RW Siaga
4) Pemilihan perangkat /pengurus RW Siaga ini beranggotakan wakil dari masing-
masing RT.
4. Indikator RW Siaga
a. Memiliki forum komunikasi masyarakat RW, jika terdapat minimal fasilitator
masyarakat kelurahan, susunan pengurus RW Siaga
b. Memiliki fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan sistem rujukan, jika terdapat
fasilitas kesehatan dasar, misalnya pustu, polindes atau rumah bersalin
c.Memiliki UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) yang
dikembangkan, jika terdapat 1 posyandu per RW.
d. Memiliki sistem pengamatan penyakitdan faktor risiko berbasis masyarakat,
jika terdapat kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan di tingkat masyarakat
yang mencakup minimal 80% kegiatan dilaporkan secara lengkap, tepat waktu
(dengan periode 24 jam atau rutin tiap bulan) adanya data pemantauan wilayah
setempat yang berisiko.
e. Memiliki penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana berbasis
masyarakat, jika minimal terdapat stimulasi atau gladi bencana, minimal 1 kali
setahun di daerah tidak rawan dan 2 kali setahun di daerah rawan bencana.
f. Adanya upaya mewujudkan lingkungan sehat, jika terdapat gerakan
masyarakat untuk meningkatkan atau memelihara kualitas lingkungan yang
dilaksanakan secara rutin, minimal 1 kali seminggu di setiap rt.
g. Adanya upaya mewujudkan PHBS jika minimal terdapat pendataan dan
visualisasi data PHBS rumah tangga minimal 1 kali setahun, kegiatan promosi
PHBS minimal 1 kali sebulan, kegiatan tindak lanjut dari hasil pendataan dan
promosi PHBS.
h. Adanya upaya mewujudkan KADARZI (Keluarga Sadar Gizi) dan
terbentuknya kadarzi, jika minimal terdapat pendataan dan visualisasi data
kadarzi minimal 1 kali setahun, kegiatan promosi kadarzi minimal 1 kali
sebulan, dan kegiatan tindak lanjut dari hasil pendataan dan promosi kesehatan.

5. POKJA (Kelompok Kerja RW Siaga)


a. Pokja Kadarzi (KIA dan LANSIA)
1) Mengidentifikasi dan memantau kondisi gizi balita (penimbangan, PMT,
penyuluhan, pemberian vitamin A)
2) Mengidentifikasi status gizi balita (BGM, gizi kurang, gizi buruk)
melalui pemantauan KMS (kartu menuju sehat)
3) Mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan balita
4) Mengidentifikasi dan memantau kadarzi (contoh memantau keluarga
dengan balita yang kurang gizi)
5) Membantu pemanfaatan perkarangan untuk meningkatkan gizi keluarga
(misalnya penanaman TOGA)
6) Mengidentifikasi dan memantau gizi ibu hamil
7) Mengidentifikasi dan memantau gizi lansia
b. Pokja PHBS (KIA, Lansia, Remaja)
1) Melakukan kegiatan UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) yang
dikembangkan seperti
a) Posyandu balita, misalnya melalui penyuluhan tentang tumbuh kembang
balita
b) Posyandu lansia, misalnya melakukan penkes tentang penyakit pada lansia
ataupun kondisi kondisi yang dapat membuat lansia cidera
c) TOGA, melalui penanaman tanaman obat yang bermanfaat bagi kesehatan
d) Pos UKK, melalui identifikasi masalah kesehatan pekerjaan yang dominan
di wilayah RT
c. Pokja Lingkungan
1) Melakukan penyuluhan kesehatan lingkungan
2) Membantu pengelolaan sampah air bersih
3) Membantu pengelolaan kebersihan lingkungan (gotong royong),
pemantauan jentik
d. Surveilance
1) Mengamati perkembangan penyakit yang berpotensi wabah di masyarakat
seperti DBD, malaria, diare, campak, ISPA, keracunan, HIV/AIDS,
NAPZA.
2) Menggalakkan imunisasi di posyandu dan anak sekolah
e. Pokja Kegawatdaruratan
1) Menyelenggarakan tindakan tanggap bencana alam (banjir, longsor) bencana
karena kelalaian manusia (kebakaran, keracunan)bencana karena penyakit
(bencana yang berpotensi wabah). Seperti pemberian pertolongan pertama
pada korban banjir.
2) Menyelenggarakan pertolongan pertama pada hal-hal yang dapat
menyebabkan kematian

Anda mungkin juga menyukai