Makalah
“Ushul Fikih”
Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
Segala syukur tidak lupa selalu dipanjatkan kepada Allah SWT yang sudah
memberikan Taufiq serta Rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang
“Sejarah dan Aliran dalam Ushul Fikih Kami juga sangat berterima kasih pada bapak-ibu
dosen khususnya Ibu Dr. Hj. Iffah, M. Ag. Yang telah mengarahkan dan menuntun kami
selama ini dalam perkuliahan ini.
Terimakasih kami sampaikan khususnya seluruh pihak terkait yang telah turut
menyumbang ide-ide dalam pembuatan karya ilmiah ini, khususnya rekan-rekan kami.
Pastinya, tidak bisa maksimal tanpa adanya support serta arahan dari beragam pihak terkait.
Selaku penulis, kami sangat sadar tentang adanya kekurangan, maupun dari penulisan
maupun kelola kebahasaan dalam penyajian karya ilmiah ini. Maka dari itu, kami dengan
sangat ingin menerima baik segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
meminimalisir celah dalam makalah yang sederhana ini.
Kami berharap bahwa karya ini dapat memiliki barokah dan manfaat yang merata pada
seluruh orang yang membacanya, membawa, mendengarkan ataupun melihatnya, karena
pintu rahmat adalah suatu misteri bagi kita. Dan hanyalah Allah SWT yang mengetahui.
Ttd
Penyusun
i
DAFTAR ISI
PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I: Pendahuluan.....................................................................................................1
1.1....................................................................................................................................1
1.2....................................................................................................................................1
1.3....................................................................................................................................1
2.1....................................................................................................................................2
2.2....................................................................................................................................5
2.3....................................................................................................................................7
3.1....................................................................................................................................8
3.2....................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Prof. Dr. M. Noor Harisudin M. Fil.I, Ilmu Ushul Fiqih, ed. 01 (Malang: Sentara Press, 2021). 10.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Abu Zahra, ilmu Ushul Fiqih ini sudah ada secara bersamaan oleh
Fiqih, namun pertumbuhan dan perkembangannya dimulai setelah wafat nya
Rasululllah SAW.2 Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan pada masa Rasulullah SAW
segala hal masalah yang berkaitan dengan masalah Fiqih langsung didasarkan pada
Rasulullah SAW dan juga bisa langsung direspon oleh turunya wahyu. Sebagaimana
kita ketahui, dasar pijakan dari Fiqih adalah Ushul Fiqih itu sendiri karena Ushul
Fiqih ini lah yang membahas yang berkaitan tentang dasar, dalil, dan hukum syara’.
Pada awal islam dan juga masa Rasulullah SAW, ilmu Ushul Fikih ini masih belum
dibutuhkan pada waktu itu. Hal tersebut disebabkan dalam hal menentukan suatu
hukum Rasulullah mendasarkan langsung pada wahyu yang akan diterimanya dan
dikuatkan dengan ijtihad yang beliau lakukan.3
Sepeninggal Rasulullah SAW, para sahabat yang sudah dibekali atau yang
sudah berpengalaman bersama beliau mereka (sahabat) mengistimbathkan hukum
meskipun masih belum sefleksibel zaman sekarang. Adapun metode yang mereka
(sahabat) menggunakan saat menetapkan suatu hukum dari peristiwa yaitu mulanya
mereka (sahabat) mencari terlebih dahulu di Al-Qur’an, jika tidak ditemukan maka
solusi berikutnya yaitu beralih ke Sunnah Nabi. Selanjutnya jika masih belum
ditemukan mereka (sahabat) mencari di Al-Qur’an dan juga Sunnah, jika hasilnya
masih belum bisa ditemukan mereka (sahabat) memutuskan menetapkan hukum
dengan cara ijtihad atas timbangan kemaslahatan.
2
Muhammad Abu Zahra, Ushul Fiqh (Damaskus: Daar Al-Fikr, n.d.), 11.
3
Dr. Hj. Rusdaya Basri Lc., M. Ag, Ushul Fikih 1 (Pare-Pare: IAIN Pare-Pare Nusantara Press, tt).
2
Seperti yang tertera pada hadis dibawah ini:
َع ِن، َع ْن َأِبي َعْو ٍن الَّثَقِفِّي، ثنا ُش ْع َبُة، ثنا ُس َلْيَم اُن ْبُن َح ْر ٍب، َح َّد َثَنا َأْح َم ُد ْبُن َع ْم ٍر و اْلَقِط َر اِنُّي
َأَّن الَّنِبَّي صلى هللا عليه وسلم، َع ْن ُمَع اِذ ْبِن َجَبٍل،اْلَح اِر ِث ْبِن َع ْم ِرو اْبِن َأِخ ي اْلُمِغ يَر ِة ْبِن ُش ْع َبَة
: َقاَل،َأْقِض يِبِكَتاِبِهللا: «َكْيَف َتْقِض ي ِإْن َع َر َض َلَك َقَض اٌء ؟» َقاَل:َلَّم ا َبَع َثُه ِإَلى اْلَيَمِن َقاَل َلُه
«َفِإْن َلْم َيُك ْن ِفي: َقاَل، َفِبُس َّنِة َر ُسوِل ِهللا صلى هللا عليه وسلم: «َفِإْن َلْم َيُك ْن ِفيِكَتاِبِهللا؟» َقاَل
َفَض َر َب َر ُسوُل ِهللا صلى: َقاَل، َأْج َتِهُد َر ْأِيي َو اَل آُلو: ُس َّنِة َر ُسوِل ِهللا صلى هللا عليه وسلم؟» َقاَل
«اْلَحْم ُد ِهَّلِل اَّلِذ ي َو َّفَق َر ُسوَل َر ُسوِل ِهللا صلى هللا عليه وسلم ِلَم ا: َو َقاَل،هللا عليه وسلم َص ْد َر ُه
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Amr, Sulaiman bin
Harb telah menceritakan kepada kami, Syu’bah menveritakan kepada kami,
dari Abu Awn Atsaqafy, dari Harits bin Amr putra saudaraku Al-Mughirah
bin Su’bah, dari Mu’adz bin Jabal bahwa Nabi Saw ketika mengutusnya ke
Yaman, Nabi bertanya: “Bagaimana kamu jika dihadapkan permasalahan
hukum? Ia berkata: “Saya berhukum dengan kitab Allah”. Nabi berkata:
“Jika tidak terdapat dalam kitab Allah” ?, ia berkata: “Saya berhukum
dengan sunnah Rasulullah Saw”. Nabi berkata: “Jika tidak terdapat dalam
sunnah Rasul Saw” ? ia berkata: “Saya akan berijtihad dan tidak berlebih
(dalam ijtihad)”. Maka Rasul Saw memukul ke dada Muadz dan berkata:
“Segala puji bagi Allah yang telah sepakat dengan utusannya (Muadz)
dengan apa yang diridhai Rasulullah”.
Pada zaman itulah mereka (sahabat) sudah menari sumber hukum sesuai yang
tertera di hadis tersebut. Ketika di masa tabi’in, mereka pastinya bertemu dengan
sahabat dan belajar dengan sahabat. Ketika para sahabat menyebar luaskan islam,
mereka pun memiliki murid di daerah tersebut sehingga murid itulah yang menjadi
tokoh hukum di daerahnya. Perlu diingat murid sahabat tidak hanya dari gologan
kaum Arab, tetapi juga dari kalangan kaum mawali atau non-Arab. Namun setelah
masa
3
tabi’in berakhir, muncul beberapa masalah yang tidak pernah terjadi sebelumnya,
yakni:4
1. Adanya percampuran antara orang Arab dengan orang luar Arab dari
beragam budaya, bahasa, dan tradisi. Hal ini mepengaruhi kaum muslim
dalam penguasaan bahasa Arab yang sesuai dengan bahasa Qur’an dan
Hadis.
2. Munculnya beragam peristiwa yang mengakibatkan para mujtahid
memeras kemampuan berpikir mereka.
3. Para mujtahid banyak bermunculan dengan metode istinbat hukum yang
beragam.
Dengan adanya tiga masalah tersebut, para mujtahid menyusun kaidah islam
dalam melaksankan istimbat hukum yang berasal dari dalil syara’. Pada zaman tabi’
tabi’in, dan imam madzhab, islam memiliki wilayah kekuasaan yang bertambah luas.
Hingga ke wilayah-wialayah asing yang mayoritas penduduknya bukan dari bangsa
Arab yang juga tidak bisa berbahasa Arab serta memiliki ragam budaya dan
kondisinya di masing-masing daerah. Mengenai hal tersebut, permasalahan-
permasalahan hukum menjadi kompleks bahkan belum ditemukan ketentuan
peraturan hukum tersebut. Di masa ini, terjadi perdebatan diantara para ulama’
tentang dalil hukum baik sunnah, istihsan, qiyas, maslahah mursalah, ijma’, dan lain-
lain.
Dengan adanya beragam masalah yang terjadi, Imam Syafi’I pada waktu itu
melakukan pembukuan Ushul Fiqih yang terkenal dengan nama kitabnya Ar-Risalah.
Dijelaskan oleh Satria Effendy, bahwa kitab Ar-Risalah ini memiliki arti sepucuk
surat pada awalnya berupa lembaran surat yang dikirim Imam Syafii kepada
Abdurrahman Mahdi seorang ulama’ ahli hadis saat itu. Munculnya kitab ini
merupakan tahap awal atau babak awal perkembangan Ushul Fiqih sebagai disiplin
ilmu.5 Namun dari kalangan Imam Hanafi menyatakan bahwa Imam Hanifah serta
dua muridnya Imam Abu Yusuf Ibnu Abi Laila dan Muhammad bin Hassan Al-
Syaybani sebagai peletak
4
Hasyim, ‘Urgensi Studi Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Ushul Fiqih Terhadap Pluralitas
Hukum Islam’, Cendekia, Journal STITAF, Vol. 10 No. 02 (2 October 2018): 190.
5
Satria Effendi and M. Zein, Ushul Fiqih (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2009), 20.
4
ilmu Ushul Fiqih. Akan tetapi perdebatan dan perbedaan pendapat tidak bisa
dihindarkan pada waktu itu.6
6
Zulhamdi, ‘Periodisasi Perkembangan Ushul Fiqih’, jurnal At-Tafkir, Vol. 9 No. 02 (2 December
2018): 68–71.
5
fuqaha terhadap permasalahan furu’ terlihat dalam dua aspek mengenai
Teknik perumusan kaidah Ushul sistematika penulisan Ushul. Dalam
merumuskan
5
kaidah Ushul, para ulama’ Hanafiyah pada awalnya mereka melakukan
penelitian terhadap permasalahan furu’ dan fatwa-fatwa mereka melakukan
pengkajian terhadap makna atau arti yang terkandung serta mengambil prinsip
umum dari masalah tersebut. Lalu setelahnya mereka berupaya menjadikannya
sebagai kaidah Ushul. Terdapat 2 perbedaan antara aliran Syafiiyah dengan
aliran fuqaha yakni:
a. Segi akidah
b. Segi metode dan pemikiran
Dalam memformulasikan kaidah Ushul, aliran Syafiiyah cenderung
menggunakan pemahaman Ushul dari dalil Aqli dan Naqli dan aliran Fuqaha
cenderung menggunakan dengan mengaitkannya kepada masalah-masalah.
Jika kita lihat dari perspektif metode, aliran Syafiiyah menggunakan pola pikir
deduktif sedangkan aliran fuqaha menggnakan pola pikir induktif.
3. Aliran Gabungan
Aliran yang merupakan gabungan dari aliran Syafiiyah dan aliran
fuqaha, aliran ini juga membahas uraian-uraian yang ditujukan untuk
mengemukakan pendapat ulama dari Ushul Syafiiyah dan juga Ushul Fuqaha
dengan mengutamakan argumentasi dan alasan masing-masing pendapat, lalu
mereka menganalisa secara cermatdan objektif tanpa apriori 7 pada salah
satunya di penghujung analisisnya.8 Jadi aliran ini muncul setelah dua aliran
sebelumny yang berusaha memadukan kedua relief pemikiran dari kedua
aliran sebelumnya, sedangkan dalam hal menetapkan kaidahnya Ushul
Fiqihnya mereka mengemukakan alasan yang kuat dan memperhatikan
penyesusaiannya dengan hukum huruf yang telah ada.
7
Apriori adalah pengetahuan tanpa pengalaman atau pengetahuan sebelum pengalaman.
8
‘Aliran Pemikiran Ushul Fiqih Dan Pengaruhnya Terhadap Pendekatan Hukum Islam’ Vol. 19 No.
02 (December 2020): 160.
6
2.3 Kitab-Kitab dalam Ushul Fiqih
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas bis akita ambil point penting mengenai sejarah Uhul
Fiqih, pada masa Rasulullah ushul fiqih itu sudah hadir secara bersamaan dengan ilmu
Fiqih namun pada masa itu Ushul Fiqih masih belum terlalu digunakan dikarenakan
segala permasalahan yang menyangkut tentang kaidah hukum langsung dipertanyakan
ke Rasulullah. Bahkan jika hukum itupun masih belum ada, Rasulullah akan
menunggu wahyu atau bisa dengan ijtihad dengan fitrinya. Sedangkan dimasa
sahabat, mereka sudah dibekali oleh kemampuan atau contoh dari Rasulullah sebelum
beliau wafat tentang bagaimana cara mencari hukum baru yang belum ada hukumnya.
Sahabat sudah memahami apa yang harus dilakukan ketika suatu perbuatan yang
masih belum ada hukumnya bahkan hal ini sudah tercantum didalam hadis menegenai
tata cara mengambil hukum atau berijtihad dengan benar.
Pada zaman tabi’in dan tabi’ tabi’in, pastinya mereka sudah pernah bertemu
dengan sahabat secara tatap muka dan belajar kepadanya. Sudah pasti tabi’ dan tabi’
tabi’in mengerti akan cara mengambil suatu hukum, hal ini dikarenakan pada zaman
itu hukum dan permasalahan yang ada bertambah kompleks dan fleksibel sehingga
pada masa tabi’ tabi’in tepatnya masa Imam Syafii beliau melakukan pembukuan
pertama dengan bukunya Ar- Risalah yang menuai banyak pro dan kontra. Di dalam
Ushul Fiqih juga terbagi menjadi 3 aliran yakni aliran Syafiiyah, aliran Fuqaha, dan
aliran gabungan dari kedua aliran tersebut. masing-masing aliran memiliki cara
penetapan hukumnya sendiri dan tentunya berbeda dengan lainnya. Sehingga dari
proses inilah muncul banyak kitab-kitab yang mengkaji tentang Ushul Fiqih
sebagaimana yang sudah kami paparkan diatas.
3.2 Saran
8
DAFTAR PUSTAKA
‘Aliran Pemikiran Ushul Fiqih Dan Pengaruhnya Terhadap Pendekatan Hukum Islam’ Vol.
19 No. 02 (December 2020): 160.
Hasyim. ‘Urgensi Studi Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Ushul Fiqih Terhadap
Pluralitas Hukum Islam’. Cendekia, Journal STITAF, Vol. 10 No. 02 (2 October
2018): 190.
Lc., M. Ag, Dr. Hj. Rusdaya Basri. Ilmu Ushul Fikih. Pare-Pare: IAIN Pare-Pare Nusantara
Press, tt.
M. Fil.I, Prof. Dr. M. Noor Harisudin. Ilmu Ushul Fiqih. Ed. 01. Malang: Sentara Press,
2021.
Satria Effendi, and M. Zein. Ushul Fiqih. Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2009.
Zahra, Muhammad Abu. Ushul Fiqh. Damaskus: Daar Al-Fikr, n.d.
Zulhamdi. ‘Periodisasi Perkembangan Ushul Fiqih’, jurnal At-Tafkir, Vol. 9 No. 02 (2
December 2018): 68–71.