Anda di halaman 1dari 1

Review Film "Dirty Vote"

Film dokumenter "Dirty Vote" tampil sebagai sebuah karya yang mengekspos
kecurangan dan manipulasi dalam pelaksanaan Pemilu 2024 di Indonesia. Namun, setelah
meneliti secara mendalam, film ini tampaknya lebih dari sekadar pengungkapan kebenaran,
melainkan upaya licik untuk mempengaruhi opini publik dengan cara yang tidak adil.
Dipimpin oleh sutradara kontroversial, Dandhy Laksono, film ini menghadirkan paparan
yang tajam dan provokatif tentang kebusukan politik yang menggerogoti demokrasi.

Dalam film tersebut, terlihat banyak narasi yang tampaknya bertujuan untuk
memberdayakan masyarakat dengan mengungkap berbagai kecurangan yang dilakukan oleh
ketiga paslon. Namun, ketika diperiksa lebih dalam dan dibandingkan dengan fakta yang ada,
terlihat keanehan saat praktik kecurangan oleh paslon nomor 3 terkait surat suara yang telah
tercoblos di Malaysia tidak dibahas. Seolah-olah semua aktor lebih fokus dan tampaknya
sangat menyerang paslon 02 secara brutal. Penyajian informasi dalam film Dirty Vote juga
tampak dipilih secara sepihak untuk menjelekkan paslon lain, tanpa mempertimbangkan
keseimbangan dan objektivitas. Film ini juga melanggar aturan Pemilu dengan
menyebarluaskan konten yang mengarah pada kepentingan kampanye pemilu yang
merugikan peserta pemilu. Dari analisis saya, film tersebut terlihat sebagai upaya kampanye
negatif yang didorong oleh pihak tertentu.

Pihak yang terlibat dalam pembuatan film ini, termasuk sutradara, para aktor, dan
sponsor, adalah anggota Tim Percepatan Reformasi Hukum yang merupakan bentukan
Menkopolhukam. Hal ini menggambarkan bahwa rilisnya film ini pada masa tenang
menjelang hari pemilihan adalah upaya manipulatif yang dilakukan oleh kubu tertentu untuk
memengaruhi proses demokrasi.

Secara keseluruhan, film Dirty Vote merupakan sebuah upaya negatif yang tidak netral
dan manipulatif dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Meskipun mencoba
untuk mengungkap kecurangan dalam sistem politik, film ini justru menjadi bagian dari
permainan politik yang kotor dan tidak etis. Oleh karena itu, sebagai penonton, kita perlu
menyadari bahwa film ini bukan sekadar cerminan kritis terhadap realitas politik, tetapi juga
alat propaganda yang dapat merusak integritas proses demokrasi.

Anda mungkin juga menyukai