Pendekatan Filsafat Pendidikan
Pendekatan Filsafat Pendidikan
MAKALAH
Dosen Pengampu:
Ma'rifatun Nashikhah, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh:
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat, serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mengenai teori belajar dan filsafat pendidikan. Berkat izin-Nya kami dapat
membuat dan menyelesaikan makalah teori belajar dan filsafat pendidikan ini,
walaupun masih banyak kekurangan. Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu
Ma'rifatun Nashikhah, S.Pd., M.Pd. yang telah membimbing kami dan teman serta
keluarga yang memberikan dorongan moral. Besar harapan kami, kehadiran
makalah ini dapat memberikan kontribusi bagi terselenggaranya pendidikan yang
berkualitas serta mendorong siswa lebih giat belajar.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,
maka dari itu dengan kerendahan hati, kami mengharap kritik dan saran dari semua
pihak untuk/memperbaiki makalah ini sehingga menjadi lebih baik.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................1
PENDAHULUAN ................................................................................................1
1. LATAR BELAKANG ...................................................................................1
2. RUMUSAN MASALAH ..............................................................................2
3. TUJUAN .......................................................................................................2
4. MANFAAT ...................................................................................................2
BAB II ..................................................................................................................3
PEMBAHASAN ..................................................................................................3
BAB III ...............................................................................................................10
PENUTUP ..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
1
2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN
4. MANFAAT
Adapun manfaat yang diharapkan tim penyusun yaitu:
1. Bagi Tim penyusun
Sebagai latihan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
penulis dalam membuat makalah. Selain itu, sebagai bekal wawasan untuk
menjadi guru atau calon pendidik yang berkompetensi khususnya dalam
materi filsafat pendidikan.
2. Bagi Pembaca
Sebagai referensi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
berkaitan dengan filsafat pendidikan dalam berbagai macam teori.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori-teori pembelajaran
1. Pragmatisme
3
guru dan memberikan banyak keleluasaan kepada siswa untuk membuat
penemuan.
Pandangan pokok pada mazhab ini adalah bahwa kita akan belajar sebaik-
baiknya dengan mengalami sendiri segala sesuatu, (we learn best by
experiencing things for ourselves). Berkaitan dengan ini para calon guru dalam
proyek ini dilatih untuk bisa belajar dari pengalaman sebelum mendapatkan
sertifikat dan diterjunkan menjadi guru. Istilah POE sendiri sengaja diambil
dari prinsip pembelajaran sains berbasis pengalaman pembelajar yang meliputi
langkah-langkah yaitu:
2. Progresivisme
Progresivisme menurut bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang
menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat
pendidikan progresivisme adalah suatu aliran yang menekankan, bahwa
pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan
kepada subjek didik, tetapi hendaklah berisi aktivitas-aktivitas yang
mengarah pada pelatihan kemampuan berfikir mereka sedemikian rupa,
sehingga mereka dapat berfikir secara sistematis melalui cara-cara inilah
seperti memberikan analisis, pertimbangan, dan perbuatan kesimpulan
menuju pemilihan alternatif yang paling memungkinkan untuk
pemecahan masalah yang dihadapi. Aliran progresivisme berkembang
dari pragmatisme, kata kunci dari aliran ini yaitu progresif, yang
maknanya maju. Aliran progresivisme dinamai juga
instrumentalisme,karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan
intelegensi manusia adalah alat untuk hidup, untuk mencapai
kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadian manusia. Aliran
ini juga dinamakan eksperimentalisme,karena aliran ini menyadari dan
4
mempraktekkan asas eksperimen yang merupakan cara untuk menguji
kebenaran suatu teori.
5
l) penilaian dilakukan secara evaluasi terhadap proyek-proyek dan
hasil belajar anak.
3. Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah cabang filsafat yang mempersoalkan
keberadaan manusia seutuhnya. Eksistensi manusia tersebut dapat
diwujudkan melalui kebebasan.Filsafat ini dibangun oleh kepercayaan
yang kuat terhadap kemauan bebas (free will) manusia, dan kebutuhan
setiap individu untuk membentuk masa depannya sendiri. Aliran ini
mencoba membebaskan manusia dari tradisi masa lalu. Perhatian
pokoknya adalah tentang apa yang harus dilakukan terkait eksistensi
sebagai makhluk manusia di dunia.
Para murid dalam sekolah eksistensialisme, mengontrol, dan
menentukan pendidikannya sendiri. Mereka didorong untuk
mengetahui dan menghargai keunikan dirinya masing-masing serta
bertanggung jawab penuh terhadap setiap tindakannya. Pembelajaran
dengan demikian ditekankan kepada akomodasi kehendak bebas,
pengembangan setiap individu pembelajaran secara autentik, serta cara
bagaimana pembelajaran membuat kehidupan ini menjadi bermakna
bagi dirinya. Di sini para pembelajar harus mengkonfrontasikan,
pandangannya dengan pandangan orang lain sebagai klarifikasi
terhadap pandangannya sendiri. Pengembangan karakter ditekankan
kepada tanggung jawab individu dalam membuat keputusan. Jawaban
sejati tentang makna hidup datang dari dalam individu, bukan dari luar
dirinya sendiri.Pengamatan terhadap hidup dan kehidupan melalui
pemikiran autentik akan melibatkan siswa dalam pengalaman belajar
yang murni. Para eksistensialis anti terhadap pemikiran bahwa siswa
merupakan objek yang harus diukur, dilacak rekornya,dan di bakukan
kinerjanya. Pendidikan semacam ini menginginkan agar pengalaman
Pendidikan berfokus untuk menciptakan kesempatan bagi pengarahan
diri (self-direction) dan aktualisasi diri.
6
4. Perenialisme
Perenialisme adalah aliran yang berpedoman pada nilai-nilai norma
yang sifatnya kekal atau abadi. Aliran ini lahir sebagai bentuk
penentangan terhadap aliran progresif, yaitu kehidupan harus selalu
berpedoman pada perubahan yang baru. filsafat ini berfokus kepada
adanya kebenaran universal yang telah teruji bersama berlalunya
waktu, dari masa ke masa. Hal ini sesuai dengan arti pokoknya,
perenial; hal-hal yang ada sepanjang masa. dengan demikian tujuan
pokok dari pendidikan adalah mengkaji nilai-nilai luhur kemanusiaan
dan pengetahuan yang abadi.para filsuf aliran ini merekomendasikan
agar para siswa belajar dari banyak membaca karya-karya agung dari
para pemikir dan penulis besar sepanjang jalan sejarah manusia.kelas
para perenialis berpusat kepada guru untuk dapat mencapai tujuan
pendidikan (teacher-centered).kurikulumnya bersifat universal dan
berlandaskan pandangan bahwa seluruh umat manusia memiliki sifat-
sifat luhur yang sama.
Peran Guru – perenailisme adalah filosofi yang berpusat pada guru,
di mana guru kurang mementingkan minat siswa dan lebih
mementingkan transfer pengetahuan dari generasi yang lebih tua ke
generasi yang lebih muda. Guru akan fokus pada pentingnya membaca
dan akan sering menggunakan pelajaran membaca yang mendasarinya
untuk membuat poin moral. Guru menggunakan sejarah, agama, sastra,
dan hukum sains untuk memperkuat gagasan universal yang berpotensi
memecahkan masalah apa pun di era apa pun.
5. Esensialisme
Esensialisme merupakan aliran pedidikan yang didasarkan pada
nilai-nilai kebudayaan yang ada sejak awal peradaban umat manusia.
Esensialisme berpandangan bahwa tujuan utama dari pendidikan adalah
untuk melaksanakan pewarisan dan revitalisasi budaya serta inti,esensi,
pengetahuan kepada generasi muda. filsafat ini berfokus kepada
pembelajaran tentang esensi pokok atau dasar-dasar pengetahuan
akademik, keterampilan-keterampilan, dan pengembangan karakter.para
esensialis berpandangan bahwa guru harus mengajarkan nilai-nilai
moral dan kebijakan tradisional seperti tradisi menghargai para
penguasa (otoritas), para sesepuh, belajar untuk mengembangkan
ketangguhan dan keuletan, keterikatan kepada tugas-tugas mulia,
menghargai orang lain,pengetahuan-pengetahuan praktis dan intelektual
yang akan membekalinya sebagai warga negara yang baik.
7
Kurikulum dibangun atas disiplin disiplin tradisional seperti
matematika, ilmu alamiah, sejarah, bahasa asing dan sastra. Aliran ini
tidak setuju terhadap perlunya pengembangan keterampilan vokasional
di sekolah. Dalam sekolah-sekolah berpaham esensialisme,
pembelajaran diwajibkan menguasai informasi dan teknik-teknik dasar
di kelas tertentu sebelum mereka naik ke kelas yang lebih tinggi. Konten
kurikulum berkembang bertahap makin lama makin kompleks, makin
sulit dipahami dan makin rinci. Esensialisme berpaham teacher-
oriented,tanggung jawab sepenuhnya kepada guru.
6. Rekontruksionisme
Pemahaman ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari aliran
progresivisme, tetapi lebih berfokus kepada peran sosial pendidikan.
Keyakinan pokok paham ini adalah bahwa tujuan pokok pendidikan
yaitu membangun pola-pola kebudayaan yang baru dan menghapuskan
seluruh masalah-masalah sosial, termasuk penyakit-penyakit sosial.
Mereka cenderung menggabungkan antara kajian di sekolah dengan
kegiatan sosial serta berkeyakinan bahwa sekolah dan masyarakat
seharusnya bekerja sama, bahu membahu dalam membangun
masyarakat, serta menyelesaikan berbagai masalah yang timbul di
masyarakat. Paham ini dikembangkan oleh George S. Counts, Theodore
Brameld, dan Paulo Freire. Namun jika dilacak dalam sejarah, ternyata
Karl Marx bahkan Adolf Hitler juga menganut paham ini.
8
1) Tujuan dari sekolah adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
secara keseluruhan, bukan semata-mata kebutuhan sosial dari setiap
individu siswa;
2) Agar kehidupan masyarakat tetap berlangsung (survive) diperlukan
perubahan atau rekonstruksi;
3) Pendidikan harus memimpin proses rekonstruksi masyarakat;
4) Sebagai lembaga fundamental dalam masyarakat modern,
pendidikan dengan kurikulumarya harus merefleksikan gagasan
demokratisasi dan berfokus kepada literasi kritis (melek huruf yang
kritis);
5) Sebagai pembentuk masyarakat baru, guru harus berpandangan
bahwa sekolah merupakan bagian dari evolusi budaya, memandang
pendidikan dalam perspektif global yang terbuka terhadap berbagai
perbedaan;
6) Sekolah harusnya menjadi model bagi penyelesaian masalah sosial
dan membentuk siswa sebagai pemecah masalah sosial (social
problem solvers) dan agen perubahan sosial.
9
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
11