Anda di halaman 1dari 15

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO BERTEMA BENCANA ALAM DI

INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS


YANG BERMUATAN NILAI KARAKTER BAGI PESETA DIDIK KELAS
IV SEKOLAH DASAR

PROPOSAL TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister


Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Dwitya Artha Rio

NIM S032308010

PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Peraturan Presiden No. 87 tahun 2017 tentang penguatan pendidikan


karakter (PPK), program pendidikan di Sekolah diarahkan untuk memperkuat karakter
siswa melalui harmonisasi empat aspek kunci, yakni olah hati, olah rasa, olah pikir, dan
olah raga. Tujuan utamanya adalah menciptakan keseimbangan dan koordinasi dalam
perkembangan keempat aspek tersebut, dengan melibatkan partisipasi dan kerja sama
antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM).
Pendekatan ini menegaskan bahwa pendidikan karakter harus diarahkan pada
pengembangan potensi siswa secara menyeluruh dan terpadu. Melalui integrasi olah hati,
olah rasa, olah pikir, dan olah raga, diharapkan siswa dapat memaksimalkan
perkembangan emosi dan kognitif mereka. Hal ini menciptakan landasan untuk
pembentukan karakter yang kokoh sesuai dengan prinsip-prinsip yang tertuang dalam
Peraturan Presiden No. 87 tahun 2017.
Selama masa perkembangannya (Soeparwoto 2004: 108) penguasaan bahasa
adalah hasil dari penyatuan peristiwa linguistik. Manusia memperoleh pengalaman
melalui tiga tingkatan, yaitu pengalaman nyata, penggantian pengalaman nyata, dan
pengalaman dengan kata-kata. Pengalaman nyata merupakan pengalaman belajar yang
paling efektif. Usman (2002:96) mengatakan pengalaman nyata peserta didik ikut
berpartisipasi dalam kegiatan yang sedang berlangsung dan dapat memperoleh
pengalaman secara langsung. Guru juga harus dapat mendesain pembelajaran yang kreatif,
baik itu menarik, menyenangkan, dan bermakna agar tahap perkembangan kecenderungan
belajar dan kognitif peserta didik bertumbuh maksimal. Metode pembelajaran juga dapat
merangsang pembelajaran peserta didik, misalnya metode pembelajaran yang klasik
seperti guru duduk dan menjelaskan merupakan metode klasik. Agar tidak terkesan klasik
guru harus mampu mengatur juga lingkungan belajar peserta didik yang meliputi bahan,
tujuan, metode, dan media pembelajaran dan penilaian (Hamalik 2001:126).
Pengalaman pembelajaran lebih baik juga dengan melibatkan lingkungan sekitar
bukan hanya ceramah. Tetapi untuk pembelajaran yang melibatkan lingkungan luar juga
terdapat kendala, seperti susahnya mengaturpeserta didik apabila pembelajaran diluar
lingkungan, dan banyaknya yang harus dipersiapkan untuk pembelajaran yang terkonsep
diluar kelas. Solusi untuk pembelajaran yang dilakukan di luar kelas bisa menghadirkan
lingkungan yang menjadi materi ke dalam kelas. Guru harus menggunakan media yang
memiliki tujuan dan konteks yang lebih bermakna, dan bisa mengurangi verbalisme.
Salah satu metode yang dapat meminimalisir verbalisme adalah dengan media
pembelajaran yang terintegrasi dalam kegiatan belajar. Metode ini sebagai stimulus
informasi dan sikap, media juga dpaat mengatur langkah-langkah kemajuan dan umpan
balik dalam meningkatkan keserasian dalam menerima informasi tertentu.
Pembelajaran yang efektif merupakan pembelajaran dengan media yang tepat.
Manfaat yang dari media itu sendiri untuk pembelajaran, yaitu kebiatan belajar yang dapat
dilakukan lebih banyak oleh peserta didik, pembelajaran yang lebih menarik dan
menumbuhkan motivasi belajar, makna yang lebih jelas sebagai bahan pengajaran, dan
metode pembelajaran yang lebih variatif (Sudjana dan Rifa’i 2010:2).
Pada dasarnya sering diabaikannya media untuk pembelajaran dikarenakan adanya
kesulitan mencari media atau model yang tepat, persiapan yang terbatas, dan besarnya
biaya yang diperlukan dan sebagianya tetapi hal seperti ini bisa diminimalisir apabila guru
sudah memiliki keterampilan dan pengetahuan dengan media yang digunakan.
Penggunaan media sanagat dianjurkan untuk memberikan kualitas pengajaran yang baik
karena bahwa adanya perbedaan hasil maupun proses belajar apabila memakai dan tidak
memakai media pembelajaran (Sudjana dan Rifa’i 2010:3).
Media Audio-visual menjadi salah satu cara untuk mencapai pembelajaran yang
dikatakan berhasil. Dengan memanfaatkan indra penglihatan dan juga indra pendengaran
media berbasis audio-visual menjadi penyalur pesan dalam pembelajaran. Menurut Edgar
Dale untuk tingkat efektifitas yang tinggi dalam penggunakan media audio-visual ini (Ali
2010:90). Keunikan dalam proses belajar dan keberagamannya serta memilih media dan
metode pembelajaran yang tepat akan berpengaruh pada hasil belajar peserta didik.
Adanya interaksi dari karakteristik belajar peserta didik dan penggunaan media
pembelajaran untuk penentuan hasil belajar peserta didik. Peserta didik dengan preferensi
belajar visual akan mendapatkan manfaat lebih besar dari pendekatan pembelajaran yang
memanfaatkan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau film. Sebaliknya,
peserta didik yang cenderung belajar secara auditif lebih menyukai penggunaan media
audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru. Pemanfaatan media audio-visual
dapat menjadi pilihan yang lebih cocok dan menguntungkan bagi kedua tipe peserta didik
ini.
Karenanya, media video saat ini telah banyak diproduksi untuk mendukung proses
pembelajaran (Daryanto, 2012:17). Pendekatan pengajaran yang membuktikan
keefektifannya adalah ketika pengajar menggunakan alat bantu mengajar dalam bentuk
media audio visual. Tujuannya adalah agar peserta didik dapat lebih memusatkan
perhatian pada pembelajaran, mengalami konsep secara lebih nyata, menghindari
kejenuhan dalam proses belajar, dan menciptakan suasana pembelajaran yang lebih
terstruktur. Shackuford dan Henak (sebagaimana diutarakan oleh Daryanto, 2012:21)
mengemukakan bahwa pengajaran yang efektif akan terwujud apabila pengajar turut
berperan secara efektif. Sebabnya, pengajar berperan sebagai manajer yang harus
mengambil keputusan untuk memastikan bahwa aktivitas pembelajaran berlangsung
dengan efektif.
Penelitian pengembangan media pembelajaran video dalam konteks bencana alam
didorong oleh beberapa faktor. Tingginya frekuensi bencana alam di Indonesia, seperti
tsunami di Aceh, longsor di Banjarnegara, dan banjir di berbagai kota, menjadi motivasi
utama pemilihan konteks bencana ini. Tujuan dari penelitian ini adalah agar melalui
tayangan video, peserta didik dapat mengalami respons emosional yang mendalam.
Harapannya, video tersebut dapat memicu perasaan simpati, empati, dan kepedulian
terhadap sesama, khususnya untuk mereka yang menjadi korban bencana. Dengan
menyaksikan film yang menggambarkan kejadian bencana, diharapkan peserta didik akan
tergerak untuk memberikan bantuan kepada mereka yang terdampak.
Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk membentuk kesadaran sosial peserta
didik, sehingga mereka tidak hanya merasakan emosi, tetapi juga berkomitmen untuk
turut serta membantu korban bencana. Melalui pemahaman atas dampak bencana alam,
diharapkan peserta didik juga akan berperan aktif dalam menjaga kelestarian alam,
sehingga bencana serupa tidak akan terjadi kembali di masa depan. Pengembangan media
video dalam konteks penelitian ini bertujuan agar peserta didik dapat mencapai tujuan
pembelajaran keterampilan menulis dalam bahasa Indonesia, sekaligus menanamkan
nilai-nilai karakter. Pendekatan yang digunakan melibatkan memberikan tanggapan
terhadap video dan mengekspresikannya secara tertulis dengan menggunakan bahasa
mereka sendiri. Hal ini bertujuan agar pesan yang disampaikan melalui video dapat benar-
benar meresap dalam pikiran dan hati peserta didik.
Dengan menampilkan video mengenai bencana alam, diharapkan peserta didik
dapat mengembangkan rasa empati, simpati, dan kepedulian terhadap para korban.
Dengan demikian, pembelajaran bahasa Indonesia tidak hanya fokus pada aspek
keterampilan menulis, tetapi juga berhasil menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta
didik. Pada dasarnya, peserta didik SD lebih mudah memahami dan meresapi tayangan
visual atau bergerak untuk kemudian menceritakannya, karena ingatan mereka masih
segar dengan konten yang baru mereka lihat. Sebaliknya, dalam kemampuan menulis,
peserta didik SD mungkin menghadapi tantangan ketika tidak ada media atau ketika
media yang digunakan hanya berupa gambar atau teks diam. Dalam situasi tersebut,
mereka mungkin kesulitan menemukan kata-kata atau menyusun kalimat dengan tepat
ketika diminta untuk berbicara, terutama melalui metode bercerita berdasarkan film atau
tayangan yang telah mereka saksikan.
Media pembelajaran video dalam konteks bencana alam pada dasarnya terdiri dari
sejumlah klip film, setiap klip memiliki durasi berkisar antara 10 hingga 15 menit. Film-
film ini dilengkapi dengan musik yang dipilih secara cermat untuk sesuai dengan jiwa dan
karakteristik peserta didik, serta dirancang berdasarkan kompetensi dasar (KD) tertentu.
Tujuan utama dari video ini adalah untuk menyampaikan pesan, merangsang pemikiran,
emosi, dan motivasi peserta didik sehingga dapat memicu proses belajar, terutama dalam
aspek keterampilan menulis dan pembentukan nilai karakter. Video ini dimaksudkan
untuk memberikan gambaran dan penguatan mengenai konsep bencana alam kepada
peserta didik. Dengan pendekatan ini, diharapkan peserta didik dapat mencapai tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia, terutama dalam aspek keterampilan menulis, dengan cara
menceritakan kembali isi video secara tertulis secara komprehensif. Setelah menceritakan,
peserta didik diharapkan mampu memberikan tanggapan yang faktual terhadap konten
film tersebut.
Tak hanya itu, video ini juga bertujuan untuk menimbulkan rasa empati dan
kepedulian peserta didik terhadap korban bencana. Dengan pengalaman audiovisual ini,
diharapkan peserta didik dapat lebih memahami dan merasakan situasi yang dihadapi oleh
mereka yang terdampak bencana, sehingga terbentuk kesadaran untuk memberikan
bantuan kepada sesama yang membutuhkan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan cakupan masalah yang telah dipaparkan, rumusan masalah pada


penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi penggunaan media video bertema bencana alam
dalam pembelajaran keterampilan menulis di kelas IV Sekolah Dasar?
2. Apa hambatan dalam menggunakan media video bertema bencana alam
terhadap peningkatan keterampilan menulis peserta didik kelas IV Sekolah
Dasar?
3. Apa hambatan dalam menggunakan media video bertema bencana alam
terhadap penanaman nilai karakter pada peserta didik kelas IV Sekolah Dasar?
1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengeksplorasi implementasi penggunaan media video bertema bencana
alam dalam pembelajaran keterampilan menulis di kelas IV Sekolah Dasar
2. Mengetahui pengaruh penggunaan media video bertema bencana alam terhadap
peningkatan keterampilan menulis peserta didik kelas IV Sekolah Dasar
3. Menganalisis pengaruh penggunaan media video bertema bencana alam
terhadap penanaman nilai karakter pada peserta didik kelas IV Sekolah Dasar
1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian pengembangan ini dibedakan menjadi dua yaitumanfaat


teoretis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dari penelitian ini yaitu hasilnya
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam dunia
pendidikan untuk dapat meningkatkan kualitas dan hasil
pembelajaran dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik serta
dapat menambah jenis media pembelajaran berupa Video konteks
bencana pada pembelajaran keterampilan menulis di kelas IV SD.

2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi
manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat bagi Pendidik


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bekal
pengetahuan, pengalaman, motivasi, berinovasi, berkreasi bagi
pendidik dalam mengembangkan media pembelajaran di sekolah
dasar sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang sesuai dengan
kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.

b. Manfaat bagi Peserta Didik


Bagi peserta didik, penelitian ini menghasilkan produk
media VCD pembelajaran konteks bencana yang dapat digunakan
sebagai media pembelajaran bagi peserta didik untuk memperoleh
pengalaman baru pada saat pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya materi keterampilan berbicara memberikan tanggapan
terhadap kejadian faktual, sehingga pembelajaran lebih bermakna.

c. Manfaat bagi Sekolah


Hasil dari penelitian dapat memberikan kontribusi sekolah
dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar dan
mengembangkan VCD pembelajaran bahasa Indonesia. Maka,
pembelajaran akan lebih bermakna dan mampu mencapai tujuan
pembelajaran keterampilan berbicara. Penelitian ini juga dapat
meningkatkan mutu sekolah karena dapat digunakan untuk
memaksimalkan proses pembelajaran agar memperoleh hasil yang
diinginkan sesuai dengan fasilitas dan sarana prasarana yang
mendukung.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori


Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia menitik beratkan pada
penerapan bahasa, bukan hanya pada aspek ilmu bahasa, sesuai dengan pandangan
Depdiknas (2003:5). Keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia diukur melalui
kemampuan peserta didik dalam menggunakan atau memiliki keterampilan bahasa
Indonesia, mencakup empat aspek berbahasa, yakni menyimak, membaca,
berbicara, dan menulis.
Perbedaan individual, baik dalam hal faktor biologis, genetis,
pertumbuhan, perkembangan, maupun lingkungan, menciptakan variasi dalam
kemampuan dan perkembangan bahasa setiap individu. Dengan bertambahnya
usia, kompleksitas dan variasi perkembangan bahasa seseorang semakin
meningkat. Oleh karena itu, perbedaan antar individu dalam perkembangan
bahasa menjadi semakin nyata seiring dengan bertambahnya usia. Variabilitas ini
merupakan realitas universal dalam konteks psikologi perkembangan, sesuai
dengan pemahaman yang diungkapkan oleh Soeparwoto (2004:112).
Melinda (dalam Qurrotaini, dkk. 2020) dan Hakim, dkk (2021)
memberikan definisi media video pembelajaran sebagai sarana atau alat bantu
dalam kegiatan pembelajaran yang menampilkan gambar-gambar bergerak dan
suara yang sesuai. Video tersebut berisi beragam pesan, informasi, dan materi
pembelajaran yang telah dipilih dan disusun oleh pendidik. Di sisi lain, Sadiman
(dalam Pratama dan Sutrisno Widodo, 2018) memberikan pandangan yang sedikit
berbeda dengan menggambarkan media video pembelajaran sebagai alat yang
digunakan untuk menampilkan hal-hal yang bersifat kenyataan atau sekadar
bayangan dalam konteks pembelajaran. Pemahaman Sadiman menekankan bahwa
media video pembelajaran dapat menciptakan motivasi pada siswa dan
memberikan pengalaman belajar yang baru.
Dari analisis konsep tersebut, dapat disarikan bahwa media video
pembelajaran merupakan alat yang menggabungkan elemen visual dan audio
secara bersamaan. Ini menciptakan gambar bergerak yang didukung dengan suara
sesuai dengan situasi atau gambar yang sedang ditampilkan. Pendekatan ini
memungkinkan penggunaan media video pembelajaran oleh pendidik untuk
menyajikan materi pembelajaran dengan cara yang menarik sehingga dapat
memotivasi siswBerdasarkan beberapa teori tentang karakteristik media video
pembelajaran yang telah dijabarkan di atas, dapat ditemukan persamaan dalam
pendapat beberapa ahli seperti Riyana (dalam Rukayah, dkk. 2020), Leeuwis
(dalam Mahdalena, dkk. 2019), Munandi (dalam Syaparuddin dan Elihami, 2020),
Budiarta (dkk. 2017), Daryanto (dalam Kurniawan dan Soeprajitno, 2017),
Demayanti dan Sunaryo Soenarto (2018), Furi dan Mustaji (2017), dan Arsyad
(dalam Muga, 2016). Mereka sepakat bahwa media video pembelajaran memiliki
beberapa karakteristik yang serupa, seperti kemampuan untuk disimpan dan
digunakan berulang kali, daya tarik yang tinggi untuk mempertahankan fokus
siswa, kemudahan penggunaan, dan kemampuan untuk menampilkan kejadian
masa lalu atau tempat lain sehingga siswa merasa seolah-olah berada di lokasi
yang ditampilkan tanpa harus pergi langsung ke lapangan.
Meskipun terdapat persamaan, beberapa ahli seperti Miarso (dalam
Abdullah, 2020), Isminiati (dalam Luhulima, dkk. 2018), Sumaranti (2020),
Hujair. AH (dalam Atminingsih, dkk. 2019), dan Hosnan (2016) menyampaikan
pendapat yang sedikit berbeda. Mereka menyoroti karakteristik media video
pembelajaran yang mencakup unsur suara, gerakan, warna, bahasa yang mudah
dipahami, tujuan pembelajaran yang jelas, dan ilustrasi yang memperkuat materi.
Selain itu, media video pembelajaran juga dikatakan memiliki kemampuan untuk
digunakan dalam pembelajaran jarak jauh, menampilkan perwujudan benda fiksi
dan nyata, fokus pada peran pendidik, mengadopsi prinsip psikologis
behaviorisme dan kognitif, serta fitur memperlambat untuk mengkaji kejadian
tertentu dengan lebih mendalam.
Dalam rangka menyimpulkan, karakteristik media video pembelajaran
dapat diidentifikasi sebagai pembeda utama dari media pembelajaran lainnya.
Ciri-ciri tersebut mencakup kemampuan menampilkan gambar bergerak dengan
suara, rekam ulang dan penggunaan berulang, kemampuan untuk menyoroti aspek
yang tidak dapat dilihat langsung, fleksibilitas penggunaan, dan daya tarik tinggi.
Dengan tambahan karakteristik seperti ilustrasi yang memperkuat materi,
penggunaan dalam pembelajaran jarak jauh, dan penerapan prinsip psikologis
tertentu, media video pembelajaran menjadi alat yang potensial dan efektif dalam
konteks pembelajaran.a dalam proses belajar.
Pendidikan yang berkualitas diharapkan mampu menghasilkan SDM yang
mampu bersaing dan memiliki karakter yang kuat, sebagaimana diutarakan oleh
Asriningsih, Supardi, & Wardani (2015). Oleh karena itu, terdapat dua aspek vital
yang harus menjadi fokus lembaga pendidikan, yakni pengembangan kemampuan
yang terkait dengan pengetahuan untuk menciptakan lulusan dengan kualitas
akademik yang unggul, dan pembentukan sifat yang berhubungan dengan nilai-
nilai moral, bertujuan untuk menciptakan lulusan yang memiliki akhlak yang
mulia (Ani, 2016). Pendidikan karakter menjadi salah satu strategi untuk
merealisasikan aspek-aspek tersebut.
Mencapai tujuan pendidikan karakter memerlukan keterlibatan semua
pihak di lingkungan sekolah, melibatkan guru, kepala sekolah, staf administrasi,
orang tua, komite sekolah, dan masyarakat. Selain itu, aspek-aspek kunci
pendidikan, seperti kurikulum, fasilitas, manajemen sekolah, metode
pembelajaran, dan penilaian, harus direncanakan secara menyeluruh dan
mendukung satu sama lain (Anzar, 2018; Dianna, 2016; Khodijah, 2017; Suharni,
2018; Sulfemi, 2018; Suriansyah & Aslamiah, 2015). Keterlibatan aktif dari
semua pihak dalam menanamkan nilai-nilai karakter menjadi faktor utama
kesuksesan pendidikan karakter, memudahkan siswa untuk menginternalisasi
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari di sekolah.
Memberikan pendidikan karakter kepada siswa di Sekolah Dasar (SD)
menjadi sangat penting, karena melalui pendidikan karakter, siswa dapat
memahami dan menghargai beragam karakter rekan-rekan mereka. Pendidikan
karakter membantu siswa untuk memahami perbedaan karakter sebagai bagian
integral dari pengalaman hidup, membuka ruang untuk menghargai keberagaman.
Terutama setelah lulus, siswa dihadapkan pada lingkungan yang lebih luas,
membuat pendidikan karakter semakin vital dalam membantu mereka menghadapi
perbedaan yang semakin kompleks (Hudd, 2010).
Dalam konteks ini, pendidikan karakter tidak hanya sebagai sarana
pembentukan identitas anak-anak dan remaja, tetapi juga relevan sebagai alat
untuk pendidikan dan sosialisasi generasi muda. Implementasi pendidikan
karakter sejak tingkat SD memiliki dampak positif terhadap pembentukan
perilaku siswa (Pattaro, 2016). Lebih lanjut, pendidikan karakter dapat membantu
siswa menghindari dampak negatif dari perkembangan zaman yang cepat
(Sugiyono, Sulistyorini, & Rusilawati, 2017), sekaligus meningkatkan prestasi
akademik dan perilaku positif di lingkungan sekolah (Jeynes, 2017).
Karakter bangsa menjadi fondasi utama dalam membangun peradaban.
Nilai-nilai karakter, seperti kejujuran, kemandirian, kerja sama kelompok,
ketaatan pada aturan, kepercayaan, ketahanan, dan etos kerja tinggi, menjadi dasar
untuk menciptakan masyarakat yang terorganisir dan memberikan kontribusi
positif kepada negara (Almerico, 2014; Wiggan, Marcia, & Watson, 2016;
Yulianti, Khanafiyah, & Sulistyorini, 2016).
Implementasi pendidikan karakter memiliki dua dimensi, yakni makro dan
mikro (Saidek, Islami, & Abdoludin, 2016; Sardjijo & Ali, 2017; Yatmiko,
Banowati, & Suhandini, 2015). Dalam dimensi makro, tahapan melibatkan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Perencanaan mencakup
pengembangan perangkat karakter dengan merujuk pada sumber-sumber seperti
Pancasila, UUD 1945, dan UU No. 20 Tahun 2003. Implementasi melibatkan
pengembangan pengalaman belajar melibatkan satuan pendidikan, keluarga, dan
masyarakat. Pentingnya keterlibatan sektor pemerintahan lainnya ditekankan.
Evaluasi hasil dilakukan secara berkelanjutan dari perencanaan hingga
pelaksanaan, dengan tujuan mengidentifikasi keberhasilan, hambatan, dan
perumusan rencana perbaikan di masa depan.
Dalam dimensi mikro, implementasi pendidikan karakter terwujud melalui
kegiatan belajar mengajar, budaya sekolah, ekstrakurikuler, dan aktivitas sehari-
hari. Materi pembelajaran terkait erat dengan nilai-nilai karakter dan dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari, memberikan pengalaman nyata yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dua pendekatan implementasi pendidikan karakter dapat diterapkan, yaitu
sebagai mata pelajaran tersendiri atau sebagai misi dari setiap mata pelajaran
(Amini, Syamsuyurnita, & Hasnidar, 2017; Ma’rifataini, 2016; Marini, 2017;
Prastowo, 2017; Rizal & Munip, 2017). Pendekatan pertama melibatkan
pembelajaran khusus mengenai pendidikan karakter, sementara pendekatan kedua
mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam setiap mata pelajaran, seperti
membiasakan siswa untuk disiplin dalam mengumpulkan tugas. Pendekatan
terbaik dianggap sebagai integrasi dengan mata pelajaran, memberikan siswa
pengalaman langsung dalam mempraktikkan pendidikan karakter (Rokhman,
Syaifudin, & Yuliati, 2014). Strategi dan metode pembelajaran juga diakui
sebagai cara efektif untuk menumbuhkan nilai pendidikan karakter (Rizal &
Munip, 2017), misalnya membiasakan siswa untuk menggunakan metode tanya
jawab guna meningkatkan rasa ingin tahu.

2.2 Kerangka Berfikir


Pembelajaran direncanakan agar dapat mendapatkan hasil yang maksimal,
dan tentunya terdapat beberapa perencanaan, tindakan, alat/ media yang
digunakan dan juga evaluasi atas pembelajaran yang telah dilakukan. Berikut
merupakan bagan kerangka berfikir :

Pembelajaran Bahasa Indonesia

Nilai Keterampilan
Karakter Video Pembelajaran Menulis

Evaluasi Evaluasi
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, suatu


metode yang fokus pada eksplorasi kondisi objek dalam konteks
alamiahnya, berbeda dengan pendekatan eksperimental yang menekankan
kontrol atas kondisi penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
memiliki peran kunci sebagai eksperimen, dan analisis data dilakukan
secara induktif. Penelitian ini lebih menitikberatkan pada pemahaman
mendalam dan makna dari fenomena yang diteliti, dibandingkan dengan
usaha untuk mencapai generalisasi yang bersifat umum. Temuan
penelitian kualitatif cenderung lebih menitikberatkan pada konteks
spesifik dan interpretasi, dengan proses penalaran yang dimulai dari kasus
atau individu tertentu menuju pengertian umum.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 04 Jaten yang beralamat
di Jl. Seruni No.04 RT. 14, RT.14/RW.18 dan juga SD N 05 Jaten
Perum Josroyo. RT / RW : 2 / 16. Penelitian ini dilaksanakan secara
bertahap yangmeliputi tahap persiapan pada bulan Januari - Maret 2024.
Tahap pelaksanaan sampai tahap pelaporan pada bulan April - Juni
2024.

C. Sumber Data

Jenis data menggunakan dua hal di dalam penelitian ini yaitu :


1. Data Primer, bersumber dari informan berdasarkan atau didapat dari
hasil wawancara dan observasi kepada kepala sekolah, guru kelas,
murid dan lingkungan sekolah.
2. Data Sekunder, bersumber pada studi kepustakaan, dokumen, referensi
dan juga observasi di lokasi penelitian.
D. Teknik sampling

Strategi sampel yang diimplementasikan dalam penelitian ini adalah


purposive sampling. Metode sampel ini dikendalikan oleh kriteria tertentu dan
dipilih oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan penelitian yang spesifik,
sebagaimana dijelaskan oleh Harahap (2020, p.17). Pendekatan metodologi ini
diarahkan untuk meningkatkan kelengkapan dan kedalaman data yang diperoleh,
dengan memastikan bahwa sumber data yang dipilih sesuai dengan topik
penelitian. Teknik purposif adalah suatu metode pengambilan informasi yang
ditetapkan oleh peneliti, bergantung pada sejumlah kriteria seperti yang
diungkapkan oleh Kaharuddin (2021, p. 4).

E. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti memanfaatkan tiga teknik pengumpulan data dalam


penelitian ini. Instrumen penelitian digunakan sebagai alat bantu untuk
memastikan bahwa kegiatan penelitian berlangsung secara sistematis dan
terstruktur. Suharsimi Arikunto (2002: 10-13) memberikan beberapa
metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, di
antaranya:
a. Observasi
Pengamatan secara langsung sebagai sumber informasi
tentang objek penelitian, keadaan peserta didik dan guru di
SDN 04 Jaten dan SDN 05 Jaten.
b. Wawancara
Pertanyaan yang ditanyakan ke narasumber, bisa untuk
guru, kepala sekolah, atas yang berada di lingkungan belajar
peserta didik di SDN 04 Jaten dan SDN 05 Jaten.
c. Dokumentasi
Kondisi objektif dan catatan keterangan dari lokasi
penelitian atau sampel yang telah diteliti dengan semua data,
referensi dari objek penelitian akan dicatat.

F. Teknik Analisis Data

Sutopo (1988:17) menjelaskan analisis data kualitatif yang


dilakukan melibatkan pengumpulan dan analisis data dari berbagai
sumber dan metode.
a. Data Reduction
Dalam proses ini peneliti memilah-milah data yang
dibutuhkan dalam penelitian, menentukan batas, menentukan
fokusnya, meringkas, dan menggeneralisasi data. Kesemuanya
tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti selama
penyelidikan.
c. Data Display
Data display bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai
apa yang ada dalam penelitian dengan jelas. data display berisi
skema, tabel keterkaitan, gambaran, dan lain sebagainya yang
kemudian disusun untuk dapat disajikan.
d. Conclusion drawing
Conclusion drawing atau membuat kesimpulan merupakan
pengambilan kesimpulan setelah data direduksi dan dilakukan
analisis. Pada awal dilakukannya peneliti telah paham betul akan apa
yang akan diteliti, hal itu akan menjadi pegangan bagi peneliti,
namun bukan dijadikan sebagai pedoman. Peneliti harus terbuka akan
segala kemungkinan hasil penelitian. Agar penarikan kesimpulan
menjadi kuat, maka peneliti harus memverifikasi makna dari datanya.
Gambaran analisis data menurut Sutopo (1988:19):
DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Hadjar, Pendekatan Kuantitatif dalam Penelitian Agama, (Semarang:


Walisongo Press, 2021),

Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi dan


Tenaga Kependidikan, Dian Rakyat, Jakarta, 2010

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D , Bandung: Alfabeta,


2012
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2006

Benny A.Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, Dian Rakyat, Jakarta, 2009

Yusup, F. (2018). Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian kuantitatif.


Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan

Muri, Y. (2016). Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian


Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta.


2012),

Anda mungkin juga menyukai