Nim : 202226085
Perubahan persepsi negatif terhadap Eropa/Barat terjadi sejak abad 20, khususnya selama
perang Dunia 1 dan lanjut hingga sekarang. Apa faktor yang membuat Muslim berubah
persepsi di awal abad ke 20?
Persepsi terhadap Barat mulai berkembang pada abad ke-20, khususnya selama
Perang Dunia I, dan terus berlanjut hingga saat ini. Faktor utama yang menyebabkan
perubahan dalam keyakinan Muslim selama awal abad ke-20 melibatkan kolonialisme dan
Zionisme. Penaklukan Ottoman dan invasi Timur Tengah oleh Amerika Serikat, bersamaan
dengan munculnya gerakan Zionis, turut berperan dalam mencetuskan revolusi Islam di
perasaan pengkhianatan dan kekecewaan di kalangan umat Islam. Pembagian wilayah Timur
Tengah oleh kekuatan Eropa dan pemerintahan kolonial menciptakan rasa kebencian dan
ketidakpercayaan terhadap Barat. Gerakan Zionis yang bermaksud mendirikan negara Yahudi
di Palestina juga menambah rasa ancaman dan ketidakamanan di kalangan umat Islam.
terhadap tantangan yang mereka hadapi. Hal ini mengakibatkan evaluasi ulang hubungan
mereka dengan Barat dan pergeseran dalam persepsi. Dengan kata lain, dampak kolonialisme
dan kebangkitan Zionisme menjadi faktor kunci yang memicu perubahan persepsi Muslim
kalangan umat Islam, yang pada akhirnya mengarah pada penilaian kembali hubungan
mereka dengan Barat. Pembagian wilayah dan perubahan kekuasaan di Timur Tengah pasca-
Perang Dunia I, yang dilakukan oleh Inggris dan Prancis melalui Perjanjian Sykes-Picot 1916
tanpa melibatkan pendapat rakyat setempat, dianggap sebagai bentuk kolonialisme Barat.
Pendirian negara Israel pada tahun 1948, berdasarkan Deklarasi Balfour yang
dianggap melanggar hak asli rakyat Palestina atas tanah air mereka, memicu munculnya
nasionalisme Arab dan Islam. Dukungan Barat terhadap rezim-rezim otoriter sekuler di
Timur Tengah selama Perang Dingin, yang dianggap melanggar hak-hak dasar dan prinsip-
Kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang dianggap berpihak kepada Israel secara
berlebihan dan menekan hak Palestina, seperti pengakuan unilateral atas Yerusalem sebagai
ibu kota Israel, turut memperdalam jurang persepsi. Intervensi militer dan campur tangan
politik Barat di beberapa negara Timur Tengah sejak tahun 1990-an, seperti Irak, Libya, dan
Suriah, yang menyebabkan banyak korban jiwa di kalangan warga sipil Muslim, semakin
kolonialisme, dan kebijakan double standard Barat di kawasan Timur Tengah yang dianggap
merugikan hak-hak rakyat Muslim. Persepsi umat Muslim terhadap dunia Barat dipengaruhi
kekuatan kepada pemimpin dan gerakan nasionalis abad ke-20, menegaskan perbedaan antara
dunia Islam dan Barat serta menentang rasisme dan diskriminasi yang dialami oleh umat
Islam.
ii
Peran media dan jurnalisme menjadi penting dalam membentuk persepsi dan
informasi masyarakat tentang Barat dan Islam. Terkadang, liputan media Barat dan kelompok
Islamis dapat memperkuat polarisasi antara "dunia Muslim" dan Barat, menyebabkan
Kebijakan politik yang memengaruhi hubungan antara dunia Islam dan Barat, seperti
kebijakan luar negeri India yang merdeka di bawah kepemimpinan Jawaharlal Nehru, dapat
Globalisasi dan kemajuan teknologi memungkinkan umat Islam menyebarkan ide dan
informasi lebih luas secara geografis dan konseptual, yang pada gilirannya memengaruhi
dan jurnalisme, politik internasional, dan globalisasi. Untuk mengatasi perubahan persepsi
Pendidikan dan kesadaran terkait keragaman budaya, sejarah, dan kontribusi positif
dari masyarakat Muslim juga dapat berperan besar dalam meredakan ketegangan serta
budaya dan sejarah Islam. Pertukaran pelajar dan program kultural antarnegara dapat menjadi
sarana yang efektif untuk memperdalam pemahaman antarbudaya. Sementara itu, media
dapat didorong untuk menyajikan informasi secara objektif dan menghindari pemberitaan
iii
Tidak hanya itu, masyarakat perlu aktif terlibat dalam organisasi yang
dapat digunakan untuk menyoroti kontribusi positif dari masyarakat Muslim dan mengatasi
stereotip yang merugikan. Melalui inisiatif bersama dalam bidang kemanusiaan, solidaritas
dapat dibangun, yang pada gilirannya dapat memperkuat hubungan antarbangsa (Aydin,
1919).
berbagai pihak seperti pemerintah, lembaga pendidikan, media, dan masyarakat sipil, guna
iv