Anda di halaman 1dari 4

Nama : Putra Sitorus Pane

Nim : 202226085

Unit : IV PGMI, Semester III

MK : Sejarah Peradaban Islam

Perubahan persepsi negatif terhadap Eropa/Barat terjadi sejak abad 20, khususnya selama
perang Dunia 1 dan lanjut hingga sekarang. Apa faktor yang membuat Muslim berubah
persepsi di awal abad ke 20?

Persepsi terhadap Barat mulai berkembang pada abad ke-20, khususnya selama

Perang Dunia I, dan terus berlanjut hingga saat ini. Faktor utama yang menyebabkan

perubahan dalam keyakinan Muslim selama awal abad ke-20 melibatkan kolonialisme dan

Zionisme. Penaklukan Ottoman dan invasi Timur Tengah oleh Amerika Serikat, bersamaan

dengan munculnya gerakan Zionis, turut berperan dalam mencetuskan revolusi Islam di

kawasan tersebut (Makdisi, 1977, hal. 1-5).

Dampak dari kolonialisme dan pembubaran Kekaisaran Ottoman menghasilkan

perasaan pengkhianatan dan kekecewaan di kalangan umat Islam. Pembagian wilayah Timur

Tengah oleh kekuatan Eropa dan pemerintahan kolonial menciptakan rasa kebencian dan

ketidakpercayaan terhadap Barat. Gerakan Zionis yang bermaksud mendirikan negara Yahudi

di Palestina juga menambah rasa ancaman dan ketidakamanan di kalangan umat Islam.

Tindakan gerakan Zionis, termasuk pemindahan penduduk Palestina dan

pembangunan permukiman Yahudi di Palestina, meningkatkan kesadaran umat Islam

terhadap tantangan yang mereka hadapi. Hal ini mengakibatkan evaluasi ulang hubungan

mereka dengan Barat dan pergeseran dalam persepsi. Dengan kata lain, dampak kolonialisme

dan kebangkitan Zionisme menjadi faktor kunci yang memicu perubahan persepsi Muslim

pada awal abad ke-20.


i
Perubahan ini menciptakan perasaan pengkhianatan, kebencian, dan ketidakamanan di

kalangan umat Islam, yang pada akhirnya mengarah pada penilaian kembali hubungan

mereka dengan Barat. Pembagian wilayah dan perubahan kekuasaan di Timur Tengah pasca-

Perang Dunia I, yang dilakukan oleh Inggris dan Prancis melalui Perjanjian Sykes-Picot 1916

tanpa melibatkan pendapat rakyat setempat, dianggap sebagai bentuk kolonialisme Barat.

Pendirian negara Israel pada tahun 1948, berdasarkan Deklarasi Balfour yang

dianggap melanggar hak asli rakyat Palestina atas tanah air mereka, memicu munculnya

nasionalisme Arab dan Islam. Dukungan Barat terhadap rezim-rezim otoriter sekuler di

Timur Tengah selama Perang Dingin, yang dianggap melanggar hak-hak dasar dan prinsip-

prinsip Islam, juga memperkuat persepsi negatif.

Kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang dianggap berpihak kepada Israel secara

berlebihan dan menekan hak Palestina, seperti pengakuan unilateral atas Yerusalem sebagai

ibu kota Israel, turut memperdalam jurang persepsi. Intervensi militer dan campur tangan

politik Barat di beberapa negara Timur Tengah sejak tahun 1990-an, seperti Irak, Libya, dan

Suriah, yang menyebabkan banyak korban jiwa di kalangan warga sipil Muslim, semakin

memperburuk persepsi negatif.

Dengan singkat, perubahan persepsi negatif ini disebabkan oleh imperialisme,

kolonialisme, dan kebijakan double standard Barat di kawasan Timur Tengah yang dianggap

merugikan hak-hak rakyat Muslim. Persepsi umat Muslim terhadap dunia Barat dipengaruhi

oleh pengalaman kolonialisme Eropa, menciptakan sentimen anti-kolonial dan anti-

imperialisme yang kuat (Makdisi, 1977, hal. 6-10).

Gerakan pemikiran seperti Pan-Islamisme dan solidaritas global Muslim memberikan

kekuatan kepada pemimpin dan gerakan nasionalis abad ke-20, menegaskan perbedaan antara

dunia Islam dan Barat serta menentang rasisme dan diskriminasi yang dialami oleh umat

Islam.

ii
Peran media dan jurnalisme menjadi penting dalam membentuk persepsi dan

informasi masyarakat tentang Barat dan Islam. Terkadang, liputan media Barat dan kelompok

Islamis dapat memperkuat polarisasi antara "dunia Muslim" dan Barat, menyebabkan

pandangan negatif terhadap Eropa/Barat.

Kebijakan politik yang memengaruhi hubungan antara dunia Islam dan Barat, seperti

kebijakan luar negeri India yang merdeka di bawah kepemimpinan Jawaharlal Nehru, dapat

meningkatkan persepsi negatif terhadap Eropa/Barat.

Globalisasi dan kemajuan teknologi memungkinkan umat Islam menyebarkan ide dan

informasi lebih luas secara geografis dan konseptual, yang pada gilirannya memengaruhi

perubahan dalam pandangan dan sentimen anti-Eropa/Barat.

Secara keseluruhan, perubahan persepsi negatif terhadap Eropa/Barat terjadi karena

kombinasi faktor seperti pengalaman kolonialisme, pemikiran intelektual, pengaruh media

dan jurnalisme, politik internasional, dan globalisasi. Untuk mengatasi perubahan persepsi

negatif ini, sangat penting untuk mempromosikan pemahaman saling menghargai,

menghadapi stereotip, dan membangun dialog antarbudaya.

Pendidikan dan kesadaran terkait keragaman budaya, sejarah, dan kontribusi positif

dari masyarakat Muslim juga dapat berperan besar dalam meredakan ketegangan serta

memperbaiki hubungan antarbangsa.

Lebih rinci lagi, langkah-langkah konkret dapat melibatkan pembentukan program-

program pendidikan yang mengintegrasikan materi pelajaran yang mencakup keragaman

budaya dan sejarah Islam. Pertukaran pelajar dan program kultural antarnegara dapat menjadi

sarana yang efektif untuk memperdalam pemahaman antarbudaya. Sementara itu, media

dapat didorong untuk menyajikan informasi secara objektif dan menghindari pemberitaan

yang merugikan atau memperkeruh situasi.

iii
Tidak hanya itu, masyarakat perlu aktif terlibat dalam organisasi yang

mempromosikan pemahaman dan toleransi antarbudaya. Kampanye kesadaran publik juga

dapat digunakan untuk menyoroti kontribusi positif dari masyarakat Muslim dan mengatasi

stereotip yang merugikan. Melalui inisiatif bersama dalam bidang kemanusiaan, solidaritas

dapat dibangun, yang pada gilirannya dapat memperkuat hubungan antarbangsa (Aydin,

1919).

Semua langkah ini perlu diimplementasikan secara berkesinambungan, melibatkan

berbagai pihak seperti pemerintah, lembaga pendidikan, media, dan masyarakat sipil, guna

menciptakan perubahan positif dalam persepsi dan hubungan antarbudaya.

iv

Anda mungkin juga menyukai