Anda di halaman 1dari 13

KELOMPOK 7

SUPERVISI EDUKATIF DALAM PEKERJA SOSIAL


Mata Kuliah Supervisi Pekerja Sosial

Disusun Oleh:

Nur Indah Ramadhani 50900121047


Sahrum Ramadana 50900121075

Lili Marliani Malik 50900121048

Musfira Riani Sopana 50900121061

Dosen Pangampu:

Bapak Dr. Syamsuddin AB, S. Ag., M. Pd.

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL KELAS B

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

1444 H/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Supervisi Pekerja Sosial
dengan judul: “Supervisi Edukatif Dalam Pekerja Sosial ”.

Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Dr. Syamsuddin AB, S. Ag.,
M. Pd. selaku dosen dalam mata kuliah Supervisi Pekerja Sosial yang telah
memberikan tugas makalah ini untuk memperdalam ilmu serta memperluas
wawasan kami. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak lepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran dan masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Gowa,14 Oktober 2023

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................ii


DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. Pengertian Supervisi Edukatif ................................................................. 3
B. Strategi Supervisi Edukatif Dalam Pekerjaan Sosial ................................... 6
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 9
A. Kesimpulan .......................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Supervisi adalah suatu proses penjaminan di dalam praktik pekerjaan sosial agar
pekerja sosial dapat bekerja dengan benar. Tujuan dari adanya supervisi sendiri yaitu untuk
menjamin proses pemberian layanan kepada klien dapat berjalan secara efektif dan
berkualitas.
Pada profesi pekerjaan sosial terdapat suatu proses supervisi di dalam praktik
pekerjaan sosial tersebut. Kata supervisi ini sendiri berasal dari bahasa latin, Super ( lebih
) dan Videre (menonton, atau melihat). Orang yang mengawasi disebut supervisor,
sedangkan orang yang diawasi disebut dengan supervisee. Oleh karena itu, seorang
supervisor dalam hal ini didefinisikan sebagai pengawas, yaitu yang mengawasi hasil kerja
orang lain (supervisee) dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan prosedur dan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh lembaga.
Krisis supervisi jika dibiarkan tentu saja akan berdampak tidak baik bagi hubungan
supervisor dengan supervisee sebab di antaran supervisor dan supervisee harus terjadi
suatu hubungan yang erat dan saling melengkapi satu sama lain. untuk menghindari
terjadinya krisis dalam supervisi harus ada kesadaran di antara supervisor maupun
supervisee untuk saling terbuka ketika sedang dalam proses supervisi agar pada nantinya
tidak lagi terjadi krisis di antara hubungan supervisor dengan supervisee yang dapat
menimbulkan dilema supervisi.1 Supervisi (Kadushin & Harkness, 2002) adalah kegiatan
yang dilaksanakan dalam bentuk pelatihan dan berbagi tanggung jawab dengan
pengembangan staf untuk menolong agar memahami tugas dan tanggung jawabnya
sehingga mampu bekerja lebih efektif.
Berdasarkan definisi ini, maka, supervisi memiliki kedudukan yang sangat penting
dalam rangka peningkatan kemampuan pekerja sosial agar kualitas pelayanan menjadi
semakin baik. Selain itu, supervisi ini memiliki kedudukan strategis di dalam manajerial
ketika jabatan manager disandang oleh seseorang yang tidak memiliki latar belakang ilmu
kesejahteraan sosial. Situasi ini mungkin sekali terjadi dan tidak tertutup kemungkinan

1
Sidik Sandi Sabana, Dkk,’’ Dilema Supervisi Dalam Praktik Supervisi Pekerja sosial Mahasiswa
Program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fisip Universitas Padjajaran Jurnal Penelitian & ppm Vol 4 No
2 ( Juli 2017).

1
berpotensi menyebabkan kurang efektifnya koordinasi dengan para supervisor karena
manager kurang mampu dalam menerjemahkan misi lembaga ke dalam bentuk-bentuk
program yang lebih operasional.Oleh karena itu, supervisor dapat berperan sebagai
jembatan untuk mengatasi permasalahan tersebut guna meminimalisasi kemungkinan
terjadinya konflik nilai, etika, dan filosofis. supervisi pun memberikan kesempatan kepada
pekerja sosial untuk mendapatkan bantuan berupa tinjauan masalah dari multi perspektif,
mengikuti pelatihanpelatihan guna meningkatkan keterampilannya dalam menghadapi
masalah, serta mendapatkan dukungan moral ketika merasa frustasi dengan kasus klien
yang dihadapinya.
Pekerjaan Sosial adalah sebuah profesi pertolongan yang memiliki tiga elemen
pokok untuk mendukung praktek profesional yang dilaksanakannya. Salah satu kerangka
pengetahuan yang sangat dibutuhkan untuk menegakkan praktek pertolongan profesional
adalah pengetahuan tentang supervisi. Hal ini menjadi sangat penting karena pekerja sosial
di dalam sebuah lembaga layanan sosial pada satu sisi dapat berperan sebagai staf atau
disebut juga sebagai frontliner dan pada sisi yang lain dapat menduduki posisi sebagai
supervisor.
Secara umum, melalui mata kuliah supervisi pekerjaan sosial ini maka, pekerja
sosial mampu memahami ruang lingkup tugas utama supervisor, peran-peran yang
dilaksanakannya, dll. Pemahaman atas ruang lingkup ini sangatlah penting bagi pekerja
sosial, agar dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dapat disesuaikan dengan
penugasan yang diberikan langsung oleh lembaganya. Hal ini untuk menghindari
terjadinya tumpang tindih dalam melaksanakan tugas sehingga akuntabilitas pekerjaan pun
dapat selaras dengan misi lembaga layanan sosial yang telah sejak awal berkomitmen
untuk memberikan pertolongan kepada klien. 2
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian Supervisi edukatif di dalam Pekerja sosial ?
2. Bagaimana strategi yang efektif dalam melaksanakan supervisi edukatif dalam
pekerjaan sosial ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian supervisi edukatif di dalam pekerja social.

2
Dr. Franciscus Adi Prasetyo, M.Si Supervisi Pekerjaan Sosial, (Jember: FISIP Universitas Jember,
2013), h. 1

2
2. Untuk mengetahui strategi yang efektif dalam melaksanakan supervisi edukatif
dalam pekerjaan social.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Supervisi Edukatif


Supervisi edukatif adalah salah satu aspek dalam supervisi yang berkaitan dengan
pemberian proses pembelajaran dan penguatan dari seorang supervisor kepada supervise.
Supervisi edukatif dalam pekerjaan sosial adalah suatu proses penjaminan didalam praktik
pekerjaan sosial agar pekerja sosial dapat bekerja dengan benar.3
Tujuan Supervisi edukatif adalah memberikan transfer ilmu yaitu skill, attitude,
dan knowledge kepada supervisee. Selain itu di dalam supervisi edukatif ini seorang
supervisor harus berperan dalam mengajarkan serta memberikan pengembangan
keterampilan profesional berkelanjutan terhadap supervise itu sendiri. Banyak penelitian
tentang supervise edukatif ini di lakukan beberapa penelitian ini antara lain dilakukan oleh
Noor ( 2018 ) menyatakan bahwa supervisi teman sejawat dan edukatif kolaboratif dapat
meningkatkan kinerja guru menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan, menilai
prestasi belajar dan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar siswa. Aqib ( 2018 )
menyatakan supervisi edukatif meningkatkan kinerja guru dalam menyusun rencana
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai prestasi belajar, dan melaksanakan
tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar siswa. 4
Dapat kita ketahui fungsi supervise edukatif dalam Pekerja sosial yaitu :
1) Fungsi Administrasi
Supervisi administrasi adalah salah satu aspek dari supervisi yang
berhubungan dengan administrasi dalam suatu konteks organisasional. Tujuan
dari adanya supervisi administrasi ini yaitu untuk menjamin kualitas pelayanan
yang diberikan terhadap klien sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang
terdapat pada lembaga tersebut. Selain itu supervisi administrasi juga memiliki
tujuan untuk menyediakan supervisee agar bekerja dengan konteks pekerjaan
yang memungkinkan dia untuk melakukan pekerjaan secara efektif.
Secara ringkas, fungsi administrasi ini dilaksanakan oleh supervisor ketika

3
Syamsuddin, A. B. (2022). Teori dan Praktek Supervisi Pekerjaan Sosial. Nas Media Pustaka. h
7
4
Dr. Syamsuddin AB, S.Ag,. M.pd Teori dan Praktek Supervisi Pekerjaan sosial, ( Nas Media
Pustaka, 2022) h. 97

4
mulai melihat adanya kebutuhan untuk merekrut pekerja sosial sebagai staf di
lembaga layanan sosial tempatnya bekerja. Supervisor bertanggung jawab
untuk menentukan kriteria pekerja sosial yang diharapkan dapat bergabung di
dalam tim kerjanya, menseleksi secara administratif aplikasi pekerja sosial
yang dikirimkan, menyelenggarakan serangkaian tes seperti wawancara,
merekomendasikan salah satu kandidat terbaik ke bagian kepegawaian atau
sumber daya manusia. Supervisor juga bertanggung jawab secara administratif
untuk menjelaskan tanggung jawab dan peran yang diemban oleh pekerja
sosial selama bekerja di lembaga layanan sosial.5
2) Fungsi Edukatif
Supervisi edukatif adalah salah satu aspek dalam supervisi yang berkaitan
dengan pemberian proses pembelajaran dan penguatan dari seorang
supervisor kepada supervisee. Tujuan dari supervisi edukatif ini adalah
memberkan transfer ilmu yaitu skill, attitude, dan knowledge kepada
supervisee. Selain itu di dalam supervisi edukatif ini seorang supervisor pun
harus berperan dalam mengajarkan serta memberikan pengembangan
keterampilan profesional yang berkelanjutan terhadap supervisee itu sendiri.
Pelaksanaan fungsi edukatif ini diantaranya adalah dengan memberikan
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja sosial,
terutama sekali apabila terdapat teknologi baru yang dibutuhkan agar proses
intervensi terhadap klien dapat berlangsung lebih efektif. Fungsi edukatif ini
memang lebih cenderung untuk memberikan penguatan-penguatan terhadap
pekerja sosial dari sisi pengetahuan dan keterampilan. Dan, sesungguhnya
pada saat bersamaan juga dilaksanakan penguatan terhadap nilai-nilai
profesionalitas saat bekerja bersama dengan klien.
3) Fungsi Dukungan
Supervisi dukungan atau supportif merupakan salah satu aspek dari
supervisi yang berfungsi untuk memberikan dukungan terutama dukungan
moral kepada supervisee dimana sang supervisor menyemangati supervisee jika
pada suatu keadaan supervisee mengalami masalah yang sangat berat dan dia

5
Fadilla Rama Widapratama Dkk,’’ Dilema Supervisi Dalam Praktik Supervisi Pekerja sosial
Mahasiswa Program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fisip Universitas Padjajaran Jurnal Penelitian & ppm
Vol 4 No 2 ( Juli 2017).

5
benar-benar membutuhkan dukungan dan semangat dari orang yang bisa
dipercaya untuk membantu supervisee agar merasa lebih baik dan tetap tenang
di dalam melakukan pekerjaannya. Supervisor pun bertanggung jawab untuk
menghilangkan tekanan yang ada pada diri supervisee serta membuat supervisee
selalu berada dalam kondisi yang nyaman sehingga supervisee dapat
menjalankan tugasnya dengan efektif dan efisien. Selama pelaksanaan proses
pertolongan, pekerja sosial tidak dapat melepaskan diri dari tekanan psikologis yang
dialami seperti frustasi, jenuh, merasa tidak dihargai, kecewa, dan perasaan negatif
lainnya.
Permasalahan ini apabila tidak dapat tertangani secara cepat dan tepat
dikhawatirkan dapat mempengaruhi moral kerja para pekerja sosial yang lain
sehingga berimplikasi luas terhadap menurunnya kualitas pelayanan yang dapat
memberikan dampak buruk dalam bentuk hilangnya kepercayaan klien,
masyarakat, dan pemangku kepentingan lain yang selama ini memberikan
dukungan serta apresiasi positif terhadap kinerja lembaga layanan sosial. Oleh
karena itu, supervisor bertanggung jawab untuk memberikan konseling kepada
pekerja sosial yang sedang berada pada kondisi psikologis negatif agar
mengetahui latar belakang yang menyebabkan menurunnya prestasi kerja.
Supervisor harus mampu memberikan motivasi agar pekerja sosial yang
mengalami demotivasi tersebut bersedia memperbaiki kinerjanya.

B. Strategi Supervisi Edukatif Dalam Pekerjaan Sosial


Dalam melaksanakan supervisi edukatif dalam pekerjaan sosial, perlu diperhatikan
bahwa supervisi ini memiliki ke dudukan strategis di dalam manajerial ketika jabatan
manager disandang oleh seseorang yang tidak memiliki latar belakang ilmu kesejahteraan
sosial. Situasi ini mungkin sekali terjadi dan tidak tertutup kemungkinan berpotensi
menyebabkan kurang efektifnya koordinasi dengan para supervisor karena manager
kurang mampu dalam menerjemahkan misi lembaga ke dalam bentuk-bentuk program
yang lebih operasional. Oleh karena itu, perlu adanya koordinasi yang baik antara
supervisor, pekerja sosial, dan manajer untuk mencapai tujuan supervisi edukatif yang
efektif.6

6
PRASETYO, Franciscus Adi. "Supervisi Pekerjaan Sosial."

6
Supervisi edukatif dalam pekerjaan sosial dapat dilakukan dengan strategi-strategi
berikut:7
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan: Supervisi dapat dilakukan
dalam bentuk
2. dan berbagi tanggung jawab dengan pengembangan staf untuk menolong
agar memahami tugas dan tanggung jawabnya sehingga mampu bekerja
lebih efektif.
3. Memberikan dukungan emosional: Supervisi pekerjaan sosial dapat
menyediakan dukungan emosional terhadap individu di dalam peran
pekerja sosial.
4. Menerapkan supervisi edukatif kolaboratif: Supervisi edukatif kolaboratif
dapat dilakukan secara periodik untuk meningkatkan kinerja guru. Strategi
ini dapat diterapkan dalam pekerjaan sosial dengan melibatkan kolaborasi
antara supervisor dan pekerja sosial dalam mengevaluasi kinerja dan
merencanakan tindakan perbaikan.
5. Menggunakan supervisi yang sistematis: Supervisi yang sistematis
dilaksanakan secara teratur, berencana, dan secara kontinu. Hal ini dapat
membantu supervisor dan pekerja sosial dalam mengidentifikasi masalah
dan merencanakan tindakan perbaikan secara lebih efektif.
6. Menggunakan supervisi yang objektif: Supervisi yang objektif dilakukan
berdasarkan data yang didapat berdasarkan observasi nyata, bukan
berdasarkan tafsiran pribadi. Hal ini dapat membantu supervisor dan
pekerja sosial dalam mengambil keputusan yang lebih tepat dan akurat.
Beberapa hambatan yang mungkin terjadi dalam strategi supervisi edukatif dalam
pekerjaan sosial:8
1. Keterbatasan waktu: Supervisor mungkin memiliki keterbatasan waktu
untuk memberikan supervisi kepada supervisee. Hal ini dapat menghambat

7
SABANA, SIDIK SANDI, FADILLA RAMA WIDAPRATAMA, and RUDI SAPRUDIN
DARWIS. "Dilema Supervisi Dalam Praktik Supervisi Pekerjaan Sosial." Prosiding Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat 4.2 (2017).
8
SAFITRI, YANA, SANTOSO TRI RAHARJO, and RUDI SAPARUDIN DARWIS.
"MENINGKATKAN KAPABILITAS PEKERJA SOSIAL MELALUI SUPERVISI PEKERJAAN
SOSIAL." Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 4.2 (2017).

7
proses pembelajaran dan penguatan dari seorang supervisor
kepada supervisee.
2. Keterbatasan jumlah supervisor: Keterbatasan jumlah supervisor dapat
menyebabkan supervisor tidak dapat memberikan supervisi secara intensif
kepada supervisee.
3. Keterbatasan kemampuan supervisor: Supervisor mungkin tidak memiliki
kemampuan yang cukup untuk memberikan supervisi secara efektif.
4. Keterbatasan kemampuan supervisee: Supervisee mungkin tidak memiliki
kemampuan yang cukup untuk menerima supervisi dengan baik.
5. Krisis supervisi: Krisis supervisi terjadi ketika terdapat krisis di dalam
praktik supervisi pekerjaan sosial. Hal ini dapat terjadi ketika terdapat
konflik antara supervisor dan supervisee, atau ketika supervisor tidak dapat
memberikan supervisi secara efektif.
6. Keterbatasan sumber daya: Keterbatasan sumber daya seperti anggaran,
fasilitas, dan teknologi dapat mempengaruhi kualitas supervisi.
Hambatan-hambatan tersebut dapat menghambat proses pembelajaran dan
penguatan dari seorang supervisor kepada supervisee. Untuk mengatasi hambatan-
hambatan tersebut, diperlukan strategi supervisi yang efektif dan terencana dengan baik.
Supervisor perlu memiliki kemampuan yang cukup untuk memberikan supervisi secara
efektif, dan supervisee perlu memiliki kemampuan yang cukup untuk menerima supervisi
dengan baik. Selain itu, supervisor perlu memperhatikan keterbatasan waktu, jumlah
supervisor, sumber daya, serta menghindari terjadinya krisis supervisi.9

9
PRASETYO, Franciscus Adi. "Supervisi Pekerjaan Sosial." (jember: FISIP Universitas jember,
2013), h. 30.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Supervisi edukatif adalah salah satu aspek dalam supervisi yang berkaitan dengan
pemberian proses pembelajaran dan penguatan dari seorang supervisor kepada supervise.
Tujuan Supervisi edukatif adalah memberikan transfer ilmu yaitu skill, attitude, dan
knowledge kepada supervisee. Selain itu di dalam supervisi edukatif ini seorang supervisor
harus berperan dalam mengajarkan serta memberikan pengembangan keterampilan
profesional berkelanjutan terhadap supervise itu sendiri.
Dalam melaksanakan supervisi edukatif dalam pekerjaan sosial, perlu diperhatikan
bahwa supervisi ini memiliki ke dudukan strategis di dalam manajerial ketika jabatan
manager disandang oleh seseorang yang tidak memiliki latar belakang ilmu kesejahteraan
sosial. Diketahui Supervisi edukatif dalam pekerjaan sosial iaiah suatu proses penjaminan
didalam praktik pekerjaan sosial agar pekerja sosial dapat bekerja dengan benar.Tujuan
Supervisi edukatif merupakan memberikan transfer ilmu yaitu skill, attitude, dan
knowledge kepada supervisee. Selain itu di dalam supervisi edukatif ini seorang supervisor
harus berperan dalam mengajarkan serta memberikan pengembangan keterampilan
profesional berkelanjutan terhadap supervise itu sendiri.

9
DAFTAR PUSTAKA

Harkness, D., & Kadushin, A. (2002). Supervision in Social Work.


Huda, M. (2009). Pekerjaan sosial & kesejahteraan sosial: sebuah pengantar.
Pustaka Pelajar.
Kadushin, A., & Harkness, D. (2014). Supervision in Social Work, 5e. Columbia
University Press.
Kent, B. (2014). Social Work Supervision in Practice: The Commonwealth and
International Library: Social Work Division. Elsevier.
Oxford, London, Edinburgh, New York, Toronto, Sydney, Paris, Braunschweig :
Pergamon Press. Bannerjee, M. (1995). Desired service outcomes: Toward
attaining an elusive goal. Administration in Social Work 19 (1):33–53.
PRASETYO, F. A. Supervisi Pekerjaan Sosial.
SABANA, S. S., WIDAPRATAMA, F. R., & DARWIS, R. S. (2017). Dilema
Supervisi Dalam Praktik Supervisi Pekerjaan Sosial. Prosiding Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat, 4(2).
Syamsuddin, A. B. (2022). Teori dan Praktek Supervisi Pekerjaan Sosial. Nas
Media Pustaka.

10

Anda mungkin juga menyukai