Anda di halaman 1dari 1

Tangan ku bergetar sangat hebat, bulir keringat mengalir turun di pelipis ku, tubuhku basah oleh

keringat, nafas ku memburu, berusaha mengisi dada ku yg sesak. kepala ku sakit, seperti
kekurangan oksigen.

"Kenapa?" Tanya ku

Ku pandangi dia yang duduk di depan ku, berusaha menyembunyikan rasa sakit yang
memuncak di hati ku.

"Aku nggak bisa sembuh, kamu nggak bakal bisa sembuhin sakit ini." Dia berkata dengan
sangat baik, tanpa ada sedikit keraguan terdengar.

"Tapi seharusnya nggak kayak gini, setidaknya kamu kasi tau aku dulu." Aku berusaha
membuat alasan, berusaha menolak kalimat yang dia katakan.

"Kamu nggak punya hak, kita bukan siapa-siapa, kita cuma teman." Sekali lagi, seperti sebuah
pisau, kalimatnya melukai hati ku lebih parah, membiarkan berdarah.

Aku diam, dengan kesadaran penuh aku paham dengan apa yang dia katakan, kita bukan
siapa-siapa, hanya seorang teman. Namun entah kenapa aku selalu mengharapkan sesuatu
yang lebih dalam hubungan ini, padahal aku tau bagaimana akhir dari cerita kami.

Namun, mengingat dengan apa yang dia lakukan, aku merasa tidak adil. ntah apapun yang aku
lakukan, aku selalu menceritakan hal tersebut kepadanya, bahkan hal-hal sepele.

"

Anda mungkin juga menyukai