Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fahri Fadhali

Semester : IV
Kelas : A1
Filsafat Dan Mengapa Calon Guru Harus Belajar Filsafat

Secara etimologis, filsafat berasal dari bahasa Yunani dari kata "philo" berarti cinta dan
"sophia" yang berarti kebenaran. Sementara itu menurut Poedjawijatna (1980) "Filo" artinya
cinta dalam arti yang seluas-luasnya yaitu ingin dan karena ingin lalu berusaha mencapai yang
diinginkannya itu. "Sofia" artinya kebijaksanaan, bijaksana artinya pandai, mengerti dengan
mendalam. Jadi, filsafat bisa dimaknakan ingin mengerti dengan mendalam.
Mengerti secara mendalam harus dilihat sebagai suatu bentuk proses, artinya segala upaya
pemikiran untuk selalu mencari hal-hal yang tertuju pada baik dan benar. Dalam hal ini
terdapat mengandung dua makna yaitu baik dan benar. Baik adalah sesuatu yang berdimensi
etika, sedangkan benar adalah sesuatu yang berdimensi rasional. Jadi sesuatu yang baik dan
benar adalah sesuatu yang etis dan logis. Dengan demikian, berfilsafat berarti selalu berusaha
untuk berpikir guna mencapai kebaikan dan kebenaran. Berpikir dalam filsafat bukan
sembarang berpikir, namun berpikir secara radikal sampai ke dalam-dalamnya. Oleh karena
itu, meskipun berfilsafat mengandung berpikir.
Menurut Djajadi (2019), ilmu pengetahuan yang berkaitan tentang fenomena kehidupan
dan pemikiran yang kritis yaitu dinamakan filsafat. Masalah dapat diungkapkan jelas, mencari
solusi pemecahan masalah, dan membuat argumen dari solusi yang diberikan merupakan
bagian dari ciri filsafat. Jadi, filsafat dapat diartikan sebagai bentuk pemikiran manusia
terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan dirinya, lingkungannya, serta interaksinya
dengan alam dan lingkungan yang dikaji secara kritis dan mendalam.

Bila dikatakan, filsafat merupakan suatu cara berpikir yang mempunyai karakteristik
tertentu. Apabila diperhatikan secara teliti, pengertian-pengertian tersebut bersifat saling
melengkapi, sehingga dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti penyelidikan tentang apanya,
bagaimananya, dan untuk apanya dalam konteks ciri-ciri berpikir filsafat. Bila dikaitkan
dengan terminologi filsafat tercakup dalam apa, bagaimana, dan untuk apa.
Menurut Sudarto (1996), menyatakan bahwa ciri-ciri berpikir filsafat adalah:

1. Metodis, yaitu menggunakan metode atau cara yang lazim digunakan oleh filsuf (ahli
filsafat) dalam proses berpikir.
2. Sistematis, yaitu berpikir dalam suatu keterkaitan antar unsur- unsur dalam suatu
keseluruhan sehingga tersusun suatu pola pemikiran Filsufi.
3. Koheren, yaitu apabila di antara unsur-unsur yang dipikirkan tidak terjadi sesuatu
yang bertentangan dan tersusun secara logis.
4. Rasional, yaitu berdasar pada kaidah berpikir yang benar dan logis (sesuai dengan
kaidah logika).
5. Komprehensif, yaitu berpikir tentang sesuatu dari berbagai sudut (multidimensi).
6. Radikal, yaitu berpikir secara mendalam sampai ke akar- akarnya atau sampai pada
tingkatan esensi yang sedalam- dalamnya.
7. Universal, yaitu muatan kebenarannya bersifat universal, mengarah pada realitas
kehidupan manusia secara keseluruhan.
Nama : Fahri Fadhali
Semester : IV
Kelas : A1
Menurut Efendi & Sartika (2021), dalam mengambil keputusan berdasarkan objek kajian
dari berbagai opini dan pemikiran yang unik untuk berfilsafat merupakan dari metode filsafat.
Hasil pemikiran manusia akan terus berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
itu sendiri. Perkembangan ini tidak dapat diartikan penemuan baru merupakan metode terbaik.
Dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, diperlukan proses berpikir dalam
menyelesaikan suatu masalah. Berbagai masalah tersebut tidak mudah untuk diselesaikan
begitu saja. Maka dari itu, dibutuhkan berbagai ilmu mengenai filsafat bagi calon guru Fisika.
Hal ini dikarenakan filsafat dapat berperan penting terhadap pendidikan siswa tersebut.
Berdasarkan prosesnya, filsafat menjadikan sesama siswa dan guru selalu mendapatkan
sebuah jawaban dalam sebuah permasalahan. Hal ini didasari dengan pemahaman serta
pemikiran yang kritis sehingga hal tersebut dapat tertuju kebenaran dan kebaikan. Berbagai
kegiatan pembelajaran, calon guru Fisika akan berperan dalam pengaruh pendekatan terhadap
siswa dengan memberikan pengetahuan tentang tujuan, nilai - nilai, prinsip - prinsip, dan
metode pembelajaran. Tidak hanya itu, bahkan calon guru Fisika juga akan memberikan
pembelajaran secara praktik sehingga siswa dapat mengetahui lingkungan baru.
Dalam hal ini, filsafat mempunyai peran penting dalam membentuk calon pendidik yang
bermoralitas guna untuk mewujudkan cita-cita pendidikan yang diharapkan oleh suatu
masyarakat atau bangsa. Maka dari itu, sangat penting bagi calon guru Fisika untuk terus
melakukan refleksi dan pengembangan diri terhadap calon pendidik dalam pemahaman dan
penerapan filsafat pendidikan. Dengan pemahaman yang kuat tentang filsafat pendidikan,
calon pendidik akan menjadi agen perubahan yang berdampak positif pada siswa dan
masyarakat luas.
Nama : Fahri Fadhali
Semester : IV
Kelas : A1

Referensi
Djajadi, M. (2019). Filsafat Sains. Yogyakarta : Arti Bumi Intaran.

Efendi, N. & Sartika, S. B. (2021). Buku Ajar Filsafat Sains. Sidoarjo : UMSIDA Press
Poedjawijatna. (1980). Pembimbing ke arah Alam Filsafat. Jakarta : PT Pembangunan.

Sudarto. (1996). Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta : Raja Grafindo.

Anda mungkin juga menyukai