Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SELAYANG PANDANG BAHASA INDONESIA DAN CONTOH KASUS


HUKUM DI INDONESIA

Dosen Pengajar : Ibu ERNAWATI SUWARNO S.H., M.H.

Kelompok VII
DI SUSUN OLEH :
1. Raden Winda Indah Fatmayanti (231010201425)
2. Rizky Ramadhani Aryantono (231010200380)
3. Rosa Febrian Ginting (231010201333)
4. Suci Aulia Ramadanti (231010201911)
5. Wiratmadi Adityo Sunutomo (231010200442)

FAKULTAS ILMU HUKUM S1


UNIVERSITAS PAMULANG

Jl. Raya Puspitek, Buaran , Kec. Pamulang, Kota. Tangerang Selatan Banten 15310
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "
SELAYANG PANDANG BAHASA INDONESIA DAN CONTOH KASUS
HUKUM DI INDONESIA".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Tangsel, 16 November 2023

Kelompok VII
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..3
1. 1. Latar Belakang Masalah…………………………………………………...3
1. 2. Rumusan Masalah…………………………………………………………3
1. 3. Tujuan Masalah……………………………………………………………3
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………...4
2. 1. Sejarah Bahasa Indonesia………………………………………………….4
2. 2. Ciri Khas Bahasa Indonesia……………………………………………….6
2. 3. Pentingnya Bahasa Indonesia dalam Konteks Hukum di Indonesia……...8
2. 4. Contoh Kasus Hukum terkait Bahasa Indonesia…………………………..9
2. 5. Hambatan dalam Implementasi Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Sistem
Hukum…………………………………………………………………………11
2. 6.Upaya Meningkatkan Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Sistem
Hukum…………………………………………………………………………12
BAB III KESIMPULAN…………………………………………………………..13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia, sebagai negara yang terkenal dengan keberagaman budaya dan
hukumnya, memiliki sistem hukum yang kompleks dan dinamis. Makalah
ini akan memberikan gambaran umum tentang sistem hukum di Indonesia
dan memaparkan beberapa contoh kasus hukum yang mencerminkan
tantangan dan dinamika yang dihadapi oleh negara ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana peran bahasa Indonesia dalam menyajikan kejelasan dan
keadilan dalam sistem hukum di Indonesia?
2. Apa dampak penggunaan bahasa Indonesia terhadap pemahaman hukum
oleh masyarakat, terutama mereka yang tidak memiliki latar belakang
hukum formal?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Menganalisis peran bahasa Indonesia dalam mencapai kejelasan dan
keadilan dalam peradilan.
2. Mengevaluasi dampak penggunaan bahasa Indonesia terhadap partisipasi
dan pemahaman masyarakat dalam proses hukum.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Bahasa Indonesia


Sejarah hukum di Indonesia melibatkan perkembangan kompleks yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor, termasuk tradisi hukum adat, penjajahan, dan proses
pembentukan negara Indonesia. Berikut adalah rangkuman sejarah hukum di
Indonesia:
1. Hukum Adat
• Sebelum kedatangan penjajah, masyarakat Indonesia hidup dengan
sistem hukum adat yang beraneka ragam, sesuai dengan keberagaman
suku dan budaya. Hukum adat mengatur berbagai aspek kehidupan,
seperti kepemilikan tanah, pernikahan, dan penyelesaian sengketa.

2. Penjajahan Belanda:
• Selama masa penjajahan Belanda, sistem hukum kolonial diterapkan
di Indonesia. Hukum perdata dan hukum pidana Belanda
mempengaruhi struktur hukum Indonesia. Pengenalan hukum tanah
dan pemberlakuan hukuman mati oleh pemerintah kolonial Belanda
adalah contoh pengaruhnya.

3. Masa Pendudukan Jepang:


• Selama Perang Dunia II, Jepang menduduki Indonesia. Masa
pendudukan Jepang memberikan dampak pada sistem hukum
Indonesia, terutama dalam hal administrasi pemerintahan dan
perubahan dalam sistem kekuasaan.

4. Proklamasi Kemerdekaan:
• Pada 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya. Periode awal kemerdekaan diwarnai oleh upaya
membentuk negara dan pemerintahan baru, termasuk pembentukan
hukum dan kebijakan nasional.
5. Undang-Undang Dasar 1945:
• Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) menjadi landasan hukum
tertinggi dan diakui sebagai konstitusi Indonesia. UUD 1945
mengatur dasar-dasar negara, hak asasi manusia, dan pembagian
kekuasaan antara lembaga-lembaga negara.

6. Periode Parlementer dan Guided Democracy:


• Periode parlementer awal diikuti oleh era Guided Democracy
(Demokrasi Terpimpin) di bawah Presiden Soekarno. Meskipun
terdapat perubahan dalam hukum dan struktur pemerintahan, tetapi
periode ini juga melibatkan pelanggaran hak asasi manusia.

7. Orde Baru:
• Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto
mendeklarasikan stabilitas dan pembangunan ekonomi sebagai
prioritas utama. Selama masa ini, terdapat juga kendali politik yang
ketat dan pembatasan terhadap kebebasan sipil.

8. Reformasi Dan Perubahan Hukum:


• Pada tahun 1998, gerakan reformasi mengguncang Indonesia,
mengakhiri pemerintahan Soeharto dan membuka jalan bagi reformasi
politik dan hukum. Perubahan signifikan terjadi, termasuk revisi UUD
1945 dan reformasi hukum untuk meningkatkan independensi
peradilan.

9. Hukum Islam dan Autonomi Daerah:


• Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan perhatian terhadap
penerapan hukum Islam dan pemberian otonomi kepada daerah.
Hukum keluarga Islam dan kebijakan otonomi daerah memainkan
peran penting dalam pengembangan sistem hukum di Indonesia.
Sejarah hukum di Indonesia mencerminkan perjuangan panjang untuk
mendapatkan kemerdekaan dan pembentukan sistem hukum yang sesuai dengan
nilai-nilai dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Perubahan-perubahan tersebut
terus berlanjut seiring waktu sejalan dengan perkembangan sosial, politik, dan
ekonomi negara.

2.2 Ciri Khas Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia memiliki sejumlah ciri khas yang membedakannya dari bahasa-
bahasa lain. Berikut adalah beberapa ciri khas bahasa Indonesia:
1. Sistem Pengucapan (Fonologi):
• Bahasa Indonesia memiliki sistem pengucapan yang relatif sederhana
dan konsisten. Setiap huruf umumnya diucapkan seperti ejaannya,
sehingga pengucapan kata-kata umumnya dapat diprediksi.

2. Ejaan Bahasa Indonesia:


• Bahasa Indonesia memiliki sistem ejaan yang cukup konsisten dan
tidak rumit. Aturan ejaannya mengikuti bunyi dan vokal, dan kata-
kata dieja sebagaimana diucapkannya.

3. Struktur Kalimat:
• Struktur kalimat bahasa Indonesia cenderung sederhana. Subjek-
predikat-objek (SPO) adalah urutan umum dalam kalimat, meskipun
variasi urutan kata sering terjadi untuk memberikan penekanan atau
nuansa tertentu.

4. Kemiskinan Morfologi:
• Morfologi bahasa Indonesia relatif sederhana jika dibandingkan
dengan beberapa bahasa lain. Pembentukan kata-kata dan morfem
(unit makna terkecil) biasanya jelas dan tidak kompleks.

5. Pembentukan Kata:
• Bahasa Indonesia memiliki fleksibilitas dalam pembentukan kata
baru. Kebijakan kebahasaan yang mendorong penggunaan kata baku
dan upaya mengakomodasi perkembangan zaman telah
memungkinkan kemudahan dalam memasukkan kata-kata baru.

6. Kemapanan Leksikal:
• Bahasa Indonesia memiliki kemapanan leksikal yang kuat, dengan
banyak kata yang berasal dari bahasa Melayu dan memiliki padanan
yang jelas dengan bahasa-bahasa daerah di Indonesia.

7. Kemapanan Gramatikal:
• Struktur tata bahasa (gramatika) bahasa Indonesia relatif mudah untuk
dipelajari. Tidak ada perubahan bentuk kata berdasarkan waktu atau
ketegangan seperti dalam beberapa bahasa lainnya.

8. Penggunaan Kata Ganti:


• Bahasa Indonesia memiliki dua jenis kata ganti, yaitu kata ganti
pribadi dan kata ganti penunjuk. Penggunaan kata ganti ini cukup
sistematis dan mempermudah pembentukan kalimat.

9. Pola Reduplikasi:
• Reduplikasi (pengulangan suku kata atau seluruh kata) sering
digunakan dalam bahasa Indonesia untuk memberikan nuansa atau
intensitas. Contoh umumnya adalah kata "makan" menjadi "makan-
makan."

10. Pengaruh Bahasa Asing:


• Meskipun memiliki ciri khas lokal yang kuat, bahasa Indonesia juga
menerima pengaruh dari berbagai bahasa asing, terutama dari bahasa
Belanda, Arab, dan Sanskerta.

11. Kekayaan Kosakata untuk Budaya dan Alam Indonesia:


• Bahasa Indonesia memiliki kekayaan kosakata yang mencerminkan
keanekaragaman budaya, geografi, dan alam Indonesia. Banyak kata
yang merujuk pada flora, fauna, tradisi, dan aspek-aspek khas
Indonesia.
Ciri-ciri ini menjadikan bahasa Indonesia unik dan menggambarkan kekayaan
budaya serta sifatnya yang inklusif.
2.3 Pentingannya Bahasa Indonesia Dalam Konteks Hukum di
Indonesia

Bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam konteks hukum
di Indonesia. Beberapa hal yang menunjukkan pentingnya bahasa Indonesia
dalam ranah hukum meliputi:
1. Bahasa Resmi Sistem Peradilan:
• Bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa resmi dalam sistem peradilan
di Indonesia. Segala proses hukum, termasuk persidangan, pembacaan
putusan, dan pendaftaran perkara, dilakukan dalam bahasa Indonesia.
Ini memastikan keseragaman dan pemahaman yang sama di semua
tingkat peradilan.

2. Aksesibilitas dan Keadilan:


• Penggunaan bahasa Indonesia di pengadilan mendukung aksesibilitas
dan keadilan bagi semua pihak yang terlibat dalam proses hukum.
Bahasa yang jelas dan dimengerti oleh semua pihak terlibat, termasuk
para pihak yang tidak memiliki latar belakang hukum formal,
merupakan landasan untuk mendapatkan keadilan.

3. Mempertahankan Kedaulatan Hukum:


• Penggunaan bahasa Indonesia membantu mempertahankan kedaulatan
hukum Indonesia. Dalam proses hukum, penggunaan bahasa asing
yang tidak dipahami secara luas dapat membuka celah untuk
ketidakjelasan interpretasi hukum.

4. Kesesuaian dengan Budaya dan Nilai-Nilai Lokal:


• Bahasa Indonesia mampu menyampaikan konsep-konsep hukum
dengan lebih sesuai dengan budaya dan nilai-nilai lokal di Indonesia.
Ini penting untuk memastikan bahwa hukum mencerminkan kearifan
lokal dan diterima oleh masyarakat.

5. Pembentukan Kebijakan Hukum:


• Dalam pembentukan kebijakan hukum, penggunaan bahasa Indonesia
memastikan bahwa undang-undang dan peraturan yang dibuat dapat
dipahami secara jelas oleh masyarakat dan pelaku hukum. Ini
membantu dalam implementasi dan penegakan hukum yang efektif.
6. Pembinaan Hukum dan Pendidikan Hukum:
• Bahasa Indonesia menjadi medium utama dalam pembinaan hukum
dan pendidikan hukum di Indonesia. Hal ini mencakup penulisan
buku-buku hukum, materi perkuliahan, serta komunikasi antara
pengajar dan mahasiswa hukum.

7. Penerjemahan Hukum:
• Dalam kasus-kasus tertentu yang melibatkan pihak yang tidak berasal
dari Indonesia, penerjemahan hukum dari bahasa asing ke bahasa
Indonesia atau sebaliknya menjadi penting agar semua pihak dapat
memahami dan berpartisipasi dalam proses hukum.
Pentingnya bahasa Indonesia dalam konteks hukum di Indonesia menciptakan
landasan yang stabil untuk sistem peradilan yang efektif, keadilan yang inklusif,
dan penerapan hukum yang sesuai dengan konteks budaya dan nilai-nilai
masyarakat Indonesia. Bahasa adalah alat yang penting untuk memastikan bahwa
hukum dapat diakses dan dipahami oleh semua warga negara.

2.4 Contoh kasus Hukum Terkait Bahasa Indonesia


Beberapa contoh kasus hukum terkait dengan bahasa Indonesia mencakup berbagai
aspek, seperti penggunaan bahasa dalam kontrak, pelanggaran hak berbahasa, atau
sengketa hukum yang berkaitan dengan penerjemahan. Berikut adalah beberapa
contoh kasus hukum terkait bahasa Indonesia:
1. Ketidakjelasan dalam Kontrak:
• Kasus: Dalam suatu kontrak bisnis antara perusahaan Indonesia dan
perusahaan asing, terdapat ketidakjelasan dalam penulisan bahasa
Indonesia yang menyebabkan perbedaan interpretasi. Pihak-pihak
yang terlibat mengajukan gugatan untuk menentukan arti sebenarnya
dari klausa-klausa tertentu dalam kontrak.

2. Pelanggaran Hak Berbahasa:


• Kasus: Seorang warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri
mengalami pelanggaran hak berbahasa Indonesia saat berurusan
dengan pemerintah. Pihak tersebut mengajukan gugatan ke pengadilan
untuk memastikan haknya untuk berkomunikasi dengan instansi
pemerintah menggunakan bahasa Indonesia.

3. Sengketa Penerjemahan:
• Kasus: Sebuah perusahaan Indonesia terlibat dalam sengketa bisnis
dengan mitra asing. Sengketa tersebut melibatkan interpretasi
penerjemahan dokumen-dokumen kontrak dari bahasa Indonesia ke
bahasa asing. Kedua belah pihak menyewa ahli bahasa dan
memasukkan masalah ini dalam proses peradilan.

4. Pelanggaran Hak Berbahasa dalam Proses Hukum:


• Kasus: Seorang terdakwa yang tidak fasih berbahasa Indonesia
mengalami kesulitan dalam memahami proses hukum selama
persidangan. Hakim dan penasihat hukum yang terlibat harus
memastikan bahwa terdakwa memiliki akses penuh terhadap
penerjemah dan materi hukum yang diterjemahkan.

5. Pemalsuan Dokumen Hukum dengan Bahasa Palsu:


• Kasus: Sebuah kasus pemalsuan dokumen bisnis di mana pihak yang
bersalah menggunakan dokumen yang ditulis dalam bahasa yang
mirip dengan bahasa Indonesia, tetapi sebenarnya adalah bahasa
palsu. Penegakan hukum diperlukan untuk menangani kasus ini dan
menentukan tanggung jawab hukum.

6. Pemakaian Bahasa yang Menyesatkan dalam Iklan:


• Kasus: Sebuah perusahaan di Indonesia dihadapkan pada tuntutan
hukum karena menggunakan bahasa yang menyesatkan dalam iklan
produknya. Pihak berwenang menilai bahwa penggunaan bahasa yang
tidak jujur dapat merugikan konsumen dan melanggar ketentuan
hukum terkait periklanan.
Contoh-contoh kasus ini menunjukkan beragam isu hukum yang dapat muncul
terkait dengan penggunaan bahasa Indonesia, baik dalam konteks bisnis, hak asasi,
maupun proses hukum. Menangani isu-isu ini memerlukan pemahaman yang
mendalam tentang hukum dan bahasa untuk memastikan kejelasan, keadilan, dan
kepatuhan hukum.
2.5 Hambatan dalam Implementasi Penggunaan Bahasa Indonesia dalam
Sistem Hukum

Meskipun penggunaan bahasa Indonesia dalam sistem hukum di Indonesia telah


menjadi prinsip yang mendasar, ada beberapa hambatan yang dapat mempengaruhi
implementasinya. Beberapa dari hambatan tersebut melibatkan aspek hukum,
budaya, dan praktis. Berikut adalah beberapa contoh hambatan dalam
implementasi penggunaan bahasa Indonesia dalam sistem hukum:
1. Bahasa Hukum yang Sulit Dimengerti:
• Terkadang, bahasa hukum yang digunakan dalam dokumen hukum,
termasuk undang-undang dan putusan pengadilan, dapat sulit
dimengerti oleh masyarakat umum. Istilah-istilah hukum yang rumit
dan kalimat-kalimat yang panjang dapat menjadi hambatan
pemahaman.

2. Pengaruh Bahasa Asing


• Pengaruh bahasa asing, terutama dalam lingkungan bisnis
internasional, dapat menciptakan situasi di mana dokumen-dokumen
hukum atau kontrak bisnis lebih sering disusun dalam bahasa asing.
Ini dapat menimbulkan ketidakjelasan dan mengakibatkan kesulitan
interpretasi.

3. Ketidakseragaman Penggunaan Bahasa:


• Meskipun bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi dalam sistem
peradilan, terdapat ketidakseragaman dalam penggunaannya di
berbagai tingkat pengadilan dan lembaga hukum. Beberapa kasus
memerlukan penerjemahan atau menggunakan bahasa asing,
tergantung pada lingkungan hukum tertentu.

4. Penggunaan Bahasa Lokal dan Hukum Adat:


• Beberapa daerah di Indonesia memiliki bahasa lokal dan sistem
hukum adat mereka sendiri. Penerapan bahasa Indonesia dalam
konteks ini dapat menjadi hambatan jika tidak diintegrasikan secara
efektif dengan kebijakan pengakuan dan perlindungan terhadap
bahasa dan hukum adat lokal.
5. Keterbatasan Sumber Daya untuk Penerjemahan:
• Dalam kasus yang melibatkan pihak asing atau dokumentasi dalam
bahasa asing, terkadang sulit untuk mendapatkan sumber daya yang
memadai untuk melakukan penerjemahan dengan cepat dan akurat. Ini
dapat memperlambat proses hukum.

6. Kurangnya Keterampilan Berbahasa Indonesia:


• Beberapa pihak yang terlibat dalam proses hukum, baik itu pelaku
hukum, saksi, atau pihak yang terkait, mungkin memiliki keterbatasan
dalam berbahasa Indonesia. Hal ini dapat menghambat proses hukum
yang adil dan efektif.

7. Perubahan Konsep Hukum yang Tidak Sesuai:


• Beberapa konsep hukum atau istilah hukum yang diadopsi dari bahasa
Belanda atau bahasa asing mungkin memiliki interpretasi yang
berbeda dalam konteks bahasa Indonesia. Ini dapat menimbulkan
kebingungan dan konflik interpretasi.
Pemahaman mendalam terhadap hambatan-hambatan ini penting agar sistem
hukum dapat terus berkembang menuju keberlanjutan, keadilan, dan kejelasan
hukum. Upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan ini melibatkan kerjasama
antara pelaku hukum, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya untuk
memperbaiki kebijakan dan praktik-praktik hukum.

2.6 .Upaya Meningkatkan Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Sistem


Hukum
Meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia dalam sistem hukum memerlukan
serangkaian upaya terkoordinasi dan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa upaya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia dalam
sistem hukum:
1. Pelatihan Bahasa untuk Pelaku Hukum:
• Memberikan pelatihan bahasa Indonesia kepada para pelaku hukum
seperti hakim, jaksa, pengacara, dan petugas hukum lainnya. Pelatihan
ini dapat mencakup pemaha
2. Pengembangan Glosarium Hukum:
• Membuat dan menyediakan glosarium hukum resmi yang merinci
terjemahan istilah-istilah hukum dalam bahasa Indonesia. Glosarium
ini dapat menjadi referensi standar untuk para pelaku hukum dan
membantu menjaga konsistensi penggunaan istilah.

3. Penyusunan Panduan Penulisan Hukum:


• Menyusun panduan penulisan hukum resmi dalam bahasa Indonesia.
Panduan ini dapat mencakup aturan penulisan, struktur kalimat, dan
tata bahasa yang baku untuk memastikan konsistensi dan kejelasan
dalam dokumen-dokumen hukum.

4. Peningkatan Aksesibilitas Terjemahan:


• Meningkatkan ketersediaan terjemahan dokumen hukum yang
penting, terutama bagi pihak yang mungkin memiliki keterbatasan
berbahasa Indonesia. Ini dapat melibatkan penyediaan penerjemah
yang terlatih dan memadai di lembaga-lembaga hukum.

5. Kampanye Kesadaran Bahasa:


• Melakukan kampanye kesadaran bahasa untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat tentang pentingnya menggunakan bahasa
Indonesia dalam konteks hukum. Kampanye ini dapat dilakukan
melalui media massa, seminar, dan program edukasi publik.

6. Penguatan Bahasa dan Hukum Adat:


• Memperkuat penerapan bahasa Indonesia dalam hukum adat dan
hukum lokal. Ini melibatkan upaya untuk memadukan istilah-istilah
lokal ke dalam bahasa Indonesia dan sebaliknya, serta memastikan
bahwa hukum adat diakui dan dihormati.

7. Penggunaan Teknologi untuk Terjemahan Otomatis:


• Menggunakan teknologi terjemahan otomatis untuk membantu
menyediakan terjemahan cepat dan akurat untuk dokumen hukum.
Namun, ini harus dilakukan dengan hati-hati dan diawasi agar tetap
mempertahankan keakuratan dan kejelasan informasi.
8. Kerjasama dengan Lembaga Pendidikan:
• Melibatkan lembaga-lembaga pendidikan hukum dalam upaya
meningkatkan penguasaan bahasa Indonesia di kalangan mahasiswa
hukum. Keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dapat
diwujudkan melalui kurikulum yang disesuaikan dan program
pendidikan hukum.

9. Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan:


• Melakukan evaluasi rutin terhadap penggunaan bahasa Indonesia
dalam sistem hukum dan berkomitmen untuk melakukan perbaikan
berkelanjutan. Ini dapat melibatkan kajian kebijakan, survei kepuasan
pengguna, dan mendengarkan umpan balik dari para pelaku hukum
dan masyarakat.
Upaya ini harus dilakukan secara holistik dan melibatkan berbagai pihak, termasuk
pemerintah, lembaga-lembaga hukum, lembaga pendidikan, dan masyarakat
umum. Meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia dalam sistem hukum adalah
langkah krusial untuk memastikan kejelasan, keadilan, dan aksesibilitas dalam
peradilan dan proses hukum.
BAB III
Kesimpulan

Dalam rangka meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia dalam sistem hukum,


beberapa langkah dapat diambil. Pendekatan ini harus holistik dan melibatkan
berbagai pihak, termasuk pelaku hukum, pemerintah, lembaga pendidikan, dan
masyarakat umum.
Upaya ini merupakan langkah-langkah penting untuk memastikan bahwa bahasa
Indonesia menjadi alat yang efektif dalam menjalankan sistem hukum di Indonesia.
Meningkatkan kejelasan dan aksesibilitas bahasa Indonesia dalam konteks hukum
adalah landasan untuk mencapai keadilan dan keberlanjutan dalam sistem
peradilan.
DAFTAR PUSTAKA

Modul Elearning Selayang Pandang Pertemuan 1

Anda mungkin juga menyukai