Anda di halaman 1dari 18

Makalah

AGAMA

Hubungan Islam dengan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEK)

Disusun Oleh :

Dian Azizah Ayuningrum (5015201085)

Daksa Lintang Satyawadi (5015201093)

Azelia Putri Suwardani (5015201102)

Fairuz Amalia Ashfa Pramudya (5015201110)

Aurelya Neisya Herawati (5015201121)

Arga Antya Nugroho (5033201062)

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


KATA PENGANTAR

Segala puji atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga kami
dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai
salah satu
petunjuk dan acuan bagi pembaca dalam menambah wawasan ilmu keagamaan. Makalah
studi
kasus ini mengambil judul “Hubungan Islam dengan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan
Seni”
sebagai amanah yang diberikan kepada kami dalam memenuhi tugas mata kuliah Agama.

Kami berharap semoga makalah ini mampu menambah wawasan seputar Islam dan
perannya dalam perkembangan peradaban dunia. Pembaca juga diharapkan mampu
mengimplementasikan dampak positif ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEK)
terutama
dari segi keagamaan.

Begitu pula kami sadari masih jauhnya makalah ini dari sempurna. Kami
berharap pembaca
mampu memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini. Atas segala kekurangan tersebut, kami mohon maaf.

Demikian dari kami, semoga segala maksud dan tujuan baik dari makalah ini
tersampaikan
dengan baik.

Surabaya, 12
November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………… i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. ii

1.1 Latar Belakang………………………………………………… iii

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………….. iii

1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………… iii

BAB II STUDI PUSTAKA………………………………………………………. iv

2.1 Pengertian IPTEK……………………………………………… iv

2.2 Hubungan Agama dengan IPTEK…………………………….. iv

2.3 Pengembangan IPTEK dalam Tinjauan Hukum Islam……… v

2.4 Peran Peradaban Islam dalam Perkembangan IPTEK………. vi

BAB III HASIL STUDI KASUS……..……………………………………….......... x

3.1 Internet dalam Kehidupan Sehari-hari………………………… x

3.2 Fungsi Internet dalam Konteks Beragama……………………… xi

3.3 Pentingnya Internet sebagai Sarana Edukasi Ilmu Agama…… xii

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………. xiii

4.1 Kesimpulan……………………………………………………….. xiv

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… xv

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEK) merupakan usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai sisi
kenyataan pada tiap bidang yang manusia lakukan dengan menggunakan sarana-
sarana tertentu
yang dianggap mampu memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas.
Makalah ini kami susun untuk membahas hubungan antara islam dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Kami mengangkat kasus kurangnya edukasi
terkait islam
dengan IPTEK yang terjadi di lingkup masyarakat. Kami mengadakan survey berupa
pengisian
kuisioner berisikan delapan pertanyaan dengan pilihan jawaban dan isian singkat
yang
melibatkan 52 responden muslim sebagai syarat utama dari penelitian. Kami juga
mengambil
variabel pemakaian internet dalam kehidupan sehari-hari sebagai salah satu
contoh
pegaplikasian IPTEK pada zaman ini.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEK)?
b. Bagaimana hubungan antara Islam dengan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan
Seni
(IPTEK)?
c. Bagaimana Islam meninjau Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEK)?
d. Bagaimana peran Islam dalam menghadapi perkembangan Ilmu Pengetahuan,
Teknologi, dan Seni (IPTEK)?
e. Bagaimana sikap masyarakat dalam meninjau perkembangan IPTEK dari sudut
pandang keagamaan?

1.3 Tujuan Penelitian


a. Sebagai petunjuk literasi terkait Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni
dilihat dari
sudut pandang keagamaan.
b. Sebagai bukti valid terkait pengetahuan masyarakat mengenai hubungan
islam dengan
Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEK) beserta dampaknya.
BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Pengertian IPTEK


Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah usaha-usaha sadar untuk
menyelidiki,
menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam
alam
manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan
kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh
dari
keterbatasannya. Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti,
atau
mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti
memahami suatu
pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan
sebagainya.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berpikir
lebih jauh
mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang
diperlukan
bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Perkembangan teknologi terbaru,
termasuk
di antaranya mesin cetak, telepon, dan Internet, telah memperkecil hambatan fisik
terhadap
komunikasi dan memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala
global.
Secara umum, teknologi dapat didefinisikan sebagai entitas, benda maupun tak benda
yang
diciptakan secara terpadu melalui perbuatan, dan pemikiran untuk mencapai suatu
nilai. Dalam
penggunaan ini, teknologi merujuk pada alat, dan mesin yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah-masalah di dunia nyata. Teknologi adalah istilah yang
mencakup banyak
hal, dapat juga meliputi alat-alat sederhana, seperti linggis atau sendok kayu,
atau mesin-mesin
yang rumit, seperti stasiun luar angkasa atau pemercepat partikel. Alat, dan mesin
tidak mesti
berwujud benda; teknologi virtual, seperti perangkat lunak dan metode bisnis, juga
termasuk ke
dalam definisi teknologi ini.
Berkaitan dengan hal ini, Allah SWT. berfirman di dalamAl-Qur’an surat
Mujadillah ayat
11 yang berarti “… Niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman
dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”. Dalam surah Az-Zumar
ayat 9
juga dijelaskan yang artinya “… Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui
(berilmu) dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya (hanya) orang-
orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran”. Selain itu terdapat hadist yang
menyebutkan bahwa
menuntut ilmu adalah wajib bagi muslim “‫عَلى كِ ل مْ سِلم َ طَلبْ العِْ لِ م َف ِ رْ ي‬
َ ‫ضة‬
َ ” yang berarti menuntut ilmu
itu wajib atas setiap muslim (HR. Ibnu Majah No.224).
2.2 Hubungan Agama dengan IPTEK
Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan
keduanya,
terdapat tiga jenis paradigma, yaitu:
1) Paradagima Sekuler
Paradigma yang memandang agama dan iptek adalah terpisah satu sama
lain.
Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah dipisahkan dari
kehidupan (fashl al-
din ‘an al-hayah). Agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi
perannya dalam
hubungan pribadi manusia dengan tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan
umum/publik. Paradigma ini memandang agama dan iptek sama sekali terpisah
dan tidak
bisa mencampuri dan mengintervensi yang lainnya.
2) Paradigma Sosialis
Paradigma dari ideologi sosialisme menafikan eksistensi agama sama
sekali.
Agama itu tidak ada, tidak ada berhubungan dan berkaitan apa pun dengan
iptek. Iptek bisa
berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama. Paradigma ini
mirip dengan
paradigma sekuler di atas, tapi lebih ekstrem. Dalam paradigma sekuler,
agama berfungsi
secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya
dibatasi perannya
dalam hubungan vertikal manusia-tuhan. Sedang dalam paradigma sosialis,
agama
dipandang secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang
sama sekali dari
kehidupan.
3) Paradigma Islam
Paradigma islam memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur
kehidupan.
Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam –yang
terwujud
dalam apa-apa yang ada dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits-- menjadi qa’idah
fikriyah
(landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh
bangunan
pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia. Paradigma ini memerintahkan manusia
untuk
membangun segala pemikirannya berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari
aqidah itu.

2.3 Pengembangan IPTEK dalam Tinjauan Hukum Islam


Berdasarkan tinjauan hukum Islam, ilmu tidaklah berkembang ke arah yang
terkendali,
tetapi umat manusia yang berkuasa untuk mengendalikannya. Kekuasaan manusia atas
ilmu
pengetahuan dan teknologi harus mendapat tempat yang utuh. Eksistensi ilmu
pengetahuan dan
teknologi bukan melulu untuk mendesak kemanusiaan, tetapi kemanusiaanlah yang
menggenggam
ilmu pengetahuan untuk kepentingan dirinya sebagai bentuk penghambaan kepada sang
Pencipta.
Konsep ajaran Islam tentang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berdasar pada
beberapa prinsip berikut:
1. IPTEK dalam Islam dikembangkan dalam kerangka tauhid atau teologi
Teologi yang bukan semata-mata meyakini adanya Allah SWT dalam
hati,
mengucapkannya lewat lisan, dan mengamalkannya lewat tingkah laku, melainkan
menyangkut aktivitas mental berupa kesadaran manusia yang paling dalam
perihal
hubungannya dengan Tuhan yang kemudian menurunkan pola sikap dan tindakan
yang
selaras.
2. IPTEK dalam Islam dikembangkan dalam rangka bertakwa dan beribadah kepada
Allah
SWT.
Dorongan untuk mempelajari Al-Qur’an terkait fenomena alam dan
sosial tampak
kurang diperhatikan, karena sebagian dakwah Islam lebih tertuju untuk
memperoleh
keselamatan di akhirat. Hal ini perlu diimbangi dengan perintah bertakwa
kepada Allah
dalam arti yang lebih luas, termasuk dalam mengembangkan IPTEK.
3. IPTEK dikembangkan oleh muslim yang cerdas akal, emosional, dan spiritual
yang
seimbang
Hal ini berarti perlunya keseimbangan antara akal, emosi, dan
spiritual dengan
kesungguhan untuk beribadah kepada Allah SWT dalam arti yang luas, seperti
yang terjadi
pada sejarah Islam. Para ilmuwan yang mengembangkan ilmu pengetahuan adalah
pribadi-
pribadi yang senantiasa taat beribadah kepada Allah SWT.
4. IPTEK dikembangkan dalam kerangka integral
Hubungan antara ilmu agama dan ilmu umum walaupun bentuk
formalnya berbeda-
beda, tetapi pada hakikatnya sama, yaitu sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah
SWT.
sehingga dengan pandangan seperti itu, tidak ada lagi perasaan lebih unggul.

2.4 Peran Peradaban Islam dalam Perkembangan IPTEK


Berbicara tentang peradaban Islam tentu tak lepas dari Zaman Keemasan Islam
(Islamic
Golden Age). Zaman Keemasan Islam adalah sebuah periode ketika Dunia Arab secara
politis
bersatu di bawah kekhalifahan. Pada era ini, khususnya di bawah pemerintahan Harun
Al Rasyid
dan Al Ma’mun, dunia Islam mengalami kemajuan ilmu pengetahuan, sains, dan budaya
yang luar
biasa pesat. Secara tradisional, periode ini punya rentang antara abad 8 Masehi
hingga abad 13
Masehi. Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa periode ini juga ditandai pada
waktu
berdirinya Bayt al Hikmah (750 — 1258) yang merupakan pusat studi, perpustakaan,
sekaligus
universitas terbesar di dunia pada saat itu. Pada periode yang cukup panjang ini
(sekitar 500 tahun),
bisa dikatakan tidak ada peradaban lain di muka bumi yang bisa menandingi pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam, mulai dari Eropa, Cina, India, semua
kagum
dengan kegigihan kekhalifahan yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan melebihi
peradaban
mana pun pada masa itu. Berikut beberapa tokoh yang terkenal memiliki banyak
kontribusi pada
masa itu:
• Ibnu Rusyd (520-595 H)
Merupakan ilmuwan Fiqih, kalam, sastra arab, kedokteran, matematika,
fisika
astronomi, dan filsafat. Nama lengkapnya adalah Abu Al Walid Muhammad Ibnu
Rusyd,
lahir di Cordova (Spanyol) pada tahun 520 H dan meninggal pada tahun 595 H.
Karya-karya Ibnu Rusyd : kitab Bidayat Al Mujtahid (kitab yang
membahas tentang
ilmu fiqih), Kuliya Fil At Tib (buku tentang kedokteran yang dijadikan
sebagai pegangan
mahasiswa kedokteran di Eropa), Fasl Al Magl Fi Ma Bain Al-Hikmat Wa Asy-
Syariat.
Menurut Ibnu Rusyd Islam dan filsafat tidak bertentangan, bahkan ia juga
mengajak orang-
orang Islam untuk memperlajari ilmu filsafat.
• Al Kindi (805-873 M)
Merupakan filsuf Islam yang satu-satunya berasal dari Arab (Failasuf
Al-Arab).
Nama lengkapnya adalah Yakub Bin Ishak Al Kindi, beliau lahir di Kufah pada
tahun 805
M dan meninggal pada tahun 873 M. Awalnya, Al Kindi dipercaya oleh Khalifah
Al Ma’mun
menjadi ketua tim penerjemah naskah-naskah filsafat kuno dari Yunani dan
Romawi di Bayt
al Hikmah.
Selain menerjemahkan,, Al-Kindi juga mensintesa hasil pemikirannya
sendiri
dengan membuat buku berdasarkan pengetahuan yang diserap dengan jumlah lebih
dari 260
buku. Salah satunya, Al Kindi berpendapat bahwa filsafat tidak bertentangan
dengan agama
Islam, karena keduanya sama-sama membahas mengenai kebenaran.
Al Kindi merupakan salah satu cendekiawan yang produktif, karya-
karyanya yaitu di
bidang filsafat, logika, ilmu jiwa, kedokteran, astronomi, matematika, musik
dan politik.
Dalam bidang kimia, Al-Kindi bisa dibilang salah satu orang yang pertama kali
menyuling
alkohol dan memproduksinya dalam jumlah banyak, serta menentang para alkimia
pada
waktu itu yang menyebutkan bahwa unsur bisa berubah-ubah.
• Ibnu Sina (980-1037 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina, beliau
lahir
di desa Afsyana dekat dengan Bukhara pada tahun 980 M dan meninggal pada tahun
1037
M di Hamazan. Beliau telah mempelajari bahasa arab, fisika, geometri, ilmu
hukum Islam,
ilmu teologi Islam, logika, dan ilmu kedokteran. Ibnu Sina disebut sebagai
“Bapak
Pengobatan Modern”
Ketika usia 17 tahun, beliau begitu terkenal dan sering diminta untuk
mengobati
Pangeran Samani, Nuh Bin Mansyur dan 200 lebih buku telah beliau tulis dan
karyanya yang
terkenal yaitu buku tentang ensiklopedia kedokteran Al-Qanun Fi At-Tib atau
“The Canon
of Medicine”, dan ensiklopedia tentang ilmu pengetahuan dan filsafat Al-Syifa’.
Dalam
bidang kimia, Ibnu Sina membantah klaim para alkimiawan yang menyatakan ada zat
yang
bisa mengubah timbal menjadi emas. Sementara di bidang fisika, Ibnu Sina
mengelaborasikan teori “motion” atau gerakan, dan menyatakan bahwa cahaya
memiliki
kecepatan yang kemudian disempurnakan oleh Maxwell dan Einstein.
• Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi
Muhammad bin Musa al-Khawarizmi lahir di Khawarizm, Uzbekistan tahun 780
Masehi, dan wafat pada tahun 850 di Bagdad, Irak. Beliau adalah ahli
matematika,
astronomi, astrologi. Al-Khawarizmi berprofesi sebagai seorang dosen semasa
hidupnya.
Buku pertamanya adalah Al-Jabar yang merupakan buku pertama yang membahas
solusi
sistematik dari linear dan notasi kuadrat dan menjadikan beliau sebagai Bapak
Aljabar.
Translasi bahasa latin dari aritmetika, beliau yang memperkenalkan angka India,
kemudian
diperkenalkan sebagai sistem penomoran posisi desimal di dunia Barat pada abad
ke-12.
Kata Aljabar berasal dari kata Al-Jabr, satu dari dua operasi dalam
matematika untuk
menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau. Kata logarisme
dan
logaritma diambil dari kata Algorisme, Latinisasi dari nama beliau. Selain itu,
beliau inilah
yang berhasil memetakan pergerakan matahari, bulan, dan kelima planet yang dia
tulis dalam
kitab Zīj al-Sindhind (Perhitungan Astronomi Pakistan dan India). Al-Khawarizmi
juga
ditugaskan oleh Khalifah Al Ma’mun untuk membuat peta dunia, sekaligus mengukur
keliling bumi melalui proyeksi terhadap gerakan matahari dan pendekatan
matematis.
Proyek ini menghasilkan salah satu kitab terbesarnya juga yaitu Kitāb surāt al-
Ardh (Kitab
Citra Permukaan Bumi), yang lebih terkenal di Barat dengan judul “Geography”.
• Al-Ghazali (450-505 H)
Merupakan ulama besar yang mendapat gelar Hujjatul Islam (bukti kebenaran
Islam).
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Al-Ghazali, beliau lahir di desa Gazalah, Tus,
Iran
Utara pada tahun 450 H dan meninggal pada tahun 505 H. Beliau dididik oleh keluarga
dan
guru yang zuhud (hidup sederhana).
Al-Ghazali menimba ilmu di Madrasah Imam Al-Juwaeni. Setelah itu beliau
berkhalawat (mengasingkan diri dan mendekatkan diri kepada Allah Swt), dan selama
10
tahun ia menjalani kehidupan tasawuf di Damaskus, Jerussalem, Madinah, Mekkah, dan
Tus.
Berikut merupakan jasa-jasa Al-Ghazali terhadap dunia Islam :
- Pemimpin sekaligus guru besar Madrasah Nizamiyah yang ada di Bagdad,
- Mendirikan Madarasah di Tus yang digunakan untuk para calon ahli fiqih,
- Menulis berbagai macam buku hingga jumlahnya mencapai 288 buku mengenai
tasawuf, teologi, fiqih, filsafat, dan logika.
Bukunya yang paling terkenal adalah Ihya Ulum Ad-Din yang membahas mengenai
masalah-masalah ilmu akidah, akhlak, ibadah, dan tasawuf sesuai dengan tuntunan Al-
Quran
dan Al-Hadist serta buku Tahafu Al Falasifah (tidak konsistennya para filsuf) yang
membahas mengenai ilmu filsafat.
BAB III

HASIL STUDI KASUS

3.1 Internet dalam Kehidupan Sehari-hari


Berdasarkan survei yang kami adakan, 96,2% responden mengalami
kebergantungan
terhadap adanya internet sedangkan 3,8% lainnya mengaku tidak bergantung terhadap
adanya
internet. Hal ini menunjukkan pentingnya keberadaan internet dalan beraktivitas
bagi Sebagian
besar orang pada zaman ini.
Data kedua menunjukkan durasi responden ketika mengaktifkan akses internet
dalam
sehari. Sejumlah 44,2% responden membutuhkan durasi selama 9-12 jam dalam sehari
untuk
mengakses internet sekaligus menjadi durasi yang paling banyak dipilih oleh
responden.
Pemeringkatan tersebut kemudian dilanjutkan dengan persentase pemakaian internet
dengan
durasi lebih dari 12 jam sejumlah 30,8% yang dipilih responden disusul dengan 17,3%
pemakaian
selama 5-8 jam dan 7,7% selama 3-4 jam.
Persentase terbanyak sejumlah 44,2% tersebut kemudian terbagi menjadi ragam
konten
yang kerap kali diakses. Ragam konten tersebut terdiri dari pendidikan, agama,
berita, dan hiburan.
Hiburan didapuk menjadi konten pertama yang kerap kali diakses oleh responden
dengan
persentase sejumlah 63,5%. Kemudian disusul dengan pendidikan, agama, dan berita.
Beberapa
responden juga memilih keseluruhan opsi yang tersedia dalam survey.
Berikut kami lampirkan diagram hasil survey yang telah dilakukan oleh
kelompok kami.

Gambar 1.1 Diagram Ketergantungan Responden terhadap Internet dalam Kehidupan


Sehari-hari
Gambar 1.2 Diagram Frekuensi Akses Internet dalam Sehari

Gambar 1.3 Diagram Ragam Pengaksesan Konten oleh Responden

3.2 Fungsi Internet dalam Konteks Beragama


Kami juga mengadakan penelitian terhadap fungsi internet dalam konteks
beragama.
Aspek ini difokuskan kepada frekuensi responden dalam pemakaian internet dengan
tujuan
pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi agama dan ragam konten agama yang kerap
diakses.
Kami mengambil contoh variable internet sebagai salah satu bagian dari IPTEK.
Sejumlah 50%
responden memilih opsi “jarang” dalam pemakaian internet sebagai sarana edukasi
ilmu agama.
Pemeringkatan tersebut disusul dengan opsi “sering” sejumlah 25% responden,
kemudian opsi
“kadang-kadang” sejumlah 21,2% responden dan opsi “selalu” sejumlah 3,8% responden.
Banyaknya ragam konten, media, dan kepentingan juga menjadikan adanya
keberagaman
pada pemilihan opsi yang dilakukan responden. Berdasarkan survey yang kami adakan
membuktikan bahwa banyaknya responden yang melakukan akses edukasi agama dalam
bentuk
media sosial dengan persentase sejumlah 61,5%. Disusul dengan pemilihan opsi
“YouTube” dan
“Blog atau Website Organisasi Kemasyarakatan” sejumlah 15,4% dan 9,6%.
Gambar 2.1 Diagram Frekuensi Akses Internet dalam Penerapan Fungsi Internet
dalam Konteks Beragama

Gambar 2.2 Diagram Ragam Media Pengaksesan Konten oleh Responden

3.3 Pentingnya IPTEK sebagai Sarana Edukasi Ilmu Agama


Survei yang kami adakan kemudian dilanjutkan dengan memfokuskan terhadap
pentingnya
IPTEK sebagai saran edukasi ilmu agama. Seluruh responden mengaku bahwa IPTEK
memiliki
peran positif dalam perkembangan islam pada masa kini. Sejumlah 95,5% responden
mengaku
pernah merasakan dampak IPTEK dalam perkembangan islam di kehidupan. Jumlah 95,5%
ini
kemudian menjelaskan lebih lanjut bukti dari dampak IPTEK yang mereka rasakan
berupa
penggunaan Alquran digital, kemudahan akses dalam mendengarkan ceramah keagamaan
secara
online, dan sarana Pendidikan agama.
Gambar 2.1 Diagram Dampak Positif IPTEK terhadap Perkembangan Islam pada Masa Kini

Gambar 2.2 Diagram Dampak Positif IPTEK terhadap Perkembangan Islam pada Masa Kini

Gambar 2.3 Diagram Dampak Positif IPTEK terhadap Perkembangan Islam pada Masa Kini
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEK) merupakan ilmu yang membahas
tentang
sarana dalam menunjang segala pekerjaan dan aktivitas manusia. Berkaitan dengan hal
ini,
Allah SWT. berfirman di dalamAl-Qur’an surat Mujadillah ayat 11 yang berarti “…
Niscaya
Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi
ilmu
pengetahuan beberapa derajat…”. Dalam surah Az-Zumar ayat 9 juga dijelaskan yang
artinya
“… Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang-orang
yang tidak mengetahui? Sesungguhnya (hanya) orang-orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran”. Selain itu terdapat hadist yang menyebutkan bahwa menuntut
ilmu
adalah wajib bagi muslim “‫عَلى كِ ل مْ سِلم َ طَلب اْ لِ عْ لِ م َف ِ رْ ي‬
َ ‫ضة‬ َ ” yang
berarti menuntut ilmu itu wajib
atas setiap muslim (HR. Ibnu Majah No.224).
Berdasarkan hasil dari survey yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa adanya
intensitas tinggi terkait ketergantungan masyarakat dengan adanya internet sebagai
salah satu
contoh sarana IPTEK dalam membantu pekerjaan dan aktivitas pada umumnya. Meskipun
tinggi, diagram hasil menunjukkan rendahnya intensitas akses internet sebagai
sarana
penunjang edukasi dalam beragama. Hasil intensitas akses internet dalam berilmu
agama ini
kemudian kembali dikategorikan dalam bentuk media referensi untuk keperluan
edukasi,
sebagai contoh akses internet melalui media sosial, media cetak, media elektronik,
dan
sebagainya. Seluruh responden mengaku merasakan dampak positif pada penggunaan
internet
sebagai contoh IPTEK dalam perkembangan islam pada masa kini. Sebagian besar
menuturkan
bahwa dampak tersebut kerap kali dirasakan utamanya ketika membaca Alquran dalam
bentuk
digital, kemudahan akses ceramah online, dan sarana pendidikan agama.
Sebagai bentuk tindak lanjut survey, masyarakat diharapkan mampu memanfaatkan
teknologi yang terus berkembang ini demi meningkatkan iman, taqwa, dan ilmu terkait
agama
Islam. Edukasi diri sendiri dan masyarakat menjadi faktor penting dalam kemajuan
kemaslahatan umat Islam khususnya di era globalisasi ini. Edukasi diri sendiri
dapat dilakukan
dalam bentuk literasi mandiri dan meningkatkan pemahaman teknologi. Sementara
edukasi
masyarakat dapat dimulai dari lingkup terkecil, contohnya keluarga. Masyarakat
diharapkan
mampu melakukan interaksi sosial seperti diskusi kecil terkait pemahaman,
penggunaan, dan
manfaat dari IPTEK dari segi keagamaan.
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. Ilmu. 15 Oktober 2020. https://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu


Wikipedia. Teknologi. 15 Oktober 2020. https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi
Media Neliti. Islam sebagai Landasan Perkembangan Ilmu. 15 Oktober 2020.
https://media.neliti.com/media/publications/145504-ID-islam-sebagai-landasan-
perkembangan-ilmu.pdf
Dahwakis. Hubungan Islam dan Teknologi Islam. 15
Oktober 2020.
https://dakwahkis.blogspot.com/2016/05/hubungan-islam-dan-teknologi-islam.html
Qureta. Pentingnya Ilmu dalam Pandangan Islam. 15
Oktober 2020.
https://www.qureta.com/post/pentingnya-ilmu-dalam-pandangan-islam
IDN Times. Hadis tentang Menuntut Ilmu. 15 Oktober
2020.
https://www.idntimes.com/life/education/tyas-hanina-1/hadis-tentang-menuntut-ilmu/1
7 Jurnal PAI Vol2 No1 2014 (AlQuddusNESD).pdf
Zenius. Sejarah Peradaban Islam. 15 Oktober
2020.
https://www.zenius.net/blog/6100/sejarah-peradaban-islam-ilmu-pengetahuan
Portal Ilmu. Masa Kejayaan Islam. 15 Oktober 2020. https://portal-ilmu.com/masa-
kejayaan-islam/
Aksi. Ilmuwan Muslim di Masa Keemasan Islam. 15
Oktober 2020.
http://aksi.id/artikel/22933/9-Ilmuwan-Muslim-di-Masa-Keemasan-Islam/

Anda mungkin juga menyukai