Anda di halaman 1dari 14

KEPRIBADIAN SEORANG PEMIMPIN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan Islam

Dosen Pengampu : Turhamun S.Sos.I.,M.S.I

Disusun Oleh Kelompok 5

1. Aulia Nur Fadilah ( 224110103052 )


2. Dwi Pamungkas ( 224110103058 )
3. Musyarofatun Nisa ( 224110103073 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H SAIFUDDIN ZUHRI

PURWOKERTO

TAHUN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas


rahmatNya dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang


sebesarbesarnya kepada dosen mata kuliah Kepemimpinan Islam yang
telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan
makalah ini . Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak
pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah yang
baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu
dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa
kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Purwokerto, 8 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................4

B. Rumusan Masalah............................................................................................6

C. Tujuan..............................................................................................................6

BAB II......................................................................................................................7

PEMBAHASAN......................................................................................................7

A. Hilangnya Kekuatan........................................................................................7

B. Macam – Macam Kepercayaan.......................................................................7

C. Kriteria Meminta Kekuasaan...........................................................................8

D. Mungkinkah Mempelajari Kepemimpinan...................................................11

BAB III..................................................................................................................12

PENUTUP..............................................................................................................12

A. Kesimpulan....................................................................................................12

B. Saran..............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepribadian dalam kepemimpinan merupakan sebuah kata yang


menjadi buah bibir orang banyak. Yang muda menyerangnya dan yang tua
memprihatinkannya. Sehingga membuat seorang pemimpin harus terus
menerus memperbaiki apa yang kurang tehadap diri dan organisasinya,
agar tujuan organisasi dapat mempengaruhi dan menggerakkan bawahan
guna mencapai tujuan organisasi. Seperti yang diungkapkan Day dan Lord
(dalam Robbins, 1996), menyatakan bahwa tidak diragukan lagi bahwa
sukses suatu organisasi, atau setiap kelompok dalam suatu organisasi
sangat tergantung pada kualitas kepemimpinan. Pemimpin yang sukses
adalah yang mampuuntuk mengantisipasi perubahan dan sekuat tenaga
memanfaatkan kesempatan, memotivasi pengikut untuk mencapai tingkat
produktivitas yang tinggi, mengoreksi kinerja yang buruk. dan mendorong
organisasi kearah sasarannya.

Kepemimpinan tidak dapat dilepaskan dari masalah hubungan


antar pribadi. Pemimpin dengan sifat-sifat di dalam kepribadiannya harus
menyesuaikan diri dengan kepribadian anggota kelompok atau
organisasinya. Demikian pula sebaliknya. Penyesuaian itu diperlukan
karena tidak ada dua orang didunia ini yang sama kepribadiannya.
Didalam sebuah kelompok atau organisasi berkumpul atau terdapat
kepribadian sebanyak anggotanya. Kepribadian bersifat subyektif, karena
menentuh diri manusia sebagai individu. Namun dalam dalam
kepemimpinan yang dimaksud adalah perilaku dan sikap yang
diperlihatkan pemimpin pada orang lain dalam menghadapi segala sesuatu,
terutama dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
Sifat dan perilaku itu merupakan sifat-sifat khas, watak, keterampilan atau
kecerdasan, kecenderungan minat, dan perhatian seseorang sebagai
individu. Dalam penyesuaian antara pemimpin dan orang yang dipimpin

4
atau sebaliknya dan sesama orang yang dipimpin, tidak berarti seorang
individu melebur kepribadiannya menjadi sama dengan kepribadian
individu yang lain. Aspek-aspek yang baik di dalam kepribadian justru
harus dipertahankan, sehingga menjadi pengendali dalam mewujudkan
kepemimpinan (Nawawi dan Hadari, 2006:45).

Kepribadian seorang pimpinan yang dilakukan keseluruhan


merupakan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan
individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat
yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang terhadap orang lain.
Kepribadian dan kepemimpinan bukanlah aspek yang terpisah dalam
kehidupan seseorang. Seorang pemimpin yang taat asas adalah mereka
yang mampu menciptakan kekuatan dalam kehidupan kepribadiannya
sekaligus mampu menciptakan kekuatan dalam kepemimpinannya Seorang
pemimpin akan menyesuaikan irma dan langkahnya dengan semua orang
yang bekerjasama dengannya.

Nawawi dan Hadari (2006:45) menyatakan, Kepribadian manusia


termasuk pemimpin cenderung bersifat stabil (permanen) atau sulit
berubah, namun tidak berarti sama sekali tidak dapat berubah atau
berkembang. Oleh karena itu dengan kemauan yang keras bagi seorang
pemimpin, selalu terbuka kemungkinan untuk mengurangi aspek-aspek
kepribadiannya yang bernilai negative, agar tidak merugikan mewujudkan
kepemimpinannya.

Kepribadian yang dimiliki oleh manusia terbentuk karena


perpaduan jiwa dan tubuh. Kepribadian merupakan corak kejiwaan
(psikis), yang dipengaruhi oleh kondisi tubuh (jasmani/fisik) manusia.
Tubuh biasanya bersifat material, sedangkan jiwa bersifat non-material.

Penyesuaiaan kepribadian dalam kepemimpinan juga berarti


seorang pemimpin harus mampu membantu dan mempengaruhi agar
orangorang yang dipimpinnya mampu mengurangi atau meniadakan sifat
dan berbagai aspek kepribadian yang kurang baik dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Pemimpin harus membantu dan mempengaruhi agar

5
spek-aspek kepribadian orang-orang yang dipimpinnya sesuai dengan
norma-norma yang dituntut oleh kelompok atau organisasi.
Kepribadiannya yang tidak sesuai dengan norma-norma tersebut akan
selalu mengalami hambatan dan kesulitan dalam bekerjasama dan
mewujudkan kebersamaan (Nawawi dan Hadari, 2006:46).

Peran pemimpin dalam organisasi merupakan penentu keberhasilan


dan suksesnya tujuan yang hendak dicapai Arah perjalanan sebuah
organisasi berangkat dari ide-ide sama dan pemikiran serta visi para
pemimpin.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan terhadap hilangnya kekuatan


seorang pemimpin?
2. Apa saja macam-macam kepercayaan?
3. Apa saja kriteria meminta kekuasaan?
4. Mungkinkah mempelajari kepemimpinan?

C. Tujuan

1. Dapat mengetahui pengaruh yang signifikan terhadap hilangnya


kekuatan seorang pemimpin
2. Dapat mengetahui macam-macam kepercayaan
3. Dapat mengtetahui kriteria meminta kekuasaan
4. Dapat mengetahu kemungkinan mempelajari kepemimpinan

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hilangnya Kekuatan
Seorang pemimpin yang kuat adalah mereka yang tenang, inovatif,
sabar, banyak akal dan harus memiliki semua kualitas baik yang dibutuhkan
untuk menjalankan operasional sebuah perusahaan. Namun seorang pemimpin
dapat kehilangan kekuatan kepemimpinannya jika seorang pemimpin tersebut
tidak memiliki jiwa kepemimpinan dan tidak memiliki kualitas yang baik.
Kehilangan kekuatan bagi seorang pemimpin sebenarnya bisa tidak terjadi jika
pemimpin tersebut sadar bahwa dia diangkat karena kemampuannya dan

kredibilitasnya berkualitas.

Faktor hilangya kekuatan :

1. Tidak mampu menangani masalah


2. Tidak menerima Ketika diberi saran dan kritik
3. Gagal memberikan motivasi
4. Memiliki sikap yang kurang baik
5. Kurang akuntabilitas
6. Tidak mampu Menyusun budaya organisasi atau perusahaan yang kuat

B. Macam – Macam Kepercayaan


Kepercayaan adalah suatu harapan positif, asumsi, atau keyakinan dari proses
kognitif seseorang yang dipegang dan ditujukan pada orang lain bahwa orang
tersebut akan berperilaku seperti yang diharapkan dan dibutuhkan. 1 Adapun
macam-macam kepercayaan diantarannya:
1. Kepercayaan berbasis ketakutan
Kepercayaan yang berdasarkan pada ketakutan akan Tindakan balasan
jika kepercayaan itu dilanggar. Bawahan memiliki ketakutan jika hasil
yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

1 (Riantiofanta, 2014)

7
2. Kepercayaan berbasis pengetahuan
Sebagian besar hubungan organisasi berakar pada kepercayaan berbasis
pengetahuan, yakni kepercayaan didasarkan prediktabilitas perilaku yang
berasal dari riwayat interaksi.
3. Kepercayaan berbasis identifikasi
Kepercayaan berdasrkan rasa saling memahami atas maksud masing –
masing dan menghargai keinginan dan hasrat orang lain. Saling pengertian
ini dikembangkan ketitik dimana masing masing pihak dapat bertindak
secara efektif bagi yang lain.

C. Kriteria Meminta Kekuasaan


Saat ini jabatan tidak lagi dianggap sebagai amanah. Banyak orang diberi
amanah tidak dapat melaksanakannya dengan baik. Bahkan amanah dianggap
sebagai kenikmatan dan fasilitas sehingga kerap diingkari.

Syaikh Ibnu Utsaimin berkata:

"Seseorang yang meminta jabatan sering bertujuan untuk meninggikan


dirinya di hadapan manusia, menguasai mereka, memerintah dan
melarangnya. Tentunya tujuan yang demikian ini jelek adanya. Maka sebagai
balasannya, ia tidak akan mendapatkan bagiannya di akhirat. Oleh karena itu
seseorang dilarang untuk meminta jabatan."2

Imam ath-Thabari dalam kitabnya Tafsir ath-Thabari menerangkan bahwa


ayat ini menceritakan tentang permintaan Nabi Yusuf kepada raja di zaman
itu untuk mengangkatnya sebagai bendahara yang akan menjaga gudang
perbendaharaan harta negeri.

Imam ath-Thabari dalam menafsirkan QS. Yusuf/12: 55 mengatakan:

2 (Marzuki Manurung, 2021)

8
‫اجعلني خزائن ارض ك‬: ‫قال يوسف للملك‬: ‫يقول جل ثناؤه‬: ‫قال ابو جعفر‬

Abu Ja’far ath-Thabari berkata: Nabi Yusuf telah berkata kepada raja:

"Jadikanlah aku bendahara di negerimu."

Lebih lanjut, Imam Ibn al-‘Arabi dalam kitab tafsirnya Ahkam Alqur’an
menerangkan bahwa alasan Nabi Yusuf meminta jabatan tersebut karena ia
adalah orang yang dapat menjaga dan berilmu pengetahuan.Hal itu
dilakukannya untuk kepentingan orang-orang miskin (orang banyak) bukan
untuk kepentingan dirinya sendiri, agar keadilan merata dan kezaliman
disirnakan.

Imam Ibn al-‘Arabi menyebutkan:

‫إني حفيظ عليم‬: ‫إنما قال‬... ‫إني حسي ب كريم‬: ‫أنه لم يقل‬: ‫األول‬...
‫سأل ذلك ليوصل ال ى الفقراء حظوظهم ل لحظ نفسه‬: ‫الثاني‬

Berdasarkan penafsiran kedua mufassir di atas dapat dipahami bahwa boleh


seseorang mengajukan dirinya sendiri untuk menduduki suatu jabatan
tertentu.

Pemahaman tersebut diperkuat pendapat Imam Al-Qurthubi dalam kitab


tafsirnya Al-Jami’ li Ahkam Alqur’an yang menegaskan bahwa ayat ini (QS.
Yusuf/12: 55) menjadi dalil tentang bolehnya seseorang meminta suatu
jabatan jika ia orang yang ahli di bidang tersebut.

Imam al-Qurthuby mengatakan:

‫ودل ت اآلية أيضا على جواز أن يخط ب اإلنسان عمال يكون له أه ل‬: ‫الثالثة‬
Akan tetapi, pemahaman ini sangatlah bertolak belakang dengan hadis Nabi
yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari yang berbunyi:

9
‫َقاَل هل ي‬: ‫ َع ن َع ب ه د الَر حَم هن ب هن َسُمَر ةَ َر هضَي الَّلُ َع نهُ َقاَل‬:
‫َر ُسو ُل هاهلل صلى هللا علي ه وسلم َيا َع ب َد الَر حَم هن ب َن َسُمَر َة َل ت َس أ َل ا‬
‫هإلَم اَر ةَ َفإهنََك هإ ن أُو هتيتََها َع ن َم سأََل ة ُو هك ل َت هإَل يَها َو هإ ن أُو هتيتََها هم‬
‫ن َغ ي هر َم سأََل ة أ هُع ن َت َع َل يَها َو هإذَا َح َل ف َت َع َلى ي هَم ي ن َفَر أ َي َت َغ‬
‫يَر َها َخ يًرا هم نَها‬
‫فََك هف ر َع ن ي هَم ي نهَك َو أ ه ت اَل هذي ُهَو َخ ي ر‬
Dari Abdurrahman bin Samurah, bahwa Rasulullah bersabda padaku,
"Janganlah kamu meminta jabatan (kekuasaan), jika kamu diberikan karena
suatu problem, maka sejatinya kamu telah diwakilkan (untuk menyelesaikan)
hal tersebut. Namun, jika kamu diberikan tanpa adanya suatu hal, maka kamu
diberikan pertolongan atasnya. Jika kamu telah bersumpah (untuk suatu
jabatan), lalu kamu melihat ada hal yang lebih baik dari itu, maka tunaikanlah
janjimu, dan lakukanlah hal yang terbaik tersebut." (HR. Al-Bukhari).

Meminta jabatan diperbolehkan sebagaimana yang dilakukan Nabi Yusuf AS,


namun ada syarat dan ketentuan yang berlaku:

1. Imam al-Qurthubi menyatakan sebagian ulama menyatakan ayat ini


merupakan dalil bolehnya orang yang shalih boleh bekerjasama dengan
penguasa kafir, dengan ketentuan orang shalih tersebut dapat berkuasa
penuh dalam menentukan kebijakan serta melaksanakan tugas sehingga ia
tidak terkekang dalam menunaikan haknya sebagai muslim, misalnya
berbuat adil. Akan tetapi, jika pekerjaan tersebut harus dilaksanakan atas
kemauan dan kehendak penguasa kafir, khususnya mengikuti kemauan
hawa nafsunya maka yang demikian itu tidak diperbolehkan.
2. Diperbolehkan meminta suatu jabatan jika tidak ada ada orang yang
mampu melaksanakan tugas tersebut selain dari yang bersangkutan.
Meminta jabatan di sini wajib. Jika ia tidak melakukannya, maka akan
terjadi malapetaka dalam suatu masyarakat. Jika ditemukan orang lain
yang memiliki kapasitas melebihi daripada dirinya, maka lebih baik ia
menyerahkan kepadanya. Sebuah jabatan bukan kepada orang yang tepat
dan pantas dan layak, maka akan terjadi malapetaka dan musibah. Itu

10
sebabnya nabi melarang meminta meminta jabatan, sebagaimana pernah
dilakukan Salman al-Farisi dan sahabat-sahabat lainnya.
3. Jika dibutuhkan, seseorang diperbolehkan memuji dirinya sendiri tatkala
orang lain belum mengetahui siapa dirinya. Nabi Yusuf AS, mengucapkan
perkataan yang mengandung makna memuji dirinya sendiri, ketika itu
beliau telah mendapat kepercayaan dan kedudukan disisi raja. Pujian itu
bukan ia lakukan untuk mencari muka sehingga ia dipilih untuk
mendapatkan kedudukan tersebut. Hal itu dapat di lihat dari ayat berikut.

‫َو َقاَل ا لَم هل ُك ائ تُو هني به هه أ َس ت َخ هل صهُ هلَن ف هسي ۖ فَلََم ا َك لََم هُ َقا َل هإنََك ا‬
‫لَي وَم َلد َيَنا َم هكي ن أ هَم ي ن‬
Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia
sebagai orang yang rapat kepadaku".3

Maka raja mengatakan, "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi


seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami".

Sikap nabi Yusuf AS dalam meminta jabatan kepada raja sangatlah arif.
Hal ini tentu sangat berbeda dengan zaman sekarang. Politikus kekinian
sengaja memuji dan menunjukkan kelebihan dirinya dalam melakukan
kampanye guna menarik simpati orang yang akan memilihnya sehingga
tujuannya dalam meraih kedudukan dan ambisi politik tercapai.

D. Mungkinkah Mempelajari Kepemimpinan


Mempelajari tentang kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting bagi
setiap orang karena untuk membangun tim yang solid. Selain itu kita juga
dapat belajar bagaimana sikap atau perilaku yang baik bagi seseorang Ketika
memimpin sebuah organisasi, perusahaan atau kelompok. Jadi sangat
mungkin untuk kita memepelajari tentang kepemimpinan. Selain itu beberapa
alasan mengapa kita perlu mempelajari kepemimpinan yaitu :

1. Membentuk skill dan karakter


2. Belajar berorganisasi
3. Membangun kepercayaan diri
3 Lihat Q.S Yusuf: 54

11
4. Memiliki kemampuan yang baik Ketika berinteraksi dengan orang lain
5. Menantang diri untuk berkembang

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang pemimpin dapat kehilangan kekuatan kepemimpinannya
jika seorang pemimpin tersebut tidak memiliki jiwa kepemimpinan dan
tidak memiliki kualitas yang baik. Ada beebrapa faktor yang
mempengaruhi kehilangan kekuatan bagi pemimpin salah satunya adalah
tidak mau menerima kritik dan saran dari orang lain.

Terdapat beberapa jenis kepercayaan yaitu Kepercayaan berbasis


ketakutan, kepercayaan berbasis pengetahuan, kepercayaan berbasis
identifikasi. Dalam kepemimpinan terdapat juga kriteria meminta
kekuasaan yaitu orangnya bersikap bijak dalam melaksanakan tugas,
Ketika tidak ada lagi yang mampu melaksanakan tugas tersebut dan jika
dibutuhkan menjadi seorang pemimpin. Kita sebagai manusia juga wajib
untuk mempelajari kepemimpinan karena hal tersebut merupakan hal
penting dalam kehidupan kita.

B. Saran
Kepribadian seorang pemimpin merupakan salah satu kunci suksesnya
seseorang sebagai pemimpin. Maka dari itu kami beharap pembaca lebih
memahami bagaimana kepribadian seorang pemimpin yang baik dan benar
agar tiap individu dapat menjadi pemimpin yang hebat dimasa yang akan
datang.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran pembaca agar dalam penulisan makalah
kedepannya dapat lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

13
(Riantiofanta, 2014)

(Muhammad Abduh Tuasikal M.Sc, 2021)

(Ir. Faishal Umar Basyarahil, Dr. Thariq M. As-Suwaidan;, 2005)

(Marzuki Manurung, 2021)

14

Anda mungkin juga menyukai