Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan Islam
FAKULTAS DAKWAH
PURWOKERTO
TAHUN 2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Kami jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah yang
baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu
dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa
kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................6
C. Tujuan..............................................................................................................6
BAB II......................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
A. Hilangnya Kekuatan........................................................................................7
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
atau sebaliknya dan sesama orang yang dipimpin, tidak berarti seorang
individu melebur kepribadiannya menjadi sama dengan kepribadian
individu yang lain. Aspek-aspek yang baik di dalam kepribadian justru
harus dipertahankan, sehingga menjadi pengendali dalam mewujudkan
kepemimpinan (Nawawi dan Hadari, 2006:45).
5
spek-aspek kepribadian orang-orang yang dipimpinnya sesuai dengan
norma-norma yang dituntut oleh kelompok atau organisasi.
Kepribadiannya yang tidak sesuai dengan norma-norma tersebut akan
selalu mengalami hambatan dan kesulitan dalam bekerjasama dan
mewujudkan kebersamaan (Nawawi dan Hadari, 2006:46).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hilangnya Kekuatan
Seorang pemimpin yang kuat adalah mereka yang tenang, inovatif,
sabar, banyak akal dan harus memiliki semua kualitas baik yang dibutuhkan
untuk menjalankan operasional sebuah perusahaan. Namun seorang pemimpin
dapat kehilangan kekuatan kepemimpinannya jika seorang pemimpin tersebut
tidak memiliki jiwa kepemimpinan dan tidak memiliki kualitas yang baik.
Kehilangan kekuatan bagi seorang pemimpin sebenarnya bisa tidak terjadi jika
pemimpin tersebut sadar bahwa dia diangkat karena kemampuannya dan
kredibilitasnya berkualitas.
1 (Riantiofanta, 2014)
7
2. Kepercayaan berbasis pengetahuan
Sebagian besar hubungan organisasi berakar pada kepercayaan berbasis
pengetahuan, yakni kepercayaan didasarkan prediktabilitas perilaku yang
berasal dari riwayat interaksi.
3. Kepercayaan berbasis identifikasi
Kepercayaan berdasrkan rasa saling memahami atas maksud masing –
masing dan menghargai keinginan dan hasrat orang lain. Saling pengertian
ini dikembangkan ketitik dimana masing masing pihak dapat bertindak
secara efektif bagi yang lain.
8
اجعلني خزائن ارض ك: قال يوسف للملك: يقول جل ثناؤه: قال ابو جعفر
Abu Ja’far ath-Thabari berkata: Nabi Yusuf telah berkata kepada raja:
Lebih lanjut, Imam Ibn al-‘Arabi dalam kitab tafsirnya Ahkam Alqur’an
menerangkan bahwa alasan Nabi Yusuf meminta jabatan tersebut karena ia
adalah orang yang dapat menjaga dan berilmu pengetahuan.Hal itu
dilakukannya untuk kepentingan orang-orang miskin (orang banyak) bukan
untuk kepentingan dirinya sendiri, agar keadilan merata dan kezaliman
disirnakan.
إني حفيظ عليم: إنما قال... إني حسي ب كريم: أنه لم يقل: األول...
سأل ذلك ليوصل ال ى الفقراء حظوظهم ل لحظ نفسه: الثاني
ودل ت اآلية أيضا على جواز أن يخط ب اإلنسان عمال يكون له أه ل: الثالثة
Akan tetapi, pemahaman ini sangatlah bertolak belakang dengan hadis Nabi
yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari yang berbunyi:
9
َقاَل هل ي: َع ن َع ب ه د الَر حَم هن ب هن َسُمَر ةَ َر هضَي الَّلُ َع نهُ َقاَل:
َر ُسو ُل هاهلل صلى هللا علي ه وسلم َيا َع ب َد الَر حَم هن ب َن َسُمَر َة َل ت َس أ َل ا
هإلَم اَر ةَ َفإهنََك هإ ن أُو هتيتََها َع ن َم سأََل ة ُو هك ل َت هإَل يَها َو هإ ن أُو هتيتََها هم
ن َغ ي هر َم سأََل ة أ هُع ن َت َع َل يَها َو هإذَا َح َل ف َت َع َلى ي هَم ي ن َفَر أ َي َت َغ
يَر َها َخ يًرا هم نَها
فََك هف ر َع ن ي هَم ي نهَك َو أ ه ت اَل هذي ُهَو َخ ي ر
Dari Abdurrahman bin Samurah, bahwa Rasulullah bersabda padaku,
"Janganlah kamu meminta jabatan (kekuasaan), jika kamu diberikan karena
suatu problem, maka sejatinya kamu telah diwakilkan (untuk menyelesaikan)
hal tersebut. Namun, jika kamu diberikan tanpa adanya suatu hal, maka kamu
diberikan pertolongan atasnya. Jika kamu telah bersumpah (untuk suatu
jabatan), lalu kamu melihat ada hal yang lebih baik dari itu, maka tunaikanlah
janjimu, dan lakukanlah hal yang terbaik tersebut." (HR. Al-Bukhari).
10
sebabnya nabi melarang meminta meminta jabatan, sebagaimana pernah
dilakukan Salman al-Farisi dan sahabat-sahabat lainnya.
3. Jika dibutuhkan, seseorang diperbolehkan memuji dirinya sendiri tatkala
orang lain belum mengetahui siapa dirinya. Nabi Yusuf AS, mengucapkan
perkataan yang mengandung makna memuji dirinya sendiri, ketika itu
beliau telah mendapat kepercayaan dan kedudukan disisi raja. Pujian itu
bukan ia lakukan untuk mencari muka sehingga ia dipilih untuk
mendapatkan kedudukan tersebut. Hal itu dapat di lihat dari ayat berikut.
َو َقاَل ا لَم هل ُك ائ تُو هني به هه أ َس ت َخ هل صهُ هلَن ف هسي ۖ فَلََم ا َك لََم هُ َقا َل هإنََك ا
لَي وَم َلد َيَنا َم هكي ن أ هَم ي ن
Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia
sebagai orang yang rapat kepadaku".3
Sikap nabi Yusuf AS dalam meminta jabatan kepada raja sangatlah arif.
Hal ini tentu sangat berbeda dengan zaman sekarang. Politikus kekinian
sengaja memuji dan menunjukkan kelebihan dirinya dalam melakukan
kampanye guna menarik simpati orang yang akan memilihnya sehingga
tujuannya dalam meraih kedudukan dan ambisi politik tercapai.
11
4. Memiliki kemampuan yang baik Ketika berinteraksi dengan orang lain
5. Menantang diri untuk berkembang
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seorang pemimpin dapat kehilangan kekuatan kepemimpinannya
jika seorang pemimpin tersebut tidak memiliki jiwa kepemimpinan dan
tidak memiliki kualitas yang baik. Ada beebrapa faktor yang
mempengaruhi kehilangan kekuatan bagi pemimpin salah satunya adalah
tidak mau menerima kritik dan saran dari orang lain.
B. Saran
Kepribadian seorang pemimpin merupakan salah satu kunci suksesnya
seseorang sebagai pemimpin. Maka dari itu kami beharap pembaca lebih
memahami bagaimana kepribadian seorang pemimpin yang baik dan benar
agar tiap individu dapat menjadi pemimpin yang hebat dimasa yang akan
datang.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran pembaca agar dalam penulisan makalah
kedepannya dapat lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
13
(Riantiofanta, 2014)
14