Anda di halaman 1dari 14

PIHAK IMPORTIR DAN EKSPORTIR

DALAM PENGANGKUTAN LAUT

Oleh :
MUHAMMAD RIZKI SAPUTRA
H1A121224
KELAS E (HUKUM DAGANG)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya negara.
Setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya
agar dapat hidup makmur dan sejahtera. Kerja sama dalam bentuk hubungan
dagang antarnegara sangat dibutuhkan oleh setiap negara. Hal ini disebabkan
setiap negara tidak dapat menghasilkan semua barang dan jasa yang dibutuhkan
oleh rakyatnya. Selain itu, juga disebabkan adanya perbedaan sumber daya yang
dimiliki, iklim, letak geografis, jumlah penduduk, pengetahuan, dan teknologi.
Alasan-alasan inilah yang menyebabkan munculnya perdagangan internasional.
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan suatu negara
dengan negara lain atas dasar saling percaya dan saling menguntungkan.
Perdagangan internasional tidak hanya dilakukan oleh negara maju saja, namun
juga negara berkembang. Perdagangan internasional ini dilakukan melalui
kegiatan ekspor impor. Ekspor adalah kegiatan menjual barang dan jasa dari
dalam negeri ke luar negeri. Adapun impor adalah kegiatan membeli barang dan
jasa dari luar negeri ke dalam negeri. Dengan melakukan perdagangan
internasional melalui kegiatan ekspor impor, negara maju akan memperoleh
bahan-bahan baku yang dibutuhkan industrinya sekaligus dapat menjual
produknya ke negara-negara berkembang. Sementara itu, negara berkembang
dapat mengekspor hasil-hasil produksi dalam negeri sehingga memperoleh devisa.
Negara berkembang juga membutuhkan pinjaman dalam bentuk investasi dan
modal yang dapat diperoleh dari negara-negara maju. Devisa dan pinjaman dalam
bentuk investasi dan modal ini dapat digunakan negara berkembang untuk
memajukan perekonomian dalam negerinya.
Kegiatan ekspor mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting, baik
perkembangan industri itu sendiri maupun bagi pemerintah. Devisa yang
dihasilkan dari kegiatan ekspor tersebut selain merupakan pendapatan bagi negara
dapat juga digunakan untuk mengimpor barang – barang kebutuhan dalam negeri.
Kegiatan ekspor – impor juga identik dengan kegiatan jual beli barang
biasa. Bedanya hanyalah dilakukan dengan bahasa lain, dibayar dengan valuta
asing, dan terpaksa memakai bahasa asing dalam berkomunikasi. Kebutuhan pasar
yang selalu menuntut kualitas tinggi dan mengejar ketepatan waktu dalam
memenuhi permintaan pasar maka perusahaan perlu membeli mesin yang berguna
untuk meningkatkan kualitas dan mempercepat proses produksi. Penyediaan alat
transportasi sangat berpengaruh terhadap kelancaran penyaluran hasil produksi
agar barang tersebut bisa tepat sampai tujuan. Dengan demikian perusahaan
transportasipun mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses penyaluran
barang agar sampai pada tujuan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk layanan
tambahan bagi pembeli atas pembelian produk dan sebagai perbaikan dalam
kegiatan ekspor untuk semakin meningkatkan ekspor baik nasional maupu
internasional ditengah terpuruknya perekonomian Indonesia saat ini
Untuk melaksanakan aktivitas dan kegiatan tersebut, kebutuhan akan sarana
dan prasarana pengangkutan merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi
masyarakat. Dengan adanya sarana dan prasarana pengangkutan yang baik dan
memadai maka dapat mempercepat dan memperlancar arus lalu lintas
pengangkutan.
Pengangkutan dapat mendukung pembangunan di berbagai sektor
pemerintahan baik di bidang politik, ekonomi, siosial, budaya maupun hukum.
Dengan adanya sarana dan prasarana pengangkutan yang baik dan memadai juga
akan menunjang terciptanya hubungan informasi secara timbal balik antara
negara, pengangkutan ini juga memiliki peranan yng bersifat mutlak dalam lalu
lintas perdagangan dalam masyarakat.
Hubungan antara Negara Indonesia dengan Negara lain, khususnya di
bidang perniagaan, membuat Negara Indonesia untuk berperan sacara aktif dan
positif dalam mewujudkan komunikasi yang aman, lancar, murah, dan intensif.
Peranan pengangkutan dalam dunia perniagaan bersifat mutlak, tanpa
pengangkutan perusahaan tidak mungkin berjalan lancar. Para pedagang
mempergunakan jasa pengangkutan sebagai salah satu cara untuk mendapatkan
laba atau keuntungan. Berdasarkan penjelasan tersebut, fungsi pengangkutan ialah
memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan
maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai, yang berarti bila daya guna dan
nilai di tempat baru itu tidak naik, maka pengangkutan tidak perlu diadakan, sebab
merupakan suatu perbuatan yang merugikan bagi si pedagang. Fungsi
pengangkutan yang demikian itu tidak hanya berlaku di dunia perdagangan saja,
tetapi juga berlaku di bidang pemerintahan, politik, sosial, pendidikan, dan lain-
lain.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Proses Pengiriman Barang Melalui Pengangkutan Laut Oleh
Pihak Eksportir ?
b. Bagaimana Sistem Pembayaran Yang Dilakukan dalam Proses Ekspor dan
Impor serta Dokumen Apa Yang Perlu Di Persiapkan Untuk Kelancaran
Proses Pembayaran ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Pengiriman Barang Melalui Pengangkutan Laut Oleh Pihak


Eksportir
Ekspor merupakan kegiatan perdagangan baik itu barang maupun jasa yang
dilakukan oleh suatu negara terhadap negara lain melalui prosedur yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak . ( PPEI, 2009 : 1 ).
Ekspor adalah mengeluarkan barang – barang dari peredaran dalam
masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan
mengharapkan pembayaran dalam valuta asing. ( Amir MS, 2004 : 100 ).
Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dalam ke luar
wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku ( Roselyne
Hutabarat, 1996 : 306 ).
Ekspor adalah perdagangan dengan mengeluarkan barang dari dalam keluar
pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku. (Berry
Punan, 1996 : 1).
Berdasarkan pengertian ekspor dari berbagai sumber diatas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari
daerah pabean Indonesia berdasarkan prosedur dan peraturan perundangan yang
berlaku.
Dalam proses pengiriman barang oleh pihak ekspor kita misal X sebagai
wakil eksportir, yaitu sebagai pemilik barang ekspor dan sepenuhnya bertanggung
jawab atas pengiriman barang ekspor, beserta pengurusan dokumen-dokumen
yang diperlukan dalam pelaksanaan ekspor. perusahaan jasa X yang telah diberi
kuasa sepenuhnya oleh eksportir untuk menguruskan barang ekspor milik
eksportir semenjak barang telah siap di gudang eksportir (shipper) sampai barang
ekspor tersebut di terima oleh importir ditempat importir (buyer). X mempunyai
tanggung jawab yang lebih besar akan hal tersebut karena eksportir telah
memberikan kuasa sepenuhnya kepada Pihak X, sehingga dalam menjalankan
tugas dan kewajibanya sebagai wakil eksportir, Pihak X selalu berhati-hati dan
teliti dalam menjalankan tanggung jawabnya, karena semua pengerjaan
pengiriman barang ekspor dan segala dokumen-dokumen yang diperlukan harus
dilakukan atau dikerjakan dengan tepat berdasarkan prosedur ekspor yang jelas.
prosedur penyelesaian dokumen ekspor adalah sebagai berikut :
a. Shipping Instruction Barang yang akan diekspor dan siap dikirim sudah berada
di gudang eksportir, maka eksportir/shipper melakukan negosiasi jasa X
tentang biaya dan service, setelah deal kemudian membuat Shiping Instruction
(SI) dikirim kepada Pihak X. SI tersebut biasanya dikirim lewat fax oleh
shipper kemudian memesan/mem-booking angkutan atau trucking.
b. Delivery Order Shipping Instruction (SI) dari shipper yang telah diterima pihak
X segera diteruskan ke pihak shipping line yang telah ditunjuk shipper untuk
booking space (ruang kapal). Kemudian pihak pelayaran segera menindak
lanjuti shipping instruction dari Pihak X apabila telah mendapat (space) kapal,
maka pihak pelayaran (shipping line) segera menerbitkan delivery order (D/O)
dan dikirim atau difax kembali ke pihak X. Delivery order selanjutnya dibawa
oleh pihak X ke depo container untuk mengambil container dan Delivery Order
juga digunakan untuk pengambilan seal di shipping line.
c. Stuffing & Fumigasi Stuffing yaitu memasukan barang ekspor yang sudah di-
packing kedalaman container. Stuffing dilakukan pada hari yang telah
ditentukan dan dilaksanakan di gudang atau tempat yang telah ditentukan oleh
shipper. Setelah stuffing selesai maka container disegel dan di seal. Akan tetapi
jika diperlukan container tersebut akan di fumigasi (pemberian suatu jenis zat
kimia dengan takaran tertentu terhadap barang ekspor untuk menghindari
kerusahan yang diakibatkan oleh hama perusak selama dalam pengangkutan,
biasanya untuk barang yang terbuat dari kayu) terlebih dahulu sebelum disegel
dan diseal tergantung permintaan shipper.
d. Invoice & Packing List Dari hasil stuffing tersebut pihak shipper membuat
dokumen Invoice dan Packing List yang kemudian dikirim ke pihak X untuk
mengurusi dokumen-dokumen selanjutnya yang dibutuhkan. Adapula beberapa
shipper yang memberi kuasa kepada X untuk membuat dokumen Invoice dan
Packing List dengan mengirimkan proforma invoice dan packing list untuk
dibuat dokumen Commercial Invoice dan Packing List.
e. Persetujuan Ekspor (PE) & Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) Dari
dokumen invoice dan packing list yang sudah pasti tersebut digunakan oleh
pihak X untuk pengurusan dokumen PE dan PEB ke bea dan cukai melalui
sistem EDI (Electronic Data Interchange). Apabila pihak bea dan cukai telah
menyetujui ekspor yang dilakukan oleh pihak yang memberikan tanggung
jawab (shipper) kepada pihak X maka pihak bea dan cukai segera menerbitkan
dokumen PE dan PEB yang kemudian dikirim ke pihak X.
f. Fiat Bea dan Cukai Fiat ekspor bea cukai pelabuhan yang berupa cap dan tanda
tangan pihak hanggar atau bea cukai yang berwenang. Apabila tidak
mendapatkan fiat ekspor ini maka barang tidak bisa dimuat diatas kapal.
g. Bill Of Lading Pihak X menerima hasil stuffing report dari shipper yang
berupa invoice dan packing list. Dengan menggunakan dokumen Shipping
Instruction, invoice, packing list, dan PEB maka pihak X akan meneruskan
dengan menerbitkan B/L.
h. Certificate of Fumigation Hasil stuffing report berupa invoice dan packing list
yang digunakan pihak X untuk pembuatan stuffing report fumigation dan difax
ke perusahaan fumigasi untuk pembuatan draft fumigation. Setelah draft
fumigasi sudah sesuai, maka pihak fumigasi segera menerbitkan certificate of
fumigasi dan dikirim ke pihak X.
i. Certificate Of Origin Setelah dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam
ekspor telah selesai, maka dokumen yang dibutuhkan paling akhir adalah
Certificate of origin (COO) atau Surat Keterangan Asal (SKA). Dokumen
COO dapat diperoleh di kantor Disperindag dimana asal barang atau shipper.
Dalam pembuatan dokumen COO harus diisi berdasarkan hasil invoice,
packing list, dan bill of lading. Pengajuan Certificate Of Origin (COO) di
kantor Depperindag disertai dengan dokumen-dokumen ekspor seperti formulir
permohonan Surat Keterangan Asal (SKA) form A yang disertai materai,
Persetujuan Ekspor (PE), Permberitahuan Ekspor Barang (PEB), Invoice,
Packing list, Bill Of Lading (B/L), dan struktur biaya per unit (khusus form A).
j. Penyerahan dokumen ke Shipper Setelah semua dokumen selesai, maka pihak
X segera menyerahkan dokumen-dokumen ekspor antara lain : Invoice,
Packing List, Bill Of Lading (B/L), Certificate Of Origin (COO), Persetujuan
Ekspor (PE), Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), dan Certificate Of
Fumigation kepada shipper di sertai tagihan biaya yang harus dibayar shipper
kepada pihak X

B. Bagaimana Proses Pembayaran Yang Dilakukan Oleh Pihak Importir


sistem pambayaran ekspor merupakan suatu bagian atau komponen yang
saling berkaitan dalam cara membayar kegiatan mengeluarkan barang dari daerah
pabean Indonesia ke luar negeri yang dilakukan oleh perusahaan maupun
perorangan atau eksportir. Jenis Sistem Pembayaran Sampai saat ini dikenal
ketentuan ekspor impor di Indonesia diantaranya yang diatur dengan PP 1/1982
tentang “Landasan kebijaksanaan perdagangan luar negeri”. Kebijakan ini
mengatur bahwa pembayaran ekspor impor dapat dilakukan dengan cara:
a. Tunai
Jenis pembayaran tunai dibagi menjadi:
1) Advance payment
Yaitu suatu cara pembayaran dimana pembeli membayar dimuka
kepada penjual sebelum barang – barang dikirim oleh penjual tersebut.
Atau dapat juga pihak pembeli mengirimkan terlebih dahulu uang
sejumlah yang telah disepakati dengan supplier melalui bank dimana
supplier berdomisili. Proses selanjutnya eksportir mengirimkan barang
kepada importir pada final destination yang telah ditunjuk dan hak milik
atas barang yang telah dibuat atas nama importir. Bentuk kesepakatan
tersebut dituangkan dalam kontrak baik berupa kontrak formal maupun
informal tergantung pada tingkat kepercayaan importir yang penuh
terhadap eksportir, Pembayaran dengan advance payment ini digolongkan
menjadi 3 model yaitu :
a. Advance payment with order Yaitu apabila pihak importir dan
eksportir dalam kesepakatan sales contract setuju bahwa uang yang
akan ditransfer oleh importir adalah sejumlah harga barang ditambah
dengan semua biaya angkut, biaya asuransi dan biaya lainnya hingga
barang sampai ke tangan importir. Secara teknis transfer tersebut
dikirim langsung oleh importir ditujukan ke nama dan alamat
beneficaly melalui suatu bank dimana eksportir mempunyai rekening.
b. Advance payment partial with order Yaitu transaksi ekspor impor
yang kedua pihak sepakat dalam sales contract pihak importir akan
membayar harga barang terlebih dahulu dengan cara pembayaran
dimuka. Sedangkan ongkos angkut, premi asuransi dan biaya – biaya
lain yang disepakati akan dibayar oleh importir setelah barang
dikapalkan, dan eksportir melakukan penagihan melalui 1. Uang
Pembeli Penjual Barang 2. Barang 21 collection kondisi D/P
(document again payment) dengan mengirimkan dokuman melalui
bank. Kondisi dibayar apabila dokumen telah diterima pihak importir.
c. Advance payment on document Importir dan eksportir dalam sales
contract, dengan kesepakatan bahwa importir akan melakukan
pembayaran dimuka atas barang yang akan diimpornya dengan
mentransfer unag sejumlah harga barang tersebut kepada bank di
negara eksportir. Eksportir baru boleh mencairkan uang yang ada di
pihak bank di negara eksportir tersebut bila telah melaksanakan
pengapalan dengan menyerahkan dokumen – dokumen yang telah
disyaratkan kepada pihak bank yang ditentukan sebagai penerima
uang transferdari importir.
Dalam sistem pembayaran ini disimpulkan bahwa importir
menanggung segala resiko baik tentang pembayaran yang telah dilakukan
maupun tentang pembayaran dan resiko kemungkinan barang yang tidak
dikirimkan.

2) Pembayaran kemudian (open account)


Cara pembayaran ini adalah pihak importir balum melakukan
pembayaran apa – apa kepada eksportir sebelum barang dikapalkan atau
tiba dan diterima importir atau sebelum waktu tertentu yang telah
disepakati. Setelah pihak eksportir melakukan pengapalan barang akan
mengirimkan invoice kepada importir. Dalam invoice tersebut eksportir
akan mencantumkan tanggal atau waktu tertentu importir harus melakukan
pembayaran dan memberikan discount harga bagi pembayaran yang
dilakukan sebelum jatuh tempo. Oleh karena itu maka transaksi impor –
ekspor ini merupakan pembiayaan yang dari pihak eksportir.
3) Konsinyasi (consigment)
Sistem konsinyasi ini mengikuti prosedur yang terjadi di negara Amerika
Serikat dimana barang – barang dikirirm pada importir dan pembayaran
dilakukan hingga barang tersebut dijual, dan pihak penjual (eksportir) yang
menanggung resiko yang mungkin terjadi yaitu :
a) Modal terlalu lama tertimbun pada barang yang diperdagangkan
b) Tidak ada kepastian eksportir akan menerima pembayaran
c) Eksportir dapat menjadi korban kecurangan importir yang melaporkan
barang telah terjual pada saat harga belum naik, padahal pada saat
tersebut barang tersebut belum dijual 23 sehingga hasil ekspor yang
diterima eksportir tidak sesuai dengan yang seharusnya diterima
d) Apabila importir tidak membayar, tidak ada bukti yang diperoleh untuk
menuntut impotir dipengadilan. Bila barang – barang tersebut tidak
terjual maka akan dikembalikan kepada ekspotir.
4) Collection (inkaso)
Documentary Collection atau inkaso dokumen adalah sebuah perintah oleh
eksportir kepada banknya untuk menagih pembayaran kepada imporitr
sebagai imbalan dari penyerahan dokumen kepemilikan barang yang
dikirim (Hinkelman, 2002; 16). Penagihan dengan Collection dibedakan
dalam dua cara :
a. pembayaran atas unjuk
b. pembayaran berjangka

b. Dengan Letter of Credit (L/C)


Sistem pembayaran dengan L/C ini merupakan cara yang paling aman bagi
eksportir untuk memperoleh hasil penjualan barangnya dari importir asalkan
eksportir dapat menyerahkan dokumen – dokumen sesuai dengan apa yang
disyaratkan dalam L/C. Berdasarkan fungsi dari L/C sebagai alat pembayaran
terdiri dari beberapa jenis yang sebagian diatur dalam UCP-500 dan sebagian
dirumuskan oleh doktrin. Sedangkan L/C sebagai penjamin pengaturannya
terdapat dalam UCP-500 (Ramlan Ginting, 2000;35). 24 Adapun jenis L/C
sebagai alat pembayaran yang diatur dalam UCP – 500 terdiri dari:
a) Revocable L/C Revocable L/C adalah L/C yang dapat diubah atau
dibatalkan oleh bank penerbit setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu kepada penerima. L/C ini mengandung resiko besar bagi eksportir,
karena keterlambatan bahkan tidak dibayar.
b) Irrevocable L/C Irrevocable L/C adalah L/C yang dibuka oleh bank devisa
untuk eksportir, dimena opening bank mengikat diri untuk melunasi wesel –
wesel yang ditarik dalam jangka waktu berlakunya L/C, sehingga L/C
tersebut tidak dapat dibatalkan selama jangka waktu yang dimaksud kecuali
dengan persetujuan semua pihak yang terkait.
c) Sight payment L/C Jika bank penerbit menerbitkan sight payment L/C,
maka bank penerus diinstruksikan untuk melakukan pembayaran atau
mengatur pembayaran kepada penerima pada saat pengajuan dokumen –
dokumen yang disyaratkan L/C. Pembayaran L/C semacam ini dinamakan
pembayaran berdasarkan dokumen – dokumen (payment against
documents).
d) Acceptance L/C Adalah L/C yang pembayarannya dilakukan di kemudian
hari pada saat jatuh tempo dan tidak pada saat pengajuan dokumen 25 –
dokumen. Dimana eksportir harus menarik suatu wesel atas bank yang
ditunjuk untuk melakukan akseptasi.
e) Deffered payment L/C Adalah L/C yang mengharuskan eksportir penerima
L/C menarik wesel berjangka dan bukan wesel unjuk sebagaimana lazimnya
dan dapat dilakukan pembayaran di kemudian hari.
f) Confirmed L/C Adalah L/C yang penyediaaan dan pencairan dana dari L/C
tersebut dijamin oleh dua bank, yaitu bank pembuka bersama bank penerus.
Karena dalam hal ini bank penerus bertindak juga sebagai bank
pengkonfirmasi.
g) Negotiation L/C Adalah L/C yang pembayarannya dengan cara membeli
wesel atau dokumen – dokumen yang diajukan penerima. Negosiasi
dilakukan untuk memberi kesempatan kepada bank untuk membeli wesel
dan dokumen – dokumen dari penerima, kemudian mengajukannya ke bank
penerbit untuk memperoleh pembayaran sesuai persyaratan didalam L/C.
Sedangkan untuk L/C sebagai penjamin menurut (Ramlan Ginting, 2000;50)
terdiri dari:
a) Standby L/C Adalah bahwa bank penerbit bersiap – siap untuk
melaksanakan kewajibannya dalam hal pemohon wanprestasi. 26 Standby
L/C (penerima) jika obligor (pemohon) gagal melaksanakan prestasi yang
diperjanjikan dalam kontrak.
b) Demand Guarantee Adalah jaminan yang dibayar berdasarkan pengajuan
dokumen – dokumen tertentu pada bank. Pembayaran Demand Guarantee
tidak tergantung pada kemampuan penerima untuk menentukan wanprestasi
atas kontrak dasar tetapi atas dasar pengajuan klaim dilengkapi persyaratan
formal dari Demand Guarantee.
c) Accessory Guarantee Accessory Guarantee atau Conditional Guarantee
merupakan jaminan yang bukan sebagai janji pembayaran langsung tetapi
sebagai jaminan untuk mengambil alih dan membebaskan kewajiban pihak
lainnya dalam hal wanprestasi.

Tentunya dalam mendukung sistem pembayaran pada perdagangan ekspor


juga menggunakan beberapa dokumen untuk mendukung kelancaran pembayaran
contohnya seperti, PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang), Faktur Perdagangan,
Bill of Lading (B/L), Polis Asuransi, Manufacture’s certificate, Packing List,
Certificate Of Origin (COO), Certificate Of Quality, Instruction Manual, Katalog,
Commercial Invoice, Shipping agent Certificate.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean Indonesia
berdasarkan prosedur dan peraturan perundangan yang berlaku, dalam
pelaksanaan pengirimannya dari eksportir mnyerahkan kepada jasa yang
menjadi wakil ekspor dan bertanggungjawab seluruhnya terhadap barang dan
dokumen-dokumen yang akan di persiapkan yakni dari Shipping Instruction
sampai dengan Penyerahan dokumen ke Shipper.
2. Jenis Sistem Pembayaran Sampai saat ini dikenal ketentuan ekspor impor di
Indonesia diantaranya yang diatur dengan PP 1/1982 tentang “Landasan
kebijaksanaan perdagangan luar negeri”. Kebijakan ini mengatur bahwa
pembayaran ekspor impor dapat dilakukan dengan cara pembayaran Tunai dan
Letter of Credit (L/C) yang masing-masing sudah di jelaskan bagian-bagiannya

B. Saran
Pihak jasa yang melakukan pengiriman untuk lebih mengefesienkan waktu
brang yang ada di gudang kemudian di kirim ke buyer, sehingga sampai ke
tangan buyer tidak memakan waktu yang cukup lama, dan untuk alat
transportasi di tambah untuk mengangkut barang dalam jumlah yang banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Gultom Elfrida R., Hukum Pengangkutan Laut, Jakarta: Mitra Wacana Media,
2020, hal 5
Rusdiana Prapita Gneis, Peranan Freight Forwarding Dalam Transportasi Laut
Pada Pt. Yichenginternational, Surakarta, Universitas Sebelas Maret,
2011, Hal 17
Kumalasari May Dian, Proses Sales Contract Dan Sistem Pembayaran Ekspor
Pada Rakabu Furniture Di Surakarta, Surakarta, Universitas Sebelas
Maret, 2005, hal 18

Anda mungkin juga menyukai