Dalil tentang Persaudaraan dalam Islam dan Keutamaannya
ِ َّاس أَ ْنفَعُ ُه ْم ِللن
اس ِ ََّو َخي ُْر الن “Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. ”(HR. Al- Qadlaa’iy dalam Musnad Asy-Syihaab no. 129, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 5787). Dalam Al Qur'an, orang yang berbuat baik kepada sesama akan mendapat predikat sebagai sebaik-baiknya makhluk. Balasan bagi orang beriman yang beramal saleh atau berbuat baik kepada orang lain dengan memberikan sedekah dan menafkahkan hartanya untuk kepentingan masyarakat tidak lain adalah Surga 'Adn. Allah SWT berfirman: عد ٍْن تَجْ ِري ِم ْن َ ُ) َجزَ ا ُؤ ُه ْم ِع ْن َد َربِ ِه ْم َجنَّات7( ت أُولَئِكَ ُه ْم َخي ُْر ْالبَ ِريَّ ِة ِ صا ِل َحا َ إِ َّن الَّذِينَ آ َمنُوا َو َّ ع ِملُوا ال ُي َربَّه َ ع ْنهُ َذلِكَ ِل َم ْن َخ ِش َ ضواُ ع ْن ُه ْم َو َر َ َُّللا َّ ي ِ ار خَا ِلدِينَ فِي َها أَبَدًا َر َ ض ُ تَحْ تِ َها ْاْل َ ْن َه (8) Artinya: Sesugguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (QS. Al Bayyinah: 8-6). Dalam banyak teks syariah, baik Al Qur'an atau juga hadits-hadits Rasulullah SAW, banyak dijelaskan bahwa memang agama ini tidak hanya menuntut umatnya untuk menjadi orang yang saleh ritual yang bentuknya vertikal hanya kepada Allah SWT, tapi juga agama ini menuntut umatnya untuk jadi orang yang saleh sosial dan menjadi rahmat bagi sekitar dan sekalian alam. Ibadah ritual yang bentuknya vertikal, yang tidak ada hubungan manusia di dalamnya sering digambarkan dengan shalat. Dalam Al Qur’an perintah shalat itu ada di 17 tempat. Sedangkan zakat yang merupakan ibadah horizontal, yang punya dimensi sosial disebutkan dalam Al Qura'n di 30 tempat. Dengan redaksi sedekah ada di 12 tempat. Kalau digabung dengan ibadah-ibadah lain yang juga punya dimensi sama; yakni sosial, seperti infaq, memberi makan si miskin, menyantuni kaum papa jumlahnya mencapai 60 tempat dalam Al Qur’an. Dalam shahih Al-Bukhari, Nabi SAW mengatakan bahwa “laa yu’min”, tidak beriman, sampai 3 kali nabi mengatakan itu. Tidak beriman, tidak beriman, tidak beriman, orang muslim yang tidak menjaga tetangganya dari musibah. Mungkin memang tidak bisa menolak musibah datang, akan tetapi maksudnya jangan sampai kita cuek dengan tetangga dan sekitar. وهللا ال يؤمن وهللا ال يؤمن وهللا ال يؤمن قالوا من ذلك يا رسول هللا قال من ال يأمن جاره بوائقة Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman”. Para sahabat bertanya: “siapa yang tidak beriman ya rasul?”. Beliau menjawab: “dia yang tidak menjaga tetangganya dari musibah”. (HR al-Bukhari) Dalam riwayat Imam al-Hakim, juga disebutkan dari sahabat Ibnu Abbas ra, bahwa seorang muslim tidak beriman, maksudnya imannya tidak sempurna, yakni orang muslim yang tidur kekenyangan akan tetapi tetangga kelaparan. ابن عباس رضي هللا عنهما عن النبي صلى هللا عليه و سلم قال ليس المؤمن الذي يشبع وجاره جائع Dari sahabat Ibn Abbas r.a., Nabi s.a.w. bersabda: “seorang muslim tidak beriman jika ia kekenyangan sedangkan tetangganya kelaparan. ”(HR al-Hakim) Lagi-lagi urusan horizontal menjadi tolak ukur keimanan. Artinya makin baik horizontalnya seorang muslim, makin tinggi keudukan imannya di hadapan Allah sSWT, juga sebaliknya, makin rendah perhatian muslim soal hubungan horizontalnya, makin rendah pula kedudukan imannya. Dan yang membuat tolak ukur tersebut adalah Nabi SAW, bukan siapa-siapa. Karena itu, sebagai orang yang beriman harus terus berusaha bagaimana agar menjadi orang yang bisa memberi manfaat pada orang lain dengan apa yang dimiliki sesuai dengan kemampuan. Rasulullah SAW bersabda: "Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Isa, telah menceritakan kepada kami Abu Ma'syar, dari Abu Wahb maula Abu Hurairah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: "Maukah aku beri tahukan kepadamu tentang sebaik-baik makhluk? ”Mereka menjawab, "Tentu saja mau, wahai Rasulullah. ”Rasulullah SAW bersabda, "Seorang laki-laki yang memegang kendali kudanya di jalan Allah, manakala terjadi serangan musuh, maka dia menunggangi kudanya (dan memacunya menghadapi musuh). ”"Maukah aku beri tahukan kepadamu tentang sebaik-baik makhluk?" Mereka menjawab, "Tentu saja mau, wahai Rasulullah. ”Rasulullah Saw. bersabda, "Seorang lelaki yang berada di kumpulan ternak kambingnya mendirikan salat dan menunaikan zakat. ”"Maukah aku ceritakan kepadamu tentang seburuk-buruk makhluk?" Mereka menjawab, "Tentu mau." Rasulullah Saw. menjawab, "Orang yang meminta kepada Allah dan Allah tidak memberinya. ”Makna hadits tersebut yakni sebaik-baik manusia adalah mereka yang tidak lari saat menghadapi musuh yang akan menyerangnya. Selain itu, sebaik-baik makhluk adalah yang bermanfaat bagi sesama dengan membantu yang sedang kesusahan melalui zakat. Perbuatan baik yang dilakukan kepada orang lain tidak akan menimbulkan kerugian, justru imbasnya akan baik kepada orang yang memberi atau menolong sesama. Begitu pun sebaliknya, jika berbuat dosa atau kejahatan akan kembali kepada yang berbuat. Allah berfirman: {فَعَلَ ْي َها َ َصا ِل ًحا فَ ِلنَ ْف ِس ِه َو َم ْن أ سا َء َ } َم ْن َ ع ِم َل Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri. (Fushshilat: 46). Dalam hadits juga dijelaskan mengenai perbuatan baik yang dilakukan kepada orang lain, Allah SWt akan mencukupkan kebutuhannya kepada yang memberi. Rasulullah SAW bersabda: Dari Uqail dari Ibnu Syihab bahwa Salim mengabarkannya bahwa Abdullah bin Umar radliallahu anhuma mengabarkannya bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzhaliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya pada hari qiyamat". (HR. Bukhari) [No. 2442 Fathul Bari] Shahih. Wallahu A'lam