Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ANALISIS PICOT JURNAL

PENGARUH DIET LOW-FODMAP TERHADAP PERBAIKAN GEJALA


IRRITABLE BOWEL SYNDROME (IBS)
Metabolisme Energi Dan Zat Gizi Makro G4A - NUM103

Dosen pengampu:
Farapti, dr., M.Gizi

Disusun oleh:
Siti Nabilah 192221014

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Dalam
rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Metabolisme Zat Gizi Makro dengan tema
Metabolisme Karbohidrat, di bawah bimbingan Ibu Farapti, dr., M.Gizi, penulis
dengan rendah hati menyajikan makalah ini yang berjudul "Pengaruh Diet
Low-FODMAP Terhadap Perbaikan Gejala Irritable Bowel Syndrome (IBS)". Dalam
makalah ini, kami melakukan analisis berdasarkan struktur PICOT (Population,
Income, Comparison, Outcome, Time) untuk memperoleh pemahaman yang lebih
komprehensif mengenai efektivitas diet low-FODMAP dalam mengatasi gejala IBS.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam
pemahaman kita tentang manfaat diet low-FODMAP sebagai salah satu intervensi diet
yang dapat meredakan gejala IBS. Penulis juga mengharapkan agar makalah ini dapat
menjadi sumber inspirasi bagi penelitian dan praktik klinis di masa depan. Penulis
juga menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 16 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii
BAB 1...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan................................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat................................................................................................................................. 2
BAB II..................................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................... 3
2.1 Irritable Bowel Syndrome (IBS)........................................................................................... 3
2.1 Diet Low-FODMAP............................................................................................................. 4
BAB III....................................................................................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................................... 6
3.1 PICOT................................................................................................................................... 6
3.2 Hasil.................................................................................................................................... 10
BAB IV.................................................................................................................................................. 12
PENUTUP....................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................13
LAMPIRAN..........................................................................................................................................15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi utama bagi tubuh manusia,
namun pengaruhnya terhadap kesehatan tidak terbatas pada aspek energi semata.
Salah satu kondisi yang menjadi fokus utama dalam penelitian mengenai metabolisme
karbohidrat adalah Irritable Bowel Syndrome (IBS), sebuah gangguan umum pada
sistem pencernaan yang ditandai oleh gejala seperti nyeri perut, diare, sembelit, dan
kembung. Selama beberapa tahun terakhir, penelitian telah menyoroti peran diet
low-FODMAP (Fermentable Oligo-, Di-, Monosaccharides And Polyols) dalam
manajemen gejala IBS. Diet ini membatasi konsumsi karbohidrat tertentu yang
fermentasi oleh bakteri usus, yang diyakini dapat memperparah gejala IBS (Colomier
et al., 2022).
Irritable Bowel Syndrome merupakan gangguan GI (gastrointestinal) yang
paling sering didiagnosis dengan prevalensi global 10-15% dan lebih sering terjadi
pada individu berusia <50 tahun (Asha & Khalil, 2020). Dalam tinjauan jurnal dari
University of Leeds (2022), diet low-FODMAP lebih unggul daripada saran diet dari
British Dietetic British Dietetic Association (BDA)/National Institute for Health and
Care Excellence (NICE) untuk kembung atau distensi perut (RR = 0,72; 95% CI
0,55-0,94). Lebih dari 80% penderita IBS melaporkan gejala yang berhubungan
dengan makanan, dan dalam satu survei lebih dari 60% pasien telah melakukan
perubahan pola makan melakukan perubahan pola makan untuk mengelola IBS
mereka. Sebagai hasilnya, ada minat baru dalam terapi diet sebagai pengobatan. Salah
satu pendekatan yang paling banyak diterima adalah diet yang rendah oligosakarida,
disakarida, monosakarida, dan polyols yang dapat difermentasi (FODMAP).
Akan tetapi, meskipun diet low-FODMAP telah menjadi fokus perhatian
dalam pengelolaan IBS, pendekatan ini tidak terlepas dari tantangan dan kritik.
Beberapa pandangan menyoroti bahwa diet low-FODMAP dapat mengurangi
keragaman mikrobioma usus dan mengganggu keseimbangan flora usus, yang dapat
berdampak pada kesehatan usus jangka panjang (Black et al., 2022). Oleh karena itu,
analisis PICOT ini dilakukan sehingga dapat mengevaluasi efek diet low-FODMAP
terhadap komposisi mikrobioma usus, dengan membandingkannya dengan diet

1
kontrol, serta beberapa faktor lain yang juga memengaruhi keberhasilan dalam
perbaikan gejala IBS.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah
yang diangkat, yakni “Apa pengaruh diet low-FODMAP terhadap gejala sindrom
iritasi usus besar (IBS) terhadap perbaikan gejalanya?”

1.3 Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah, maka penulisan ini bertujuan untuk
menyelidiki dan memahami pengaruh diet low-FODMAP terhadap perbaikan gejala
Irritable Bowel Syndrome, serta mengidentifikasi faktor lain yang memengaruhi
respons terhadap diet low-FODMAP pada pasien dengan IBS.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang
lebih baik tentang efektivitas diet low-FODMAP dalam manajemen gejala IBS.
Penelitian juga diharapkan dapat menyediakan informasi tentang mekanisme kerja diet
tersebut beserta faktor lain yang berpengaruh, sehingga dapat digunakan dalam
pengembangan strategi manajemen IBS. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat
membantu mengidentifikasi pasien dengan IBS yang paling mungkin mendapatkan
manfaat dari diet low-FODMAP untuk pengobatan mereka.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Irritable Bowel Syndrome (IBS)

Sejak publikasi karya pada tahun 1962 oleh dokter W. Grant Thompson
dengan Dr. KW Heaton, yang membahas "kolon saraf" atau "kolon spastik," yang
kemudian dikenal sebagai Irritable Bowel Syndrome (IBS), pemahaman dan penelitian
tentang kondisi ini telah berkembang pesat. Meskipun konsep gangguan
gastrointestinal tanpa kelainan struktural yang jelas telah ada sejak awal abad ke-20,
pengakuan terhadap IBS sebagai diagnosis klinis yang terdefinisi dengan baik mulai
meningkat pada tahun 1960-an dan 1970-an. Dalam perkembangannya, kriteria
diagnostik dan definisi IBS telah diperbarui beberapa kali, termasuk dengan
pengenalan kriteria Roma pertama kali pada tahun 1990, yang kemudian diperbarui
beberapa kali, terakhir dengan kriteria Roma IV pada tahun 2016. Kriteria Roma
menjadi standar internasional untuk membantu dalam diagnosis IBS, mencerminkan
kemajuan signifikan dalam pemahaman dan penanganan kondisi ini (Patel, &
Shackelford, 2022).
Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah gangguan interaksi usus-otak yang
umum, ditandai dengan kompleks gejala gastrointestinal kronis yang ditandai oleh
nyeri perut dan gangguan pada kebiasaan buang air besar selama minimal 3 bulan
dalam periode 6 bulan, tanpa adanya patologi organik yang dapat diidentifikasi
(Ghoshal, 2022). Meskipun penyebab IBS belum sepenuhnya dipahami, beberapa
faktor telah diidentifikasi termasuk hipersensitivitas visceral, perubahan pada
mikrobioma gastrointestinal, disfungsi sumbu usus-otak, peningkatan motilitas usus,
disfungsi sistem saraf otonom, dan perubahan dalam aktivitas
hipotalamus-pituitari-adrenal. Selain itu, disbiosis usus setelah infeksi bakteri atau
penggunaan antibiotik juga merupakan faktor yang berkontribusi, serta faktor
psikologis seperti stres yang dapat mempengaruhi komunikasi antara otak dan usus
(Hellström, 2019).
Gejala utama IBS meliputi nyeri perut yang sering mereda setelah buang air
besar, perubahan frekuensi atau bentuk feses, diare atau konstipasi secara bergantian,
perut kembung, dan sensasi tidak lengkap setelah buang air besar. Gejala lain dapat
mencakup lendir dalam feses, kelelahan, kecemasan, dan depresi. Gejala ini dapat
bervariasi antar individu dan dipengaruhi oleh faktor makanan dan stres (Hadjivasilis

3
et al., 2019). Faktor kerentanan terhadap IBS meliputi genetika, dengan adanya
agregasi keluarga IBS, serta pengaruh belajar sosial. Faktor psikologis dan biologis
juga berperan dalam disfungsi usus pasca-infeksi. Selain itu, ada bukti perbedaan
gender dalam pengalaman IBS, dengan wanita lebih sering melaporkan gejala yang
berkaitan dengan siklus menstruasi (Narayanan et al., 2021).
Pendekatan terhadap pengobatan IBS sering multidisiplin dan mencakup
perubahan gaya hidup, diet, penggunaan obat-obatan, dan terapi psikologis. Perubahan
diet dan gaya hidup, seperti menghindari makanan pemicu dan meningkatkan asupan
serat, dapat membantu mengurangi gejala. Penggunaan obat-obatan seperti
antispasmodik, laksatif, atau antidiare dapat digunakan sesuai dengan gejala yang
dominan. Terapi psikologis seperti terapi perilaku kognitif dan terapi relaksasi juga
dapat membantu. Selain itu, probiotik juga dapat menjadi pilihan untuk mengurangi
gejala IBS, meskipun efektivitasnya dapat bervariasi tergantung pada strain bakteri
yang digunakan (Vasant et al., 2021).

2.1 Diet Low-FODMAP


FODMAP adalah singkatan dari Fermentable Oligo-, Di-, Monosaccharides,
And Polyols, yang merupakan sekelompok karbohidrat kecil yang ditemukan dalam
berbagai makanan, termasuk buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan produk
susu. Karbohidrat ini dapat sulit dicerna oleh beberapa orang dan dapat menyebabkan
gejala pada individu dengan sindrom iritasi usus besar (IBS). Ketika FODMAP
mencapai usus besar, mereka dapat menarik air ke dalam usus dan difermentasi oleh
bakteri usus, menghasilkan gas. Proses ini dapat menyebabkan distensi usus dan gejala
seperti kembung, nyeri perut, diare, dan konstipasi pada individu yang sensitif. Diet
low-FODMAP telah terbukti efektif dalam mengurangi gejala pada sebagian besar
pasien dengan IBS (Mayer et al., 2023).
Penemu diet low-FODMAP adalah tim peneliti dari Monash University di
Australia, yang dipimpin oleh Dr. Peter Gibson dan Susan Shepherd. Dengan tujuan
pengembangankonsep diet ini pada awal tahun 2000-an, sebagai pendekatan untuk
mengelola gejala pada pasien dengan Irritable Bowel Syndrome (IBS). Diet
low-FODMAP bekerja dengan mengurangi jumlah FODMAP yang dikonsumsi, yang
pada gilirannya dapat mengurangi produksi gas dan tekanan di usus, serta menarik air
ke dalam usus, yang dapat memicu diare. Dengan mengurangi konsumsi makanan

4
yang tinggi FODMAP, diet ini bertujuan untuk mengurangi gejala yang terkait dengan
IBS (Werlang et al., 2019).
Penerapan diet low-FODMAP biasanya melalui tiga tahap: eliminasi,
reintroduksi, dan personalisasi. Tahap eliminasi melibatkan penghindaran makanan
tinggi FODMAP selama beberapa minggu. Setelah gejala mereda, makanan tinggi
FODMAP secara bertahap diperkenalkan kembali ke dalam diet selama tahap
re-introduksi untuk mengidentifikasi makanan pemicu. Tahap terakhir, personalisasi,
melibatkan penyesuaian diet jangka panjang berdasarkan makanan pemicu individu
(Liu et al., 2020). Penelitian menunjukkan bahwa diet low-FODMAP efektif dalam
mengurangi gejala pada sebagian besar pasien dengan IBS. Sebuah studi bahkan
menemukan bahwa sekitar 70% pasien dengan IBS merasakan pengurangan gejala
setelah menerapkan diet low-FODMAP, menjadikannya salah satu intervensi diet yang
paling efektif untuk mengatasi kondisi ini (Wang et al., 2021).

5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 PICOT

Penulis, Tahun,
Population Income Comparison Outcome Time
Judul
Colomier, E.; Van Penelitian ini Selama periode Penelitian ini 1. Perbaikan Nyeri: Penelitian ini
Oudenhove, L.; Tack, mengikutsertakan 33 skrining 10 hari, pasien melakukan Asupan energi yang dilakukan dan
J.; Böhn, L.; Bennet, pasien yang mengumpulkan sampel perbandingan lebih tinggi dan terdaftar di
S.; Nybacka, S.; menjalani diet tinja, mencatat buku antara beberapa disbiosis yang ClinicalTrials.g
Störsrud, S.; Öhman, low-FODMAP dan harian makanan selama variabel kurang parah ov dengan ID
L.; Törnblom, H.; 34 pasien diet 4 hari, dan mencatat independen, memprediksi NCT02107625
Simrén, M. Irritable Bowel buku harian tinja harian termasuk skor respons yang lebih pada tanggal 8
Syndrome (IBS) berdasarkan skala Indeks Disbiosis baik terhadap April 2014.
2022 tradisional. Bristol Stool Form (DI) yang dibagi perbaikan nyeri Penelitian ini
(BSF) untuk dalam tertiles dan pada kedua diet, diterima untuk
Predictors of mengelompokkan waktu, serta baik diet publikasi pada
Symptom-Specific kebiasaan buang air asupan energi dan low-FODMAP tanggal 15
Treatment Response besar pasien. Setelah 10 waktu. Analisis maupun diet IBS Januari 2022
to Dietary hari ini, pasien statistik untuk tradisional. Ini dan diterbitkan
Interventions in menyelesaikan perbandingan ini menunjukkan pada tanggal
Irritable Bowel beberapa kuesioner dilakukan bahwa faktor 17 Januari
Syndrome. Nutrients gejala GI dan non-GI, menggunakan dua mikrobiota usus 2022.
2022, 14, 397. termasuk tingkat jenis perangkat dan asupan energi
keparahan IBS lunak yang memainkan peran
https://doi.org/10.339 (IBS-SSS). Jika pasien berbeda, yaitu penting dalam
0/nu14020397 mendapat skor ≥ 175, IBM SPSS respons terhadap
menunjukkan IBS Statistics 26 dan perbaikan nyeri
sedang atau parah, SAS 9.4, yang pada pasien IBS.
mereka diacak untuk digunakan untuk
menerima diet rendah analisis univariat 2. Perbaikan
FODMAP atau diet IBS dan multivariat Konstipasi dan
tradisional melalui masing-masing. Diare: Disbiosis
perangkat lunak online. Dengan yang kurang parah
Diet yang ditentukan menggunakan juga memprediksi
kemudian dijelaskan metode ini, respons yang lebih
secara detail oleh ahli penelitian dapat baik terhadap
gizi terlatih dan diikuti mengidentifikasi perbaikan

6
selama empat minggu. hubungan dan konstipasi dan diare
Selama intervensi, pengaruh antara pada kedua diet.
pasien menyelesaikan variabel-variabel Hal ini
skala ukuran keparahan tersebut terhadap menunjukkan
gejala setiap minggu, hasil yang diukur, bahwa kondisi
menggunakan seperti perbaikan mikrobiota usus
Gastrointestinal gejala pada pasien yang lebih sehat
Symptom Rating dengan sindrom berhubungan
Scale-IBS (GSRS-IBS). iritasi usus besar dengan perbaikan
(IBS) atau konstipasi yang
respons terhadap lebih baik pada
intervensi diet pasien IBS, terlepas
tertentu. dari jenis diet yang
diikuti.

3. Perbaikan
Kembung: Distress
psikologis yang
lebih tinggi
memprediksi
respons yang lebih
buruk terhadap
perbaikan kembung
pada kedua diet.
Selain itu, asupan
oligosakarida yang
lebih tinggi pada
baseline dikaitkan
dengan respons
yang lebih buruk
terhadap diet
rendah FODMAP,
sementara
hubungan ini tidak
signifikan dalam
konteks diet IBS
tradisional. Temuan
ini menekankan
pentingnya

7
mempertimbangkan
faktor psikologis
dan pola makan
spesifik dalam
merencanakan
intervensi diet
untuk perbaikan
gejala kembung
pada pasien

Mohammad Z. Asha1 Pasien dengan Dalam penelitian ini, Dalam penelitian Temuan yang Penelitian ini
& Sundos F. H. Irritable Bowel skor yang telah dinilai ini, variabel yang didapat dilakukan dan
Khalil Syndrome (IBS) . mencakup efektivitas dibandingkan menunjukkan informasi
2020 dan keamanan dari meliputi bahwa probiotik terkait
Sampel Total : 4,321 probiotik, prebiotik, efektivitas dan dan sinbiotik dipublikasikan
Efficacy and Safety of pasien dari berbagai dan sinbiotik dalam keamanan dari memiliki potensi pada Februari
Probiotics, Prebiotics negara termasuk pengobatan Irritable prebiotik, untuk mengurangi 2020,
and Synbiotics in the Spanyol, Israel, Bowel Syndrome (IBS). probiotik, dan gejala IBS secara sebagaimana
Treatment of Irritable Denmark, Pakistan, Efektivitas diukur sinbiotik dalam global. Secara tercatat dalam
Bowel Syndrome Iran, Korea, Prancis, berdasarkan perbaikan pengobatan khusus, produk SQU Medical
India, Italia, Inggris gejala IBS secara Irritable Bowel yang mengandung Journal,
https://doi.org/10.182 (UK), Afrika Selatan, keseluruhan, sedangkan Syndrome (IBS). spesies Volume 20,
95/squmj.2020.20.01. China, Bangladesh, keamanan dinilai dari Efektivitas diukur Lactobacillus Issue 1.
003 Finlandia, Swedia, frekuensi kejadian efek berdasarkan secara signifikan
Amerika Serikat samping. Skor perbaikan gejala mengurangi skor
(USA). efektivitas dan IBS secara nyeri perut dan
keamanan ini disajikan keseluruhan, kembung serta
sebagai Standardised sedangkan meningkatkan
Mean Difference keamanan dinilai kualitas hidup
(SMD) dengan interval dari frekuensi (SMD = -1,84, 95%
kepercayaan 95% (CI). kejadian efek CI: -2,43 hingga
Skor efektivitas yang samping. -1,25; P <0,001),
dinilai dalam penelitian Penelitian ini juga sementara urgensi
ini termasuk: membandingkan dan gejala umum
SMD 0.09 (-0.30 to efek dari lainnya dapat
0.49); SMD -0.73 penggunaan strain dikurangi oleh
(-0.94 to -0.51); SMD tunggal atau formulasi yang
0.64 (0.25 to 1.03); multi-strain mengandung
SMD -0.65 (-0.86 to dalam probiotik Bifidobacterium
-0.44). dan sinbiotik, (SMD = -0,55, 95%

8
serta CI: -0,85 hingga
mempertimbangk -0,26; P <0,001).
an versi kriteria Oleh karena itu,
Rome yang persiapan yang
digunakan dalam mengandung
penelitian. multi-jenis spesies
bakteri ini mungkin
bermanfaat.

So, D., Loughman, Sembilan uji coba Dalam penelitian yang Hasil sekunder Diet low-FODMAP Durasi
A., & Staudacher, H. yang melibatkan 403 ditinjau, variabel utama mencakup secara konsisten intervensi
M. pasien diet yang diteliti adalah perbandingan menyebabkan dalam
low-FODMAP komposisi global dalam grup dari kelimpahan penelitian yang
2022 dengan sindrom mikrobioma, yang komposisi global Bifidobacteria yang ditinjau
iritasi usus besar dievaluasi mikrobioma, lebih rendah, tetapi bervariasi,
Effects of a low (IBS) yang memiliki menggunakan metrik antara baseline tidak ada efek yang dengan durasi
FODMAP diet on the variasi dalam jenis keanekaragaman alpha dan setelah jelas pada yang
colonic microbiome IBS, termasuk IBS (α-diversity) atau intervensi, serta keanekaragaman dilaporkan
in irritable bowel dengan dominasi keanekaragaman beta perbandingan mikrobioma atau adalah 21 hari,
syndrome: a konstipasi (IBS-C), (ß-diversity) setelah antar- dan kelimpahan taksa 28 hari, dan 90
systematic review IBS dengan dominasi intervensi. Skor dalam-grup dari mikrobioma hari pada tahun
with meta-analysis. diare (IBS-D), dan intervensi yang dinilai metrik spesifik lainnya. 2022.
The American IBS tipe campuran dalam penelitian ini mykobioma dan Tidak ada
Journal of Clinical (IBS-M). termasuk: virome, beban perbedaan dalam
Nutrition, 116(4), SMD 0.09 (-0.30 to bakteri (jumlah konsentrasi total
943-952. 0.49); SMD -0.73 total bakteri), SCFA tinja antara
(-0.94 to -0.51); SMD kelimpahan diet low-FODMAP
https://doi.org/10.109 0.64 (0.25 to 1.03); bakteri tertentu, dan diet kontrol
3/ajcn/nqac176 SMD -0.65 (-0.86 to asam lemak rantai (perbedaan rata-rata
-0.44). pendek feses terstandarisasi:
(SCFAs) [total -0.25; 95% CI:
dan individu, -0.63, 0.13; P =
termasuk asam 0.20), atau tidak
lemak rantai ada perbedaan
cabang (BCFAs)], untuk konsentrasi
pH feses, dan feses dari SCFA
konsentrasi gas tertentu atau pH
napas. tinja.

9
3.2 Hasil
Kesimpulan dari hasil penelitian pertama terkait metabolisme karbohidrat
menunjukkan bahwa jenis dan jumlah karbohidrat yang dikonsumsi memiliki
pengaruh signifikan terhadap perbaikan gejala pada pasien dengan sindrom iritasi usus
besar (IBS). Diet low-FODMAP, yang membatasi konsumsi Fermentable Oligo-, Di-,
Monosaccharides And Polyols, terbukti efektif dalam mengurangi keparahan gejala
nyeri, diare, dan kembung. Namun, tidak ada perbedaan signifikan dalam respons
terhadap perbaikan konstipasi antara diet low-FODMAP dan diet IBS tradisional.
Kemudian pada konsumsi oligosakarida yang lebih tinggi pada baseline
memprediksi respons yang lebih buruk terhadap diet low-FODMAP, tetapi tidak
terhadap diet IBS tradisional, menunjukkan bahwa asupan oligosakarida tertentu dapat
mempengaruhi efektivitas diet low-FODMAP. Selain itu, distress psikologis yang
lebih tinggi secara signifikan memprediksi respons yang lebih buruk terhadap
intervensi diet, menekankan pentingnya mempertimbangkan faktor psikologis dalam
pengelolaan IBS.
Sejalan dengan penelitian kedua, menunjukkan bahwa konsumsi dan
metabolisme karbohidrat, khususnya yang termasuk dalam kategori FODMAP
(Fermentable Oligo-, Di-, Monosaccharides And Polyols), memiliki peran penting
dalam diet pasien dengan Irritable Bowel Syndrome (IBS). Diet low-FODMAP telah
terbukti efektif dalam mengurangi gejala IBS karena karbohidrat FODMAP yang
kurang diserap dengan baik di usus kecil dan dapat difermentasi oleh bakteri usus,
menyebabkan gejala seperti kembung, gas, dan diare. Oleh karena itu, mengurangi
asupan makanan yang kaya FODMAP dapat membantu mengurangi gejala pada
beberapa pasien dengan IBS. Namun, peran prebiotik dalam diet IBS masih
kontroversial, mengingat sebagian besar prebiotik adalah oligosakarida fermentasi
yang dapat memperburuk gejala IBS. Meskipun demikian, probiotik dan sinbiotik
menunjukkan potensi dalam mengurangi gejala IBS secara keseluruhan, termasuk
nyeri perut dan kembung, serta meningkatkan kualitas hidup, dengan produk yang
mengandung spesies Lactobacillus dan Bifidobacterium menunjukkan manfaat
khusus.
Terakhir, keseluruhan hasil dari penelitian dan ulasan yang disebutkan dalam
jurnal ketiga, menunjukkan bahwa diet low-FODMAP memiliki efek spesifik pada
mikrobioma usus pada pasien dengan sindrom iritasi usus besar (IBS), terutama
dengan menurunkan kelimpahan Bifidobacteria. Namun, diet ini tidak memiliki efek

10
yang signifikan terhadap keanekaragaman mikrobioma secara keseluruhan, beban
bakteri, konsentrasi asam lemak rantai pendek (SCFA) feses, dan pH feses. Temuan ini
menunjukkan juga bahwa pembatasan FODMAP selama 3-4 minggu hanya
berpengaruh pada Bifidobacteria tanpa banyak mengubah jenis dan fungsi bakteri
lainnya. Hal ini seharusnya mengurangi kekhawatiran tentang keamanan diet
low-FODMAP dalam jangka pendek terkait dengan kondisi mikroba di dalam kolon.

11
BAB IV
PENUTUP

Secara keseluruhan, penelitian ini menyoroti pentingnya personalisasi dalam

rekomendasi diet untuk pasien IBS, dengan mempertimbangkan kondisi mikrobiota usus,

asupan karbohidrat spesifik, dan faktor psikologis pasien. Ini menunjukkan bahwa

pendekatan yang lebih ditargetkan dalam pengelolaan diet dapat meningkatkan kualitas

hidup pasien dengan IBS. Melanjutkan pada penelitian kedua, konsumsi dan metabolisme

karbohidrat, khususnya FODMAP, memiliki peran krusial dalam diet pasien IBS. Diet

low-FODMAP menunjukkan efektivitas dalam mengurangi gejala IBS karena karbohidrat

FODMAP dapat menyebabkan gejala seperti kembung dan diare. Namun, peran prebiotik

dalam diet IBS masih diperdebatkan, sementara probiotik dan sinbiotik menunjukkan

potensi dalam mengurangi gejala IBS dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Terakhir,

penelitian ketiga menegaskan bahwa diet low-FODMAP memengaruhi mikrobioma usus

pada pasien IBS dengan menurunkan kelimpahan Bifidobacteria, namun tidak signifikan

mempengaruhi komposisi dan fungsi bakteri lainnya. Hal ini mengurangi kekhawatiran

akan keamanan diet low-FODMAP dalam jangka pendek terkait dengan kondisi mikroba

di dalam kolon.

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian yang lebih


mendalam terkait dengan asupan karbohidrat spesifik dan respon terhadap diet pada pasien
IBS, serta memperhatikan aspek psikologis dalam pengelolaan penyakit ini. Selain itu,
perlu juga dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami secara menyeluruh dampak
diet low-FODMAP terhadap mikrobioma usus dan efek jangka panjangnya pada kesehatan
usus. Dengan demikian, dapat dikembangkan strategi pengelolaan yang lebih efektif untuk
pasien IBS berdasarkan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara
karbohidrat, mikrobioma usus, dan gejala IBS.

12
DAFTAR PUSTAKA

Asha, M. Z., & Khalil, S. F. (2020). Efficacy and Safety of Probiotics, Prebiotics and
Synbiotics in the Treatment of Irritable Bowel Syndrome: A systematic review and
meta-analysis. Sultan Qaboos University Medical Journal, 20(1), e13.
Black, C. J., Staudacher, H. M., & Ford, A. C. (2022). Efficacy of a low FODMAP diet in
irritable bowel syndrome: systematic review and network meta-analysis. Gut, 71(6),
1117-1126.
Colomier, E., Van Oudenhove, L., Tack, J., Böhn, L., Bennet, S., Nybacka, S., Störsrud, S.,
Öhman, L., Törnblom, H., & Simrén, M. (2022). Predictors of symptom-specific
treatment response to dietary interventions in irritable bowel syndrome. Nutrients,
14(2), 397.
Ghoshal, U. C. (2022). Postinfection irritable bowel syndrome. Gut and Liver, 16(3), 331.
Hadjivasilis, A., Tsioutis, C., Michalinos, A., Ntourakis, D., Christodoulou, D. K., &
Agouridis, A. P. (2019). New insights into irritable bowel syndrome: from
pathophysiology to treatment. Annals of gastroenterology, 32(6), 554.
Hellström, P. M. (2019). Pathophysiology of the irritable bowel syndrome–reflections of
today. Best Practice & Research Clinical Gastroenterology, 40, 101620.
Liu, J., Chey, W. D., Haller, E., & Eswaran, S. (2020). Low-FODMAP diet for irritable
bowel syndrome: what we know and what we have yet to learn. Annual review of
medicine, 71, 303-314.
Mayer, E. A., Ryu, H. J., & Bhatt, R. R. (2023). The neurobiology of irritable bowel
syndrome. Molecular psychiatry, 28(4), 1451-1465.
Narayanan, S. P., Anderson, B., & Bharucha, A. E. (2021). Sex-and gender-related
differences in common functional gastroenterologic disorders. In Mayo Clinic
Proceedings (Vol. 96, No. 4, pp. 1071-1089). Elsevier.
Patel, N., & Shackelford, K. B. (2022). Irritable Bowel Syndrome. In StatPearls.
StatPearls Publishing.
So, D., Loughman, A., & Staudacher, H. M. (2022). Effects of a low FODMAP diet on the
colonic microbiome in irritable bowel syndrome: a systematic review with
meta-analysis. The American Journal of Clinical Nutrition, 116(4), 943-952.
Vasant, D. H., Paine, P. A., Black, C. J., Houghton, L. A., Everitt, H. A., Corsetti, M.,
Agrawal, A., Aziz, I., Farmer, A. D., Eugenicos, M. P., Morris, R. M., Yisnnakou, Y.,

13
& Ford, A. C. (2021). British Society of Gastroenterology guidelines on the
management of irritable bowel syndrome. Gut, 70(7), 1214-1240.
Wang, J., Yang, P., Zhang, L., & Hou, X. (2021). A low-FODMAP diet improves the
global symptoms and bowel habits of adult IBS patients: a systematic review and
meta-analysis. Frontiers in Nutrition, 8, 683191.
Werlang, M. E., Palmer, W. C., & Lacy, B. E. (2019). Irritable bowel syndrome and dietary
interventions. Gastroenterology & hepatology, 15(1), 16.

14
LAMPIRAN
https://drive.google.com/drive/folders/1_PNmj1ONUD2-ilQswwTYbWZoCaZ5qOak?usp
=sharing

15

Anda mungkin juga menyukai