Anda di halaman 1dari 81

HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI ORANGTUA DENGAN

PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK USIA BALITA STUNTING


DAN NON STUNTING DI DESA AMBARAWA BARAT KECAMATAN
AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU

PROPOSAL PENELITIAN

Di susun oleh
RISMA AYU OCTAVIA
200101089

PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN AJARAN 2023/2024

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Proposal:

HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI ORANG TUA


DENGAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK USIA
BALITA STUNTING DAN NON STUNTING DI DESA
AMBARAWA BARAT KECAMATAN AMBARAWA
KABUPATEN PRINGSEWU

Nama : RISMA AYU OCTAVIA


Npm : 200101089

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk seminar proposal

Pringsewu, 24 Januari 2024


Pembimbing

(Anggi Kusuma, S.Kep.,Ners.,M.Kep)


NIDN. 0204098903

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan

Karunia-Nya, sehingga penyusunan proposal penelitian yang berjudul ”Hubungan

Pemberian Stimulasi Orang tua Dengan Perkembangan Bicara Dan Bahasa Anak

Usia Balita Stunting Dan Non Stunting Di Desa Ambarawa Barat Kecamatan

Ambarawa Kabupaten Pringsewu” dapat saya selesaikan. Penyelesaian proposal

penelitian ini juga berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini perkenankan penulis mengahaturkan rasa terimakasih kepada

bapak/ibu yang terhormat :

1. Sukarni, S.ST.,M.Kes selaku Ketua Yayasan Aisyah Lampung

2. Wisnu Probo Wijayanto,S.Kep.,Ners.,MAN selaku Rektor Universitas

Aisyah Pringsewu

3. Rini Palupi, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Aisyah Pringsewu

4. Giri Susanto, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan Universitas Aisyah Pringsewu

5. Anggi Kusuma, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing Proposal

Penelitian

6. Seluruh Staff, Dosen dan Tata Usaha Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Aisyah Pringsewu

7. Kepada kedua orang tua yang saya sayangi dan cintai yang selalu

memberikan kasih sayang mendoakan dan mensupport untuk kesuksesan

dan kebahagiaan saya

iii
8. Teman-teman saya se-almameter S1 Keperawatan Angkatan 2020

Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah di

berikan dan semoga Proposal ini dapat dijadikan pedoman untuk melakukan

penelitian

Penulis menyadari dalam penulisan proposal ini masih banyak kekurangan untuk

itu, penulis sangat mengharapkan masukan serta saran yang membangung guna

perbaikan selanjurnya. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua.

Aamiin.

Pringsewu, 28 September 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
LAMPIRAN...........................................................................................................ix

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................7
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................7
D. Manfaat Penelitian........................................................................................8
E. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................9

BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................10


A. Tinjauan Teoritis.........................................................................................10
B. Peneliti Terkait............................................................................................40
C. Kerangka Teori...........................................................................................42
D. Kerangka Konsep........................................................................................44
E. Hipotesis......................................................................................................44

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................45


A. Jenis Penelitian............................................................................................45
B. Waktu Dan Tempat.....................................................................................45
C. Rancangan Penelitian..................................................................................45
D. Subjek Penelitian.........................................................................................45
E. Variabel Penelitian......................................................................................48
F. Definisi Operasional...................................................................................48
G. Pengumpulan Data......................................................................................49
H. Pengolahan Data.........................................................................................52
I. Analisis Data...............................................................................................55
J. Etika Penelitian...........................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori.............................................................................43

Gambar 2.2 Kerangka Konsep..........................................................................44

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ..............................49

vii
LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Pre Survey Penelitian..................................................52

Lampiran 2. Surat Balasan Pre Survey Penelitian............................................55

Lampiran 3. Gambar Lokasi Pre Survey Tempat Penelitian...........................58

Lampiran 4. Lembar Persetujuan Responden...................................................59

Lampiran 5. Kuesioner Penelitian....................................................................61

viii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan yang dapat mengindikasikan

adanya gangguan pada organ-organ tubuh, salah satunya adalah otak. Otak

merupakan pusat syaraf yang sangat berpengaruh terhadap respon anak untuk

melihat, mendengar, berfikir, dan melakukan gerakan. Kekurangan nutrisi

dalam waktu yang lama akan menyebabkan gangguan fungsi otak secara

permanen (Sumartini, 2020). United Nations International Children’s

Emergency Fund (UNICEF) (2019) mengungkapkan bahwa sebanyak 149 juta

balita pada dunia menderita stunting.

Berdasarkan data didapatkan 30,8% anak balita di Indonesia mengalami

stunting. Pada periode 2005-2017, Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga

dengan prevalensi stunting tertinggi di regional Asia Tenggara dengan rata-

rata prevalensi balita stunting sebesar 36,4% (WHO, 2017). Berdasarkan data

hasil Riset Kesehatan Dasar (2018), Provinsi Lampung memiliki prevalensi

balita stunting sebesar 27,3% dengan rincian prevalensi balita sangat pendek

sebesar 9,6% dan prevalensi balita pendek sebesar 17,7%. Kabupaten

Lampung Selatan memiliki prevalensi balita stunting tertinggi kelima di

Provinsi Lampung dengan prevalensi sebesar 29,08%.

Sementara di Kabupaten Pringsewu Pada tahun 2021 masih tercatat

sebanyak 6,54% atau setara dengan 1.843 balita stunting di Kabupaten

1
2

Pringsewu. Kabupaten Pringsewu akhirnya masuk kedalam salah satu daerah

kabupaten atau kota yang menjadi fokus pemerintah pusat untuk menekan

angka stunting di daerahnya. Pernyataan tersebut tertuang dalam Keputusan

Menteri Pembangunan Nasional No. 42 Tahun 2020 tentang Penetapan

Perluasan Kabupaten/Kota Lokasi Fokus Intervensi Penurunan Stunting

Terintegrasi Tahun 2021.

Pada saat ini stunting masih menjadi masalah kesehatan dunia. Stunting

beresiko pada menurunnya potensi perkembangan anak yang terjadi pada

sekitar 155 juta anak di seluruh dunia. Angka kasus stunting ini lebih tinggi

pada negara-negara dengan pendapatan menengah ke bawah (32,0%) daripada

negara-negara yang berpenghasilan menengah ke atas (6,9%) atau tinggi

(2,5% )(Laily et al., 2023). Pendapat dari(Sholihah, 2022), stunting memiliki

dampak jangka pendek maupun jangka panjang yang mampu mempengaruhi

kualitas hidup penderita. Dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang

ini ditinjau dari sisi kesehatan, sisi perkembangan, dan sisi ekonomi. Dampak

jangka pendek ditinjau dari sisi kesehatan adalah peningkatan angka kesakitan

serta angka kematian.

Keadaan kesehatan yang buruk terkait gizi seperti stunting telah terbukti

berdampak pada defisit perkembangan selama masa awal hingga pertengahan

kanak-kanak. Dampak yang muncul dari stunting Seperti adanya peningkatan

risiko kesakitan dan kematian serta lambatnya proses pertumbuhan

kemampuan motorik dan mental. Penurunan perkembangan kognitif adalah

salah satu dampak dari stunting, Perkembangan kognitif adalah suatu aspek
3

yang berfokus proses berfikir, yaitu kemampuan anak untuk menghubungkan,

menilai, dan mempertimbangkan (Dwi et al., 2019)

Kemampuan kognitif anak adalah kemampuan untuk berfikir lebih

komplek serta melakukan penalaran dan pemecahan masalah, berkembangnya

kemampuan kognitif akan mempermudah anak menguasai pengetahuan umum

lebih luas. Hal ini akan menjadikan anak dapat berfungsi secara wajar dalam

kehidupan. Perkembangan kognitif anak menunjukkan perkembangan dari

cara anak berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai cara

fikir untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan sebagai tolak

ukur pertumbuhan kecerdasan.(Novitasari et al., 2018)

Pada perkembangan kognitif stunting bisa menimbulkan efek

kemampuan kognitif yang lambat atau kekuatan kognitif yang lebih rendah

dan nilai yang dicapai pada saat sekolah menjadi lebih rendah dan stunting

tidak hanya berpengaruh dalam perkembangan kognitif dalam fase tertentu,

namun juga dalam fase yang lebih tinggi mengakibatkan hambatan kognitif

jangka Panjang (Dwi et al., 2019).Pada penelitian (Daracantika, 2021)bahwa

anak yang stunting mendapatkan nilai IQ lebih rendah 4,57 kali dibandingkan

IQ anak yang tidak stunting. Dimana anak stunting dengan skor IQ di bawah

rata-rata sebanyak 48 anak (64%). Sedangkan pada anak yang tidak stunting

yang mendapatkan nilai skor IQ rata-rata ke atas adalah 72% dan yang

mendapat nilai IQ rata-rata ke bawah adalah 28%.

Penelitian dari (Daracantika, 2021)bahwa anak dengan stunting

mengalami 7% penurunan perkembangan kognitif dibandingkan dengan anak


4

yang tidak stunting. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Dwi et

al., 2019 ) yaitu 12% anak yang stunting lebih berpotensi memiliki

perkembangan kognitif kurang dibandingkan dengan 8% anak yang tidak

stunting. Adapun penelitian dari (Sumartini, 2022)menunjukkan bahwa anak

yang memiliki nilai z score untuk PB/U lebih rendah pada 2 tahun pertama

kehidupan, memiliki hasil kognitif yang lebih buruk. Anak-anak yang

mengalami stunting pada usia dini memiliki skor kognitif lebih rendah

dibandingkan mereka yang tidak mengalami hambatan pertumbuhan.

Pada saat masa emas ini kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu

dirangsang oleh orang tua agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara

optimal bagi kehidupan anak karena tiga tahun pertama otak merupakan organ

yang sangat pesat perkembangannya. Proses tumbuh kembang anak dapat

berlangsung secara alamiah dan sesuai dengan umurnya, stimulasi merupakan

kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar anak berkembang secara

optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus

menerus pada setiap kesempatan.Stimulasi perkembangan anak dilakukan oleh

orang. Pemberian stimulasi pada tiga tahun pertama kehidupan anak

merupakan hal yang sangat penting, tetapi proses tersebut sangat tergantung

kepada orang dewasa atau orang tua. Perkembangan anak akan optimal bila

interaksi diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap

perkembangannya (Putra et al., 2018)

Pengembangan kognitif anak dapat diberikan dengan cara menyediakan

kesempatan bagi anak untuk mempelajari keterampilan, membantu mereka


5

merencanakan aktivitas, memberikan stimulasi orang tua (Shunhaji, 2020).

Salah satu cara penting untuk meningkatkan perkembangan kognitif adalah

dengan memberikan stimulasi orangtua, karena orang tua juga berperan

sebagai pendidik yang perilakunya pasti akan ditiru dan diikuti oleh anaknya.

Pola asuh dan pola didik dalam membesarkan anak dengan baik pasti akan

mempengaruhi terhadap perkembangan anak tersebut oleh karena itu penting

bagi orang tua untuk memberikan stimulasi yang optimal dalam

mempersiapkan kehidupan anak selanjutnya. Stimulasi yang diberikan juga

harus sesuai dengan perkembangan dan karakteristik anak.Khadijah, 2016)

Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak.

Anak yang mendapat stimulasi terarah, akan lebih cepat berkembang

dibandingkan dengan anak yang kurang atau terlambat mendapatkan stimulasi.

Kurangnya stimulasi dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan pada

anak. Sebagian besar anak dengan keterlambatan perkembangan tidak

teridentifikasi sampai usia prasekolah atau usia sekolah sehingga membuat

mereka kesulitan untuk mengembangkan potensi yang di miliki(Haryanti et

al., 2018). Stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dapat diberikan oleh

orang tua maupun anggota keluarga lain dalam kehidupan sehari-hari.

Stimulasi yang dilakukan meliputi kemampuan motorik kasar, motoric halus,

bicara atau bahasa dan sosialisasi (Depkes RI, 2010).

Penelitian dari (Maulidia et al., 2021)tentang hubungan stimulasi

orangtua dengan perkembangan anak didapatkan data 5 responden (3,4%)

stimulasi orang tua kurang. adanya stimulasi yang kurang sebesar 48,9 %.
6

Stimulasi yang kurang ini karena kurang pengetahuan orang tua tentang

kebutuhan perkembangan anak sesuai usianya. Hasil penelitian menunjukkan

sebagian besar dari 150 responden anak usia prasekolah didapatkan sebanyak

120 (80%) diketahui memiliki perkembangan mototik kasar, motorik halus,

sosial dan bahasa yang sesuai. Perkembangan motorik kasar pada anak usia

prasekolah sudah memiliki kontrol yang lebih besar, cenderung gesit dalam

berdiri, berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga, berjalan maju mundur,

berdiri dengan satu kaki, melempar, menangkap, menendang dll. Apabila

tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi kemampuan dalam ketrampilan

motorik halus (misalnya menulis, menggambar dan memotong), karena tanpa

ketrampilan motorik kasar yang seimbang maka anak akan banyak berusaha

keras untuk melakukan tugas sehari-hari nantinya (Riskesdes RI, 2019).

Berdasarkan hasil prasurvey yang dilakukan di desa ambarawa barat pada

bulan November 2023 diperoleh jumlah data Balita Stunting sebanyak 29

orang dan Balita non stunting sebanyak 208 orang. Hasil observasi awal yang

telah dilakukan di Desa Ambarawa Barat menunjukan bahwa anak yang

mengalami stunting berdampak pada perkembangan kognitifnya. Hal ini

terbukti dari 1-10 diusia 24-36 bulan, anak yang belum paham mengenai

bentuk angka, belum mampu membedakan warna, ketika diminta berhitung 1-

10 anak bisa menyebutkan tapi terbalik-balik, anak belum mampu menyusun

puzzle huruf secara mandiri, dan anak belum mampu mencocokkan benda

berdasarkan kegunaannya, misalnya pensil untuk menulis. Penulis juga

mewawancarai 10 orang ibu, terdapat 7 anak yang mengalami keterlambatan


7

perkembangan kognitif dikarenakan kurangnya pemahaman orangtua dalam

memberikan stimulasi pada anak.

Disimpulkan.balita perlu diberikan stimulasi untuk perkembangan

kognitifnya serta orang tua berperan dalam proses ini. Untuk proses stimulasi

yang diberikan orang tua peneliti tertarik untuk melihat pada balita stunting

dan non stunting dengan judul “Hubungan Pemberian Stimulasi Orang Tua

Dengan Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Balita Stunting Dan Non

Stunting Di Desa Ambarawa Barat”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat diambil

kesimpulan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada

Hubungan Pemberian Stimulasi Orang Tua Dengan Perkembangan Kognitif

Pada Anak Usia Balita Stunting Dan Non stunting Di Desa Ambarawa Barat

Kec.Ambarawa Kab.Pringsewu?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan

Pemberian Stimulasi Orang Tua Dengan Perkembangan Kognitif Pada

Anak Usia Balita Stunting Dan Non stunting.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a) Untuk mengetahui distribusi frekuensi stunting dan non stunting


8

b) Untuk mengetahui distribusi frekuensi perkembangan kognitif

c) Untuk mengetahui distribusi frekuensi stimulasi orangtua hubungan

d) Untuk mengetahui hubungan pemberian stimulasi orangtua dengan

perkembangan kognitif pada anak usia balita stunting dan non stunting

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti

Dapat mengetahui secara langsung hubungan pemberian stimulasi orang

tua dengan perkembangan kognitif pada anak usia balita stunting dan non

stunting di Desa Ambarawa Barat.

2. Manfaat bagi orangtua

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi

orang tua untuk mengetahui hubungan stimulasi orangtua dengan

perkembangan kognitif pada anak usia balita stunting dan non stunting.

3. Manfaat bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang dapat

digunakan untuk mengidentifikasi hubungan stimulasi orang tua dengan

perkembangan kognitif pada anak usia balita stunting dan nonstunting

4. Manfaat bagi peneliti lain

Sebagai bahan bacaan dan informasi tentang hubungan antara stunting

dengan perkembangan kognitif anak usia 24-36 bulan agar dapat

meningkatkan pengetahuan dan sebagai referensi bagi mahasiswa lain

untuk melakukan penelitian selanjutnya.


9

E. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode

penelitian kuantitatif menggunakan studi case control, variable independen

dalam penelitian ini (stimulasi orangtua) dan variabel dependen dalam

penelitian ini (perkembangan kognitif pada anak usia balita). Dengan teknik

sampling penelitian ini adalah purposive sampling Alat ukur penelitian ini

adalah Kuisioner pemberian stimulasi dan Kuisioner perkembangan kognitif

untuk menilai perkembangan balita, Penelitian ini dilakukan di Desa

Ambarawa, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu pada Bulan

Oktober Tahun 2023, Analisis data yang digunakan adalah Uji normalitas.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teoritis

1. Stunting

a. Definisi Stunting

Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau

tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur Kemenkes RI

(2018). Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih

dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari

WHO. United Nations International Children’s Emergency Fund

(UNICEF) mendefinisikan bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh

dari anak-anak usia 0-59 bulan, dengan tinggi badan di bawah minus

(stunting berat dan stunting sedang) dan minus tiga (chronic stunted)

(Susilowati et al., 2021). Stunting ini dapat terjadi pada saat anak masih

dalam kandungan, dan baru muncul saat anak berusia 2 tahun

(Rahmadhita, 2020). Stunting butuh penanganan dan kerjasama antar

berbagai sektor agar angka kejadian stunting menurun dan diperkuat

bahwa islam tidak menyukai generasi-generasi yang lemah, baik lemah

fisik, psikis, ekonomi, iman dan yang lainnya. Islam sangat

menganjurkan agar memperhatikan kesehatan anak sehingga mereka

tumbuh menjadi generasi yang kuat (Wahyuningsih & Daulay, 2021).

b. Faktor – Faktor Stunting

10
11

1) Faktor Individu

a) Status Ekonomi

Status ekonomi adalah kondisi yang menunjukan pada kemampuan

keuangan keluarga dan fasilitas material yang dimiliki. Faktor-

faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya perekonomian

yaitu pendidikan, jenis pekerjaan dan pendapatan keluarga

(Baswori & Juariyah, 2010) dalam (Indrawati, 2015).

Ketersediaan keluarga yang dipengaruhi oleh status ekonomi

dapat berpengaruh terhadap intake gizi keluarga. Status ekonomi

keluarga sangat berkaitan dengan status gizi anak, karena

kemampuan untuk kebutuhan pangan terbatas (Prakhasita,

2018). Menurut hasil penelitian dari (Oktavianisya et al., 2021)

menunjukan bahwa anak-anak yang status ekonomi keluarganya

rendah memiliki resiko 1,7 kali lebih besar mengalami stunting

dibandingkan anak-anak dengan status ekonomi keluarganya

tinggi

b) Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi adalah salah satu faktor penyebab langsung status

gizi pada anak dibawah usia 5 tahun. Selain asupan makanan,

terdapat interaksi antara status gizi dengan status infeksi

(Novikasari et al., 2021). Malnutrisi dapat meningkatkan risiko

infeksi, dan sebaliknya infeksi dapat menyebabkan proses tanpa


12

akhir (lingkaran setan) yang mengarah pada malnutrisi

(Mugianti et al., 2018).

c) Berat badan lahir rendah (BBLR)

adalah seorang bayi yang lahir dengan dengan berat badan ≤ 2500

gr. Bayi dengan BBLR akan mengalami resiko kematian lebih

tinggi, pertumbuhan dan keterlambatan perkembangan pada usia

dini (Rajashree, 2015) dalam (Hartiningrum & Fitriyah, 2019).

2) Faktor Pengasuh/Pengetahuan Orangtua

a) Pengetahuan dan sikap

Pengetahuan orang tua tentang stunting dapat menentukan sikap

dan perilaku orang tua dalam pelayanan kesehatan untuk

mencegah stunting sehingga dapat menurunkan prevalensi

stunting (Rahmawati, 2019).Tingkat literasi gizi individu

mempengaruhi sikap dan perilaku dalam memilih makanan yang

berkaitan dengan gizi anak. Ibu harus memiliki pengetahuan

untuk memilih makanan yang tepat dan bergizi pada anak

(Rahmatilah et al., Prakhasita, 2018). Sikap merupakan respon

individu terhadap rangsangan, dan sikap ibu adalah faktor yang

mempengaruhi status gizi anak (Rahmatilah 2018 et al.,

Prakhasita, 2018).

b) Ketahanan Pangan
13

Ketahanan pangan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi

sehingga masyarakat dapat hidup dalam keadaan sehat, baik

jasmani maupun rohani (Sanggelorang & Rahman, 2019).

c) Pola Asuh

Salah satu penyebab pola asuh yang buruk adalah masalah nutrisi.

Pola asuh mencakup kemampuan keluarga untuk menyediakan

waktu, perhatian, dan dukungan yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan fisik, emosional, dan sosial anak-anak

yang sedang tumbuh dalam keluarga. Pola asuh anak dapat

terwujud dengan banyak cara, meliputi pemberian ASI

dansuplemen, stimulasi psikologis,praktik sanitasi, kebersihan,

lingkunganperawatan untuk anak yang sakit berupa praktik

kesehatan di rumah dan pola pencarian pelayanan kesehatan

lainnya

(Bella et al., 2020).

3) Faktor Lingkungan

a) Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang sangat baik akan memajukan derajat

tumbuh kembang anak dibawah usia 5 tahun, baik yang sehat

ataupun yang sakit. Salah satu pelayanan kesehatan adalah

posyandu, kehadiran balita ke posyandu untuk memantau status

gizi. Di posyandu nanti balita akan ditimbang berat badanya,

tinggi badan, pemeriksaan kesehatan lainya, penyuluhan gizi,


14

imunisasi sehingga pertumbuhan dan perkembangan balita

terpantau karena pada balita masih rentan terkena penyakit

infeksi dan penyakit gizi (Prakhasita, 2018).

b) Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan sangat erat kaitannya dengan perilaku, tindakan

kesehatan serta kebersihan lingkungan. Sanitas lingkungan

sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak

balita (<5 tahun), karena pada usia tersebut anak sangat rentan

terhadap infeksi dan penyakit (Prakhasita, 2018).

c. Faktor Penyebab Stunting

1) Faktor Penyebab Langsung

a) Praktik pemberian kolostrum

Kolostrum adalah cairan kekuning-kuningan yang mengandung

immunoglobulin tinggi yang dikeluarkan oleh kelenjar payudara

ibu, sebelum air susu ibu (ASI). Kolostrum harus diberikan

kepada anak yang baru lahir karena mempunyai manfaat untuk

membantu meningkatkan imun atau daya tahan tubuh anak

(Rosha et al., 2020).

b) Praktik Pemberian ASI eksklusif

Pemberian ASI eksklusif merupakan pemberian ASI tanpa makanan

atau minuman lain, kecuali vitamin, mineral atau obat-obatan

dalam bentuk sirup. ASI eksklusif hanya diberikan pada bayi

lahir sampai ia berumur 6 bulan. ASI eksklusif sangat


15

bermanfaat bagi bayi karena kalsium dalam ASI lebih efektif

daripada susu formula. Salah satunya manfaat ASI yaitu untuk

menunjang tumbuh kembang anak, terutama pertumbuhan

tinggi badan. Secara umum, anak yang mendapat ASI penuh

cenderung memiliki tinggi badan yang sesuai dengan grafik

pertumbuhan dibandingkandengan anak yang mengkonsumsi susu

formula (Rosha et al., 2020).

c) Pola Konsumsi Anak

Konsumsi makanan secara langsung dapat mempengaruhi

pertumbuhan manusia. Oleh karena itu praktik pemberian

makanan pada anak tidak hanya mementingkan jumlah porsinya

saja akan tetapi pada zat gizi juga. Zat gizi yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan berasal dari hewani, misalnya

telur, ikan dankeju (Rosha et al., 2020). Malnutrisi anak

menjadi irreversible, pola konsumsi makanan yang dilakukan

ibu mempengaruhi tumbuh kembang anak balita. Oleh karena

itu, anak balita membutuhkan makanan yang cukup, sehat, bergizi

dan bervariasi (Nofiandri & Ali, 2021).

d) Penyakit Infeksi Yang Diderita

Penyakit infeksi penyerta pada anak merupakan salah satu penyebab

terhambatnya pertumbuhan. Anak yang sering sakit

menandakan imunnya lemah dan kurang memiliki nafsu makan

yang menyebabkan permasalahan gizi (Rosha et al., 2020).


16

2) Faktor Penyebab Tidak Langsung

a) Ketahanan Pangan Keluarga

Akses dan ketersediaan bahan pangan dalam rumah tangga

berhubungan dengan pendapatan keluarga Pola konsumsi

makanan yang baik harus diperhatikan karena pola konsumsi

makanan memegang peranan penting dalam memenuhi

kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu, dari ibu hamil hingga bayi,

akses terhadap konsumsi makanan bergizi baik dalam jumlah

maupun kualitas sangat penting. Aksesibilitas konsumsi rumah

tangga berkaitan dengan ketahanan pangan rumah tangga

(Rosha et al., 2020).

b) Sanitasi Dan Kesehatan Lingkungan

Sanitasi/hygiene adalah upaya untuk mencapai lingkungan yang

sehat dengan mengendalikan faktor-faktor lingkungan fisik,

terutama yang

mempengaruhi perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan

hidup individu (Nursalim et al., 2020). Sanitasi lingkungan

memiliki hubungan dengan penyebaran penyakit infeksi.

Sanitasi lingkungan yang buruk beresiko menyebabkan

mudahnya kuman atau bakteri menjangkit kepada orang yang

tinggal dilingkungan tersebut (Rosha et al., 2020).

d. Mengukur Stunting
17

Status gizi dapat dinilai dengan menggunakan metode pengukuran

yang berbeda, tergantung pada jenis kekurangan gizi. Hasil pengkajian

status gizi dapat menjelaskan perbedaan tingkat gizi buruk, misalnya

status kesehatan dan gizi berhubungan dengan penyakit tertentu.

Metode antropometri merupakan metode yang paling umum digunakan

untuk menilai status gizi (Tamaria, 2017).

Antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh

individu pada berbagai tingkat usia dan tingkat gizi anak (Sumule et al.,

2021). PB/U dan TB/U adalah parameter antropometri umum yang

digunakan untuk mengukur stunting,

berikut penjelasanya;

1) Tinggi Badan atau Panjang Badan Anak

Tinggi badan atau panjang badan merupakan ukuran pertambahan

massa tulang akibat penyerapan nutrisi. Istilah tinggi badan

digunakan untuk anak yang diukur dalam keadaan berdiri, dan

panjang badan digunakan ketika anak diukur dalam keadaan

terlentang (belum bisa berdiri). Anak usia 0–2 tahun diukur dengan

ukuran infant ruler, sedangkan anak yang berusia 2 tahun ke atas

diukur dengan menggunakan microtoise stature meter. Microtoise

stature meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi

badan seseorang dengan tingkat ketelitian 0,1 cm (Utama, 2017).

2) Usia/Umur
18

Usia adalah lama kehidupan seseorang yang dihitung sejak lahir

sampai ulang tahun (Santika, 2015). Usia sangat erat kaitannya

dengan penentuan status gizi anak. Sisa periode anak tidak

diperhitungkan saat menghitung usia dalam 1 bulan, karena hasil

pengukuran tinggi badan

e. Klasifikasi Stunting

Penilaian status gizi biasanya mencakup pengukuran antropometri.

Stunting bisa dideteksi ketika tinggi badan anak diukur, usia diketahui,

dan menghasilkan nilai dibawah normalstandar deviasi. Pemerintah

telah menerbitkan Permenkes Nomor 2Tahun 2020 tentang standar

antropometri. Pengelompokan status gizi berdasarkan indikator

antropometri diselaraskan dengan kategori yang diterbitkan dalam

standar pertumbuhan anak WHO untuk anak usia 0-60 bulan (Ernawati,

2020)

f. Dampak Stunting

Dampak negatif stunting terhadap kesehatan dan perkembangan

anak sangat berbahaya. Malnutrisi stunting dapat menyebabkan

pertumbuhan dan perkembangan yang buruk pada anak, terutama anak

di bawah lima usia 5 tahun. Dampak stunting dibagi menjadi dua yaitu

dampak jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek

seorang anak dapat berupa gangguan perkembangan otak dan

kecerdasan yang buruk, keterbelakangan fisik, dan gangguan

metabolisme. Sedangkan dampak jangka panjangnya adalah postur


19

tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dari biasanya),

peningkatan risiko lebih tinggi terkena diabetes, obesitas dan penyakit

lainnya, penurunan kesehatan reproduksi, peningkatan kejadian

kesakitan akibat menurunya kekebalan tubuh, menurunya kemampuan

kognitif, kemampuan dan kinerja belajar dan performa yang kurang

optimal saat masa sekolah (Oktavia et al., 2021).

g. Pencegahan Stunting

Mengatasi stunting merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk

melindungi anak. Upaya penurunan prevalensi stunting pada anak telah

dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun

2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat

dengan Pendekatan Keluarga.Menurut Kemenkes, upaya pencegahan

stunting balita antara lain memantau tumbuh kembang anak,

penyelenggaraan kegiatan pemberian makanan tambahan (PMT)

misalnya puding susu, penyelenggaraan rangsangan tumbuh kembang

anak sejak (Kemenkes RI, 2018). Tindakan pencegahan lainnya

termasuk meningkatkan kesadaran para ibu tentang stunting agar tidak

berlanjut pada anak berikutnya. Salah satu contohnya yaitu

penyelenggaraan pendidikan dengan memberikan materi kepada

masyarakat umum, kelompok, atau individu dengan harapan

mendapatkan pengetahuan lebih baik yang dapat mempengaruhi sikap

dan kepribadian (Sari et al., 2020). Berikut ini adalah pencegahan

umum stunting (Kemenkes RI, 2018)


20

1) Kebutuhan gizi pada anak harus terpenuhi sejak hari pertama

kehidupannya

2) Selain gizi anak, gizi ibu hamil juga harus diperhatikan

3) Konsumsi protein sebagai menu harian anak diatas 6 bulan

dengan jumlah protein yang tepat

4) Menjaga kebersihan lingkungan yaitu untuk memenuhi kebutuhan

kesehatan sanitasi dan air bersih

5) Upaya pencegahan stunting dengan membawa anak keposyandu

secara rutin minimal satu bulan sekali.

2. Perkembangan Kognitif

a. Pengertian

Perkembangan Kognitif Masa anak sering disebut dengan golden

age, dimana terdapat masa sensitif yang hanya terjadi satu kali

selama periode tersebut (Novitasari & Fauziddin, 2021). Salah satu

aspek perkembangan yang dialami oleh anak usia 24-59 bulan yaitu

perkembangan kognitif. Kognitif adalah proses reflektif, dimana

anak memunculkan kemampuan untuk menghubungkan, menilai

dan mempertimbangkan kejadian atau fakta (Veronica, 2018).

Perkembangan kognitif (cognitive development) adalah tahapan

perkembangan kognitif seseorang sejak usia dini hingga dewasa,

dimulai dari proses berpikir tertentu atau memasukkan ide-ide

tertentu pada taraf yang lebih tinggi, yaitu persepsi abstrak dan

logis (Nurhaliza et al., 2021).Perkembangan kognitif (cognitive


21

development) adalah tahapan perkembangan kognitif seseorang

sejak usia dini hingga dewasa, dimulai dari proses berpikir tertentu

atau memasukkan ide-ide tertentu pada taraf yang lebih tinggi,

yaitu persepsi abstrak dan logis (Nurhaliza et al., 2021).

Perkembangan kognitif juga erat kaitannya dengan

kecerdasan anak untuk berpikir dan mengambil keputusan sehingga

muncul konsep pembelajaran dan digunakan untuk menuntaskan

masalah (Annisa, 2020). Menurut Fatmawati (2021) perkembangan

kognitif adalah kemampuan anak dalam perubahan pola berpikir

untuk meningkatkan suatu pengetahuan dan kemampuan berupa

menghubungkan, menilai, dan memepertimbangkan sesuatu agar

suatu masalah dapat terpecahkan dan menciptakan hasil karya.

Santrock berpendapat bahwa, perkembangan kognitif

berdampingan dengan proses pertumbuhan secara genetik atau

pematangan fisik anak (Salmiati et al., 2016). Kemampuan kognitif

anak adalah kemampuan berpikir lebih rumit, bernalar dan

memecahkan masalah/perkara,berkembangnya kemampuan

kognitif ini akan mempermudah anak menguasai pengetahuan

umum yang lebih luas, sehingga dapat berfungsi secara wajar

dalam kehidupan masyarakat sehari-hari (Novitasari, 2018). Aspek

pengembangan kognitif, seperti kompetensi dan hasil belajar yang

diharapkan pada anak adalah anak mampu dan memiliki

kemampuan berpikir secara logis, berpikir kritis, dapat memberi


22

alasan, dan menemukan hubungan sebab akibat dalam

memecahkan masalah yang dihadapi (Hijriati, 2016).

b. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif

1) Faktor intrinsic

faktor yang mensugesti perkembangan kognitif anak yang timbul

dari dalam diri anak itu sendiri, antara lain

a) Faktor hereditas/keturunan, yang mendukung faktor

tersebut adalah teori nativisme dan dipelopori oleh pakar

filsafat Schopenhauer. Menurut teori, manusia dilahirkan

dengan kemampuan khusus yang tidak terpengaruh oleh

lingkungannya. Lidzey dan Spuhler mengklaim bahwa

kecerdasan anak 75-80 % adalah faktor keturunan atau

warisan turun temurun (Zega & Suprihati, 2021).

b) Faktor kematangan, setiap anak mempunyai anggota

tubuh (fisik

dan psikis) dan anggota tubuh tersebut dapat menjadi dewasa

ketika mencapai kapasitas untuk melakukan fungsinya

masing-masing. Hal ini sangat erat kaitannya dengan usia

kalender (chronological age).

c) Faktor minat dan bakat menimbulkan keinginan untuk

bertindak

menjadi lebih aktif dan lebih baik lagi. Bakat pada hakikatnya

adalah kemampuan temperamen seperti potensial, namun


23

tetap perlu dikembangkan untuk mewujudkannya. Bakat

seseorang mempengaruhi kecerdasannya. Maknanya

bahwa orang-orang berbakat akan merasa lebih mudah

dan lebih cepat untuk belajar.

2) Faktor ekstrinsik adalah faktor yang mensugesti perkembangan

kognitif anak yang muncul dari luar, antara lain :

a) Faktor lingkungan, teori yang menegaskan faktor ini

merupakan teori empirisme yang dikembangkan dari John

Locke dalam teorinya yang disebut dengan “tabula rasa”.

Menurut John Locke, anak dilahirkan seperti selembar

kertas kosong yang bersih tanpagoresan atau noda

sedikitpun, tetapi seiring berjalannya waktukertas tersebut

akan dipenuhi dengan coretan/perubahan, dan faktor

lingkunganlah yang menentukan perubahan tersebut.

Dengan kata lain, perkembangan kognitif seorang anak

akan sangat dipengaruhi oleh berbagai kemahiran dan

pengetahuan yang didapat dari lingkungan sekitarnya

b) Faktor pembentukan yaitu semua lingkungan eksternal

(luar) dari seseorang yang mempengaruhi perkembangan

kognitif atau intelegensinya. Pembentukan dapat dibagi

menjadi dua jenis, yaitu pembentukan yang disengaja

(pendidikan sekolah formal), dan yang tidak disengaja

(dampak terhadap lingkungan).


24

c) Faktor kebebasan adalah kemampuan individu untuk

berpikir secara terfragmentasi (menyebar), artinya anak

bisa menentukan cara-cara tertentu untuk memecahkan

suatu masalah atau menyelesaikan suatu tugas, seperti

memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya (Zega &

Suprihati, 2021).

c. Proses Perkembangan Kognitf

Proses Perkembangan Kognitif Piaget mengutarkan prinsip-prinsip

dasar perkembangan kognitif manusia, yaitu organisasi, adaptasi

dan asimilasi, ekuilibrasi dan skema

1) Organisasi (organization) penyatuan pikiran/ide dan tindakan

individu ke dalam suatu sistem tatanan yang lebih tinggi.

Misalnya, seorang anak berusia 3-4 tahun sudah memiliki

kemampuan mengendarai roda tiga. Kemampuan ini

memungkinkan anak untuk memunculkan beberapa persepsi.

Misalnya kaki mengayuh pedal, tangan memegang setang,

garis pandang menghadap ke depan, dan sering kali kepala

anak menengok ke kanan dan ke kiri untuk menjaganya agar

tetap aman. Ini yang dianggap menggunakan organisasi pada

bahasa mode biologis (Fitriana, 2018).

2) Adaptasi (adaptation) merupakan istilah dari Piaget yaitu

bagaimana anak mengolah informasi baru dengan


25

mempertimbangkan apa yang sudah diketahui anak (Fitriana,

2018).

3) Secara literal, asimilasi artinya masuk atau menerima. Dalam

ranah pengetahuan, manusia secara konstan menyerap hal-hal

dan informasi ke dalam struktur kognitifnya. Pertama,

anakmencoba mengasimilasi, bahkan menyentuh, meremas,

atau merobek apa saja yang disentuhnya. Contohnya si anak

bayi menghisap benda yang menyentuh bibirnya, mengambil

mainan yang ada disampingnya.

4) Skema menurut Piaget yaitu ketika seorang anak mulai

memperdalam pemahamannya tentang dunia, otak yang

sedangberkembangpun menyusun rencana. Ini adalah tindakan

atau representasi intelektual dari organisasi pengetahuan

(Fitriana, 2018).

5) Ekuilibrasi yaitu mekanisme yang diutarakan oleh Piaget

untuk menguraikan bagaimana anak-anak berpindah dari satu

tingkat berpikir ke tingkat berpikir lainnya (Fitriana, 2018).

d. Tahap Perkembangan Kognitif

Piaget mengidentifikasikan 4 tahapan utama perkembangan

kognitif yaitu sensorimotorik (0-2 tahun), pra-operasional (2-7

tahun), operasional konkrit (7-12 tahun) dan operasional formal


26

(˃12 tahun) (Salmiati et al., 2016). Anak usia 24-59 bulan

termasuk tahap pra-operasional, dimana anak mulai mewakili dunia

secara verbal/bahasa dan visual, hal ini menunjukkan adanya

peningkatan pemikiran simbolik di luar informasi sensorik dan

perilaku fisik (Fitriana, 2018).

1) Subtahap fungsi simbolik

Subtahap fungsi simbolik merupakan tahap pertama dalam

berpikir pra operasional yang terjadi pada anak usia 2-4

tahun.Pada tahap ini, anak-anak mulai memikirkan hal-hal

yang tidak ada dalam pikirannya. Hal ini memperluas dunia

spiritual anak dan mencakup dimensi baru. Munculnya sikap

main-main seiring perkembangan bahasa yang mulai

berkembang merupakan salah satu contoh meningkatnya

pemikiran simbolik fungsional (Mauliya, 2019). Adapun

karakteristik pada usia 2-4 tahun yaitu

a) Tersedianya fungsi semiotik

b) Peniruan tidak langsung, misalnya anak sedang main

pasarpasaran sendirian, meskipun ia sedang bersama

temannya yang lain

c) Permainan simbolis, misalnya anak berpura-pura menjadi

d) petani yang mencangkul sawah, dan anak berbicara

sendiri kemudian memasukan sendok ke dalam mulut

bonekanya
27

e) Anak-anak bisa melukis secara realistis, tetapi tidak

dalam proporsi yang benar. Dalam imajinasi, matahari

warna kuning, pohon warna hijau, gunung warna hijau,

dan lainlain

f) Bahasa anak mulai menggunakan bunyi sebagai

representasi objek atau peristiwa. Perkembangan bahasa

sangat memudahkan perkembangan konseptual dan

perkembangan kognitif pada anak. Menurut Piaget,

perkembangan bahasa adalah peralihan dari sifat

egosentris ke interkomunikasi social

2) Subtahap Pemikiran Intuitif

Subtahap kedua pemikiran pra operasional terjadi pada usia 4-7

tahun. Pada tahap ini, anak memiliki rasa ingin tahu dalam

menjawab segala macam pertanyaan dan mulai menggunakan

penalaran dasar. Piaget mempersepsikan tahap ini sebagai

intuitif karena anak yakin dengan pengetahuan dan

pemahamannya, tetapi anak tidak memikirkannya secara wajar

(Stevanie et al., 2020)

e. Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif

Tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak usia 24-59


28

bulan menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014 tentang standar

nasional pendidikan anak usia dini sebagai berikut:

1. Belajar dan pemecahan masalah yaitu keterampilan anak untuk

memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari

secara luwes dalam konteks situasi baru. Misalnya mengenal

hal-hal di sekelilingnya, menggunakan objek sebagai

permainan, rasa ingin tahu muncul, dan sebagainya

(Kurniawati, 2021).

2. Berpikir logis yang meliputi berbagai penjelasan, perbedaan,

inisiatif, bentuk, perencanaan, dan pengenalan sebab

akibat.Menurut Pamungkas & Setiani (2017) berpikir logis

adalah cara berpikir yang secara konsisten mempergunakan

akal untuk mencapai determinasi sesuai aturan yang berlaku.

Berpikir logis mengacu pada kemampuan membaca,

menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi

untuk membentuk keterampilan (proses).

3. Berpikir simbolik meliputi keterampilan seperti mempersepsi,

menyebutkan, menggunakan konsep, mengenal huruf dan

sebagainya (Kurniawati, 2021).

f. Cara Mengukur Perkembangan Kognitif


29

Cara mengukur perkembangan kognitif menggunakan lembar kuisioner

observasi yang dibuat oleh (Zhamaroh 2018) dengan menganut

indicator indikator kecerdasan perkembangan kognitif. memiliki empat

kategori alternatie jawaban dan memiliki interval skor 1-5, skor 1

apabila perkembangan kognitif anak Belum Berkembang (BB), skor 2

apabila perkembangan anak Mulai Berkembang (MB), skor 3 apabila

perkembangan kecerdasan kognitif anak Berkembang Sesuai Harapan

(BSH), dan skor nilai 4 apabila perkembangan kecerdasan kognitif

anak Berkembang Sangat Baik (BSB).

Aspek perkembangan kognitif yang diukur mencakup belajar dan

pemecahan masalah, berpikir logis dan berpikir simbolis. Pengukuran

perkembangan kognitif ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu

berupa game edukasi yang dirancang sesuai dengan konsep yang

diukur. Alat ukur lain yang umum digunakan antara lain: crayon,

kertas, pensil, balok kayu/warna warni, kertas origami, gambar aneka

bentuk geometris, gambarlabirin, puzzle, mainan pancing ikan, dan

lain-lain (Solihin et al., 2013).

g. Problematika Perkembangan Kognitif

Problematika adalah masalah yang belum terselesaikan dan dapat

mengganggu aktivitas seseorang (Efendi et al., 2018). Dalam proses

perkembangan kognitif keterampilan dan efek belajar yang diharapkan

pada anak adalah anak mampu untuk berlogika, dapat memberi

argumentasi, critical thinking dan menemukan hubungan kausalitas


30

untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Novitasari, 2018).Anak

dapat bertumbuh dan berkembang tergantung lingkungan dan stimulasi

yang diberikan menjadi alasan penyebab perbedaan perkembangan

kognitif. Beberapa anak mungkin menyusun perkembangan kognitif

secara bertahap, beberapa mungkin berkembang dengan beberapa

hambatan, dan beberapa mungkin memiliki masalah perkembangan

kognitif (Novitasari, 2018).Adapun permasalah dalam perkembangan

kognitif anak balita antara lain:

1. Berpikir irasional adalah berpikir sesuatu yang tidak berdasarkan

akal/pikiran yang sehat

2. Selalu berpikir negative

3. Sulit beradaptasi dengan hal baru

4. Suka menyalahkan orang lain

5. Malas belajar

6. Sulit menghafal kata

7. Tidak konsentrasi dalam belajar

8. Terlambat berpikir

9. Pelupa

10. Rasa ingin tahu rendah

4. Stimulasi Orangtua

Stimulasi menurut (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016)

adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar

anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat
31

stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.

Hal ini didukung oleh pandapat (Indonesia, 2018) bahwa anak mempunyai

hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang, mendapatkan perawatan,

pelayanan kesehatan, stimulasi, pendidikan, perlindungan dari kekerasan

serta pemenuhan hak-hak anak lainnya agar menjadi anak yang sehat,

cerdas, berakhlak mulia serta berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat

serta Negara. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan

ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh

anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan

rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya

stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak

bahkan gangguan yang menetap. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Fitriani & Oktobriariani, 2017) bahwa penyimpangan

tumbuh kembang anak terjadi karena kurangnya stimulasi dari orang tua.

Stimulasi merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk menunjang

pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut (Yunarsih & Rahmawati,

2017) stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan luar

individu anak. Setiap anak perlu mendapatkan stimulasi secara rutin sedini

mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan di masa-masa

pertumbuhannya. Stimulasi adalah Kegiatan merangsang kemampuan

dasar anak umur (0-6) tahun yang datangnya dari lingkungan luar individu

anak dan dilakukan setiap hari untuk merangsang semua sistem indera

indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan).


32

Pemberian stimulasi perkembangan untuk perkembangan kognitif, bahasa,

fisik motorik, sosial emosional, agama dan moral serta seni harus

dilakukan di rumah masing-masing peserta didik. Pemberian stimulasi

terhadap perkembangan anak usia dini dilakukan secara efektif dan efisien

oleh pendidik PAUD menggunakan beragam media sebagai sarana

pembelajaran dengan prinsip bahwa aktivitas utama anak bermain sambil

belajar. Zaini dikutip (Hewi & Asnawati, 2020) menyatakan bahwa

metode pembelajaran untuk anak usia dini adalah bermain. Bermain

sebagai aktivitas utama anak untuk mempelajari dan menyelami

pengalaman yang dimiliki agar anak memiliki pengetahuan baru.

a) Tujuan Stimulasi

Stimulasi perkembangan anak bertujuan untuk membantu kemampuan

anak agar dapat mencapai tingkat perkembangan yang optimal sesuai

dengan usia anak. Terutama dalam hal bicara, menulis dan membaca.

Misalnya, agar anak dapat berbicara, orang tua perlu melatih anak bicara,

agar anak dapat menulis maka orang tua harus melatih anak menulis, dan

agar anak dapat membaca maka anak harus dilatih membaca.

(Mufarizuddin 2018).

b) Prinsip Stimulasi

Dalam melakukan stimulasi, harus menggunakan prinsip sebagai

Berikut : (Fitri indriyani 2020).

1) Sebagai uangkapan rasa cinta dan sayang, bermain bersama

anaksambil menikmati kebahagiaan bersama anak.


33

2) Bertahap dan berkelanjutan, serta mencakup 4 bidang kemampuan

3) perkembangan (motorik kasar, bahasa dan personal sosial)

4) Dimulai dari tahapan perkembangan yang telah dicapai anak

5) Dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan, hukuman atau bentakan

6) Anak selalu diberi pujian

7) Alat bantu stimulasi (jika perlu) dicari yang sederhana, tidak

berbahaya dan mudah didapat

8) Suasana dibuat menyenangkan dan bervariasi.

c) Tugas Perkembangan

Tugas perkembangan yang mengikuti tahap atau masa perkembangan

tertentu tersusun menurut suatu pola tertentu dan secara keseluruhan saling

terkait. Tugas-tugas perkembangan tersebut dibentuk oleh unsurunsur

biologis, psikologis,dan kultur yang ada pada diri dan lingkungan

seseorang. (Hasanuddin 2017).

Perkembangan adalah perbaikan pemahaman mengenai konsep

sosial,konsep benar atau salah, belajar membuat hubungan emosional yang

makin matang dengan lingkungan sosial baik dirumah maupun di luar rumah.

(Hayati miratul 2019).

d) Stimulasi pada perkembangan kognitif

Stimulasi yang diberikan pada anak usia 29-36 Bulan (Zhamaroh 2018)

1) Saya memotivasi anak saya untuk berlari, mengejar, melompat dan

bermain bola

2) Saya memotivasi anak saya berjinjit mengelilingi kursi Atau


34

3) Saya memotivasi anak merangkak di kolong meja untuk

mengambil barang

4) Saya melatih anak mengayuh sepeda roda tiga

5) Saya bermain lempar tangkap bola dengan anak saya

6) Saya mengajari anak saya bermain puzzle

7) Saya mengajari anak saya menyusun lego, balok kayu

8) Saya memotivasi anak saya untuk mencoret-coret kertas atau

mewarnai

9) Saya membantu anak saya memotong gambar dari majalah dan

menempelkannya pada kertas

10) Saya mengajari anak saya mencocokkan gambar dengan benda

aslinya, misalnya gambar kursi dan anak menunjukkan benda kursi

yang asli

11) Saya mengajari anak saya menaruh benda pada tempatnya,

misalnya meletakkan pensil di kotak, main di tempat mainan

12) Saya berbicara dengan bahasa yang jelas ejaannya (tidak cadel)

kepada anak saya

13) Saya membacakan buku cerita bergambar kepada anak saya

14) Saya menanyakan siapa tokoh cerita yang ada pada buku cerita

yang saya bacakan kepada anak saya

15) Saya memotivasi anak saya untuk bercerita tentang apa yang

dilihatnya ketika sedang berjalan-jalan

16) Saya menemani anak saya saat menonton televise


35

17) Saya bertanya kepada anak saya untuk menyebutkan nama

lengkapnya

18) Saya menanyakan nama benda yang dilihat oleh anak saya saat

jalan- jalan

19) Saya meminta tolong anak saya untuk mengambilkan barang yang

dia sudah tahu (mengambilkan buku, sisir, atau benda lainnya)

20) Saya mengajak anak saya pergi ke luar rumah (warung, taman,

tempat rekreasi)

21) Saya memotivasi anak saya untuk berpakaian sendiri

22) Saya memeluk anak saya ketika ia sedang kecewa

1. Perkembangan sesuai usia anak

a. Definisi perkembangan anak

Seorang anak mempunyai suatu ciri yang khas yaitu

tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai akhir

masa remaja. Hal ini yang membedakan antara anak-anak dan

orang dewasa. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan

perkembangan yang sesuai dengan usianya. Perkembangan

adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks ditinjau dari kemampuan gerak kasar, gerak halur,

bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.

Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan.

Berbeda dengan pertumbuhan, karena perkembangan merupakan

hasil dari interaksi kematangan saraf pusat dengan organ yang


36

dipengaruhinya, misalnya kemampuan bicara, emosi dan

sosialisasi (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

b. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Sesuai Usia

Tahapan perkembangan anak sesuai usia dari mulai 0 bulan hingga

72 bulan menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

1. Usia 0-3 bulan

a. Mengangkat kepala setinggi 45

b. Menggerakan kepala dari kiri, kanan ke tengah

c. Melihat dan menatap wajah anda

d. Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh

e. Suka tertawa keras

f. Bereaksi terkejut terhadap suara keras

g. Membalas tersenyum Ketika diajak bicara atau

tersenyum

h. Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman,

pendengaran, kontak

2. Usia 3-6 bulan

a. Berbalik dari telungkup ke terlentang

b. Menangkat kepala setinggi 90

c. Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil

d. Mengenggam pensil

e. Meraih benda yang ada di sekitarnya

f. Memegang tangannya sendiri


37

g. Berusaha memperluas pandangannya

h. Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil

i. Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau

memekik

3. Usia 6-9 bulan

a. Duduk

b. Belajar berdiri dalam pantauan orang tua

c. Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang

d. Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatata

e. Mencari mainan/benda yang dijatuhkan

f. Bermain bertepuk tangan/cilukba

g. Bergembira dengan melempar benda

4. Usia 9-12 bulan

a. Mengangkat benda ke posisi berdiri

b. Belajat berdiri selama 30 detik atau berpegangan

dikursi

c. Dapat berjalan dengan dituntun

d. Mengulurkan lengan atau badan untuk meraih mainan

yang diinginkan

e. Memasukkan benda kedalam mulut

f. Mengulang dan menirukan bunyi yang didengarkan

g. Menyebut 2-3 suku kata tanpa arti

h. Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan


38

i. Senang diajak bermain “cilukba”

j. Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang

belum dikenali

5. Usia 12-18 bulan

a. Berdiri sendiri tanpa berpegangan

a. Berjalan mundur 5 langkah

b. Memanggil ayah dengan kata “papa” dan ibu

dengan kata “mama”

c. Menumpuk 2 kubus

d. Memasukkan kubus dikotak

e. Menujukan apa yang diinginkan tanpa menangis

atau merengek

6. Usia 18-24 bulan

a. Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik

b. Bertepuk tangan, melambai-lambai

c. Menumpuk 4 buah kubus

d. Menyebutkan 3-6 kata yang mempunyai arti

e. Membantu atau menirukan untuk melakukan pekerjaan

rumah tangga

7. Usia 24-36bulan

a. Jalan naik tangga sendiri

b. Mencoret coret pensel pada kertas


39

c. Bicara dengan baik menggunakan 2 kata

d. Dapat menunjukkan 1 kata atau lebih bagian tubuh

yang diminta

f. Melihat gambar dan dapat menyebutkan dengan benar

2 benda atau lebih

f. Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah

g. Melepaskan pakaiannya sendiri

8. Usia 36-48 bulan

a. Berdiri 1 kaki selama 2 detik

b. Melompat kedua dengan kedua kaki diangkat

c. Mengayuh sepeda roda 3

d. Menumpuk 8 kubus

e. Mengenal 2-4 warna

f. Menyebutkan nama, umur, tempat

g. Mendengarkan cerita

9. Usia 48-60 bulan

a. Berdiri 1 kaki 6 detik

b. Melompat-lompat 1 kaki

c. Menari

d. Mengambar berbagai bentuk

e. Menyebut nama lengkap tanpa di bantu

f. Senang menyebutkan kata baru

g. Bicara sudah mulai dimengerti


40

h. Menyebut angka, dan menghitung jari

10. Usia 60-72 bulan

a. Berjalan lurus

b. Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik

c. Menangkap bola kecil dengan kedua tangan

d. Mengambbar segiempat

e. Mengerti arti lawan kata

f. Mengenal berbagai macam warna

g. Berpakaian tanpa dibantu

B. Peneliti Terkait

1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Arini, 2019) menunjukan

terdapat Hubungan Antara Derajat Stunting Dengan Perkembangan

Kognitif. Derajat stunting terbagi menjadi 3 macam yaitu mild stunting

(stunting ringan), moderate stunting (stunting sedang) dan severe stunting

(stunting berat/sangat stunting) (Kemenkes RI, 2020). Anak yang memiliki

derajat stunting buruk dapat mempengaruhi perkembangan kognitif yang

semakin mengalami keterlambatan artinya semakin anak mengalami

derajat stunting paling berat (severe stunting), maka anak berpeluang lebih

besar menghasilkan perkembangan kognitif suspect atau semakin

mengalami keterlambatan perkembangan kognitif. Hal ini disebabkan

karena penurunan status gizi. Status gizi yang kurang berhubungan erat

dengan gangguan proses pertumbuhan dan perkembangan yang saling

berpengaruh.
41

2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Maharani, 2021) Hubungan Antara

Kejadian Stunting Dengan Perkembangan Kognitif Pada Anakn Balita Di

Desa Karang Anyar, Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

Terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian stunting dengan

perkembangan kognitif pada anak balita di Desa Karang Anyar,

Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan dengan p value

sebesar 0,002. Balita yang mengalami stunting mendapatkan skor hasil

skrining kemampuan visual-motor lebih rendah daripada balita non-

stunting dengan rata-rata sebesar 86,77, sedangkan balita non-stunting

mendapatkan rata-rata sebesar 91,56 Balita yang mengalami stunting

mendapatkan skor hasil skrining kemampuan bahasa lebih rendah daripada

balita non stunting dengan ratarata sebesar 87,33, sedangkan balita non-

stunting mendapatkan rata-rata ebesar 93,27.

3. Penelitian dari (Sari, 2021) Hubungan Antara Stunting Dengan

Perkembangan Kognitif Anak Usia 24-59 Bulan Di Kelurahan

Bandarharjo Semarang, didapatkan gambaran stunting sebagian besar

kategori sangat pendek yaitu 57 (19,0%) responden dan kategori pendek

32 (10,7%) responden yang kemungkinan akan berdampak pada

kecerdasan anak Terdapat hubungan yang bermakna antara stunting dan

perkembangan kognitif anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Bandarharjo

Semarang dengan nilai ρ-value 0,000 (<0,05). Hasil uji diperoleh nilai r

0,467 hasil ini bermakna kekuatan hubungan antara kedua variabel sedang.
42

Arah korelasi yang positif menjelaskan bahwa semakin pendek tinggi

badan responden maka semakin rendah pula perkembangan kognitifnya.

C. Kerangka Teori

Kerangka adalah Abstraksi yang berbentuk oleh peneliti dari hal-hal yang

khusus, oleh Karena itu konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat

langsung diamati atau diujur, konsep hanya dapat diamati melalui konstruk

atau yang lebih dikenal dengan nama variabel, jadi variabel adalah symbol atau

lambing yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep (Notoatmodjo,

2018). Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Stunting
43

Faktor Mempengaruhi
1. Faktor Individu Jangka pendek Menurunnya
a. Status Ekonomi a) Gangguan kemampuan kognitif
b. Penyakit Infeksi perkembangan otak
c. BBLR b) Keterbelakangan
2. Faktor Pengasuh/ fisik
pengetahuan Orang Tua c) Gangguan
a. Pengetahuansikap metabolisme
b. Ketahanan pangan
c. Pola asuh
3. Faktor lingkungan
a. Pelayanan
kesehatan
b. Sanitasi
lingkungan

Tahap perkembangan
Prinsip Stimulasi
kognitif
1. Sebagai uangkapan rasa cinta dan
a) Subatahap fungsi
sayang, bermain bersama anak
simbolik
sambil menikmati kebahagiaan
b) Subtahap pemikiran
bersama anak.
intutitif
2. Bertahap dan berkelanjutan, serta
mencakup 4 bidang kemampuan
3. perkembangan (motorik kasar,
bahasa, kognitif dan personal sosial)
4. Dimulai dari tahapan perkembangan
yang telah dicapai anak
5. Dilakukan dengan wajar, tanpa
paksaan, hukuman atau bentakan

Faktor yang
mempengaruhi
Stimulasi orang tua perkembangan perkembangan kognitif
kognitif (Usia 24-36 bulan) 1. faktor intrinsic
1.Saya mengajari anak saya bermain a. faktor keturunan
puzzle b. faktor kematangan
2.Saya mengajari anak saya menyusun anak
lego, balok kayu c. faktor minat dan
3.Saya memotivasi anak saya untuk bakat
mencoret-coret kertas atau mewarnai
4.Saya membantu anak saya memotong 2. faktor ekstrinsik
gambar dari majalah dan a. faktor lingkungan
menempelkannya pada kertas b. faktor stimulasi
5.Saya mengajari anak saya c. faktor kebebasan
mencocokkan gambar dengan

D. Kerangka Konsep
44

Kerangka adalah Abstraksi yang berbentuk oleh peneliti dari hal-hal yang

khusus, oleh Karena itu konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat

langsung diamati atau diujur, konsep hanya dapat diamati melalui konstruk

atau yang lebih dikenal dengan nama variabel, jadi variabel adalah symbol atau

lambing yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep (Notoatmodjo,

2018). Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Variabel Bebas (Independent): Variabel Terikat (Dependent):


pemberian stimulasi orang tua perkembangan kognitif pada anak
stunting dan non stunting

E. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian atau

rumusan masalah (Notoatmodjo, 2018).

Ha : Ada hubungan pemberian stimulasi orang tua dengan perkembangan motorik

pada anak usia balita stunting dan non stunting di Desa Ambarawa Barat

Ho: Tidak ada hubungan pemberian stimulasi orang tua dengan perkembangan

kognitif pada anak usia balita stunting dan non stunting di Desa Ambarawa

Barat
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini penulis mengunakan jenis penelitian kuantitatif. Jenis penelitian

ini merupakan jenis penelitian untuk mendapatkan gambaran yang akurat dari

sebuah karakteristik masalah yang mengklasifikasikan suatu data dan

pengambilan data yang berhubungan dengan angka-angka baik yang diperoleh

dari hasil pengukuran maupun dari nilai suatu data yang diperoleh

(Notoatmodjo, 2018).

B. Waktu Dan Tempat

1. Tempat: Penelitian ini dilaksanakan Di Desa Ambarawa.

2. Waktu: Penelitian dilakukan pada Februari 2024

C. Rancangan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah case control. Penelitian case

control merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara membandingkan

antara dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol

(Notoatmodjo, 2018).

D. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh objek yang akan diteliti pada saat

melakukan penelitian (Notoatmodjo, 2018). Populasi penelitian ini adalah

ibu beserta anak balita stunting dan non stunting yang ada di Desa

Ambarawa Barat Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu

45
46

2. Sampel

Sampel merupakan subjek yang akan mewakili jumlah populasi

penelitian (Notoatmodjo, 2018). Sampel pada penelitian ini adalah ibu dan

anak balita stunting dan non stunting dengan jumlah balita stunting 29 dan

non stunting 208 yang ada di Desa Ambarawa Barat Kecamatan

Ambarawa Kabupaten Pringsewu. Adapun perhitungan sampel dalam

penelitian ini dengan menggunakan rumus Case Control :

(p0.q0 + p1.q1)( Z 1 - / 2 + Z 1-
2
ß )
n= -
(p1 - p0) 2

Keterangan :
n = jumlah sampel minimal kelompok kasus dan kontrol
Z1 - /2 = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat
kemaknaan (untuk = 0,05 adalah 1,96)
Z1 - ß = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa
(power) sebesar diinginkan (untuk ß=0,10 adalah 1,28)
p0 = proporsi paparan pada kelompok kontrol atau tidak
sakit 70% (0,7) (Tarigen et al., 2023)
p1 = proporsi paparan pada kelompok kasus (sakit) 30%
(0,3) (Tarigen et al., 2023)
qo = 1 – p0 dan q1 = 1 – p1

2
n¿ ( 0.7 x 0.3+ 0.3 x 0.7 ) x 1.96 +1.28 ¿
¿¿

n ¿ ( 0.21+0.21 ) x ¿ ¿

n¿
( 0.42 ) x (10.4967)
¿¿
4.408992
n¿
0.16

n = 27,5562 dibulatkan menjadi

n = 27
47

Berdasakan jumlah hasil perhitungan sampel diatas, sampel dalam penelitian

ini berjumlah berjumlah 54 , dengan stunting 27 balita dan non stunting

27 balita.

3. Cara pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling yaitu berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat

oleh peneliti sendiri , berdasarkan ciri atau sifat – sifat populasi yang

sudah diketahui sebelumnya. (Notoatmodjo, 2018)

a. Kriteria sampel

Kriteria inklusi merupakan ciri-ciri yang harus dimiliki setiap anggota

populasi agar dapat dijadikan sampel (Notoatmodjo, 2018). Kriteria

inklusi pada penelitian ini adalah :

Inklusi :

1. Balita usia 24-36 bulan.

2. Balita tidak sedang mengalami gangguan kesehatan

3. Anak-anak yang kooperatif.

4. Persetujuan orangtua (Informed Concent).

b. Kriteria Eksklusi merupakan ciri-ciri anggota populasi yang tidak

dapat dijadikan sampel penelitian (Notoatmodjo, 2018). Kriteria

eksklusi pada penelitian ini adalah :

Eksklusi :

a. Anak usia 24-59 tahun yang memiliki riwayat penyakit seperti

hidrosefalus, sindrom down, retardasi mental, autisme.


48

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran

pengertian tertentu (Notoatmojo, 2018). Penelitan ini memiliki 2 (dua)

variabel. Variabel Independen dan Variabel Dependen. Berikut uraian

variabel-variabel dalam penelitian :

1. Variabel Independen

Merupakan variabel yang memperngaruhi atau nilainya menetukan

variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

pemberian stimulasi orang tua.

2. Variabel Dependen

Merupakan variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel

lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Perkembangan

Kognitif balita stunting dan non stunting.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian

variabel-variabel diamati atau diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut

diberi batasan. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan

kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang

bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat ukur (Notoatmojo,

2018).
49

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur
Variable Aktifitas yang Kuisioner Mengisi Dikelompokkan Rasio
Bebas: dilakukan ibu untuk kuisioner berdasarkan
Pemberian mengoptimalkan nilai
stimulasi perkembangan median :
orang tua anak meliputi aspek 1. Stimulasi
motoric kasar,aspek Kurang ( total
motoric skor < 45)
halus,bicara 2. Stimulasi
bahasa, dan Baik (total skor
personal social ≥ 45)
dinilai dari total Skor
scor pertanyaan
favourable :
1= tidak pernah
2= kadang-
kadang
3= sering
4= selalu
Variabel Perkembangan Kuisioner Mengisi Dikelompokkan Rasio
Terikat: kognitif adalah kuisioner berdasarkan
Perkembanga suatu aspek yang nilai
n Kognitif berfokus proses median :
Balita berfikir, yaitu 1. Kurang
kemampuan anak ( total skor < 9)
untuk 2. Baik (total
menghubungkan, skor ≥ 9)
menilai, dan Skor
mempertimbangkan pertanyaan
favourable :
0= belum
muncul
1= sudah
muncul

G. Pengumpulan Data

1. Langkah atau Proses Penelitian

1) Persiapan

a. Menentukan masalah dan mengajukan judul penelitian kepada

pembimbing
50

b. Pengumpulan data dimulai dengan meminta surat izin pre

survey dari Universitas Aisyah Pringsewu.

c. Meminta balasan pre survey dari Dinas Kesehatan Pringsewu,

UPT puskemas Ambarawa dan Desa Ambarawa Barat.

d. Melakukan bimbingan dengan pembimbing.

e. Melakukan seminar proposal.

f. Revisi proposal penelitian.

g. Setelah proposal disetujui melakukan penelitian.

2) Pelaksanaan

a. Meminta surat izin penelitian dari Universitas Aisyah

Pringsewu.

b. Meminta balasan pre survey dari Dinas Kesehatan Pringsewu,

UPT puskemas Ambarawa dan Desa Ambarawa Barat.

c. Setelah diberikan izin untuk melakukan penelitian, sebelumnya

peneliti sudah menentukan sampel dengan menggunakan Teknik

accidental sampling.

d. Selanjutnya peneliti bertemu dengan responden, peneliti

memperkenalkan diri dan kontrak waktu untuk pengisian

kuisioner kepada seluruh responden serta cara pengisian

kuisioner.

e. Peneliti menjelaskan manfaat dan tujuan penelitian serta

memberikan lembar inform consent kepada setiap responden

sebagai tanda kesediaan menjadi sampel penelitian.


51

f. Setelah responden setuju, peneliti mulai mengumpulkan data.

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan

menggunakan kuisioner. Peneliti memberikan kusioner

mengenai stimulasi orang tua dan melakukan observasi untuk

mengetahui perkembangan kognitif pada anak usia balita 24-36

bulan.

g. Setelah kusioner terkumpul sesuai dengan jumlah yang

dibutuhkan, selanjutnya peneliti mengucapkan terimakasih

kepada seluruh responden.

3) Perekapan Data

a. Setelah semua data terkumpul peneliti melakkan rekaptulasi

data.

b. Melakukan pengolahan data.

c. Melakukan bimbingan.

d. Seminar hasil.

2. Alat pengumpulan data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuisioner. Kuisioner berisikan pertanyaan pertanyaan yang telah

ditentukan untuk pengumpulan data (Swarjana 2015). Kuisioner dalam

penelitian ini menggunakan kuisioner stimulasi orangtua berdasarkan

Pedoman Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak

SDIDTK (Kemenkes RI, 2016).Di isi oleh ibu balita dengan

pendampingan enumerator. Sedangkan kuisioner perkembangan kognitif


52

balita yang mengacu pada (Permendikbud No.137 tahun 2014). Sebelum

dilakukan pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan

reliabilitas kuisioner penelitian.

3. Uji validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan alat ukur penelitian

melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan

korelasi Product Moment. Interpretasi dilakukan dengan membandingkan

korelasi antar skor tiap variabel dengan skor item pertanyaan kuisioner,

yaitu apabila signifikan (P value <0,005) maka item tersebut valid uji

reabilitas. Maka dinyatakan bahwa instrument pengukuran yang

digunakan dalam penelitian ini adalah reliable.

H. Pengolahan Data

Metode pengolahan data adalah urutan tentang bagaimana pengolahan dilakukan.

Hal ini harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh

pakar metode, demi tercapainya hasil analisa yang akurat serta dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya (Swarjan, 2015). Lembar format yang

sudah dikumpulkan pada penelitian ini akan dianalisa, kemudian diolah

dengan komputerisasi dengan tahapan sebagai berikut :

1. Editing

Menurut Notoadmojo (2018) Kegiatan ini dilakukan dengan cara

memeriksa data hasil jawaban dari kuisioner yang telah diberikan

kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah


53

terjawab dengan lengkap atau belum. Editing dilakukan di lapangan

sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai bisa segera

dilengkapi. Setelah kuisioner selesai diisi, maka setiap lembar kuisioner

dan observasi diperiksa apakah diisi dengan benar dan lengkap,

kemudian peneliti memerika setiap item penelitian yang telah

diperoleh.

2. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-

tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data

selanjutnya (Notoadmojo, 2018). Lembar format yang telah

dikumpulkan lalu diberi tanda, simbol atau kode, dan untuk nama

hanyalah ditulis inisialnya saja. Untuk mempermudah kegiatan ini

dilakukan oleh peneliti.

Variabel Bebas : Stimulasi Orang Tua

Kode 1= Tidak pernah

Kode 2= Kadang kadang

Kode 3= Sering

Kode 4= Selalu

Stimulasi kurang (total skor < 45)

Stimulasi baik (total skor > 45)

Variabel Terikat : Perkembangan Kognitif

1.Kurang (total skor < 9)

2.Baik (total skor > 9)


54

Skor pertanyaan favourble

0=belum muncul

1=Sudah

3. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban

kuisioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke

dalam tabel (Notoadmojo, 2018). Tabulating dilakukan setelah

jawaban kuisioner diberi kode, kemudian peneliti menghitung data dan

memasukkan ke dalam tabel.

4. Scoring

Selanjutnya menetapkan pemberian skor pada angket atau kuesioner

(Notoadmojo, 2018). Pada penelitian ini menggunakan pola apabila

jawaban benar diberi nilai 1 dan apabila jawaban salah diberi nilai 0.

5. Entry

Setalah dilakukan pengecekan dan pengkodingan peneliti

memasukan data ke dalam program komputer, kemudian menghitung

data yang telah terkumpul. Selanjutnya diolah dengan menggunakan

program komputerisasi.
55

I. Analisis Data

Analisis data adalah proses pemeriksaan dan pengolahan untuk diubah menjadi

informasi bermanfaat, menarik kesimpulan, dan membantu dalam

menyelesaikan suatu permasalahan (Notoatmodjo, 2018).

1. Analisa Univariat

Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2018). Analisis univariat

bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik dari

semua variabel penelitian. Analisi univariat pada penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis distribusi dan frekuensi dari variabel.

Pada penelitian ini variabel pemberian stimulasi orangtua dan

perkembangan kognitif pada balita stunting dan non stunting disajikan

dalam bentuk table distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa data yang terkait dengan pengukuran

dua variabel tersebut pada waktu tertentu (Swarjana, 2015). Kedua

variabel tersebut dapat dieketahui melalui uji statistik normalitas. Jika

P value > 0,05 maka semua data pada variabel yang diteliti tersebut

terdistribusi normal.

J. Etika Penelitian

Untuk melakukan penelitian ini, peneliti akan meminta izin lisan maupun

tulisan kepada responden (inform consent) sebagaimana tercantum dalam

formulir persetujuan yang telah dilampirkan pada lembar kuisioner penelitian


56

sebelum pengumpulan data. Setelah itu, peneliti akan menjaga kerahasiaan

nama dan informasi yang diterima dari responden. Kerahasiaan dan informasi

yang dikumpulkan dijamin oleh peniliti (confidentiality)


Dafrar Pustaka

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Pedoman pelaksanaan.

Notoatmodjo. (2018). Metodelogi Penelitian Kesehatan. RINEKA CIPTA.

Sumartini, erwina. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan “Peran Tenaga Kesehatan


Dalam Menurunkan Kejadian Stunting” Tahun 2020 STUDI LITERATUR :
DAMPAK STUNTING TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Pre Survet Penelitian
Lampiran 2. Surat Balasan Pre Survey Penelitian
Lampiran 3. Gambar Lokasi Pre Survey Penelitian
PERNYATAAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth

Bapak/Ibu

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Risma Ayu Octavia

NPM : 200101089

Dengan hormat, Saya mahasiswa S1 Keperawatan, Universitas Aisyah Pringsewu

akan melakukan penelitian tentang “Hubungan Pemberian Stimulasi Orangtua

Dengan Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Balita Stunting dan Non

Stunting Di Desa Ambarawa Barat Kec. Ambarawa Kab. Pringsewu”.

Bersama ini saya mohon kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian

ini dengan menandatangani lembar permohonan ini dan menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian ini. Jawaban yang saudara

berikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan

penelitian, sehingga tidak akan mempengaruhi/menghambat karier atau yang

lainnya berkaitan dengan tugas yang saudara/i laksanakan. Atas bantuan dan

partisipasinya saya ucapkan terimakasih.

Peneliti

Risma Ayu

Octavia
PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN

Nama :

Umur :

Nama Anak :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia sebagai responden penelitian berjudul “Hubungan

Pemberian Stimulasi Orangtua Dengan Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia

Balita Stunting dan Non Stunting Di Desa Ambarawa Barat Kec. Ambarawa Kab.

Pringsewu”. Dengan ketentuan apabila ada hal-hal yang tidak berkenan kepada

saya, maka saya berhak mengajukan pengunduran diri sebagai responden dari

kegiatan penelitian ini.

Responden
KUISIONER STIMULASI ORANG TUA

IDENTITAS RESPONDEN
Nama ibu :
Umur ibu :
Alamat :
Pendidikan ibu :
Nama anak :
Tempat tanggal lahir anak :
Umur anak :
Jenis kelamin :

Jawablah semua pernyataan berikut ini dengan memberikan tanda ceklis (√) pada

kolom yang disediakan, dengan keterangan sebagai berikut:

a. Selalu (SLL) : apabila Anda melakukannya setiap hari.

b. Sering (SRG) : apabila Anda melakukannya hampir setiap hari (3-5 kali

dalam seminggu)

c. Jarang (JR) : apabila Anda melakukannya 1-2 kali dalam seminggu

d. Tidak Pernah (TP) : apabila Anda tidak melakukan hal tersebut sama

USIA 24-36

NO Pernyataan SLL SRG JRG TP

1. Saya memotivasi anak saya untuk berlari,

mengejar,melompat dan bermain bola


2. Saya memotivasi anak saya berjinjit

mengelilingi kursi atau meja

3. Saya memotivasi anak merangkak di kolong

meja untuk mengambil barang

4. Saya melatih anak mengayuh sepeda roda tiga

5. Saya bermain lempar tangkap bola dengan

anak saya

6. Saya mengajari anak saya bermain puzzle

7. Saya mengajari anak saya menyusun lego,

balok kayu

8. Saya memotivasi anak saya untuk mencoret-

coret kertas atau mewarnai

9. Saya membantu anak saya memotong gambar

dari majalah dan menempelkannya pada

kertas

10. Saya mengajari anak saya mencocokkan

gambar dengan benda aslinya, misalnya

gambar kursi dan anak menunjukkan benda

kursi yang asl

11. Saya mengajari anak saya menaruh benda

pada tempatnya, misalnya meletakkan pensil

di kotak, mainan di tempat mainan

12. Saya berbicara dengan bahasa yang jelas


ejaannya (tidak cadel) kepada anak saya

13. Saya membacakan buku cerita bergambar

kepada anak saya

14. Saya menanyakan siapa tokoh cerita yang ada

pada buku cerita yang saya bacakan kepada

anak saya

15. Saya memotivasi anak saya untuk bercerita

tentang apa yang dilihatnya ketika sedang

berjalan-jalan

16. Saya menemani anak saya saat menonton

televise

17. Saya bertanya kepada anak saya untuk

menyebutkan nama lengkapnya

18. Saya menanyakan nama benda yang dilihat

oleh anak saya saat jalan- jalan

19. Saya meminta tolong anak saya untuk

mengambilkan barang yang dia sudah tahu

(mengambilkan buku, sisir, atau benda

lainnya)

20. Saya mengajak anak saya pergi ke luar rumah

(warung, taman, tempat rekreasi)

21. Saya memotivasi anak saya untuk berpakaian

sendiri
22. Saya memeluk anak saya ketika ia sedang

kecewa
KUISIONER PERKEMBANGAN KOGNITIF

Isilah pernyataan berikut dengan tanda ceklis (√) sesuai kemampuan yang terjadi

pada anak dengan pilihan jawaban:

a. BB : Belum berkembang (belum mau dan belum mampu)

b. MB : Mulai berkembang (anak melakukan tapi dengan diingatkan atau

dicontohkan, belum ada inisiatif)

c. BSH : Berkembang sesuai harapan (sudah mampu melakukan dengan inisiatif

sendiri,secara mandiri namun belum konsisten)

d. BSB : Berkembang sangat baik (sudah mampu melakukan secara

mandiri,konsisten dan mengajak teman untuk berbuat yang sama).

USIA 24-36

Lingkup Indikator Deskriptif BB MB BSH BSB

Perkembangan Aktifitas

Belajar dan a. Melihat dan 1. Anak dapat

Pemecahan menyentuh benda menyentuh dan

Masalah yang ditunjukkan menyebutkan

oleh orang lain nama bola, kursi

atau benda lain

sesuai instruksi

“Nak, tolong
ambilkan bola

itu”, “Nak,

kursinya mana?

b.Meniru cara 2. Apabila

pemecahan menumpahkan

masalah orang sesuatu berusaha

dewasa atau membersihkan,

teman mendekatkan

benda yang jauh

apabila ingin

mengambil,

meminta tolong.

“Mama, tolong

ambilin”, atau

“Ambilin dong

Ma”.

c.Konsentrasi 3. Anak bisa

dalam menyusun lego

mengerjakan atau balok

sesuatu tanpa sendiri,menyusun

bantuan orang menara dari balok

tua atau

mainan sejenisnya
d.Mengeksplorasi 4.Mengungkapkan

sebab akibat jawaban saat

ditanya mengapa

lantai basah? Atau

hal lain sejenis

“Dek, kok

lantainya basah

ya“air

minumnya

tumpah Ma”

e.Mengikuti 5. Mandi, makan,

kebiasaan menaruh barang

sehari-hari di tempatnya

Anak mampu

mengatakan jika

Ibu membawa

piring berisi

makanan, artinya

anak mau makan.

Berfikir logis a.Menyebut 6. Anak mampu

bagian bagian menyebutkan

suatu gambar bagian wajah


orang (pada

gambar), mobil,

binatang

b.Mengenal 7.Anak

bagianbagian menyebutkan

tubuh Bagian

tubuh(kepala,

tangan,

kepala,kaki,leher)

c. Memahami 8. Anak dapat

konsep ukuran menyebutkan

(besar-kecil, benda mana yang

panjang-pendek) panjang-pendek,

mana yang

besarkecil

(memilih mana

benda yang lebih

panjang atau lebih

pendek; mana

yang lebih besar

dan mana yang

lebih kecil
Berpikir a.Meniru 9.Anak

simbolik perilaku orang menunjukkan

lain dalam keinginan dan

menggunakan meniru perilaku

barang orang dewasa

seperti memakai

sepatu, kaca

mata,tas dll

b. Memberikan 10. Anak mampu

nama atas karya memberi nama

yang hasil karya

dibuat sendiri,

misalnya saat

menggambar

(dengan

bahasanya sendiri)

c.Melakukan 11. Anak mampu

aktifitas seperti memegang

kondisi nyata telepon,

memegang sendok

untuk makan,

memegang gelas

untuk minum

Anda mungkin juga menyukai