Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ardelia Intan Aryani

NIM : K7522018
Kelas : A

Ngekos atau Laju? Kebimbangan Seorang Mahasiswa Terhadap Jarak Rumah


Kalian pasti sudah tidak asing lagi bukan dengan Mahasiswa yang Ngekos dekat kampus
mereka agar lebih cepat datang ke Kampus dan lebih dekat dengan akses ke Kampus. Tapi banyak
yang tidak sadar bahwa banyak juga Mahasiwa yang nge-laju karena jarak rumah mereka yang masih
dekat dengan area kampuss, sekitar 1-5 KM. Lalu bagaimana dengan Mahasiswa yang jarak
rumahnya lebih dari 20 KM dari Kampus yang juga laju dari rumah?
Sudah 3 bulan lamanya perkuliahan di Universitas Sebelas Maret dilaksanakan secara tatap
muka 100%. Tidak ada lagi zoom, google meet,dsb atau pembelajaran secara daring. Hal ini
merupakan berita gembira dan sangat membuat para mahasiswa hingga para jajaran dosen antusias
dan semangat belajar tentunya. Berita ini tidak luput dari perhatian para mahasiswa baru atau kerap
disapa MABA yang menunggu antusiasme PKKMB. Mereka menunggu kepastian apakah PKKMB
dilaksanakan secara online/offline. Karena para mahasiswa luar kota harus mempersiapkan banyak
keperluan untuk kuliah kedepannya. Salah satunya adalah mencari kos. Mencari kos di UNS bukanlah
hal yang mudah karena mencari kamar di waktu ini berbarengan dengan mahasiswa semester atas
yang juga mencari kos-kosan untuk mereka kuliah di Bulan Agustus nanti.
Setelah dikabari PKKMB akan dilaksanakan secara offline tentunya mereka sangat antusias
mencari kos dan mulai pindahan. Hal ini tidak luput dari si A seorang maba yang jarak rumahnya 52
KM dari kampus, yaitu Gemolong,Sragen. Ketika melewati Jalan provinsi jarak tempuh hanya butuh
40 menit apabila jalan lancar (tidak macet). Tetapi pada bulan Juni-September terdapat pembangunan
jalan di daerah Gondangrejo, Karanganyar yang membuat jarak tempuh perjalanan mencapai 1 jam
lebih apabila tidak bersamaan dengan anak sekolah dan berangkat/pulang kerja.
Ketika awal-awal PKKMB si A masih merasa bahwa ia mampu melaju dari rumah ke kampus
apabila tidak ada pekerjaan jalan. Karena tetangganya banyak yang kuliah dan kerja di Kota Solo dan
mampu pulang pergi setiap hari tanpa mengeluh. Ia merasa bahwa Solo masih dekat apabila dengan
Kota Jogja yang harus ditempuh 2 jam. Si A juga bernegosiasi dengan ibunya apakah ia perlu kos
pada saat kuliah nanti atau tidak. Tetapi ibunya juga menyarankan hal yang sama dipikirannya.
Si A juga sadar bahwa tidak dia saja yang laju. Banyak teman SMA dia juga yang laju dan
akhirnya berangkat dari Gemolong bersama-sama pada saat awal PKKMB. Tapi seiring berjalannya
waktu jadwal kuliah mereka tidak berbarengan dan akhirnya si A laju setiap hari sendirian.
Perkuliahan dimulai dan terdapat waktu-waktu sulit yang A rasakan. Terkadang terdapat dosen yang
membatalkan jadwal kuliahnya pada saat dia mulai berangkat dan sialnya ia membuka pesan dosenya
di jalan hingga pernah ia membukanya saat di Kampus. Sangat membuang-buang waktu, duit, dan
juga uang. Tapi itu semua merupakan resiko karena ia memilih pilihan tersebut.
Permasalahan lain yang dirasakan oleh A adalah musim hujan. 3 minggu kemarin Si A pernah
pulang 1 minggu berturut-turut kehujanan saat ingin pulang dari kampus. Jika dulu ia pulang
menunggu awan sore. Sekarang ia memilih segera pulang agar tidak terjebak hujan saat mengendarai
kendaraan. Pernah satu kali ia lupa membawa jas hujan dan sudah pukul 4 sore ia pulang kehujanan.
Akhirnya ia menunggu hujan reda. Pernah sekali juga ia terjebak macet di saat pekerjaan jalan karena
para pengendara motor, truk, dan mobil tidak ada yang mau mengalah. Menurut kalian A harus nge
kos atau tetap laju hingga 4 tahun kedepan?

Anda mungkin juga menyukai