Anda di halaman 1dari 9

EFEKTIFITAS PEMBINAAN KARAKTER GENERASI MUDA

DALAM PRESEPSI TOKOH MASYARAKAT DAN PEMUDA


(Studi Kasus Pasca Konflik Sosial Ambon)

Laros Tuhuteru

Universitas Pattimura

E-mail Korespondensi : tuhuterulessyoca@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian bertolak dari permasalahan pokok bahwa sampai saat ini belum ditemukan pola
pembinaan karakter generasi muda pasca konflik sosial di kota Ambon yang efektif
dilakukan, baik di keluarga, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, Organisasi
sosial kemasyarakatan. Penelitian bertujuan untuk memahami sikap dan perilaku generasi
muda Ambon pasca konflik sosial, sebagai solusi pembinaan karakter generasi muda.
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus.
Informan dipilih secara purposive dan data hasil penelitian diolah melalui proses reduksi,
analisis deskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola pembinaan karakter
generasi muda kota Ambon pasca konflik sosial, evektif dilakukan dengan pendekatan
budaya lokal, (1) kersama (makan patita), (2) kebebasan (pela gandong), (3) toleransi (ale
rasa beta rasa), (4) nilai kerja sama (masohi). Budaya lokal digunakan sebagai program
penyelengaraan pembinaan karakter generasi muda dan resolusi konflik sosial, sehingga
dapat ditemukan sikap persaudaraan, kerja sama, toleransi, kerukunan, tanggung jawab,
pengendalian diri, dan komunikasi yang santun.

Kata Kunci: Efektifitas, Karakter, Pemuda, Tokoh Masyarakat.

PENDAHULUAN tingkat emosional generasi muda. Oleh


karena itu, permasalahan terbesar saat ini di
Generasi muda Ambon pasca Ambon adalah hilangnya karakter dan jati
konflik sosial saat ini cenderung kehilangan diri generasi muda dan kebiasaan-
arah untuk mereka menjalani hidupnya. kebiasaan yang tidak sehat seperti
Contoh seperti bidang ekonomi, merokok, minum minuman beralkohol,
pendidikan, sosial, yang saat itu sebelum penyalahgunaan obat, perkelahian
konflik terlihat mengalami kemajuan antarremaja, tawuran antarsekolah,
terutama pada bidang pendidikan dan antarmasyarakat, kekacauan antarkampung,
ekonomi namun pasca konflik sosial harta antarsuku, antarkelompok. Dengan istilah-
benda bahkan pendidikan mereka sudah istilah ancaman yang dipakai
mengalami kehancuran sehingga generasi remaja/generasi muda di Ambon menurut
muda mengalami kehilangan arah. Hal ini Knaap, Gerit J, (1991) seperti: beta pukul
disebabkan karena pengaruh konflik sosial se satu kali, ose marayap,
tahun 1999 yang lalu sehingga (tersungkur/tiarap) beta pukul se satu kali,
mengakibatkan frustrasi, trauma dan ose tuli, beta pukul se satu kali, ose mulu
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku bengkok mangkali ka apa? balah dia,
kekerasan yang tidak di imbangi dengan (ditonjol) racun dia di tengah hutan,

11
(diasingkan di hutan belantara) buang dia masyarakat Ambon mereka adalah
di air masing“ (Air laut). bersaudara secara turun temurun.
Seiring dengan istilah-istilah Dilain pihak kuatir dengan situasi
ancaman yang dipakai generasi muda di pasca konflik lebih berdampak kepada
atas, namun di lain sisi mereka memiliki peningkatan angka keriminalitas di Ambon.
faktor ‘permersatu’ yang cukup kuat, yaitu Dengan demikian perlu adanya upaya
kultur (budaya) termasuk di dalamnya membangun kebersamaan berdasarkan
adalah apa yang disebut Luhulima sebagai peraturan pemerintah dan menumbuhkan
“Agama Ambon”. Selain itu sebelum kembali semangat kesadaran masyarakat
terjadinya konflik di Ambon ada yang serta generasi muda Ambon pasca konflik
disebut dengan sistem Pela Gandong. sosial termasuk pemerintah daerah, agar
Dalam sistem bila terjadi konflik, berupaya mengembalikan budaya setempat
antarkedua kelompok masyarakat atau untuk menyatukan kembali masyarakat dan
agama yang berbeda, konflik tersebut dapat generasi muda Ambon yang dikenal dengan
diselesaikan lewat mekanisme tradisional masohi, atau gotong royong untuk
yang dikenal dengan semboyan “ale rasa menggalang kebersamaan. Kegiatan masohi
beta rasa, potong dikuku rasa didaging, dilakukan melalui satu kegiatan bersama.
sampe jua sudara gandongeee. ain ni ain, Dalam kegiatan ini semua masyarakat
laeng lia laeng, laeng sayang laeng, dan didorong ikut terlibat tanpa membedakan
laeng kalesang laeng”. suku, agama, ras, dan golongan. Misalnya,
Semboyan di atas mengandung arti dalam pembangunan gereja kaum, Muslim
bahwa: “Masyarakat yang memiliki turut bekerja membangun bangunan gereja
hubungan pela gandong atau sesama atau menyumbang berupa bahan material.
masyarakat Ambon dilarang saling Dan sebaliknya, kaum Muslim
menyakiti, karena sakit yang dia derita atau membangun Masjid, kaum Nasrani juga
rasakan sama pula dengan apa yang kita turut bekerja membangun bangunan dan
sakiti, (masyarakat yang menyakiti dan menyumbang bahan material. Kebiasaan
disakiti sama-sama merasa sakit) sekecil lainnya yang mulai ditumbuhkan kembali
apapun perbuatan kita yang melukai adalah makan bersama (makan pattita)
sesama orang Ambon akan muncul sebagai simbol kebersamaan dan
perasaan bersalah yang sanggat mendalam persaudaraan. Semua kegiatan ini biasanya
sampai di lubuk hati halus sebagai Insan diikuti oleh tokoh-tokoh masyarakat, para
ciptaan Tuhan. Oleh karena itu masyarakata generasi pemuda, masyarakat umum, dan
yang memiliki hubungan pela pemerintah daerah.
gandong/sesama orang Ambon jangan Selain itu perlu adanya upaya
sekali-kali menyakiti perasaan orang lain pembinaan karakter generasi muda pasca
karena kita diikat dengan sumpah dan janji konflik sosial saat ini sangat penting
secara turun temurun oleh para leluhur. dilakukan sedini mungkin untuk
Selain itu kita sesama manusia ciptaan mengantisifasi persoalan di masa yang akan
Tuhan/Allah swt yang dibekali akal dan datang yang semakin komleks. seperti
berbudi luhur untuk berpikir dan bertindak semakin rendahnya perhatian dan
sesuai hati nuraninya. Karena semua kepedulian generasi muda terhadap
lingkungan sekitar. Tidak memiliki

12
tanggung jawab, rendahnya kepercayaan etnik dan agama (Jalal dan Supriadi 2001:
diri, dan lain sebagainya. Untuk 49-50).
mengetahui lebih jauh tentang apa yang
METODE PENELITIAN
dimaksud dengan pembinaan karakter
generasi muda. Lickona (1992) menyatakan Penelitian dilakukan dengan
bahwa: pembinaan karakter generasi muda menggunakan pendekatan kualitatif ini
adalah upaya terencana untuk membantu berupaya memusatkan perhatian studinya
orang atau anak memahami, peduli, dan pada realita sebagai produk pikir manusia
bertindak atas dasar nilai-nilai demokrasi dengan segala bentuk subyektivitas, emosi
dan nilai-nilai (moral/etika), pembinaan dan nilai-nilai yang dianutnya.
karakter seperti ini dapat mengajak Penelitian ini mengunakan
kebiasaan berpikir dan berbuat yang pendekatan kualitatif dipandang sesuai
membantu orang hidup dan bekerja dengan masalah penelitian ini dengan
bersama-sama sebagai keluarga, teman, beberapa alasan, yang disesuaikan dengan
tetangga, dan masyarakat. Pandangan ini masalah yang diteliti, pendekatan yang
mengilustrasikan, bahwa pembinaan digunakan dalam penelitian ini adalah
karakter generasi muda yang ada di pendekatan penelitian kualitatif,
pendidikan formal, maupun non formal, pendekatan yang tidak menggunakan upaya
dan informal harus mengajarkan generasi kuantitatif untuk perhitungan-perhitungan
muda atau para peserta didik saling peduli, statistik, melainkan lebih menekankan pada
menghargai, dan membantu dengan penuh kajian interpretatif. Hal ini sesuai dengan
keakraban tanpa diskriminasi karena pendekatan Vernon van Dyke (Saprya,
didasarkan dengan nilai-nilai moral dan 2007: 130) bahwa pada prinsipnya
nilai-nilai demokrasi dalam rangka pendekatan kualitatif yang digunakan
persahabatan. Disini nampak bahwa dalam penelitian ini berimplikasi pada
pembinaan karakter generasi muda oleh penggunaan ukuran-ukuran kualitatif secara
para orang tua, guru, tokoh masyarakat, konsisten, artinya dalam pengolahan data,
tokoh adat tokoh agama sanggat membantu sejak mereduksi, menyajikan dan
dalam membentuk karakter generasi muda memperivikasi dan menyimpulkan data
atau peserta didik ke arah yang lebih baik. tidak menggunakan upaya kuantifikasi
Berangkat dari upaya-upaya perhitungan-perhitungan secara statistik,
pembinaan karakter generasi muda yang seperti lazimnya dalam penelitian
dilakukan baik para guru, orang tua, tokoh kuantitatif akan tetapi lebih menekankan
masyarakat dan pemuda di atas, diharapkan pada kajian interpretatif.
akan tumbuh dan berkembang karakter Metode penelitian ini adalah studi
kepribadian yang dimiliki anak atau kasus karena konflik sosial antarwarga,
generasi muda diantaranya: karakter antarumat beragama, dan antaranak muda
mandiri dan unggul, komitmen pada sering terjadi dengan setting yang berbeda-
kemandirian dan kebebasan, konflik bukan beda. Konflik sosial di Indonesia
potensial laten, memungkinkan situasi merupakan fenomena yang partikular-
monumental dan lokal, signifikansi karakteristik dan memerlukan penjelasan
Bihineka Tunggal Ika, mencegah agar yang lebih mendalam dan spesifik. Meski
stratifikasi sosial identik dengan perbedaan penelitian kasus biasanya mencari sesuatu
yang umum dan khusus dari sebuah kasus,

13
namun hasil karyanya hampir selalu mencakup pemuda baik di lingkungan
menyajikan sesuatu yang unik dan spesifik komunitas Kristen maupun Islam, walau
(Stoufer dan Stake dalam Zaenuri, 2012: cenderung lebih banyak berorientasi di
23). desa-desa Kristen. Kegiatannya seperti
Sementara istilah studi kasus itu pemulihan kembali jiwa anak usia anak
sendiri adalah sebagai salah satu metode sekolah yang terkontaminasi dengan
dalam penelitian kualitatif. Istilah studi kondisi konflik, mereka membina dan
kasus merupakan gabungan antara studi mendidik dengan penuh kasih sayang
dan kasus. Kata studi berasal dari bahasa kepada anak-anak yang sudah kehilangan
inggris, study, yang sudah dibakukan dalam ayah maupun ibu akibat konflik sehingga
bahasa Indonesia berarti pelajaran, lokarya, para generasi muda bisa dapat melupakan
atau penyidikan (Echols & Shadly, dalam tragedi yang memiluhkan semua umat
Erawati 2011: 113). Sedangkan istilah manusia tersebut.
kasus menurut Hasan dalam (Erawati 2011: Selain itu ada upaya pembinaan
113) adalah suatu peristiwa, kejadian, terhadap korban konflik dari Gerakan
fenomena atau situasi tertentu yang terjadi Perempuan Peduli (GPP). Upaya
di tempat tertentu dan berhubungan dengan organisasi ini adalah mewujudkan
aspek-aspek kehidupan manusia di masa masyarakat yang damai, kehidupan
lalu, masa kini, atau masa yang akan generasi muda yang bersahaja dengan
datang. Istilah studi kasus yang dimaksud sesama manusia. Dalam aktivitanya
adalah sebuah metode penelitian dalam pendampingan terhadap kaum perempuan
penelitian kualitatif. dan anak-anak muda di Ambon. Tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN kalah penting dari upaya organisasi
Gerakan Baku Bae berhasil mendorong
Sebenarnya upaya pembinaan
tumbuhnya zona-zona netral di mana
karakter generasi muda pasca konflik
komunitas Islam dan Kristen bisa saling
Ambon benar-benar berjalan efektif hal ini
berinteraksi (misalnya pasar-pasar baku
dapat dilihat dari segalah upaya yang
bae, tempat-tempat pelayanan kesehatan,
dilakukan seperti Tim 20 Wayame, Tim
pendidikan, dan jasa-jasa lainnya). Yayasan
yang terdiri dari 10 tokoh mayarakat Islam
Pengembangan dan Pemberdayaan
dan 10 tokoh masyarakat Kristen. Tim-tim
Masyarakat. LSM ini berupaya mendorong
tersebut bekerja sangat efektif untuk
rekonsiliasi antar pemuda Islam dan
membina karakter generasi muda. Selain itu
Kristen Maluku antara lain dengan
ada relawan untuk merespon terhadap
megundang dialog raja-raja/kepala-kepala
problem-problem kemanusiaan akibat
negeri Islam maupun Kristen, serta
konflik 19 Januari 1999. Tim ini bertujuan
pimpinan-pimpinan pemuda dalam rangka
untuk mengkoordinasikan bantuan
membantu pemulangan pengungsi dan
kemanusiaan, serta sharing informasi
membangun jiwa generasi muda kembali
antarmasyaraka, pemuda, serta guru-guru
dari rasa trauma akibat konflik sosial 1999.
sekolah di Ambon yang berkaitan dengan
Atas dasar upaya dan kerja keras
karakter generasi dan konflik sosial
yang efektif dari lembaga-lembaga sosial
Ambon, dan tim ini juga mendorong usaha-
kemasyarakatan ini maka muncullah
usaha menuju rekonsiliasi. Ada juga upaya
kesadaran masyarakat dan generasi muda
pembinaan generasi muda oleh LSM Baileo

14
serta terbentuk karakter sikap kebersamaan satunya, wajib memberi bantuan kepada
dan keinginan masyarakat dan generasi negeri lain yang hendak melaksanakan
muda di Ambon untuk tidak perlu pekerjaan pembangunan rumah-rumah
berkonflik. Karena peran tokoh adat, tokoh ibadah seperti; Masjid, gereja, sumur,
masyarakat serta pihak sekolah berupaya, tempat musyawarah (baileu), maupun
mengarahkan para generasi muda maluku bangunan sekolah. (c), Bila seorang
sesuai nilai-nilai demokrasi dalam budaya melakukan kunjungan ke negeri yang ada
lokal demi mengembangkan potensi dan ikatan pela gandong, maka orang-orang
kreativitas diri masyarakat dan generasi yang ada di negeri pela gandong tempat ia
muda pasca konflik sosial diantaranya: berkunjung itu wajib untuk diberikan
Gerakan baku bae, Gerakan panas pela makanan secara sukarela kepadanya dan
gandong, Gerakan jojaro dan ngungare, kunjungan itu tidak dianggap sebagai tamu
Pestival bambu gila, Gerakan makan tapi, dianggap sebagai bagian dari keluarga
patita, Gerakan Masohi. Upaya membina gandong layak adik dan kakak maka tidak
karakter generasi melalui budaya lokal perlu meminta izin bila ada keinginan
seperti di atas merupakan sebuah gerakan untuk membawa pulang sesuatu berupa
kerjama sama yang sangat efektif untuk makanan, buah-buahan dari negeri yang
membina karakter generasi muda dan ada ikatan pela gandong tersebut. (d),
masyarakat Ambon pasca konflik sosial. selain itu masyarakat dari negeri-negeri
Mengenai presepsi masyarakat yang saling berhubungan pela gandong itu
tentang upaya pembinaan nilai-nilai dianggap satu gandong (kakak dan adik)
demokrasi dalam budaya lokal terutama sehingga masyarakat dari kedua negeri
sistem pela gandong dianggap efektif dapat yang ada hubungan pela gandong itu, tidak
dilakukan karena budaya pela gandong diperbolehkan untuk saling menikah. Jika
merupakan sebuah ikatan persaudaraan ada yang membuat pelanggaran terhadap
antara masyarakat, antar pemuda maupun aturan ini maka akan dihukum keras oleh
antar Negeri (desa) di Maluku pada masyarakat yang ada hubungan pela
umumnya sehingga budaya pela gandong gandong seperti penangkapan dan disuruh
dianggap dapat bermanfaat bagi kehidupan berjalan mengelilingi seanteru negeri
masyarakat dan generasi muda Ambon (kampung atau desa) dengan hanya
yang lebih baik di masa yang akan datang. berpakaian daun kelapa sambil dihujat dan
Dengan demikian ada empat presepsi dicaci maki oleh penghuni negeri sebagai
masyarakat terhadap aturan dasar pela seorang pembuat aib (malu). Maka
gandong yang umum di pakai di Maluku, hukuman pengandilan pela gandong
dan harus dipatuhi oleh generasi muda dan berbicara “Hina ey fama Ne,ne Eteya,,,
masyarakat negeri di Maluku diantaranya; naha eey funa i’aya Ari’e,,, Amy Yene aty
(a), negeri-negeri yang memiliki ikatan pela ta’ey ipoli hena” artinya; barang siapa
berkewajiban untuk saling membantu yang membuat pelangaran terhadap sumpah
negeri yang lain pada masa genting atau perjanjian ini, maka dialah yang akan
(bencana alam, gotong royong, konflik mendapatkan adzab (hukum) berjalan
sosial dan lain sebagainya. (b), Jika diminta megelilingi negeri”.
ataupun tidak diminta, maka negeri yang Selain efektifitas dari upaya
merasa berpela dengan negeri yang pembinaan nilai-nilai demokrasi dalam

15
budaya lokal ada juga pembelajaran PKn pasca konflik sosial benar-
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di benar fokus dalam rangka membina serta
Sekolah, dapat membina karakter generasi mengatasi berbagai persoalan karakter
muda, mulai dari guru PKn khususnya generasi muda pasca konflik karena
memiliki banyak cara untuk mencipatakan masalah sikap karakter dan watak manusia
pembelajaran yang bisa merubah sikap dan adalah masalah yang dihadapi oleh PKn.
perilaku generasi muda atau siswa, artinya Hal ini agar PKn bisa berperan aktif dalam
guru PKn di sekolah benar-benar dalam membina karakter generasi muda pasca
menyampaikan materi pelajaran PKn konflik di Ambon. Mungkin lingkungan
menyentuh kepada nilai-nilai konflik mempengaruhi siswa atau generasi
kemanusiaan/demokrasi serta pembelajaran muda untuk meniruh dan mempraktekkan
PKn yang sesuai dengan situasi dan kondisi apa yang dia lihat dan dia rasakan saat
daerah seperti di Ambon pasca konflik konflik sosial waktu itu. Namun guru-guru
sosial dengan cara/strategi yang dilakukan PKn selalu beruapaya keras untuk membina
guru PKn di Ambon seperti di atas maka serta mempengaruhi peserta didik untuk
cepat bisa merubah sikap karakter generasi bersikap sesuai dengan nilai-nilai sosial
muda dari yang keras menjadi halus dalam kemasyarakatan khususnya di Ambon.
bertutur katanya di setiap pergaulan Dari berbagai gagasan di atas, dapat
dilingkungan masyarakat di Ambon. Selain disimpulkan bahwa, guru PKn mempunyai
itu pembelajaran PKn juga melakukan banyak cara atau startegi untuk
pendekatan-pendekatan yang bisa meruba mencipatakan pembelajaran yang bisa
pola pikir peserta didik dan masyarakat merubah sikap dan perilaku generasi muda
terutama di Ambon. Dari sekian banyak atau siswa. Selain itu efektifitas dari upaya
pendekatan pembelajaran PKn di atas maka pembinaan karakter generasi muda pasca
upaya pembinaan karakter generasi muda konflik sosial di Ambon peran tokoh adat,
pasca konflik sosial melalui pembelajaran tokoh masyarakat dan pemuda, juga ikut
PKn efektif dapat dilakukan. mengarahkan para generasi muda Maluku
Upaya pembelajaran PKn di atas sehingga pemuda dapat mengembangkan
menurut guru PKn Rusli (SMAN 11 kota potensi dan kreativitas diri melalui budaya
Ambon) menyatakan bahwa: lokal seperti: Gerakan baku bae, Gerakan
“ Guru-guru PKn di Ambon ini sudah panas pela gandong, Gerakan jojaro dan
menerapkan pembelajaran PKn yang ngungare, Pestival bambu gila, Gerakan
menyentuh kepada sikap dan perilaku makan patita, Gerakan Masohi.
peserta didik. Apa lagi setelah konflik Sebagai gagasan besar, pembinaan
sosial kemarin maka kami guru-guru PKn generasi muda melalui nilai-nilai demokrasi
di Ambon sepakat untuk secepatnya tidak hanya mencakup sistem politik tetapi
meruba pola pikir peserta didik pasca juga menyangkut sistem nilai dimasyarakat.
konflik sosial melalui pembelajaran PKn Orientasi terhadap nilai-nilai demokrasi
kalau tidak cepat melakukan perobahan seyogyanya menjadi rentang bagi partai
maka pembelajaran atau guru-guru lain politik dan pendukung dalam perilaku
selain guru PKn mereka beranggapan politik. dengan demikian nilai-nilai budaya
bahwa pembelajaran PKn tidak berhasil. “ seperti “Makan Patitta, Pela dan Gandong,
Masohi, Potong dikuku rasa didaging”,

16
nilai budaya lokal inilah yang bisa dan struktural, namun perkembangan
dijadikan sebagai nilai-nilai demokrasi demokrasi juga terhambat dengan masalah
dalam kehidupan masyarakat dan generasi kultural, sementara pada aspek lain
muda yang pluralisme terutama di kota demokrasi membutuhkan internalisasi nilai-
Ambon oleh karena itu dalam resolusi nilai budaya dalam masyarakat yang
konflik juga dilakukan pembinaan terhadap berkonflik maupun pasca konflik.
masyarakat dan generasi muda dengan prosesnya dapat berlangsung sebelum atau
demikian pembinaan karakter generasi bersamaan dengan perkembangan sistem
muda selain pendekatan nilai-nilai pada lembaga-lembaga sosial politik
demokrasi juga pendekatan budaya lokal maupun lembaga pemerintah.
diantaranya: Nilai persamaan (makan Di Indonesia termasuk negara yang
patitta), nilai kebebasan, (pela gandong), baru menerima demokrasi dan juga negara-
nilai toleransi (Ale rasa beta rasa), nilai negara lain di dunia yang sedang
kerja sama (masohi), nilai musyawarah berkembang menuju konsolidasi demokrasi
(potong dikuku rasa di daging) dan patuh maka beberapa upaya untuk penyelesaian
pada hukum nasional maupun hukum adat konflik khususnya di Indonesia perlu ada
yang merupakan bagian dari nilai-nilai pendekatan budaya lokal dan nilai-nilai
budaya nasional. Nilai-nilai demokrasi demokrasi sama-sama memberikan
akan berbaur dengan nilai-nilai budaya kontribusi sehingga masyarakat merasa
lokal jika terdapat keharmonisan antara ada keadilan dalam upaya resolusi konflik
pola pikir, pola sikap dan pola tindak sosial tersebut. Selain membangun sistem
masyarakat dan generasi muda Ambon demokrasi pada lembaga-lembaga
untuk mengimplementasikan nilai-nilai pemerintah maupun masyarakat dan
demokrasi dan budaya lokal dalam organisasi sosial politik, disaat yang sama
kehidupan sehari - hari di Ambon pasca berlangsung transmisi nilai-nilai demokrasi
konflik sosial. dalam budaya lokal kepada masyarakat
Dalam rangka resolusi konflik luas.
sosial di Ambon nilai-nilai demokrasi dapat
KESIMPULAN
disinerjitaskan dengan nilai-nilai kearifan
lokal sehingga penyelesaian konflik Ambon Berdasarkan uraian hasil
dengan cara-cara damai. Atas dasar itulah pembahasan penulis dapat menyimpulkan
nilai-nilai demokrasi akan membentuk beberapa hal yang penting sebagai berikut:
budaya demokrasi dan budaya demokrasi 1. Sejak awal pasca konflik sosial perilaku
menjadi modal sosial untuk mendukung generasi muda terhadap kehidupan sosial
proses sistem dan struktur demokrasi. sering terjadi ketimpangan dan akhirnya
Maka pada gilirannya nilai-nilai budaya menimbulkan kekacauan di masyarakat
lokal dan nilai-nilai demokrasi secara mengakibatkan peluang masyarakat
struktural memberi kontribusi bagi resolusi tidak bisa beraktifitas secara nyaman
konflik antarkelompok masyarakat, selain itu generasi muda yang lain
antaragama, antaretnis, suku bahkan berkeinginan untuk mengenyam
antarpemuda khususnya di Ambon dan pendidikan tinggi terganggu, dengan
pada umunya di Indonesia. Hanya saja demikian tingkat kemakmuran kurang di
terdapat kendala pada sistem demokrasi rasakan dan pemerataan pembangunan

17
pun mengalami hambatan. Namun sikap juga upaya pembinaan generasi muda
dan pola pikir generasi muda Ambon oleh LSM Baileo mencakup pemuda
saat ini senantiasa berubah terutama baik di lingkungan komunitas Kristen
dalam proses mencari kebutuhan hidup maupun Islam, mereka membina dan
sehari-hari dan sikap menghargai orang mendidik dengan penuh kasih sayang
lain termasuk agama, suku dan budaya kepada anak-anak yang sudah
di Ambon. Proses ini memberi banyak kehilangan ayah maupun ibu akibat
peluang kepada masyarakat dan pemuda konflik sehingga para generasi muda
untuk bersaing, yang sifatnya bisa dapat melupakan tragedi yang
peningkatan kehidupan sosial. Manfaat memiluhkan tersebut.
dan keuntungan yang di dapatkan dari
Selain itu ada upaya pembinaan
kondisi sikap dan perilaku masyarakat terhadap korban konflik dari Gerakan
dan generasi muda pasca konflik sosial Perempuan Peduli (GPP). Upaya
saat ini mengalami perubahan karena organisasi ini adalah mewujudkan
sifat gengsi dan pemalu jarang di jumpai masyarakat yang damai, kehidupan
di masyarakat maupun generasi muda generasi muda yang bersahaja dengan
semua orang bisa berjualan, jadi tukang sesama manusia. Tidak kalah penting dari
becak, tukang parkir. Perubahan sifat ini upaya organisasi Gerakan Baku Bae
akibat dari kemajuan sikap karakter berhasil mendorong tumbuhnya zona-zona
generasi muda sehingga semua netral di mana komunitas Islam dan Kristen
masyarakat di Ambon bisa ikut bisa saling berinteraksi (misalnya pasar-
menikmati perubahan sikap dan perilaku pasar baku bae, tempat-tempat pelayanan
generasi muda saat pasca konflik. kesehatan, pendidikan bersama, Yayasan
2. Upaya pembinaan karakter generasi Pengembangan dan Pemberdayaan
muda pasca konflik Ambon benar-benar Masyarakat. LSM ini berupaya mendorong
berjalan epektiv hal ini dapat dilihat dari rekonsiliasi antar pemuda Islam dan
segalah upaya yang dilakukan seperti Kristen di Ambon antara lain dengan
Tim 20 Wayame, Tim yang terdiri dari megundan dialog raja-raja/kepala-kepala
10 tokoh mayarakat Islam dan 10 tokoh negeri Islam maupun Kristen, serta
masyarakat Kristen. Tim-tim tersebut pimpinan-pimpinan pemuda dalam rangka
bekerja sangat efektiv untuk membina membantu pemulangan pengungsi dan
karakter generasi muda. Selain itu ada membangun jiwa generasi muda kembali
relawan untuk merespon terhadap dari rasa trauma.
problem-problem kemanusiaan akibat 3. Presepsi tokoh masyarakat, dan pemuda
konflik 19 Januari 1999. Tim ini dalam rangka pembinaan karakter
bertujuan untuk mengkoordinasikan generasi muda pasca konflik sosial
bantuan kemanusiaan, serta sharing Ambon sangat epektiv dilakukan di
informasi antar masyarakat, pemuda, di sekolah melalui pembelajaran PKn yang
Ambon yang berkaitan dengan karakter mempunyai banyak cara untuk membina
generasi muda pasca konflik sosial karakter sikap dan perilaku generasi
Ambon, dan tim ini juga mendorong muda atau peserta didik. Ada juga
usaha-usaha menuju rekonsiliasi. Ada

18
efektivitas pembinaan karakter generasi Lincoln, Y.S. & Guba, E.G. (2002).
muda melalui upaya peran tokoh adat, Naturalistic Inquiry. Baverly Hills:
tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda Sage Publication.
sendiri ikut serta dalam mengarahkan Erawati. D. 2011. Pengembangan Model
para generasi muda di Ambon sehingga Sosialsiasi Nilai Kebersamaan
para generasi muda dapat sebagai Upaya Menanggulangi
Konflik Antar Umat Beragama
mengembangkan dirinya pada nilai-nilai
dalam kehidupan Bermasyarakat.
budaya dan nilai-nilai demokrasi yang (studi Kasus di Forum Kerukunan
berkembang di Indonesia khususnya di Umat Beragama Kota Palangka
Ambon. Raya), Disertasi Doktor Universitas
Pendidikan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Sapriya H. (2007). Pemikiran Pakar
Guba, G, dan Lingcoln, S. (1985). Tentang Pendidikan
Naturalistic Inquiry. London: Sega Kewarganegaraan Dalam
Publications. Bavery. Pembangunan Karakter Bangsa,
Knaap, G. J. (1991). A City of Migran: Disertasi Doktor Universitas
Kota Ambon at the End of Pendidikan Indonesia.
Seventeeth Century. Zaenuri, A. 2012. Analisis Resolusi
.http://interseksi.org/publications/es Konflik Antara Umat Beragama
says/articles/nyong_ambon. Diakses dalam Prespektif Pendidikan
Pada 9 Juli 2013. Kewarganegaraan Berbasis
Lickona, T (1992). Education For Masyarakat. Disertasi Doktor:
Character, How Our Schools can Tidak Diterbitkan.
Teach Respect and Responsibility:
New York: Bantam Boks.

19

Anda mungkin juga menyukai