Life traveler
Di susun oleh :
Lidya vani adela (2101414023, VG)
A. Identitas buku
1. Judul : Life traveller “suatu Ketika di sebuah perjalanan”
2. Penulis : Windy Ariestanty
3. Penerbit : Gagas Media
4. Tahun terbit : 2011
5. Tebal buku : 380 halaman
6. Editor : Alit T. Palupi
7. Penata letak : Nopianto Ricaesar
B. Hasil analisis
a. Judul
Life traveller “suatu Ketika di sebuah perjalanan”
b. Orientasi/perkenalan
Tahap pemaparan awal di mulai saat penulis menceritakan bagaimana
perjalanan begitu menyenangkan dengan di awali dengan berkemas
dimana perjalanan pertama yang di tuju adalah Ha noi, ibu kota Vietnam
yang menjuluki dirinya sebagai The city of Peace. “Berkemas buat saya
tak ubahnya dengan menyisahkan ruang kosong lebih banyak agar bisa
membuat lebih banyak”
C. Sinopsis
buku ini menawarkan kekayaan dalam hal merefleksikan apa yang dia lihat,
dengar, dan alami.Dalam novel Life Trafeller penulis seolah ingin menegaskan
ciri khasnya sebagai peloncong yang tidak hanya menyesap pemandangan atau
objek wisata semata, tapi juga menikmati manusia-manusia yang yang ia temui
di perjalanan. Keunikan dari setiap budaya, kuliner lokal, adat istiadat nan
nyentrik, hingga hikam hikmah menawan yang ia temui di perjalanannya. Hal
yang mungkin di abaikan oleh Sebagian orang dalam perjalanannya namun
penulis membawa hal tersebut sebagai permata permata di dalam bukunya.
Bahkan kita di ajak untuj melihat lebih jauh lagi bahwasanya perasaan seperti
rumah dapat di temukan dimanapun itu Ketika kita mendapatkan
ketenangannya
“ Kadang, kita menemukan rumah justru di tempat yang jauh dari rumah itu
sndiri, and yes , wherever you feel peacefulness, you might call it home
(halaman 45)’’
“Semua orang bisa pergi ke Vietnam, Paris, bahkan Pluto. Tapi, hanya beberapa
saja yang memilih pulang membawa buah tangan yang mampu menghangatkan
hati”
Buku ini di akhiri dengan tujuan akhirnya yaitu sebuah perjalanan itu
sendiri, yaitu pulang. Di akhiri dengan kalimat manis untuk malam-malam yang
di warnai tukar cerita, Windy, sang penulis dengan kerendahan hatinya
berterimakasih, pun ia mengungkapkan bahwa waktu menjadi teman
terbaiknya, bahkan semesta dan udara yang telah memberikan hidup tanpa
batasnya. Tiap manusia yang ia temui dalam hidup yang mengajarkan banyak
hal dan mengisinkan ia untuk terus belajar dari kisah-kisah mereka