Anda di halaman 1dari 7

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI

VOLUME 6 NOMOR 3 Agustus 2019

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Nyeri pada Pasien dengan Toleransi Opioid

Mahmud, Sudadi, Dika Rezkiawan


Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan
Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

ABSTRAK
Jumlah pasien yang diresepkan opioid telah berkembang pesat selama dekade terakhir. Kasus nyeri kronis
menjadi lebih banyak dan telah terjadi peningkatan penggunaan opioid untuk nyeri kanker maupun non-
kanker. Akibatnya, proporsi pasien dengan toleransi opioid yang membutuhkan manajemen nyeri akut
telah meningkat. Hal ini sering menghadapkan dokter dengan tantangan yang lebih besar daripada yang
dihadapi saat merawat pasien respon opioid. Tujuan pengobatan opioid adalah menghilangkan nyeri akut
dengan efektif, mencegah penarikan obat, memberikan bantuan masalah sosial, kejiwaan dan perilaku,
dan memastikan kesinambungan perawatan jangka panjang. Pendekatan farmakologis menggabungkan
kelanjutan dari pengobatan biasa, penggunaan jangka pendek, dan peresepan obat non-opioid dan ajuvan,
untuk meningkatkan efek analgetik sekaligus menurunkan toleransi opioid dan hiperalgesia yang diinduksi
opioid.

Kata kunci: hiperalgesia; nyeri akut; toleransi opioid

ABSTRACT
The number of patients prescribed opioids has grown rapidly over the last decade. The burden of chronic pain
is more widely recognized and there has been an increase in the use of opioid for both cancer and non-cancer
pain. As a result, the proportion of opioid-tolerant requiring acute pain management has increased, often
presenting clinicians with greater challenges than those faced when treating the opioid naïve. The aims of
opioid treatment include effective relief of acute pain, prevention of drug withdrawal, assistance with any
related social, psychiatric and behavioural issues and ensuring continuity of long-term care. Pharmacological
approaches incorporate the continuation of usual medication, short term use of sometimes much higher than
average dose of additional opioid, and prescription of non-opioid and adjuvant drugs, aiming to improve
pain relief and attenuate opioid tolerance and opioid induced hyperalgesia
.
Keywords: hyperalgesia; acute pain; opioid-tolerant

,
PENDAHULUAN baik nyeri kanker maupun non-kanker, pada pasien
Toleransi opioid terjadi pada individu yang dengan penyalahgunaan opioid atau sedang dalam
diresepkan opioid untuk manajemen nyeri jangka program terapi metadon, dan pada sedikit kasus
panjang, baik nyeri kronis kanker maupun non- pada penggunaan jangka pendek opioid potensi
kanker dan pada beberapa pengguna opioid yang tinggi seperti remifentanil.2
terdaftar di program substitusi opioid. Mungkin Suatu studi epidemiologi menyebutkan 11-
ada yang tumpang tindih antara kedua kelompok 60% populasi pasien dewasa mengalami gangguan
ini yaitu pada pasien yang diresepkan opioid untuk nyeri kronik. Perkiraan prevalensi nyeri kronik
menghilangkan rasa sakit dan individu dengan sangat bervariasi karena kurangnya standarisasi
kecanduan opioid. 1 definisi nyeri dan metode penilaian nyerinya.
Toleransi opioid ditemukan pada beberapa Walaupun begitu, nyeri non-kanker menetap
kelompok pasien antara lain pada pasien yang merupakan suatu masalah yang timbul di berbagai
diberikan opioid jangka panjang untuk terapi nyeri, belahan dunia sehingga terjadi peningkatan

77
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 6 Nomor 3, Agustus 2019

penggunaan opioid jangka panjang untuk Klasifikasi Pasien dengan Toleransi Opioid.3
mengatasi nyeri tersebut. Peningkatan jumlah Pasien dengan nyeri non-kanker persisten
pasien yang mengalami nyeri non-kanker menetap Studi epidemiologis menunjukkan bahwa
dapat ditemukan pada pasien pascaoperasi baik sebanyak 11-60% dari populasi orang dewasa
operasi emergensi maupun elektif.1 menderita nyeri kronis. Perkiraan prevalensi
nyeri kronis sangat bervariasi karena kurangnya
TINJAUAN PUSTAKA standarisasi dalam definisi nyeri dan alat penilaian
Definisi nyeri. Walaupun begitu, nyeri non-kanker yang
Toleransi opiod merupakan suatu persisten adalah masalah yang cukup signifikan
fenomena yang terjadi karena adanya paparan di seluruh dunia. Masalah penggunaan opioid
berulang dari opioid yang mengakibatkan jangka panjang untuk mengobati nyeri jenis ini
penurunan efek analgesi dari opioid itu sendiri, semakin meningkat. Pasien jenis ini mengalami
sehingga dibutuhkan peningkatan dosis peningkatan jumlah setelah operasi baik elektif
untuk mencapai efek analgesik yang cukup. ataupun darurat.3
FDA mendefinisikan pasien toleransi opioid Pasien dengan nyeri kanker persisten
apabila pasien tersebut menggunakan minimal Penggunaan opioid saat ini merupakan
satu minggu morfin oral 60 mg/hari, fentanyl tatalaksana yang paling efektif dan tepat untuk
transdermal 25 mcg/jam, oxycodone oral 30 mg/ nyeri kanker sedang hingga berat. Nyeri adalah
hari, hydromorphone 8 mg/hari ataupun opioid lain gejala pertama pada 25-50% dari semua pasien
yang memiliki dosis equianalgesic dengan obat- kanker dan 75-95% dari kanker stadium lanjut.
obat yang telah disebutkan Pasien harus mengatasi nyeri yang persisten.
Ada beberapa definisi lain yang Nyeri kanker mungkin terkait invasi lokal maupun
berhubungan dengan toleransi opiod antara metastasis atau sebagai konsekuensi dari
lain dependensi, adiksi maupun psudoadiksi. tatalaksana kanker itu sendiri seperti operasi,
Dependensi meupakan suatu adaptasi fisiologis kemoterapi dan radioterapi lokal.
terhadap suatu obat dimana ketika penurunan Pasien aktif konsumsi opioid
dosis ataupun penghentian obat secara tiba-tiba Pasien aktif mengkonsumsi opioid yaitu
akan mengakibatkan gejala-gejala putus obat. pasien yang saat ini sedang mengkonsumsi opioid,
Adiksi merupakan suatu penyakit baik yang diresepkan maupun tidak. Angka kejadian
yang ditandai dengan penggunaan obat yang penggunaan heroin di Inggris sebanyak 1%. Angka
menyimpang yang dapat menimbulkan kerusakan kejadian yang sama juga terjadi di Amerika dan
baik secara fisik, psikologis, maupun sosial. Australia. Pengguna obat-obatan terlarang secara
Opioid-induced hypealgesia (OIH) intravena sering disertai nyeri akut, termasuk luka
merupakan suatu sensitivas terhadap nyeri yang trauma, iskemik anggota gerak karena injeksi intra
abnormal yang berhubungan dengan penggunaan arterial yang tidak berhati-hati disertai infeksi
opioid jangka panjang. Berbeda dengan toleransi, (abses epidural dan infeksi disekitar lokasi injeksi).4
dimana peningkatan dosis opioid meningkatkan Angka kejadian kecanduan pada pasien
pengurangan nyeri, pada OIH peningkayan dosis yang mendapat terapi opioid untuk nyeri non-
opioid memperburuk rasa nyeri. kanker terbatas, yakni sekitar 0-50%. Hasil
Pasien dengan penyalahgunaan obat penelitian ini harus mendapat perhatian khusus
dibagi menjadi 3 kelompok antara lain pasien yang sebagaimana penelitian pada populasi tidak
masih aktif mengkonsumsi obat-obatan opiod, konsisten mempertimbangkan diagnosis dan
pasien yang sedang menjalani terapi pengganti riwayat sebelumnya. Angka kejadian juga sangat
opioid, dan pasien yang sudah dalam masa tergantung pada kriteria yang digunakan untuk
pemulihan. menentukan kecanduan.

78
Manajemen Nyeri pada Pasien ...

Terapi pengganti opioid tinggi, contohnya remifentanil yang digunakan


Terapi pengganti opioid merupakan salah untuk intraoperatif atau bagian dari rangkaian
satu manajemen yang efektif pada pasien dengan sedasi di ruang perawatan intensif. Bagaimanapun
kecanduan opioid. Metadon oral adalah obat yang hubungan ini belum terbukti karena hasil
paling sering digunakan untuk terapi ini. Program penelitiannya masih meragukan.
terapi rumatan metadon efektif mengurangi Peningkatan beban kerja
kebiasaan injeksi obat, penggunaan obat-obat Dibandingkan dengan matched opioid
terlarang, dan perbuatan kriminal. naïve patients, pasien ini membuat beban kerja
Dosis tinggi buprenorfin semakin sering lebih berat bagi tenaga medis dan tim yang
digunakan sebagai terapi rumatan pada kecanduan menangani nyeri akut. Mereka membutuhkan
opioid karena memiliki efek samping dan stigma peninjauan dan perubahan grafik resep yang lebih
sosial yang lebih sedikit dibandingkan metadon. sering. Sediaan obat patient-controlled analgesic
Buprenorfin adalah agonis opioid parsial sehingga (PCA) bisa jadi membutuhkan perhatian lebih,
melawan efek dari penyalahgunaan opioid atau dengan peningkatan dosis bolus.
opioid terapetik yang diberikan. Obat ini memiliki Peningkatan konsumsi opioid
afinitas yang tinggi terhadap reseptor opioid Untuk prosedur yang diberikan,
sehingga dapat menjadi pengobatan yang ideal. penggunaan opioid PCA pascaoperatif telah
Bagaimanapun ketika diberikan dalam dosis tinggi menunjukkan 2-3 kali lebih tinggi pada pasien
sebagai bagian dari terapi rumatan, obat ini dapat dengan toleransi opioid dibandingkan dengan
membuat pengobatan nyeri akut dengan dosis opioid naive
opioid konvensional menjadi sangat sulit.5 Peningkatan skor nyeri
Pemulihan Pasien kelompok ini secara terus menerus
Pasien yang sudah dinyatakan sembuh memperlihatkan skor nyeri yang lebih tinggi dan ini
dari opioid dan dalam masa pemulihan seringkali menyebabkan pemeriksaan menjadi lebih sulit. Hal
khawatir apakah jika mereka mendapat opioid ini berguna untuk memeriksa pasien dalam hal apa
untuk meredakan nyeri akut, mereka akan yang dapat mereka lakukan – yaitu kemampuan
mengalami risiko kambuh kecanduan opioid. mereka untuk batuk, menarik nafas dalam,
Pasien harus diyakinkan bahwa risiko kambuh bergerak dan latihan fisioterapi yang lengkap,
akan kecanduan opioid sangat kecil dan sebaliknya sebagaimana hal ini cendrung lebih berguna
antinyeri yang tidak efektif untuk pasien kelompok daripada hanya bergantung pada skor nyeri.
ini lebih cenderung membuat kambuh. Akibatnya, faktor-faktor ini dapat memberi efek
Pasien dengan toleransi opioid akut negatif pada perawatan pasien dengan toleransi
Ada bukti penting yang menyatakan opioid karena permohonan yang kuat kepada
bahwa toleransi opioid atau opioid induced pekerja rumah sakit, dengan pasien yang dianggap
hyperalgesia (OIH) dapat terjadi dalam waktu sebagai ‘manipulatif’ dan ‘tidak kooperatif’. 5
singkat. OIH adalah sebuah proses yang terjadi Pekerja rumah sakit yang tidak
ketika pemberian opioid dapat mengaktifkan biasa menghadapi pasien seperti ini dapat
mekanisme pro-nosiseptif pada sistem saraf juga menunjukkan rasa keprihatinan tentang
pusat, sehingga membuat peningkatan sensitifitas peresepan dosis tinggi pengobatan opioid.
nyeri yang bermakna. Sebaliknya, mengurangi Mereka kurang memahami dan takut akan
dosis opioid dapat membantu menangani nyeri. membahayakan atau menimbulkan kecanduan.
Proses ini telah terbukti dapat terjadi pada pasien Hal ini dapat mengarahkan kepada pengobatan
dengan terapi jangka panjang opioid, terutama nyeri yang kurang maksimal, peningkatan perilaku
pasien dengan program rumatan metadon. ketergantungan terhadap opioid, dan yang lebih
Toleransi opioid dan OIH juga berhubungan penting dapat membuat peningkatan ketidak-
dengan penggunaan jangka pendek opioid potensi percayaan dalam interaksi dokter-pasien.6

79
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 6 Nomor 3, Agustus 2019

Dasar Molekuler Toleransi Opioid dan cepat berkembang telah dilaporkan terjadi
‘Hiperalgesia yang Dipicu Opioid’ pada subjek sehat yang mendapat remifentanil.
Toleransi adalah penurunan efek obat Sebuah penelitian yang menginvestigasi toleransi
akibat pemberian berulang yang dapat diatasi menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan
dengan peningkatan dosis. Pada pasien yang sebelum dan sesudah ‘dua dosis yang berbeda
mengkonsumsi opioid jangka panjang, penurunan namun relevan secara klinis’ dari remifentanil.
efek obat-obat ini biasanya disertai dengan Mekanisme yang menyebabkan toleransi dan OIH
meningkatnya toleransi. Saat ini dianggap bahwa Mekanisme yang menyebabkan toleransi
pemberian opioid dapat juga menyebabkan OIH, dan OIH masih belum sepenuhnya dipahami,
suatu peningkaan respon nyeri terhadap suatu meskipun diduga akibat proses neurobiologi
rangsangan yang akan mengurangi efek analgesik. yang kompleks dan multifaktorial. Toleransi
Penting untuk mengenali bahwa toleransi opioid dapat berkembang tidak hanya penurunan pada
dan OIH berbeda tapi cenderung tumpang tindih.6 pengaturan reseptor, desensitisasi dan internalisasi,
Bukti terjadinya OIH berasal dari tapi mekanisme lain termasuk aktivasi glial. Untuk
penelitian pada manusia dan penelitian klinis kecil OIH, mekanismenya termasuk peran dari aktivasi
pada orang yang mengkonsumsi opioid jangka glutaminergik (juga berperan dalam toleransi),
panjang. Sayangnya, kualitas penelitian tersebut penurunan pada kerja opioid intraseluler termasuk
masih dipertanyakan. Kesulitan utama pendataan pergantian reseptor G protein-coupled, peran dari
bukti klinis OIH adalah karena peningkatan nyeri substansi P dan reseptor neurokinin 1 (NK-1) dan
pada pasien yang mengkonsumsi opioid jangka dynorphin spinal, dan peningkatan kerja toll-like
panjang dapat juga terjadi karena kerusakan receptors (TLR) dan sel glial.8
jaringan (contoh: dari perburukan kanker) atau Aktivasi glutaminergik
toleransi opioid.7 Mekanisme utama dimana opioid
Pada penelitian menggunakan induksi memicu sistem glutaminergik melibatkan glutamat
nyeri eksperimental, pasien dengan Metadhone yang terkait aktivasi n-metil-d-aspartat (NMDA)
Mainenance Therapy (MMT) didapatkan dalam reseptor dan penghambatan reuptake transportasi
kondisi hiperalgesia dan mempunyai toleransi lebih glutamat dan protein kinase intraseluler yang
rendah terhadap cold pressure test dibandingkan diatur kalsium. Pada hewan, antagonis reseptor
dengan kelompok kontrol. Penelitian yang sama NMDA, ketamin, telah terbukti mengurangi
sudah pernah dilaporkan pada subjek dengan perkembangan OIH saat diberikan secara sistemik
Buprenorphine Maintenance Therapy (BMT) dan atau intratekal. Ketamin dosis rendah mencegah
rumatan morfin. Penelitian lain telah menyatakan hiperalgesia yang diinduksi remifentanil.8
terdapat onset OIH (terjadi dalam waktu 1 bulan Opioid, pensinyalan glial dan pro-inflamasi
setelah memulai morfin oral) dan resolusinya Mekanisme yang lebih baru telah
(sekitar 1 bulan).6,7 diusulkan untuk menjelaskan OIH dan toleransi.
Terdapat bukti yang terbatas untuk Glia, sel-sel mirip kekebalan di otak dan tulang
perkembangan cepat OIH. Setelah pembedahan, belakang tali pusat, memiliki sejumlah fungsi
skor nyeri dan kebutuhan opioid akan meningkat metabolism. Molekul yang dilepaskan oleh glia
pada pasien yang diberikan dosis fentanil dapat berinteraksi dengan neuron menyediakan
dan remifentanil yang lebih tinggi pada saat komunikasi glia-neuron. Secara khusus, TLR
intraoperatif. Hasil ini berdasarkan skor nyeri diekspresikan pada glia dan opioid secara
yang meningkat dan konsumsi opioid saja independent mengaktifkan kaskade pensinyalan
atau kombinasi keduanya. Diagnosis OIH akan TLR4 dan konsekuensinya aktifkan glia. Meskipun
membutuhkan uji kuantitatif sensorik, sebelum opioid berikatan dengan reseptor miu pada neuron
dan sesudah pembedahan.7 yang menyebabkan analgesik dan efek lain,
Pada nyeri eksperimental, OIH yang mereka juga berlabuh ke glia melalui TLR4. 8

80
Manajemen Nyeri pada Pasien ...

Tujuan Penatalaksanaan Nyeri Akut Pencegahan Putus obat


Penting untuk membuat perencanaan Semua pasien dengan toleransi opioid
tatalaksana nyeri akut yang jelas, sehingga mengalami risiko mengalami gejala putus obat
baik tenaga kesehatan maupun pasien dapat seperti berkeringat, pupil dilatasi, anoreksia, mual,
lebih waspada. Tujuan penatalaksanaan nyeri muntah, diare, insomnia, nyeri otot, takikardia dan
dikelompokkan menjadi: hipertensi. Jika dosis normal opioid dihentikan,
Syarat analgesia yang efektif pengurangan dosis yang terlalu cepat atau
Pendekatan multimodal selalu efek opioid yang diturunkan oleh penggunaan
disarankan. Syarat analgesia yang efektif harus antagonis contohnya nalokson. Hal ini bukan
menggabungkan rencana tatalaksana opioid merupakan tanda mereka kecanduan opioid tetapi
pasien, sehingga dosis opioid yang digunakan hal ini adalah normal dan diakibatkan dari respon
sebelumnya dapat dilanjutkan. Hal ini dapat fisiologis terhadap tubuh yang terjadi pada semua
mencegah withdrawal syndrome, dengan pasien dengan terapi opioid jangka panjang.
penambahan opioid waktu paruh pendek Panduan dosis opioid pasien harus
untuk penananganan nyeri akut (dibahas detail dipertimbangkan untuk mencegah withdrawal.
pada bagian selanjutnya). Penting juga untuk Sedangkan penambahan opioid waktu kerja
menggunakan teknik penghematan opioid seperti:9 singkat digunakan untuk tatalaksana nyeri akut.
- Parasetamol, NSAID atau penghambat
COX-2 harus diberikan secara teratur, Kelanjutan dosis opioid untuk mencegah withdrawl
kecuali terdapat kontraindikasi. Pada masa praoperatif, penting untuk
- Teknik anestesi lokal harus dilakukan jika melanjutkan dosis opioid yang biasa digunakan.
memungkinkan. Penggunaan kateter Jika pasien biasanya menggunakan pengobatan
dapat dipertimbangkan agar anestesi lokal oral, maka dibutuhkan dosis penggantian
dapat diberikan melalu infus pada masa pengobatan parenteral yang setara. Jika pasien
pascaoperatif, mengurangi penambahan biasa menerima opioid melalui patch transdermal
opioid waktu kerja pendek (fentanyl atau buprenorfin), sebaiknya patch
- Ketamin pada dosis rendah (sub- seperti ini dilanjutkan.
anestetik) terutama dapat bekerja sebagai Buprenorfin adalah agonis sebagian dan
antagonis non-kompetitif dari reseptor ada teori yang mengatakan bahwa obat ini bisa
NMDA. Pemberian ketamin pascaoperasi berlawanan dengan agonis opioid penuh, membuat
pada pasien dengan toleransi opioid dapat tatalaksana nyeri akut lebih sulit. Penggunapan
memperbaiki skor nyeri dan menurunkan patch transdermal buprenorfin hingga 70 mcg/jam
konsumsi opioid. Seringnya ketamin tidak akan memengaruhi kerja agonis opioid penuh
diberikan pascaoperatif dalam dosis IV pada nyeri akut.
yang rendah atau infus SC
- Gabapentinoids (gabapentin dan Tambahan opioid pada nyeri akut
pregabalin) adalah modulator kanal Untuk prosedur minor, opioid durasi
kalsium yang mempunyai peran dalam singkat dapat dberikan jika dibutuhkan. Dosis
penatalaksanaan nyeri neuropatik. awal adalah 1/6 dari total dosis opioid yang biasa
Sejumlah meta-analisis pada pasien digunakan pasien dalam 24 jam, dapat diberikan
toleransi non-opioid, tapi juga dapat tiap 4 jam.
membuat peningkatann skor sedasi ketika Penggunaan PCA intravena banyak
dibandingkan dengan placebo. Obat- disarankan dalam memberikan opioid durasi
obat ini juga dapat berguna pada pasien singkat untuk tatalaksana nyeri akut sehingga
dengan toleransi opioid. dapat dilakukan titrasi dosis secara individu dan
mengurangi beban petugas kesehatan. Seringkali

81
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 6 Nomor 3, Agustus 2019

pasien memerlukan peningkatan dosis bolus dan Pendekatan tim multidisiplin


dapat membutuhkan infus opioid jika tidak dapat Pendekatan kolaboratif dengan bidang
mengkonsumsi opioid oral yang biasa digunakan. spesialisasi lain terbukti bermanfaat, misalnya
Sulit untuk mengetahui dosis awal yang optimal. kerja sama dengan pelayanan obat dan alkohol,
Perlu diketahui bahwa strategi dosis perawatan paliatif, dan psikologi. Pengkajian
PCA hanyalah panduan umum dan bisa jadi tidak yang teratur oleh spesialisasi yang berbeda
sesuai untuk semua pasien dalam berbagai macam dalam tim dapat membuat pelayanan yang lebih
situasi. Pasien dengan toleransi opioid memerlukan menyeluruh dan membantu untuk menemukan
pemeriksaan yang lebih sering di ruang rawat penyebab serta melakukan tatalaksana nyeri
dan peresepan PCA bisa jadi harus diturunkan yang dibutuhkan pasien selama pasien dirawat.
tergantung dari respon pasien. Hubungan yang dekat dengan dokter umum yang
Rotasi Opioid menangani pasien juga penting untuk melanjutkan
Rotasi opioid adalah merubah pemberian penatalaksanaan di tingkat primer.
opioid dari jenis satu ke opioid yang lain. Teknik
ini sering digunakan pada penatalaksanaan nyeri Perencanaan penurunan dosis analgesia
kronis kanker dan non-kanker. Teknik ini digunakan Penting untuk memiliki rencana
ketika pasien mulai mengalami toleransi terhadap tentang bagaimana mengembalikan opioid yang
efek analgesi dari opioid awal dan dosis efektif dikonsumsi pasien dari intravena menjadi oral.
yang dibutuhkan terus meningkat. Bagaimanapun Disarankan untuk menghitung opioid intravena
kita tahu bahwa pasien mengalami toleransi yang dikonsumsi pasien dalam 24 jam dan
terhadap efek baik dari opioid (contoh analgesia) mengganti menjadi oral dalam dosis yang setara.
dan juga efek samping (contoh konstipasi dan Kemudian berikan 50% dosis ini dalam sediaan oral
mengantuk), tetapi sejauh apa toleransi tersebut dengan jenis sustained release dan mempunyai
akan berkembang tidak sama. Jadi jika pasien opioid jenis immediate release jika dibutuhkan.
mengalami toleransi terhadap efek analgesik Dosis opioid immediate release harus 1/6 dari total
opioid pada tingkat yang lebih tinggi daripada dosis oral yang dikonsumsi selama 24 jam.
terhadap efek sampingnya, seringkali mereka Penatalaksanaan pasien dengan dosis tinggi
tidak toleran terhadap peningkatan dosis yang buprenorfin sub lingual
dibutuhkan untuk analgesia disebabkan oleh efek Dosis tinggi buprenorfin sub lingual
samping yang berlebihan. semakin sering digunakan sebagai terapi rumatan
Pada skenario ini mengganti menjadi pada kecanduan opioid karena memiliki efek
opioid yang berbeda dapat mengurangi efek samping yang lebih sedikit dan stigma sosial lebih
samping dan meredakan nyeri. Konsep ini baik. Biasanya digunakan dalam dosis sekitar 8-32
didasarkan bahwa opioid yang berbeda tidak mg tiap 2 hingga 3 hari.
bekerja terhadap derajat yang sama pada reseptor Buprenorfin adalah agonis opioid
opioid yang bermacam-macam, seringkali mereka sebagian dan efek maksimalnya pada µ-reseptor
dimetabolime dengan cara berbeda dan ada lebih sedikit dibandingkan agonis penuh yang
toleransi-silang yang tidak lengkap diantara tipe- menyebabkan efek depresi pernafasan dan
tipe opioid yang berbeda. analgesia. Obat ini juga memiliki afinitas yang
Ketika melakukan penggantian opioid, sangat tinggi terhadap reseptor opioid dapat
disarankan untuk menghitung konsumsi opioid ikatannya tidak mudah diambil alih oleh opioid
pada 24 jam sebelumnya dalam persamaan lain. Karena sifat farmakologis inilah membuatnya
terhadap morfin kemudian kurangi dosis ini sekitar ideal untuk terapi rumatan. Bagaimanapun obat
30%-50% untuk membuat toleransi yang lengkap ini juga dapat membuat terapi nyeri akut dengan
diantara tipe opioid yang berbeda. opioid konvensional menjadi sulit.

82
Manajemen Nyeri pada Pasien ...

KESIMPULAN 7. Macintyre PE, Schug SA, Acute pain


Jumlah pasien dengan toleransi opioid management: a practical guide, 3rd ed Saunder
yang membutuhkan pengobatan untuk nyeri akut Elsevier London, 2007
terus meningkat sehingga manajemen efektif untuk 8. Compton P, Charusvastra VC, Kintaudi, Ling
menangani nyeri akut tersebut merupakan sebuah Pain response in metadhone maintained opioid
tantangan. Namun, keterlibatan pasien dan tenaga abuser, 2001
medis sangat diperlukan untuk mengembangkan 9. Mao J. Opioid induced hyperalgesia, IASP Pain
rencana terapi yang sesuai. Analgesia multimodal clinical update, 2008
sangat penting untuk digunakan dalam tatalaksana 10. Doverty M, White JM, Somogyi, Bochner.
pasien dengan toleransi opioid. Dosis opioid yang Switching between metadhone and morphine
tepat juga diperlukan untuk mencegah gejala for maintenance treatment of opioid
putus obat. dependence, 2009
11. Christie MJ, cellular neuroadaptation to
DAFTAR PUSTAKA chronic opioid tolerance, withdrawal and
1. The opioid tolerant Acute pain management: addiction, 2008
scientific evidence 3rd edition 2010 12. Robert LJ. The opioid tolerant patient, including
2. Mehta V. Langford RM. Acute pain management those with a substance abuse disorder, clinical
of opioid dependent patient, anesthesia 2006 pain management: Acute Pain, 2008
3. Mitra S. Opioid induced Hyperalgesia: 13. Chang G, Chen L, Mao J, opioid tolerance and
Patophysiology and clinical implication. J. hyperalgesia, 2. 007
Opioid Mang 2008 14. Macintyre PE, Schug SA, Acute pain
4. Chu LF, Angst MS, Clark D, opioid induced management: a practical guide, Elsevier, 2008
hyperalgesia in human: molecular mechanism 15. Robert LJ, Hellier L, Croy H, Opioid tolerance
and clinical consideration, Clin J pain, 2008 and perioperative pain management,
5. Alford DP, Compton P, Samet JH. Acute pain Internasional Association for the Study of pain,
management for patient receiving maintenance 2005
metadhone or buprenorphine therapy, ann 16. Quigley C. Opioid Switching to improve pain
Intern Med, 2009 relief and drug tolerability, 2005
6. Peng PW, Tumber PS, Gourlay D. Review article: 17. Hadi L, Morley PK, Dain S, Horril K,
perioperative pain management of patient on Perioperative management of the patient with
metadhone therapy, Can J Anaest 2007 chronic non cancer pain, 200

83

Anda mungkin juga menyukai