Anda di halaman 1dari 21

DAMPAK DARI FENOMENA PENYIMPANGAN SEKSUAL HOMOSEKSUAL BAGI

RUANG LINGKUP SOSIAL DAN PERGAULAN SISWA KELAS X

Proposal Penelitian

Disusun oleh :

1. Arvia Nur Ayrinningtyas (4)


2. Juniar Talita Pertiwi (15)
3. Mariska Rihhadatul Zahra (16)
4. Mutiara Rengganis (20)
5. Mutiara Syafira Islami (21)
6. Nadya Aulia Rahma (22)

SMA PGRI 1 PATI

TAHUN AJARAN 2023/2024

JL. A. YANI GG. MANGGIS 99, KEC/KAB. PATI, JAWA TENGAH


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan baik
dan tepat waktu.

Tujuan dari pembuatan proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
dalam mata pelajaran ‘Sosiologi’ dengan tema penelitian yaitu ‘Penyimpangan Seksual’. Kami
sebagai peneliti, sadar akan adanya hambatan dan kesulitan yang terjadi selama penulisan
proposal ini. Serta kami menjadikan hal ini sebagai suatu proses yang akan memperkaya
pengalaman dalam pembelajaran.

Kami memilih tema penelitian tentang ‘Penyimpangan Seksual’ berdasarkan pada


maraknya kasus penyimpangan seksual yang terjadi di dalam lingkup sosial masyarakat. Secara
umum, hubungan seksual adalah sebuah hubungan yang melibatkan dua individu dengan jenis
kelamin yang berbeda. Penyimpangan seksual bisa terjadi karena seseorang ingin mencapai
kepuasan namun dilakukan dengan cara yang tidak wajar dan hal ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang bisa berasal dari faktor eksternal dan faktor internal.

Kami selaku peneliti ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
telah membantu dan memotivasi kami dalam menyelesaikan proposal ini.Kami juga memohon
maaf apabila masih ditemukan kekurangan dan kecacatan dalam proposal ini. Kami berharap,
proposal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat dijadikan sebagai referensi dalam
melakukan penelitian yang serupa.

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ iv


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah. .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah. ....................................................................................................................... 2
C. Pembatasan Masalah. ................................................................................................................... 2
D. Tujuan Penelitian. ........................................................................................................................ 2
E. Manfaat Penelitian. ...................................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................................. 4
A. Tinjauan Pustaka. ......................................................................................................................... 4
a. Penyimpangan Seksual. ............................................................................................................ 4
b. Homoseksualitas. ..................................................................................................................... 5
c. Faktor Penyebab....................................................................................................................... 6
B. Hasil Penelitian yang Relevan. ..................................................................................................... 7
a. Penelitian oleh Salim Nst (2014). ............................................................................................. 7
b. Penelitian oleh Zainuri (2014). ................................................................................................. 8
C. Kerangka Berpikir........................................................................................................................ 9
D. Hipotesis. ..................................................................................................................................... 9
BAB III ................................................................................................................................................. 11
METODE PENELITIAN ...................................................................................................................... 11
A. Tempat dan Waktu Penelitian. .................................................................................................... 11
B. Metode Penelitian. ..................................................................................................................... 11
C. Populasi dan Sampel. ................................................................................................................. 11
a. Populasi. ................................................................................................................................ 11
b. Sampel. .................................................................................................................................. 12
D. Teknik Pengambilan Data. ......................................................................................................... 12
E. Teknik Analisis Data.................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. vi
LAMPIRAN ..........................................................................................................................................viii

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.


Penyimpangan seksual terjadi karena seseorang merasakan gairah seksual yang intens
namun terkesan tidak normal karena dilakukan dengan tidak wajar. Para pelaku
penyimpangan seksual biasanya melampiaskan gairah seksualnya pada objek, aktivitas, serta
situasi yang tidak menimbulkan gairah bagi orang dengan orientasi seksual yang normal.
Apabila hal ini tidak diatasi, perilaku penyimpangan tersebut akan menimbulkan masalah
bagi pelaku maupun di ranah sosialnya (Agustin via Alodokter, 2023).

Salah contoh pelakunya adalah RagilMahardika, pria homoseksual yang kini telah
menikah dengan Frederik Vollert dan kini menetap di Jerman. Viral-nya sosok Ragil banyak
mengundang kontra, karena orientasi seksualnya yang dianggap menyimpang. Puncaknya
adalah saat Ragil dan ‘suaminya’ diundang dalam sebuah podcast terkenal pada tahun 2022
lalu, yang membuat public kecewa dan marah dengan pemilik podcast yang menjunjung
slogan “Don’t make stupid people famous!”, karena mengundang seseorang dengan moral
rendah menurut sebagian besar masyarakat. Podcast tersebut akhirnya ditarik dari jejaring
social YouTube karena menuai banyak kontra di kalangan masyarakat (Sutoyo, 2023).

Sutoyo (2023) dalam artikelnya, menyebutkan bahwa terdapat kelompok pro-LGBT


yang justru balik mengecam tindakan pemilik podcast tersebut dan menyebutnya terkena
‘moral panic’. Tak hanya mengecam, aktivis pro-LGBT ini juga membawa dua argument
yang digunakan untuk membenarkan apa yang dilakukan oleh Ragil dan ‘suaminya’ tersebut.
Argument pertama adalah tentangr elativisme moral, yang menyatakan bahwa sesuatu yang
dianggap baik-buruk atau benar-salahs ecara moral itu tidak ada yang mutlak dan bersifat
universal, sebaliknya jika hal itu merupakan hasil kesepakatan sosial, nilainya tidak mutlak
dan bias berubah dalam konteks ruang dan waktu.

Argument kedua berkaitan dengan objektivitas yang dikutip dari David A Moskowitz
(2010) dalam artikel yang berjudul “Heterosexual Attitudes Toward Same-Sex Marriage”.
Dalam perspektif objektivisme, suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang tanpa unsure

1
paksaan, maka seseorang itu berhak ata sapa yang ia lakukan, sekalipun hal tersebut
berkaitan dengan seksualitas, terlepas dari perilaku mereka yang dianggap sebagai sesuatu
yang tidak bermoral. Faradiba (2021) dalam artikel Kompas menyebutkan bahwa
homoseksual diklasifikasikan sebagai perilaku menyimpang seksual.

Viralnya sosok tersebut membawa kekhawatiran bagi masyarakat, terutama bagi para
orang tua dan tenaga pendidik. Orang tua tidak tau menau tentang pergaulan anaknya selain
di rumah dan di sekolah, yang tentu dibantu oleh pantauan tenaga pendidik. Dari kasus
tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti dampak dari fenomena penyimpangan seksual
homoseksual dalam ruang lingkup social dan pergaulan remaja, khususnya bagi siswa kelas
X.

B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka rumusan masalahnya adalah :

Apakah terdapat dampak dari fenomena penyimpangan seksual homoseksual bagi


ruang lingkup sosial dan pergaulan siswa kelas X?

C. Pembatasan Masalah.
Penelitian ini terbatas pada dampak dari fenomena penyimpangan seksual
homoseksual bagi ruang lingkup sosial dan pergaulan siswa kelas X melalui penyebaran
angket (questionnaire). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X dari SMA PGRI 1 Pati
yang memiliki lingkup pergaulan di luar rumah dan sekolah. Jumlah sampel partisipan
sebanyak 100 orang.

D. Tujuan Penelitian.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya dampak dari
fenomena penyimpangan seksual homoseksual bagi ruang lingkup sosial dan pergaulan siswa
kelas X.

E. Manfaat Penelitian.
Bagi orang tua, penelitian ini diharapkan bias menjadi acuan pembelajaran tentang
fenomena tertentu dalam ranah pergaulan remaja.

2
Bagi guru, khususnya guru BK penelitian ini diharapkan menjadi acuan dalam
mengembangkan konseling dan bimbingan bagi siswa-siswanya, terutama bagi siswa yang
memang membutuhkan konseling dan bimbingan.

Bagi siswa, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dalam melaksanakan
penelitian serupa, serta menjadi pembelajaran agar tetap menjaga pergaulan.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka.

a. Penyimpangan Seksual.
Setiap orang memiliki preferensi yang berbeda dalam setiap hal, termasuk dalam hal
seksual. Beberapa preferensi seksual bisa dikatakan normal apabila tidak membahayakan dan
sudah disetujui oleh pasangan. Sebaliknya, jika preferensi seksual terasa berbahaya,
mengganggu kehidupan pribadi dan sosial, bahkan hingga melanggar norma dan hukum,
maka hal itu disebut sebagai penyimpangan seksual (Agustin via Alodokter, 2023).

Penyimpangan seksual juga dapat diartikan sebagai gangguan seksual yang membuat
penderitanya melakukan hal di luar kebiasaan demi mendapatkan kepuasan (Martiasari,
2019). Menurut Faradiba (2021), penyimpangan seksual terbagi menjadi 13 jenis, yaitu :

NAMA
PENYIMPANGAN DEFINISI
SEKSUAL
Penyimpangan seksual dimana penderitanya senang
Fetisisme menggunakan benda mati untuk mencapai kepuasan
seksualnya.
Penyimpangan seksual yang merujuk pada disorientasi
seseorang karena menjadi penyuka sesama jenis.
Homoseksual
Homoseksual terbagi menjadi dua, yaitu gay (lelaki penyuka
sesama jenis) dan lesbian (wanita penyuka sesama jenis).
Penyimpangan seksual dimana penderitanya mendapatkan
Sadomasokisme/Sadisme
kepuasan seksual dengan menyakiti pasangannya.
Penyimpangan seksual dimana penderitanya lebih senang
Masokisme
disakiti terlebih dahulu sebelum mendapat kepuasan seksual.
Ekshibisionisme Penyimpangan seksual dimana penderitanya akan merasa

4
puas saat menunjukkan alat vitalnya hingga membuat korban
ketakutan.
Penyimpangan seksual dimana penderitanya merasa tidak
Hiperseks
puas saat berhubungan seksual dengan satu pasangan.
Penyimpangan seksual dimana penderitanya dapat mencapai
kepuasan seksual dengan mengintip orang lain yang tengah
Voyeurisme
telanjang (sedang mandi, ganti baju, bahkan berhubungan
seksual).
Penyimpangan seksual dimana penderitanya merasa tertarik
Pedofilia secara seksual atau bahkan senang melakukan hubungan
seksual dengan anak-anak di bawah umur.
Penyimpangan seksual dimana penderitanya senang
Incest
melakukan hubungan seksual dengan saudara sedarahnya.
Penyimpangan seksual dimana penderitanya senang
Bestially
melakukan hubungan seksual dengan binatang.
Penyimpangan seksual dimana penderitanya senang
Necrofilia
melakukan hubungan seksual dengan mayat.
Penyimpangan seksual yang umumnya dialami oleh pria,
Frotteurisme dimana mereka mencapai kepuasan seksual dengan
menggesekkan alat vital pada wanita di tempat umum.
Penyimpangan seksual dimana penderita senang melakukan
Sodomi hubungan seksual menggunakan dubur pasangan, dan
biasanya berkaitan dengan pasangan homoseksual (gay).

b. Homoseksualitas.
Menurut Wikipedia, etimologi kata ‘homoseksual’ berasal dari bahasa Yunani dan
Latin dengan menggunakan arti kata ‘homos’ (ὁμός) dari bahasa Yunani yang berarti ‘sama’.
Bahasa latin juga memiliki kosa kata ‘homo’, namun lebih merujuk pada arti kata ‘manusia’
(dalam spesies manusia Homo sapiens). Pengartian kata ‘homo’ dalam bahasa Yunani juga
bisa merujuk pada bentuk tindakan seksual dan kasih sayang antar individu yang berjenis
kelamin sama.

5
Homoseksualitas merupakan bentuk rasa ketertarikan secara romansa dan/atau secara
seksual atau perilaku yang dilakukan oleh individu dengan jenis kelamin atau gender yang
sama. Lebih lanjut, homoseksualitas sebagai orientasi seksual, lebih menekankan pada "pola
berkelanjutan atau disposisi untuk pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan
romantis" terutama atau secara eksklusif pada orang dari jenis kelamin sama.

Kemudian, istilah umum homoseksual terbagi menjadi dua macam istilah khusus,
yaitu lesbian dan gay. Lesbian merujuk pada homoseksualitas yang dilakoni oleh sesama
perempuan, sedangkan gay dilakoni oleh sesama lelaki. Akan tetapi, istilah gay terkesan
lebih universal, karena bisa merujuk pada homoseksualitas yang dilakoni oleh laki-laki
maupun perempuan (Wikipedia).

c. Faktor Penyebab.
Menurut Agustin (2023), hingga kini, penyebab dari penyimpangan seksual masih
belum diketahui secara pasti. Untuk sementara, ada beberapa faktor yang menjadi pemicu
terjadinya perilaku penyimpangan seksual, di antaranya adalah :

 Riwayat traumatis, seperti pelecehan atau kekerasan seksual.


 Kurang mendapat perhatian orang tua, yang juga bisa disebabkan oleh kurang
harmonisnya hubungan kedua orang tua.
 Tidak sengaja melihat seseorang berhubungan seksual.
 Menemukan kegiatan seksual yang menyenangkan terhadap situasi atau objek tertentu
hingga melakukannya berulang kali.
 Mengalami gangguan pada otak.
 Kesulitan dalam menjalin hubungan dengan seseorang.

Dikutip dari Wikipedia, terjadinya homoseksualitas juga masih belum diketahui


penyebab pastinya, hal ini selaras dengan pendapat dari Agustin (2023). Para ilmuwan
menduga bahwan orientasi seksual seseorang dipengaruhi oleh genetik, hormon, serta
lingkungan. Kemudian, ilmuwan juga menyebutkan bahwa memori masa kecil tidak berperan
penuh terhadap perubahan orientasi seksual seseorang, namun tidak dijelaskan memori masa
kecil seperti apa yang tidak mempengaruhi hal tersebut.

6
Selain itu, para konsensus ilmu-ilmu perilaku dan sosial, serta profesi kesehatan dan
kesehatan kejiwaan juga menyatakan bahwa homoseksualitas lebih tergolong sebagai ragam
orientasi seksual ketimbang penyakit kejiwaan atau efek psikologis negatif. Bertentangan
dengan pendapat para ilmuwan dan ahli, beberapa kelompok (termasuk sekte-sekte agama
dan mantan penyintas homoseksualitas) justru memandang homoseksualitas sebagai dosa dan
kelainan, serta menggambarkan homoseksualitas sebagai ‘pilihan’.

B. Hasil Penelitian yang Relevan.

a. Penelitian oleh Salim Nst (2014).


Salim Nst (2014) dalam artikel penelitian berjudul “Homoseksual dalam Pandangan
Hukum Islam” menemukan hasil yang menyatakan bahwa homoseksual merupakan suatu
perbuatan keji yang dapat merusak akal fitrah dan akhlak manusia. Hal ini didasarkan pada
nas serta hadits yang menjadi dasar hukum bagi para ulama fiqh dalam menetapkan hukuman
homoseksualitas. Meskipun para ulama fiqh sepakat bahwa homoseksualitas merupakan
sesuatu yang haram, terjadi beberapa perbedaan pendapat yang didasarkan pada perbedaan
sumber hukum yang digunakan masing-masing ulama fiqh, di samping berbedanya cara
menafsirkan ayatayat serta hadits yang menjadi dasar bagi penetapan hukumnya.

Ditemukan tiga perbedaan pendapat, yaitu :

 Pendapat pertama, dikemukakan oleh Abu Bakar, Ali ibn Abi Thalib, Nashir, Qasim bin
Ibrahim, Imam Syafi’I (dalam suatu pendapat) dan beberapa orang ulama fiqh lainnya,
yang menyatakan bahwa para pelaku homoseksual dihukum dengan cara dibunuh, baik
pelakunya seorang bikr maupun muhsan.
 Pendapat kedua dikemukakan oleh Sa’id ibn Musayyab, Atha’ ibn Abi Rabah, Hasan
Qatadah, Nakha’I, Tsauri, Auza’I, Abu Thalib, Imam Yahya dan Imam Syafi’I (dalam
suatu pendapat), yang menetapkan bahwa pelaku homoseksual dijatuhi hukuman
sebagaimana hukuman zina. Jika ia seorang bikr (jejaka) maka hukumannya didera dan
diasingkan dari negerinya. Sedangkan yang muhshan (pernah kawin), mendapat hukuman
rajam.
 Pendapat ketiga dikemukakan oleh Abu Hanifah, yang medasarkan pemikiran
hukumannya bahwa homoseksual tidak membawa kemudaratan yang dapat merusak

7
keturunan dan ulama fiqh lainnya, menetapkan bahwa pelaku homoseksual harus diberi
sanksi hukum berupa ta’zir, yaitu sejenis hukuman yang bertujuan edukatif dan preventif,
yang berat ringannya ditetapkan oleh hakim.

Diantara ketiga pendapat di atas, pendapat pertama dianggap paling kuat karena
menggunakan nas sahih, sedangkan dua pendapat lainnya dianggap lemah karena
menggunakan qiyas dalam menetapkan hukumannya, yang dianggap bertentangan dengan
penentuan hukuman berdasarkan nas

b. Penelitian oleh Zainuri (2014).


Zainuri (2019) dalam artikel penelitian yang berjudul “Analisis Perilaku
Homoseksual pada Mahasiswa STKIP Kota Bima” menemukan beberapa hasil, seperti faktor
penyebab, dampak, serta upaya pencegahan yang dapat dilakukan. Faktor penyebab dari
fenomena homoseksual di STKIP Kota Bima adalah pengaruh pergaulan dan rasa trauma dari
hubungan sebelumnya. Kemudian, dampak dari perilaku homoseksualitas di sekolah tinggi
tersebuh adalah meningkatnya tingkat solidaritas, namun juga beriringan dengan
meningkatnya jumlah dampak biologis, seperti penularan HIV/AIDS. Upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan pemberian pendalaman pemahaman agama bagi para pelaku
homoseksual sebagai bekal untuk membentengi diri dari pengaruh negatif pergaulan yang
diiringi dengan pemberian pemahaman bagi para remaja dan pelaku homoseksual tentang
dampak perilaku homoseksual dan bahanya bagi kesehatan remaja.

8
C. Kerangka Berpikir.

D. Hipotesis.
Hipotesis merupakan sebuah prediksi yang dibuat oleh peneliti dengan hasil yang
diharapkan berasal dari hubungan antar variable (Creswell, 2014). Hipotesis untuk penelitian
ini adalah :

H0 : tidak ada dampak dari fenomena homoseksual bagi ruang lingkup sosial dan pergaulan
siswa kelas X.

9
H1 : ada dampak dari fenomena homoseksual bagi ruang lingkup soaial dan pergaualn siswa
kelas X.

10
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian.


Penelitian akan dilaksanakan di SMA PGRI 1 Pati selama 4 minggu dengan
partisipan penelitian adalah siswa kelas X SMA PGRI 1 Pati. Peneliti akan mengirimkan
surat izin pengadaan penelitian yang ditujukan pada Wakil Kepala Sekolah bidang
kurikulum.

B. Metode Penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif melalui penelitian survey. Menurut
McCombes (2019), penelitian survei adalah penelitian yang mengumpulkan informasi dari
suatu kelompok dengan memberi beberapa pertanyaan untuk kemudian dianalisis hasilnya.
Jenis format pertanyaan kemudian terbagi menjadi dua jenis, yaitu kuesioner dan wawancara.
Karena penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, maka peneliti menggunakan format
pertanyaan berupa kuesioner dengan menggunakan pertanyaan jenis close-ended, yang
menyediakan data numerikal yang nantinya akan dianalisis dengan bantuan program
statistika untuk mencari pola, tren, dan korelasi guna mencapai hasil penelitian.

C. Populasi dan Sampel.

a. Populasi.
Populasi adalah bentuk generalisasi sebuah cakupan yang berisi objek atau subjek
yang memiliki kualitas dan kriteria yang ditentukan oleh peneliti untuk diteliti kemudian
ditarik kesimpulan dalam penelitiannya. Populasi tidak selalu terikat pada berapa banyak
orang (subjek) yang terlibat, namun juga bisa berupa objek dan hal-hal yang bersifat natural
lainnya (Sugiyono, 2015). Maka, populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA
PGRI 1 Pati.

11
b. Sampel.
Sampel merupakan sebuah kelompok spesifik yang memiliki ukuran lebih kecil dari
populasi dan akan menjadi sumber data utama dalam sebuah penelitian (Bandhari, 2020).
Karena populasi menyajikan ukuran subjek yang cukup besar, peneliti mungkin akan
kesulitan untuk mengadakan penelitian jika peneliti harus menguji populasi secara satu
persatu. Untuk itu, peneliti menggunakan sampel sebagai ‘perwakilan’ populasi yang akan
digunakan sebagai sumber data utama. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-1
sampai kelas X-4 SMA PGRI 1 Pati, dengan jumlah minimal 100 responden dari kelas-kelas
tersebut.

D. Teknik Pengambilan Data.


Teknik pengambilan data dilakukan dengan metode survei menggunakan angket
kuesioner. Kuesioner akan disebar secara online dengan menggunakan Google Form.
Penyebaran angket kuesioner secara online dipilih karena metode ini lebih fleksibel dan tidak
menyita banyak waktu dan tenaga. Selain itu, penyebaran angket secara online juga
diharapkan dapat memenuhi jumlah responden yang dibutuhkan oleh peneliti.

E. Teknik Analisis Data.


Setelah berhasil dikumpulkan, data-data tersebut akan diproses dengan bantuan
program statiska dengan rangkaian uji, seperti uji prasyarat kemudian diakhiri dengan uji
hipotesis untuk membuktikan hipotesis mana yang menjadi jawaban dari penelitian yang
telah dilakukan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, dr. Sienny. (2023, 30 Agustus). Penyimpangan Seksual, Ketahui Penyebab hingga Cara
Mengatasinya. Alodokter. https://www.alodokter.com/penyimpangan-seksual-ketahui-
penyebab-hingga-cara-mengatasinya

Bhandari, Pritha. (2020, 14 Mei). Population vs. Sample | Definitions, Differences & Examples.
Scribbr. https://www.scribbr.com/methodology/population-vs-sample/. Direvisi pada 21
Juni 2023.

Creswell, J. W. (2014). Research Design : Quantitative, Qualitative, and Mixed Method


Approaches. SAGE Publisher.

Faradiba, Nadia. (2021, 6 Oktober). 13 Macam Perilaku Menyimpang Seksual, Termasuk


Hiperseks. Kompas.com. https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/06/190000423/13-
macam-perilaku-menyimpang-seksual-termasuk-hiperseks?page=all

Martiasari, Andin. (2019). KAJIAN TENTANG PERILAKU KEJAHATAN DAN


PENYIMPANGAN SEKSUAL DALAM SUDUT PANDANG SOSIOLOGIS DAN
HUKUM POSITIF INDONESIA. YURISPRUDIN : JURNAL FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG. 2 (1) : 103 – 118.
http://riset.unisma.ac.id/index.php/yur/article/view/958

McCombes, Shonna. (2019, 20 Agustus). Survey Research | Definition, Examples, & Methods.
Scribbr. https://www.scribbr.com/methodology/survey-research/. Direvisi pada 22 Juni
2023.

Salim Nst, Agus. (2014). Homoseksual dalam Pandangan Hukum Islam. Jurnal Ushuluddin. 21
(1) : 22 – 35. https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/view/724/675

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,. Kualitatif dan R&D).
Penerbit CV. Alfabeta.

Sutoyo, Yongki. (2023, 14 September). Dilema Moral Penyimpangan Seksual. INSIST :


Committed to the Truth. https://insists.id/dilema-moral-penyimpangan-seksual/

vi
Wikipedia. Homoseksualitas. https://id.wikipedia.org/wiki/Homoseksualitas

Zainuri, M. Irham. (2019). ANALISIS PERILAKU HOMOSEKSUAL PADA MAHASISWA


STKIP KOTA BIMA. E-Prints UNM. http://eprints.unm.ac.id/13131/

vii
LAMPIRAN
Angket Kuesioner.

Nama :

Kelas :

Petunjuk : Beri tanda centang menggunakan alat tulis pada kolom pendapat (setuju, netral, tidak
setuju)

JAWABAN
NO. PERTANYAAN
YA NETRAL TIDAK
Apakah di dalam agama Anda memiliki kisah atau
1. legenda yang dikaitkan dengan kaum
homoseksual?
2. Apakah Anda mempercayai kisah tersebut?
Pernahkah Anda mengonsumsi hal-hal yang
3. berbau homoseksual? (seperti manga, anime,
drama series, komik, dsb)
Pernahkah Anda berjumpa dengan seseorang yang
mengindikasikan dirinya sebagai homoseksual?
4.
(baik diucapkan secara langsung, maupun berupa
pernyataan di sosial media)
Apakah Anda memiliki teman yang memiliki
5.
kecenderungan sebagai homoseksual?
Apakah teman Anda yang terindikasi sebagai
6. homoseksual sering mempengaruhi ranah
pergaulan anda?
Apakah Anda setuju apabila pelaku homoseksual
7. dihukum pidana sesuai undang-undang yang
berlaku?
Apakah Anda setuju apabila pelaku homoseksual
8.
dihukum dengan aturan hukum agama?
Apakah Anda setuju apabila penyebab seseorang
menjadi homoseksual karena faktor globalisasi?
9. (seperti contohnya pasangan homoseksual yang
memang sengaja mengumbar hubungan mereka di
sosial media)
Apakah Anda setuju apabila penyebab seseorang
menjadi homoseksual karena dirinya sendiri?
10.
(seperti trauma, takut dikecewakan, merasa
memang tertarik dengan sesama jenis, dsb)

viii
JAWABAN
NO. PERTANYAAN
YA NETRAL TIDAK
Jika pergaulan anda didominasi oleh pelaku
11. homoseksual, apakah anda akan tetap berteman
dengan mereka?
Apakah Anda setuju jika homoseksual lebih
12.
dikategorikan sebagai penyimpangan seksual?
Apakah Anda setuju jika homoseksual lebih
13.
dikategorikan sebagai orientasi seksual?
Apakah Anda setuju jika pelaku homoseksual juga
14. mendapatkan hak yang sama seperti orang
kebanyakan?
Apakah Anda setuju jika suatu saat komunitas
15.
homoseksual diizinkan masuk ke Indonesia?
Apakah Anda setuju jika sekolah perlu
16.
mengadakan sosialisasi tentang orientasi seksual?
Apakah Anda setuju jika pelaku homoseksual
17. hanya perlu diberi bimbingan tambahan tentang
pendalaman agama?
Apakah Anda setuju jika perilaku homoseksua
18.
berdampak positif bagi lingkungan sosial?
Apakah Anda setuju jika perilaku homoseksual
19.
berdampak negatif bagi lingkungan sosial?
Apakah Anda setuju jika perilaku homoseksual
20.
dapat menyebabkan penyakit menular seksual?

∞ Terima Kasih ∞

ix

Anda mungkin juga menyukai