ditinggal pergi pendamping hidupku, kini anakku satu-satunya juga telah tiada.
Hujan air mata tentu saja menetes di sini; di mataku. Terkadang aku merasa,
Tuhan mengujiku terlalu berat. Ingin menghakimi-Nya, namun apa daya, aku tak
bisa. Sungguh aku tak sanggup memaki Pencipta diriku yang telah menyelamatkanku
dari sebuah insiden naas beberapa tahun yang lalu. ucapku kepada batinku sendiri.
istriku, dan 7 hari kepergian anakku. Sedih dan duka itu tentu masih ada, namun
untuk menyeka air mata dan ingusku karena berduka. Namun aku sadar, bahwa
berduka terlalu lama tak akan ada gunanya. Menjalani hidup sekuat mungkin adalah
bisa membuat kita lalai dari kesedihan dan keresahan hati kita. Dan ternyata
bayang-bayang sang anak tidak terlalu sering menghantuiku; membuat air mata
menetes di mataku.
mungkin dan tidak larut dalam duka. Dan aku akan terus bertahan, terus
menjalani hidupku, hingga nanti aku menyusul anak dan kekasihku di Sana.
intrinsik berilahPenjelasan
• Struktur cerpen
1. Abstraksi
Abstraksi merupakan ringkasan atau inti dari cerita pendek yang akan dikembangkan menjadi sebuah
rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga sebagai gambaran awal dalam cerita.
Bukti dalam cerpen: Kesedihan masih mendera diriku. Setelah ditinggal pergi pendamping hidupku, kini
anakku satu-satunya juga telah tiada. Hujan Air mata tentu saja menetes disini; di mataku.
2. Orientasi
Orientasi berkaitan dengan wantu, suasana, dan tempat yang berkaitan dengan jalan cerita dari cerpen
tersebut.
Bukti dalam cerpen: Tak terasa ini sudah 40 hari kepergian istriku, dan 7 hari kepergian anakku. Sedih
dan duka itu tentu ada, namun menipis, setipis kain tissue yang sering aku gunakan untuk menyeka air
mata dan ingusku karena berduka.
3. Komplikasi
Sang tokoh sedih karena ditinggal mati sang anak, padahal sebelumnya telah ditinggal pendamping
hidupnya. Sang tokoh berusaha menghilangkan kesedihannya.
4. Evaluasi
Evaluasi yaitu struktur konflik yang terjadi dan mengarah pada klimaks serta sudah mulai mendapatkan
penyelesaian dari konflik yang terjadi.
Bukti dalam cerpen: Tak terasa ini sudah 40 hari kepergian istriku, dan 7 hari kepergian anakku. Sedih
dan duka itu tentu ada, namun menipis, setipis kain tissue yang sering aku gunakan untuk menyeka air
mata dan ingusku karena berduka. Namun aku sadar, bahwa berduka terlalu lama tak akan ada gunanya.
Menjalani hidup sekuat mungkin adalah solusi atas kesombongan dan kesedihanku ini.
5. Resolusi
Pada bagian resolusi, pengarang mulai mengungkapkan solusi yang dialami tokoh.
Bukti dalam cerpen: Ada pepatah yang bilang, bahwa kesibukan bisa membuat kita lalai dari kesedihan
dan keresahan hati kita. Dan ternyata itu benar. Kesedihan yang kujalani sebagai layouter cukup
menguras hati dan pikiran. Bayang-bayang sang pendamping hidup, serta bayang-bayang sang anak
tidak terlalu sering menghantuiku; membuat air mata menetes di mataku.
6. Koda
Pada bagian koda, terdapat nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari cerita pendek tersebut oleh
pembacanya.
Bukti dalam cerpen: Tak pernah kupikirkan siapa yang akan menggantikan pendamping hidupku di dunia
ini. Yang aku pikirkan saat ini adalah bagaimana menjalani hidupku sebaik mungkin dan tidak larut dalam
duka. Dan aku akan terus bertahan, terus menjalani hidupaku, hingga nanti aku menyusul anak dan
kekasihku di Sana.
• Unsur intrinsik diantaranya: tema, amanat, latar, alur, tokoh, sudut pandang, gaya bahasa,
perwatakan.
Amanat dalam cerpen “Akan Terus Bertahan” adalah bahwa kita harus tetap tegar dalam menjalani
hidup meskipun ditimpa kesedihan yang mendalam, tidak menyalahkan Tuhan saat terpuruk, dan tetap
setia kepada pasangan hidup kita.
c. Latar adalah tempat, waktu, dan suasana dari peristiwa yang diceritakan.
Latar suasananya sedih. Kutipan cerpen, “Kesedihan masih mendera diriku.” (paragraf 1)
Latar waktunya 40 hari kepergian istrinya, dan 7 hari kepergian anaknya. Kutipan cerpen, “Tak terasa ini
sudah 40 hari kepergian istriku, dan 7 hari kepergian anakku.” (paragraf 2)
Latar tempatnya tidak dijelaskan dimana pastinya. Namun, ada kutipan yang menunjuk bahwa dunia
dapat dijadikan sebagai latar tempatnya. Kutipan cerpen, “Tak pernah kupikirkan siapa yang akan
menggantikan pendamping hidupku di dunia ini.” (paragraf 4)
d. Alur adalah rangkaian peristiwa yang berdasarkan kaitan sebab akibat.
Alur dalam cerpen “Akan Terus Bertahan” menggunakan alur campuran yang berdasarkan urutan waktu.
f. Sudut pandang adalah pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana menyajikan tokoh,
latar, dan berbagai peristiwa.
Dalam cerpen “Akan Terus Bertahan” menggunakan sudut pandang orang pertama (Sudut pandang I)
sebagai tokoh utama.
g. Gaya bahasa adalah bahasa yang dipakai untuk pengungkapkan gagasan dalam dunia sastra dengan
memakai bahasa kias.
Dalam cerpen “Akan Terus Bertahan” menggunkan gaya bahasa yang mudah dipahami dan mengandung
motivasi. Ada beberapa majas yang digunakan, contohnya majas asosiasi dalam kutipan cerpen, “Sedih
dan duka itu tentu masih ada, namun menipis, setipis kain tissue yang sering aku gunakan untuk
menyeka air mata dan ingusku karena berduka.” (paragraf 2). Juga mencantumkan pepatah dalam
kutipan, “Ada pepatah yang bilang, bahwa kesibukan bisa membuat kita lalai dari kesedihan dan
keresahan hati kita.” (paragraf 3).
h. Perwatakan adalah karakteristik tokoh dalam cerpen yang berhubungan dengan sifat atau watak
tokoh.
Tokoh “Aku” dalam cerpen “Akan Terus Bertahan” memiliki watak tabah dalam kutipan cerpen, “Aku
percaya ada hikmah dari semua ini. Aku sungguh percaya bahwa Dia tidak akan menjahatiku. Ucapku
kepada batinku sendiri.” (Paragraf 1). Tokoh “Aku” juga memiliki watak optimistis dalam kutipan cerpen,
“Tak pernah kupikirkan siapa yang akan menggantikan pendamping hidupku di dunia ini. Yang aku
pikirkan saat ini adalah bagaimana menjalani hidupku sebaik mungkin dan tidak larut dalam duka. Dan
aku akan terus bertahan, terus menjalani hidupaku, hingga nanti aku menyusul anak dan kekasihku di
Sana.” (paragraf 4).
bayang-bayang sang anak tidak terlalu sering menghantuiku; membuat air mata
menetes di mataku.
2. kalimat tidak langsung = Terkadang aku merasa,
3. Gaya bahasa/ majas = majas hiperbola = Hujan air mata tentu saja menetes di sini; di mataku