Anda di halaman 1dari 25

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK


PERCOBAAN 1 : ALKALIMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM

Dosen pengampu:
Dr. Ulva Ria Irfan, Dr. Adi Tonggiroh, ST., MT., A. Bahrul Hidayah, ST.,
MT.

OLEH:

LENI MARLINA LOPANG


D061221047

GOWA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Titrimetri merupakan suatu Analisa kuantitatif yang berkaitan dengan

pengukuran volume suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui, yang

diperlukan untuk bereaksi dengan zat yang akan ditetapkan. Titrasi yang

menyangkut asam basa sering disebut Asidimetri-Alkalinetri. Kata metri berasal

dari Bahasa Yunani yang berarti ilmu atau proses atau seni mengukur. Alkalimetri

adalah metode yang digunakan untuk menetapkan kadar senyawa asam yang

direaksikan dengan larutan baku bersifat basa. Asidimetri adalah larutan basa

yang dapat direaksikan dengan larutan baku asam. Reaksi asam-basa sering

digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan asam dan larutan basa.

Penentuan ini dapat dilakukan dengan cara meneteskan larutan basa yang sudah

diketahui konsentrasinya atau sebaliknya. Salah satu cara penentuan kadar larutan

asam adalah melalui proses titrasi alkalimetri. Alkalimetri adalah metode

volumentrik dengan prinsip reaksi penetralan asam dan basa. Cara ini cukup

mudah dan cepat, keteliatian dan ketepatannya juga cukup tinggi. Walaupun cara

ini terhitung baru naum para analisis telah merasakan betapa cara ini memiliki

beberapa keuntungan diantaranya untuk senyawa yang tidak dapat larut dalam air,

dapat larut dalam pereaksi dengan mudah didapat dan dikenal. Sehingga untuk

menentukan kadarnya tidak kesulitan dalam mencari pelarut lain untuk

kanyatkannya. Keuntungan lain dengan pemakaian metode ini adalah karena


dalam percobaan digunakan larutan non air seperti asam asetat glasial pelarut ini

memiliki kekuatan asam basa yang kuat.

1.2. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk menganalisis kadar asam asetat

dalam cuka dengan menggunakan metode alkalimetri.

Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu :

1. untuk mengetahui standarisasi larutan NaOH

2. untuk mengetahui kadar asam asetat yang diperoleh dari hasil titrasi

1.3. Alat dan Bahan

1.3.1 Alat

1) Buret 50 ml

2) Erlenmeyer 250 ml

3) Pipet volum 10 ml

4) Neraca analitik

5) Bulb

6) Pipet tetes

7) Gelas piala 250 ml

8) Labu ukur 100 ml

9) Labu semprot

10) Corong

11) Statif dan Kalem

1.3.2 Bahan
1) Asam Oksalat (C 2 H 2 O4 )

2) Indikator PP

3) Aquades

4) Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1 N

5) Asam cuka
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

2.1.1 Asidimetri-Alkalimetri

Kimia Analitik merupakan cabang dari ilmu kimia yang mempelajari teori

dan cara-cara melakukan analisis kimia terhadap suatu bahan atau zat kimia

termasuk di dalamnya pemisahan, identifikasi dan penentuan komponen dalam

sampel. Analisis kimia dapat berupa analisis kualitatif dan analisis kuantitatif serta

dapat diterapkan pada kimia anorganik maupun kimia organik. Analisis kualitatif

bertujuan untuk menemukan dan mengidentifikasi suatu zat, sedangkan analisis

kuantitatif bertujuan untuk menentukan jumlah/banyaknya zat. Jadi analisis

kualitatif berhubungan dengan unsur, ion atau senyawa apa yang terdapat dalam

suatu sampel, sedangkan analisis kuantitatif berhubungan dengan berapa

banyaknya suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Zat yang ditetapkan disebut

konstituen yang diinginkan atau analit. Sedangkan jumlah banyaknya suatu zat

tertentu dalam sampel biasanya dinyatakan sebagai kadar atau konsentrasi,

misalnya persen berat, molar, gram per liter, atau ppm.

Menurut Rohman (2007), asidi-alkalmetri termasuk reaksi netralisasi

yakni reaksi anatar ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida

yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi

juga dapat dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan

penerima proton (basa). Dalam metode titrimetri atau analisis volumetri atau
analisis kuantitatif dengan mengukur volume sejumlah zat yang diselidiki

direaksikan dengan larutan baku (standar) yang kadar (konsentrasiya) telah

diketahui secara teliti dan reaksinya berlangsung secara kuantitatif. Suatu titrasi

yang ideal adalah jika titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen teoritis. Dalam

pernyataannya selalu ada perbedaan kecil. Beda ini disebutkan dengan kesalahan

titrasi yang dinyatakan dengan mililiter larutan baku. Oleh karena itu pemilihan

indikator harus dilakukan sedemikian rupa agar kesalahan in sekecil-kecilnya.

Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan konsentrasi.

Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai berat (gram) tiap

satuan volume (mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga satuan kadar seperti ini

adalah gram/mililiter.

Kata metri berasal dari bahasa Yunani yang berarti ilmu atau proses atau

seni mengukur. Pengertian asidimetri dan alkalimetri secara umum ialah titrasi

yang menyangkut asam dan basa. Bila suatu asam dan suatu basa yang masing-

masing dalam kuantitas yang ekuivalen secara kimiawi, dicampur akan dihasilkan

suatu reaksi penetralan, yang menghasilkan suatu larutan garam dalam air.

Larutan ini akan benar-benar netral jika asam dan basa itu sama kuat ; kalau tidak,

akan diperoleh larutan asam lemah atau basa lemah. Konsentrasi suatu larutan

asam atau basa yang anu (unknown) dapat ditentukan dengan titrasi dengan

larutan yang konsentrasinya diketahui. Teknik semacam itu disebut analisis

volumetri. (Kleinfetter. 1987) Volumetri adalah cara analisis jumlah berdasarkan

pengukuran volumelarutan pereaksi berkepekatan tertentu yang direaksikan

dengan larutan contohyang sedang ditetapkan kadarnya. Reaksi dijalankan dengan


titrasi, yaitu suatularutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit, sampai

jumlah zat-zat yangdireaksikan tepat menjadi akivalen satu sama lain. Pada saat

titran yang ditambahkan tampak telah ekivalen, maka penambahan titran harus

dihentikan saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Larutan yang ditambahkan dari

buret disebuttitran, sedangkan larutan yang ditambah titran itu disebut titrat.

Dengan jalan ini,volume/berat titran dapat diukur dengan teliti dan bila

konsentrasi juga diketahui,maka jumlah mol titran dapat dihitung. Karena jumlah

titrat ekivalen dengan jumlah titran, maka jumlah mol titrat dapat diketahui pula

berdasar persamaan reaksi dan koefisiennya. Perhatikanlah sekali lagi arti

ungkapan ”pereaksi telahekivalen”, yang berarti: telah tepat banyaknya untuk

menghabiskan zat yang direaksikan. Titran dan titrat tepat saling menghabiskan;

tidak ada kelebihan yangsatu maupun yang lain. Ini tidak selalu berarti, bahwa

pereaksi dan zat yangdireaksikan telah sama banyak, baik volume maupun jumlah

gram atau mol-nya.Hal ini jelas, sebab jumlah yang bereaksi ditentukan oleh

persamaan reaksi (Harjadi. 1987).

Asidimetri berasal dari kata asidi dan metri, dimana asidi berasal dari

kataaad yang berarti asam sedangkan metri berasal dari bahasa Yunani

yang berarti ilmu, proses, seni mengukur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

asidimetri adalah pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asamuntuk

menentukan basa. Titrasi asidimetri - alkalimetri merupakan titrasi

yang berhubungan dengan reaksi asam basa (Padmaningrum, 2006).

Alkalimetri merupakan metode yang berdasarkan pada reaksi

netralisasi,yaitu reaksi anatara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan air
hidroksidayang berasal dari basa yang membentuk molekul air. Oleh sebab

itu,alkalimetri dapat didefinisikan sebagai metode untuk menetapkan kadar

asamdari suatu sampel dengan menggunakan larutan basa yang sesuai

(Andari,2013).

2.1.2 Titrasi

Titrasi merupakan proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan

konsentrasi yang telah diketahui sebelumnya untuk bereaksi secara lengkap

dengan larutan yang konsentrasinya belum diketahui sebelumnya (Keenan,1980).

Titrasi umumnya digunakan untuk pembakuan atau standarisasi

padalarutan baku sekunder, seperti NaOH dan HCl dengan menggunakan larutan

baku primer, seperti asam oksalat, NaCl, atau larutan baku sekunder yangtelah

dilakukan standardisasi terlebih dahulu menjadi larutan baku primer (Sulastri,

2009).

Indikator dibagi menjadi dua yaitu indikator alami dan indikator buatan.

Indikator buatan diantaranya metil merah (MM) dan metil jingga atau metil

orange. (MO) sebagai indikator asam, serta fenolftalein (PP) sebagai indikator

basa (Rufaida dan Waldjinah, 2009).

Indikator alami dapat dibuat dari bagian- bagian tumbuhan yang berwarna,

seperti kunyit, kelopak bunga sepatu, kolungu, karamunting, daun bayam merah,

dan bunga bugenvil (Indira, 2005).

Proses titrasi digunakan dalam penentuan analisis banyak,

termasukmelibatkan reaksi asam basa. Indikator adalah zat yang digunakan untuk

sinyal ketika titrasi telah sampai di titik dimana kesetimbangan antara


titransebagai larutan baku sekunder dan analit sebagai larutan baku primer

adalahsama. Keadaan ini disebut juga titik ekivalen yang ditandai dengan

perubahanwarna pada larutan. Reaksi yang menggunakan titrasi pada asam dan

basamenghasilkan garam dan air disebut juga proses netralisasi (Welner, 2010).

Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam

buretyang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai

terjadireaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran

yangdiperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat

yangmenunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya

titikekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau

titikakhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa

yangmembantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir

titrasimerupakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran)

akanmenyebabkan perubahan warna indikator. Kedua cara di atas termasuk

analisistitrimetri atau volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisis

volumetrik lebihsering digunakan dari pada titrimetrik. Akan tetati, dilihat dari

segi kata(Underwood, 1986)

Dalam titrasi asam basa dibutuhkan suatu zat yang dapat menunjukkan

titikakhir titrasi berupa adanya perubahan warna. Zat yang dimaksud

disebutsebagai indikator. Terdapat berbagai macam indikator yang dapat

digunakandalam titrasi asam basa. Indikator ini tidak bekerja pada satu pH

tertentu saja,namun dengan cara mengubah rentang pH yang sempit. Selain dalam

bentukzat, indikator asam basa pun dapat berupa kertas. Kertas ini
memangmerupakan kertas khusus dan diberi nama kertas lakmus. Kertas lakmus

iniada yang berupa kertas lakmus merah dan biru, namun ada juga kertas

lakmusuniversal yang langsung dapat ditentukan kisaran pH larutannya

berdasarkan perubahan warna yang diberikan. Zat indikator yang umumnya

digunakan dalam titrasi asam basa adalah metil jingga dengan rentang pH 3.14.4

yangakan menghasilkan warna merah apabila pH dibawah 3.1 dan warna

jinggaapabila pH di atas 4.4; dan fenolftalein dengan rentang pH 8.3 10.00

yangakan memberikan hasil berupa larutan tidak berwarna apabila pH di bawah

8.3dan menjadi warna rosa apabila pH di atas 10.00. Apabila reaksi terjadi

antaraasam kuat dengan basa lemah maka lebih cocok digunakan indikator

metil jingga karena dari reaksi ini didapatkan hasil berupa larutan asam yang

sesuaidengan trayek pH metil jingga. Kemudian untuk reaksi antara asam

lemahdengan basa kuat akan lebih cocok jika digunakan indikator

fenolftaleinkarena dari reaksi ini akan didapatkan hasil berupa larutan basa dan

hal inisesuai dengan trayek pH fenolftalein (Clark, 2013).

2.1.3 Analisa Volumentrik

Analisa volumetrik (titrimetri) merupakan bagian dari kimia

analisakuantitatif, dimana penentuan zat dilakukan dengan cara pengukuran

volumelarutan atau berat zat yang diketahui konsentrasinya yang bereaksi

secarakuantitatif dengan larutan yang ditentukan. Dimana a molekul analit A,

bereaksi dengan t molekul reagen T. reagen T yangdisebut titran, ditambahkan

sedikit demi sedikit (secara inkremental), biasanyadari dalam buret, dalam bentuk

larutan yang konsentrasinya diketahui. (Khopkar,1984)


Analisis volumetri atau volumetri adalah cabang kimia analitik di mana

pengukuran volume adalah operasi utama dan terakhir. Dalam volumetri, reaktan

diambil dalam bentuk larutan dan volume larutan standar (larutan yang diketahui

konsentrasinya) yang diperlukan untuk bereaksi sepenuhnya, dengan volume

larutan yang tidak diketahui (larutan yang konsentrasinya akan

ditentukan).Konsentrasi dapat diketahui dengan menggunakan rumus Normalitas

(Pahari,2006). Titrasi merupakan salah satu metode untuk menentukan

konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan

tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah

diketahui. Larutan yang konsentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku.

Titrasi yang melibatkan reaksi asam dan basa disebut titrasi asam-basa

(Muchtaridi, 2006).

Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warnanya apabila pH

lingkungannya berubah. Misalnya biru brom timol (bb) dalam larutan asam ia

berwarna kuning, tetapi dalam lingkungan berwarna biru. Warna dalam keadaan

asam dinamakan warna asam dan indikator (kuning untuk bb) sedang warna

yang ditunjukkan dalam keadaan basa, setiap indikator asam-basa mempunyai

trayeknya sendiri, demikian warna asam dan besarnya. Titrasi asam-basa dapat

memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk digunakan penggunaan

dengan indikator pH pada titik ekivalen 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi

akan tajam pada titrasi asam atau basa lemah jika penetralan adalah basa (Rivai,

1995).
Titrasi alkalimetri menjadi bagian dari penentuan kadar suatu larutan

secara titrimetri. Dimana pada proses titrasi asam basa memang telah menjadi

metode yang paling mudah dan murah dalam analisis kuantitatif kadar suatu

larutan. Sehinggga sangatlah pantas jika mengusasi materi ini menjadi metode

dasar yang harus dikuasai oleh seorang analis kimia. Disisi lainnya, titrasi

merupakan sebuah metode konvensional dalam penentuan kadar suatu larutan

secara kuantitatif dengan menggunakan larutan standar yang telah diketahui

kadarnya. Dalam titrasi digunakan sebuah reagen yang disebut dengan titran

dimana reagen ini akan berperan sebagai zat yang bereaksi dengan larutan sampel.

Titran juga telah diketahui kadarnya sehingga akan dilakukan perhitungan untuk

menentukan kadar larutan sampel berdasarkan kadar titran yang telah diketahui.

Ada sangat banyak jenis titrasi yang umum digunakan, titrasi asam basa menjadi

salah satu jenis titrasi yang paling sederhana dan paling banyak digunakan. Titrasi

asam basa melibatkan reaksi antara asam dengan basa dan terjadi reaksi

penetralan yang akan membentuk garam dan juga air. Titrasi asam basa sendiri

dibagi menjadi titrasi alkalimetri dan juga titrasi asidimetri. Alkalimetri sesuai

dengan namanya yaitu alkali yang berarti basa, titrasi alkali metri merupakan

metode titrasi asam basa dimana suatu larutan basa digunakan sebagai larutan

standar atau titran dalam titrasi. Titrasi ini digunakan ketika larutan analit yang

akan diuji adalah berupa larutan yang bersifat asam baik itu asam kuat maupun

asam lemah. Dalam titrasi alkalimetri, basa sebagai titran akan diteteskan ke

dalam larutan analit yang bersifat asam sehingga akan terjadi reaksi penetralan.

Titik ekivalen titrasi akan dicapai ketika mol basa yang bereaksi sama dengan
jumlah mol asam dalam larutan analit. Selanjutnya akan dicapai titik akhir titrasi

yang diketahui dengan menggunakan indikator titrasi tertentu. Tahap terakhir dari

titirasi alkalimetri yaitu penentuan kadar atau konsentrasi sampel. Penentuan

dilakukan secara perhitungan dengan rumus umum titrasi dimana jumlah mol basa

sama dengan jumlah mol asam. Dalam hal ini, jumlah mol basa kita ketahui

dengan cara mengalikan total volume yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir

titrasi dengan konsentrasi larutan basa yang telah diketahui (Pangestu, 2022)
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Metode Pengamatan

3.1.1 Tahap Pendahuluan

Pada tahap ini yang pertama dilakukan sebelum melakukan percobaan adalah

asistensi acara. Dalam asistensi acara praktikan diberi tugas pendahuluan yang

akan dikerjakan dan dikumpulkan dihari praktikum. Dalam asistensi acara juga

dijelaskan prosedur kerja, metode percobaan, dan alat bahan yang akan digunakan

ketika praktikum dilaksanakan.

3.1.2 Tahap Praktikum

Pada tahap ini sebelum memulai praktikum, praktikan diberi responsi umum

untuk melihat seberapa siap praktikan mengikuti praktikum dalam hal teori.

Kemudian setelah itu asisten memerintahkan kepada praktikan untuk melakukan

bon alat yang akan digunakan selama praktikum. Setelah melakukan bon alat,

kakak asisten menjelaskan Kembali tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam

percobaan ini. Dan setelah itu hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat

dan bahan, semua alat alat dicuci menggunakan aquades kemudian dikeringkan

menggunakan tissue. Percobaan pertama yang dilakukan adalah standarisasi

NaOH yang dilakukan pertama adalah buret dibilas dengan larutan NaOH, setelah
itu buret diisi dengan NaOH yang akan dibakukan hingga mencapai tanda batas.

Dimasukkan 15 mL larutan baku asam oksalat yang telah dibuat kedalam

erlenmeyer kemudian ditambahkan 2 tetes indicator PP. larutan asam oksalat yang

telah dipipet kedalam Erlenmeyer kemudian dititrasi dengan larutan NaOH dalam

buret setetes demi setetes sampai terjadi perubahan warna, dari tidak berwarna

menjadi warna merah muda. Dicatat volume akhir NaOH dalam buret dan

tentukan konsentrasi NaOH. Kemudia percobaan yang kedua adalah penentuan

kadar asam asetat dalam cuka. Hal yang dilakukan pertama adalah dipipet

sebanyak 5 mL larusan sampel cuka kedalam labu ukur 100 mL kemudian

diencerkan dengan aquades hingga tanda batas labu. Himpitkan dan homogenkan

larutan sampel. Dipipet sebanyak 15 mL larutan cuka yang telah diencerkan

kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan 2 tetes indicator P.P. larutan sampel yang

telah dipipet kedalam Erlenmeyer kemudian dititrasi dengan larutan NaOH dalam

buret yang telah dibakukan (larutan NaOH dalam buret himpitkan Kembali

sampai tanda batas). Larutan sampel dititrasi setetes demi setetes dengan larutan

NaOH hingga terjadi perubahan warna, dari tak berwarna menjadi merah muda.

Dicatat volume akhir NaOH dalam buret dan tentukan konsentrasi sampel. Setelah

melakukan percobaan seluruh alat Kembali di bersihkan dengan aquades dan dilap

menggunakan tissue kemudian di kembalikan. Setelah itu praktikan merapikan

ruangan praktikum dan siap siap untuk pulang.

3.1.3 Analisis Data


Data yang telah diperoleh selama praktikum dihitung secara teori hingga

memperoleh hasil. Setelah itu data ini Kembali diasistensikan kepada asisten lab

untuk melihat apakah data yang telah diperoleh sudah benar atau tidak.

3.1.4 Laporan

Setelah melakukan pengolahan data tahap berikut adalah pembuatan laporan. Pada

asistensi pertama kakak asisten telah memberikan format laporan yang akan

praktikan gunakan dalam membuat laporan. Setelah membuat laporan, praktikan

Kembali melakukan asistensi kedua yaitu untuk mengoreksi kesalahan dalam

pembuatan laporan. Pembuatan laporan ini adalah tahap akhir yang dilakukan

dalam percobaan I Alkalimetri.

Tahap Pendahuluan

Tahap Praktikum

Analisis Data

Laporan
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Standarisasi NaOH

Indicator yang digunakan : PP

Perubahan warna yang terjadi : Warna Pink

Data penentuan normalitas larutan baku sekunder NaOH :

Percobaan Volume C 2 H 2 O4 Volume NaOH


I 15 mL 17 Ml
Hitung

1. Normalitas NaOH pada percobaan I dan II

( V C 2 H 2 O4 ) × ( N C 2 H 2 O4 )
NaOH =
V NaOH

15× 0 , 1 1 , 5
¿ = =0.09 N
17 17

4.1.2 Penentuan Kadar Sampel (Asam Asetat)

Indikator yang digunakan : PP


Perubahan warna yang terjadi : Warna Pink

Data penentuan normalitas larutan sampel ( Sampel Asetat ) :

Percobaan Volume CH 3 COOH Volume NaOH


I 15 mL 36,6 mL
Hitung :

2. Kadar Sampel ( Asam Asetat ) Pada Percobaan I dan II

−¿
O
% CH 3 COOH N V NaOH × N NaOH × BE CH 3 CO ¿ x 100%
mL Sampel

36 ,6 × 0 , 09 ×60,052
% CH 3 COOH N x 100%
15

% CH 3 COOH N 13 , 1874192 x 100%

¿ 13,1874192 %

4.1.3 Reaksi Yang Terjadi

CH 3 COOH + NaOH →CH 3 COONa+ H 2 O

4.2 Pembahasan

Pada praktikum alkalimetri ini, sampel yang akan ditentukan konsentrasi

atau kadarnya adalah senyawa asam lemah yaitu asam asetat (CH3COOH). Pada

saat pengambilan asam asetat di lakukan dengan menggunakan pipet, sebanyak 15

mL. Pada saat memasukkan asam asetat kedalam labu ukur, sebaiknya gelas ukur

di cuci dengan aquades agar kandungan asam asetat yang masih menempel ikut
serta masuk kedalam labu ukur, kemudian hasil bilasannya di masukkan kedalam

labu ukur. Larutan NaOH yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam

buret (pipa panjang berskala) melalui corong terlebih dahulu, hal ini bertujuan

agar pertumpahan larutan baku dapat lebih diminimalisir dan jumlah titran yang

terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam

oksalat yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan

mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memakai pipet. Untuk mengamati

titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen.

Pada praktikum ini, kami menggunakan indikator Fenophtalein yang akan

berubah warna menjadi pink pada saat telah tercapainya titik ekivalen, namun

pada saat praktikum, perubahan warna yang terjadi adalah pink keunguan karena

titik ekivalennya telah terlampaui.

Data titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen Seperti yang

telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari reaksi

netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam oksalat dan natrium hidroksida

keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi,

suatu larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam flask

bersamaan dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya

(misal basa) yang terdapat didalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama

ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil percobaan, standarisasi NaOH yang diperoleh dengan

menggunakan indicator PP adalah 0,09 N dengan Volume NaOH 17 mL dan

memiliki perubahan warna dari bening menjadi merah muda.

2. Berdasarkan hasil percobaan, kadar asam asetat rata rata dalam 15 mL sampel

cuka adalah 13,1874192 %.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Laboratorium

1. Pendingin udara ditingkatkan

2. Tempat buang sampah diperbanyak

3. Alat alat laboratorium dilengkapi

5.2.2 Saran Asisten

1. Sebaiknya kakak asisten tetap ramah dan murah senyum

2. Sebaiknya ketika menjelaskan kakak asisten tidak terlalu cepat


3. Tetap jalankan tugas dengan baik

DAFTAR PUSTAKA

Chandra B, 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Day, R A, dan Underwood, A L.(2002). Analsis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam,

Erlangga, Jakarta

Daintith, J.1997.Kamus Lengkap Kimia, Erlangga,.Jakarta

Harjadi, 1987, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Cetakan III, Pustaka Umum, Jakarta.

1621

Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., dan Wood, J.H., 1980, Ilmu Kimia Untuk

Universitas, Jilid I, Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta.

Khopkar.1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press

Rufaida A, Dyah dan waldjinah. (2009). Kimia untuk SMA/MA kelas XI semester

2. Klaten: Intan Pariwara.


LAMPIRAN
LEMBAR PENGAMATAN
PERCOBAAN I. ALKALIMETRI

Nama : Leni Marlina Lopang


NIM : D061221047
Tanggal : 11 Oktober 2022

A. Pembuatan larutan Baku Primer Asam Oksalat 0,1 N


Berat Asam Oksalat : 6,3035 gram
Volume Asam Oksalat : 1000 mL

B. Penentuan Normalitas Larutan Baku Sekunder NaOH


Indikator yang digunakan : PP
Perubahan warna yang terjadi : warna pink
Data penentuan normalitas larutan baku sekunder NaOH :
Percobaan Volume C 2 H 2 O4 Volume NaOH
I 15 mL 17 mL
II
Hitung :
1. Normalitas NaOH pada percobaan I dan II
( V C 2 H 2 O4 ) × ( N C 2 H 2 O4 )
NaOH =
V NaOH
15× 0 , 1 1 , 5
¿ = =0.09 N
17 17

C. Penentuan Kadar Sampel (Asam Asetat)


Indikator yang digunakan : PP
Perubahan warna yang terjadi : warna pink
Data penentuan normalitas larutan Sampel (Asam Asetat) :

Percobaan Volume CH 3 COOH Volume NaOH


I 15 mL 36,6 mL
II
Hitung :
2. Kadar sampel (asam asetat) pada percobaan I dan II
−¿
O
% CH 3 COOH N V NaOH × N NaOH × BE CH 3 CO ¿ x 100%
mL Sampel
36 ,6 × 0 , 09 ×60,052
% CH 3 COOH N x 100%
15
% CH 3 COOH N 13 , 1874192 x 100%
¿ 13,1874192 %

D. Reaksi yang terjadi


CH 3 COOH + NaOH →CH 3 COONa+ H 2 O

Anda mungkin juga menyukai