Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada dasarnya dalam kehidupan kita sehari-hari, perubahan-perubahan
fisiologis yang terjadi pada tubuh kita baik bayi baru lahir, neonatus, balita,
anak-anak, remaja bahkan dewasa sudah bisa kita rasakan dan lihat dalam
wujud bentuk, ukuran, rasa dan lain-lain.
Perubahan fisiologi yang terjadi pada neonatus sangatlah penting
bahkan menjadi titik pusat perhatian bagi keluarga dan tenaga kesehatan
untuk dapat bisa memantau setiap tumbuh kembang pada neonatus. Karena
dari titik inilah awal dari proses pertumbuhan dan perkembangan yang kita
alami hingga menjadi dewasa.
Neonatus harus menjalani proses adaptasi fisiologi dari awalnya berada
dalam lingkungan rahim dan sekarang akan menjalani kehidupan diluar
rahim. Adaptasi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor mekanik, kimiawi, dan
termik yang menimbulkan perubahan pada tubuh neonatus. Penatalaksanaan
mengenai kondisi kesehatan neonatus resiko tinggi yang mana memerlukan
pelayanan, rujukan atau tindakan lanjut.
Maka dari itu, sebagai tenaga kesehatan kita harus dapat memahami dan
mengetahui tentang adaptasi fisiologis yang terjadi pada neonatus. Hal ini
sebagai dasar dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan adaptasi fisiologis neonatus?
1.2.2. Bagaimana proses adaptasi pada sistem kardiovaskuler neonatus?
1.2.3. Bagaimana proses adaptasi pada sistem pernafasan neonatus?
1.2.4. Bagaimana proses adaptasi pada sistem pencernaan neonatus?
1.2.5. Bagaimana proses adaptasi pada sistem urogenital neonatus?
1.2.6. Bagaimana proses adaptasi pada sistem integumen neonatus?
1.2.7. Bagaimana proses adaptasi pada sistem muskuloskletal neonatus?
1.2.8. Bagaimana proses adaptasi pada sistem endokrin neonatus?
1.2.9. Bagaimana proses adaptasi pada sistem syaraf neonatus?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
1.3.1. Untuk mengetahui maksud dari adaptasi fisiologi neonatus
1.3.2. Untuk mengetahui dan memahami tentang perubahan yang terjadi
pada neonatus
1.3.3. Untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan agar dapat
mengaplikasikannya dalam tindakan yang nyata

1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah
1.4.1. Untuk penulis
Penulis dapat menerangkan materi yang berhubungan dengan
adaptasi fisisologi pada neonatus dan perubahan yang terjadi pada
bayi baru lahir serta dapat diharapkan menjadi acuan untuk
mempelajari asuhan neonatus.
1.4.2. Untuk pembaca

Pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang adaptasi fisiologi


neonatus. pembaca juga dapat mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi
pada tubuh neonatus. Jadi pembaca akan tahu proses tumbuh kembang pada
neonatus adalah sangat penting.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Neonatus
2.1.1 Pengertian
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)
sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan
usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus
lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari. (Wafi Nur Muslihatun, 2010)
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
sampai 4000 gram.
Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir
antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada
kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat
2.1.2 Manifestasi klinis neonatus normal
Menurut Sarwono Prawiroharjo tahun 2002 :
1) Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180/menit yang kemudian turun
sampai 140/menit – 120/menit pada waktu bayi berumur 30 menit.
2) Pernapasan cepat pada menit-menit pertama (kira-kira 80/menit) disertai dengan
pernapasan cuping hidung, retraksi suprastenal dan intercostals, serta rintihan
hanya berlangsung 10 sampai 15 menit.
3) Nilai apgar 7-10 (Lihat tabel Apgar Score).
4) Berat badan 2500 gram- 4000 gram.
5) Panjang badan lahir 48-52 cm.
6) Lingkar kepala 33-35cm.
7) Lingkar dada 30-38 cm.
8) Lingkar lengan atas 11 cm.
9) Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
10) Reflek moro sudah baik, apabila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan
memeluk.
11) Grasping reflek sudah baik, apabila diletakan suatu benda di atas telapak tangan,
bayi akan mengengam.
12) iGenatalia : labia mayora sudah menutupi labia minora ( pada perempuan).
13) Testis sudah turun di scortum (pada laki-laki).
14) Eliminasi : baik urin, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama.mekonium
bewarna coklat kehijauan.
15) Kesadaran
Enam keadaan tentang kesadaran pada bayi baru lahir :
o Menangis
Keadaan menangis bayi mengeluarkan aktifitas motorik yang tidak jelas dan aktif
menangis. Tangis yang normal adalah kuat dan keras/nyaring.
o Tidur nyenyak
Keadaan tidur tenang bayi jarang bergerak dan pernapasan lambat serta teratur.
o Tidur dengan gerakan mata yang tepat (REM, rapid eye movement)
Keadaan tidur REM bayi bernafas tidak teratur dan meringis serta gerakan mata
yang cepat.
o Aktif - sadar
Keadaan aktif-sadar, bayi memperlihatkan gerakan tubuh yang aktif dengan
ekpresi wajah tenang atau meringis.
o Tenang - sadar
Keadaan sadar-tenang, bayi sadar tapi relaks. Mata terbuka dan terfokus.
o Transisional
Keadaan transisional bayi mengalami dari satu keadaan sadar ke keadaan sadar
lainnya.

Karakteristik Khusus Neonatus menurut Hamilton (2005 : 217-221) :


a. Kepala
Kepala neonatus ¼ dari panjang tubuh keseluruhan. Lingkar kepala bayi
berkisar 12 ½ inci – 4 inci (31-35,5 cm), pada tulang kepala dapat terjadi saling
tindih yang disebut molding.
Diantara 2 tulang atau lebih yang menjadi satu terdapat ruang yang disebut
pontanela (ubun-ubun kecil) denyutan kadang terlihat. Fontanela anterior lebih
besar (bregma) tertutup sampai usia 18 bulan. Fontanela posterior tertutup bulan
kedua pontanela anterior cekung menandakan dehidrasi, fontanel menonjol
menunjukkan peningkatan tekanan intra kranial.
b. Kulit, kulit bayi sangat halus, merah kehitaman karena tipis dan lapisan lemak
subkutan belum melapisi kapiler. Karakteristik pada kulit bayi berupa:
1) Vernik kaseosa
Berupa pasta seperti keju yang melindungi kulit selama kehidupan di intra
uterin dalam cairan amnion, setelah lahir vernik kaseosa hilang dalam 2 atau 3
hari.
2) Milla
Bintik keputihan khas pada hidung, pipi dan dahi bayi baru lahir, milla
bertahap hilang sekitar 2 minggu.
3) Lanugo
Adalah rambut halus yang terdapat pada bahu, bokong, dan extremitas dan
menghilang selama minggu pertama kehidupan.
4) Eritema toksikum
Ini adalah jenis dari “alergi kemerahan” yang terlihat sebagai bercak-bercak
kemerahan pada kulit bayi normal dan menghilang secara bertahap.

5) Bercak mongolian
Terkadang, terdapat area bercak lebar hitam berpigmen pada bokong atau
bagian bawah bayi dengan warna kulit kuning, menghilang sekitar 1 atau 2 tahun
pertama.
6) Tanda lahir (nevi)
Bersifat sementara dan permanen, akibat kelainan struktur pigmen, pembuluh
darah rambut atau jaringan lainnya.
7) Ikterik
Warna kuning pada kulit atau sklera mata disebabkan karena bilirubin
berlebihan dalam darah dan jaringan, imaturitas hepar bayi baru lahir, menghilang
sekitar hari ke tujuh yang biasa disebut ikterik neonatum.
c. Rambut dan kuku
Rambut bayi mungkin panjang dan tebal atau mungkin botak, bulu mata dan
alis terdapat sejak lahir. Kuku jarinya mungkin panjang dan cukup tajam.
d. Payudara
Payudara pada bayi laki-laki dan perempuan mungkin terlihat membesar
karena banyaknya hormon wanita dan darah ibu, kadang mensekresi colostrom.
e. Genetalia
Pada laki-laki testis normalnya turun selam kehidupan intrauterin dan telah
berada pada kantung skrotum pada saat lahir. Pada bayi perempuan labia minora
dan klitorisnya mungkin membengkak saat lahir akibat tingginya hormon wanita
dalam darah ibu. Keluaran lendir putih pada vagina kadang dengan darah
(perdarahan withdrawal). Reflek yang ditemukan pada neonatus yang normal
menurut Ladewidg (2005 : 174) adalah sebagai berikut

Reflek normal pada bayi lahir, menurut Ladewidg (2005:174) :


1) Refleks moro
Didapat dengan cara memberikan isyarat (teriakan, gerakan mendadak) pada
bayi. Respon bayi baru lahir berupa menghentakkan tangan dan kaki lurus kearah
ke luar, lutut fleksi dan bayi mungkin menangis.
2) Refleks menggenggam
Didapat dengan cara menstimulasi telapak tangan bayi dengan sebuah obyek
atau jari. Respon bayi berupa menggenggam dan memegang erat.
3) Refleks menghisap
Didapat saat sisi mulut bayi baru lahir atau dagu disentuh. Sebagai respon bayi
akan menoleh dan membuka mulut untuk menghisap obyek.
4) Rotting refleks
Rooting reflex terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh bagian
pinggir mulutnya. Sebagai respons, bayi itu memalingkan kepalanya ke arah
benda yang menyentuhnya, dalam upaya menemukan sesuatu yang dapat dihisap.
Refleks menghisap dan mencari menghilang setelah bayi berusia sekitar 3 hingga
4 bulan. Refleks digantikan dengan makan secara sukarela. Refleks menghisap
dan mencari adalah upaya untuk mempertahankan hidup bagi bayi mamalia atau
binatang menyusui yang baru lahir, karena dengan begitu dia dapat menemukan
susu ibu untuk memperoleh makanan.
Reflek lain yang ditemukan menurut Bobak and Jensen (2000 : 575).
1) Refleks tonus leher
Reflek tonik leher atau reflek ”angguk” diobservasi pada neonatus dalam
posisi terlentang. Ketika kepala bayi digerakkan ke kiri atau kanan, bayi
membentangkan tangannya kemana kepalanya digerakkan dan menekukkan
tangan yang berlawanan. Reflek ini tidak terlihat pada bayi usia 1 hari. Reflek ini
dapat diamati sampai bayi berusia 3-4 bulan. Reflek yang terus menerus pada bayi
yang melebihi usia 4 bulan menunjukkan adanya kelumpuhan pada otak.
2.1.3 Pemeriksaan fisik neonatus (Head to toe)
a. Kepala : Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura,
moulase, caput succedaneum, cephal
haetoma, hidrosefalus, rambut meliputi :
jumlah, warna dan adanya lanugo pada bahu
dan punggung.
b. Muka : Tanda-tanda paralisis
c. Mata : Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran
epicanthus) dan kesimetrisan, kekeruhan
kornea, katarak kongenital, trauma, keluar
nanah, bengkak pada kelopak mata,
perdarahan subkonjungtiva.
d. Telinga : Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak,
dihubungkan dengan mata dan kepala serta
adanya gangguan pendengaran.
e. Hidung : Bentuk dan lebar hidung, pola pernafasan,
kebersihan
f. Mulut : Kesimetrisan, mukosa mulut kering/basah,
lidah, palatum, bercak putih pada gusi,
refleks menghisap, labio skiziz/palatoskisis,
trush, sianosis.
g. Leher : Kesimetrisan, pembengkakan, kelainan
tiroid, hemangioma, tanda abnormalitas
kromosom
h. Klavikula & : Fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari
lengan atas
i. Dada : Bentuk dan kelainan bentuk dada, puting
susu, gangguan pernafasan, auskultasi bunyi
jantung dan pernafasan.
j. Abdomen : Penonjolan sekitar tali pusat pada saat
menangis, perdarahan tali pusat, jumlah
pembuluh darah pada tali pusat, dinding
perut dan adanya benjolan, distensi,
gastroskisis, omfalokel, kesimetrisan,
palpasi hati dan ginjal.
k. Genetalia : Kelamin laki-laki : panjang testis, testis
sudah turun berada dalam skrotum, orifisium
uretra di ujung penis, kelainan(fimosis,
hipospadia/epispadia). Kelamin perempuan :
labia mayora dan labia minora, klitoris,
orifisium vagina, orifisium uretra, sekret,
dll.
l. Tungkai dan kaki : Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah jari,
pergerakan, pes equinovarus/pes
equinovalgus.
m. Anus : Berlubang atau tidak, posisi, fungsi sfingter
ani, adanya atresia ani, meconium plug
syndrome, megacolon.
n. Punggung : Bayi tengkurap, raba kurvatula kolumna
vertebralis, skoliosis, pembengkakan, spina
bifida, meilomeningokel, lesung/bercak
rambut, dll.
o.Pemeriksaan : Vernik caseosa, lanugo, warna, oedem,
kulit bercak, tanda lahir, memar.

2.1.4 Adaptasi bayi baru lahir


Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus . Kemampuan adaptasi
fisiologis ini disebut juga Homeostatis.
Homeostatis adalah kemampuan mempertahankan fungsi fungsi vital, bersifat
dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan, termasuk masa
pertumbuhan dan perkembangan intrauterin (Muslihatun,2010).
Beberapa perubahan fisiologis yang dialami bayi baru lahir antara lain yaitu :
a. Sistem pernapasan
Pernafasan pertama pada bayi baru lahir normal terjadi dalam 30 menit
pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan
alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan
nafas dengan merintih sehingga udara tertahan di dalam Respirasinya biasanya
pernafasan diafragmatik dan abdominal.
b. Suhu Tubuh
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke
lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu tubuh aksila pada bayi normal
adalah 36,5 sampai 37,5 0C.
Gambar : Mekanisme Hilangnya panas pada bayi baru lahir
Terdapat empat kemungkin mekanisme yang dapat menyebabkan bayi
kehilangan panas yaitu :
1. Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas dari objek hangat dalam kontak langsung
dengan objek yang lebih dingin (Walsh, 2007).
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda di sekitarnya yang kontak
langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain
melalui kontak langsung).
Sebagai contoh, konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas
timbangan, memegang bayi saat tangan dingin, dan menggunakan stetoskop
dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir (Dewi, 2010).
2. Radiasi
Kehilangan panas melalui radiasi terjadi ketika panas dipancarkan dari bayi
baru lahir keluar dari tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin (pemindahan
panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda).
Contohnya, membiarkan bayi baru lahir dalam ruangan ber AC tanpa pemanas,
membiarkan bayi baru lahir dalam keadaan telanjang, atau menidurkan bayi baru
lahir berdekatan dengan ruangan yang dingin (Dewi, 2010).
3. Konveksi
Konveksi terjadi saat panas hilang dari tubuh bayi ke udara di sekitarnya yang
sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu
udara).
Contohnya konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau menempatkan bayi
baru lahir dekat jendela, atau membiarkan bayi baru lahir di ruangan yang
terpasang kipas.
4. Evaporasi
Adalah jalan utama bayi kehilangan panas. jika saat lahir tubuh bayi tidak
segera dikeringkan dapat terjadi kehilangan panas tubuh bayi sendiri. Kehilangan
panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak
segera dikeringkan dan diselimuti.
Apabila bayi baru lahir diletakkan dalam suhu kamar 25°C, maka bayi akan
kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi yang besarnya 200
kg/BB, sedangkan yang dibentuk hanya sepersepuluhnya saja (Dewi, 2010)
c. Metabolisme
Luas permukaan tubuh nonatus, relatif lebih luas dari orang dewasa sehingga
metabolisme basal per kg BB akan lebih besar. Bayi baru lahir harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi diperoleh dari
metabolisme karbohidrat dan lemak.
Pada jam jam pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada
hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapatkan susu
kurang lebih pada hari ke enam, pemenuhan kebutuhan energy bayi 60%
didapatkan dari lemak dan 40% didapatkan dari karbohidrat. (Muslihatun,2010).
d. Sistem peredaran darah
Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis pada bayi baru
lahir, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses penghantaran oksigen ke
seluruh tubuh , maka terdapat perubahan, yaitu penutupan foramen ovale pada
atrium jantung dan dan penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta.
Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh sistem pembuluh
darah, dimana oksigen dapat menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah
tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi resistensi.
Perubahan tekanan sistem pembuluh darah dapat terjadi pada saat tali pusat
dipotong, resistensinya kan meningkat dan tekanan atrium kanan akan menurun
karena darah ke atrium berkurang yang dapan menyebabkan volume dan tekanan
atrium kanan juga menurun. Proses tersebut membantu darah mengalami proses
oksigenasi ulang, serta saat terjadi pernapasan pertama dapat menurunkan
resistensi dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Kemudian oksigen pada
pernapasan pertama dapat menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem
pembuluh darah paru yang dapat menurunkan resistensi pembuluh darah paru.
Terjadinya peningkatan sirkulasi paru mengakibatkan peningkatan volume
darah dan tekanan pada atrium kanan, dengan meningkatnya tekanan pada atrium
kanan akan terjadi penurunan atrium kiri, foramen ovale akan menutup, atau
dengan pernapasan kadar oksigen dalam darah akan meningkat yang dapat
menyebabkan duktus arteriosus mengalami konstriksi dan menutup
Perubahan lain menutupnya vena umbilikus, duktus venosus, dan arteri
hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit
setelah tali pusat di klem dan penutupan jaringan fibrosa membutuhkan waktu
sekitar 2-3 bulan ( Betz dan Sowden dalam Aziz, 2008).
e. Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Tubuh bayi baru lahir relatif mengandung lebih banyak air dan kadar natrium
relatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal
belum sempurna karna jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa,
keseimbangan luas permukaan glomerolus dan volume tubulus proksimal,
sertarenal Blood flow relatif kurang bila dibandingkan orang dewasa (Muslihatun,
2010).
Pada waktu lahir, terjadi perubahan fisiologik yang menyebabkan
berkurangnya cairan ekstraseluler. Dengan ginjal yang makin matur dan
beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin, ekskresi urin bertambah
mengakibatkan berkurangnya cairan ekstraseluler (sebagai salah satu penyebab
turunnya berat badan bayi baru lahir pada minggu minggu permulaan) (Saifuddin,
2006).
f. Keseimbangan asam basa
Tingkat keasaman (PH) darah pada waktu lahir umumnya rendah karena
glikolisis anaerobik. Namun, dalam waktu 24 jam, neonatus telah
mengkompensasi asidosis ini (Dewi, 2010).
g. Warna kulit
Pada saat kelahiran tangan dan kaki warnanya akan kelihatan lebih gelap
daripada bagian tubuh lainnya, tetapi dengan bertambahnya umur bagian ini akan
lebih merah jambu.
2.1.5 Dasar asuhan bayi baru lahir
Menurut Depkes (2010; h. 10), dalam setiap persalinan, penatalaksanaan bayi baru
lahir menganut beberapa prinsip yang penting diantaranya:
1) Jaga bayi tetap hangat
2) Isap lendir dari mulut dan hidung (bila perlu)
3) Keringkan
4) Pemantauan tanda bahaya
5) Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit
setelah lahir
6) Lakukan inisiasi menyusui dini
7) Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri anterolateral setelah
inisiasi menyusu dini
8) Beri salep mata antibiotika pada kedua mata
9) Pemeriksaan fisik
10) Beri imunisasi hepatitis B 0,5 ml intramuskular, di paha kanan anterolateral, kira-
kira 1-2 jam setelah pemberian vitamn K1.
Dalam asuhan bayi baru lahir lakukan juga hal-hal sebagai berikut :
1. Teruskan menjaga kehangatan bayi dengan kontak kulit ibu bayi selama 1 jam
pertama.
2. Anjurkan ibu untuk menyusui jika bayi sudah menunjkkan tanda ingin menyusu.
3. Jangan memberikan dot atau makanan apapun sebelum diberi ASI. Juga tidak
dianjurkan untuk memberikan air, air gula, dan susu formula.
Lakukan pemantauan terhadap bayi yang diletakkan pada dada ibu setiap 15 menit
setelah 1-2 jam pertama kehidupan, untuk hal-hal sebagai berikut :
1. Pernafasan : apakah merintih, terdapat retraksi dinding dada bawah/pernafasan
cepat
Jika terdapat tanda kesulitan bernafas (merintih, retraksi dinding dada bawah atau
nafas cepat) maka segera lakukan rujukan
2. Kehangatan : periksa apakah kaki teraba dingin
Jika kaki terbaa dingin, pastikan suhu ruangan hangat. Tempatkan atau lanjutkan
bayi untuk kontak kulit ke kulit dengan ibunya, serta selimuti ibu dan bayi dengan
selimut yang hangat.
Periksa kembali 1 jam kemudian. Bila tetap dingin, lakukan pengukuran suhu
tubuh kurnag dari 36,5 0C, lakukan penatalaksanaan hipotermi.
Jika bayi lahir mati atau meninggal, lakukan berbagai upaya yang bertujuan untuk
memberi dukungan pada ibu dan keluarganya.
(Depkes RI, 2008)
2.1.6 Rencana Asuhan bayi usia 2-6 hari
Perencanaan asuhan bayi usia 2-6 hari menurut Wafi Nur Muslihatun, 2010
adalah :
1. Minum bayi
Beri minum segera mungkin setelah lahir yaitu dalam waktu 30 menit atau dalam
3 jam setelah masuk rumah sakit, kecuali apabila pemberian minum harus ditunda
karena masalah tertentu. Bila bayi di rawat dirumah sakit, upayakan ibu
mendampingi dan tetap memberikan ASI.
2. BAB (Buang Air Besar)
Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari pertama adalah
mekonium. Mekonium adalah ekskresi gastro intestinal bayi baru lahir yang
diakumulasikan dalam usus sejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16
minggu. Warna mekonium adalah hijau kehitaman, lembut, terdiri atas : mukus,
sel epitel, cairan amnion yang tertelan, asam lemak, dan pigmen empedu.
Mekonium ini keluar pertama kali dalam waktu 24 jam setelah lahir. Mekonium
dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari setelah lahir. Mekonium yang telah keluadalam
waktu 24 jam menandakan anur bayi baru lahir telah berfungsi. Jika mekonium
tidak keluar, kemungkinan adanya atresia ani dan megakolon.
Warna feses akan berubah menjadi kuning pada saat bayi berumur 4-5 hari.
Bayi yang diberi Asi feses menjadi lebih lembut, warna kuning terang, dan tidak
berbau. Sedangkan bayi yang diberi susu formula, feses akan cenderung lebih
pucat dan agak berbau. Warna feses akan cenderung kuning kecoklatan setelah
bayi mendapatkan makanan. Frekuensi BAB bayi sedikitnya sekali dalam sehari.
Pemberian ASI cenderung membuat frekuensi BAB bayi menjadi lebih sering.
Pada hari ke 4-5 produksi ASI sudah banyak, apabila bayi diberi ASI cukup akan
BAB 5 kali atau lebih dalam sehari. Pada saat bayi berumur 3-4 minggu, frekuensi
BAB berkurang menjadi 1 kali dalam 2-3 hari. Bayi dengan pemberian susu
formula akan lebih sering BAB, tetapi cendererung lebih sering mengalami
konstipasi. Jika bayi tidak BAB atau feses tidak keluar, bidan atau petugas
kesehatan harus mengkaji adanya distensi abdomen dan bising usus.
3. Buang air kecil (BAK)
Bayi lahir akan BAK dalam 24 jam setelah lahir. Selanjutnya, bayi akan BAK 6
kali/hari.
4. Tidur
Bayi pada kehidupan pertamanya akan menghapiskan waktunya untuk tidur.
Macam tidur bayi adalah tidur aktif atau tidur ringan dan tidur lelap. Pda siang
hari hanya 15 % waktu digunakan bayi dalam keadaaan terjaga, yaitu untuk
menangis, gerakan motorik, sadar dan mengantuk. Sisa waktu yang 85% lainnya
digunakan untuk tidur.
5. Kebersihan kulit
Kulit bayi sangat sensitif. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi
maka keutuhan kulit harus dijaga.Verniks caseosa bermanfaat untuk melindungi
kulit bayi, sehingga jangan diberikan pada saat memandikan bayi.
Untuk memastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan
untuk bayi selalu bersih dan kering. Memandikan bayi terlalu awal (dalam waktu
24 jam pertama) cenderung meningkatkan kejadian hipotermi, sebaiknya
memandikan bayi setelah suhu tubuh bayi stabil (setelah 24 jam).
6. Perawatan tali pusat
Tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat merupakan tempat koloni
bakteri, pintu masuk kuman dan bisa terjadi infeksi lokal. Perlu perawatan tali
pusat sejak manajemenaktif kala III pada saat menolong kelahiran bayi. Sisa tali
pusat harus dipertahankan dalam keadaan terbuka dan ditutupi kain bersih dan
longgar. Pemakaian popok sebaiknya popok dilipat dibawah tali pusat. Jika tali
pusat terkena kotoran, maka tali pusat harus dicucui dengan sabun dan air bersih,
kemudian dikeringkan.
Upaya untuk mencegah terjadnya infeksi pada tali pusat antara lain dengan cara
sebagai berikut :
a. Mencucui tali pusat dengan bersih dan sabun
b. Menghindari membungkus tali pusat
c. Melakukan skin to skin contact
d. Pemberian ASI dini dan sering memberikan antibodi pada bayi
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Tucker et all (1998:883) pemeriksaan penunjang berupa:
1. Sample darah
2. Tali pusat
3. Pemeriksaan screening bayi baru lahir
4. Hematokrit.

2.1.8 Komplikasi
Masalah bayi baru lahir Menurut Saiffudin (2006 : 337) :
1. Asfiksia
2. Gangguan nafas
3. Hipotermi / hipertermi
4. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
5. Dehidrasi
6. Ikterus
7. Infeksi / sepsis
8. Tetanus neonatonum
9. Kejang
10. Cidera lahir
Tanda bahaya baru lahir menurut Depkes RI Tahun 2008 adalah :
1. Tidak dapat menyusu
2. Kejang
3. Mengantuk dan tidak sadar
4. Nafas cepat (>60 per menit)
5. Merintih
6. Retraksi dinding dada bawah
7. Sianosis sentral
2.1.9 Penatalaksanaan
Penanganan Bayi Baru Lahir Normal menurut Mochtar, Rustam. 1998:
1. Mulai melakukan pembersihan lendir pada saat kepala keluar dengan
pembersihan mulut, hidung, dan mata dengan kapas atau kasa steril.
2. Jam lahir dicatat dengan stop-watch.
3. Lendir dihisap sebersih mungkin sambil bayi ditidurkan dengan kepala lebih
rendah dari kaki dalam posisi sedikit ekstensi, supaya lendir mudah keluar.
4. Tali pusat diikat dengan baik dan bekas luka diberi antiseptik kemudian dijepit
dengan klem jepit plastik atau diikat dengan pita atau benang tali pusat.
5. Segera setelah lahir, bayi yang sehat akan menangis kuat, bernapas, serta
menggerakkan tangan dan kakinya, kulit akan bewarna kemerahan.
6. Bayi dimandikan dan dibersihkan dengan air hangat-hangat kuku dari lumuran
darah, air ketuban, mekonium, dan vernik kaseosa. Adapula yang
membersihkannya dengan minyak kelapa atau minyak zaitun.
7. Jangan lupa menilai bayi dengan nilai Apgar.
8. Bayi ditimbang berat badanya dan diukur panjang badan lahirnya kemudian
dicatat dalam status.
9. Perawatan mata bayi : mata bayi dibersihkan, kemudian diberikan obat untuk
mencegah Blenorrhoe.
10. Diperiksa juga anus, genetalia eksterna, dan jenis kelamin pada bayi. Pada bayi
laki-laki, periksa apakah ada femosis dan apakah descensus testiculorum telah
lengkap. Di beberapa Negara barat, pada bayi laki-laki segera dilakukan
sirkumsisi, apalagi jika terdapat fimosis.
11. Apgar Score
Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5
variabel (pernafasan, frek. Jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek).
Ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar (1950).
SKOR APGAR
No Kriteria 1 menit 5 menit 10 menit
1. Denyut jantung
2. Usaha nafas
3. Tonus otot
4. Reflek
5. Warna kulit
TOTAL
Penilaian
 Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dlm keadaan baik
 Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan
tindakan resusitasi
 Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan
resusitasi segera sampai ventilasi.
Sedangkan Penanganan bayi selama dalam perjalanan ke tempat rujukan(Depkes
Ri, 2008) :
1. Menjaga bayi tetap hangat dengan melakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu atau
orang lain
2. Selimuti bayi dengan selimut dan kenakan topi pada kepala bayi
3. Lindungi bayi dari sinar matahari langsung
4. Mendorong ibu menyusui selama perjalanan
5. Jika bayi tidak mau menyusu dan perjalanan memakan waktu lenih dari 3 jam,
mintalah ibu untuk memeras ASI dan memberikannya ke bayi dengan cangkir
2.2 Bayi
2.2.1 Pengertian
Bayi adalah seorang makhluk hidup yang belum lama lahir (Muchtar, 2002).
Mnurut Soetjiningsih (2004), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun, dengan
pembagian sebagai berikut:
a. Masa neonatal, yaitu usia 0 – 28 hari
1)Masa neonatal dini, yaitu usia 0 – 7 hari
2)Masa neonatal lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari
b. Masa pasca neonatal, yaitu usia 29 hari – 1 tahun.
Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 1 tahun, namun tidak ada
batasan yang pasti. Pada masa ini manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi
juga rentan terhadap kematian.
2.2.2 Manifestasi klinis
1. Sistem Pernafasan
Saluran nafas perifer masih membuka dan masih sempit, membran mukosa mudah
rusak dan sensitif terhadap trauma (mudah tersedak, tidak boleh ada asap rokok
dari orang lain). Dalam keadaan normal tangis bayi terdengar keras dan bernada
sedang, jika terjadi kelainan suara bayi akan terdengar bernada tinggi dan lemah.
2. Sistem kardiovaskuler dan darah
Sirkulasi perifer berjalan lambar, ini akan mengakibatkan sianosis ringan pada
tangan dan kaki serta perbedaan warna pada kulit.
3. Sistem Ginjal
Beban kerja ginajl dimulai sejak bayi lahir. Apabila intake cairan meningkat,
kemungkinan air kemih bayi akan tampak keruh termasuk berwarna merah muda,
disebabkan oleh kadar ureum yang tidak begitu berarti.
4. Sistem Gastrointestinal
Kapasitas lambung 15-30 ml dan akan meningkat dalam minggu-minggu pertama
kehidupan. Sfingter kardiak lambung belum matang sehingga gumoh lazim
terjadi. Pada saat lahir keasaman lambung tinggi namun pada hari ke-10 hampir
tidak ada asam lambung oleh karena itu rentan terhadap terjadinya infeksi. Waktu
pengosongan lambung adalah 2,5-3 jam. Jumlah enzim amilase dan lipase
terdapat dalam jumlah yang tidak tercukupi sehingga bayi kesulitan dalam
mencerna lemak dan karbohidrat. Pada saat makanan masuk segera terjadi
peristaltik cepat sehingga masukan makanan sering disertai pengosongan
lambung.
5. Pengaturan suhu
Bayi masih rentan terhadap hipotermi dikarenakan karena belum matangnya
hipotalamus yang mengakibatkan tidak efisiennya pengaturan suhu tubuh bayi.
Seorang bayi yang mengalami kedinginn membutuhkan kalori dan oksigen untuk
meningkatkan suhu tubuhnya. Hipertermi rentan terjadi akibat berada dekat pada
sumber radiasi panas, dapat juga diakibatkan karena terjadinya infeksi.
6. Adaptasi imunologi
Bayi baru lahir menunjukkan kerentanan tinggi terhadap infeksi terutama
yang masuk melalui mukosa sistem pernafasan dan gastrointestinal. Kemampuan
lokalisasi infeksi masih rendah sehingga infeksi ringan dapat dengan mudah
berubah menjadi infeksi umum. Terdapat imunoglobin utama pada bayi, yaitu
IgG, IgA dan IgM.
IgG melewati barier plasenta sehingga sama kadarnya pada saat lahir. IgA
melindungi terhadap infeksi saluran pernafasan, gastrointestinal dan mata. Kadar
igA mencapai kadar dewasa dalam waktu 2 bulan dan ditemukan dalam ASI. IgM
mencapai kadar dewasa pada usia 2 tahun. ASI terutama kolostrum memberikan
kekebalan pasif.
7. Sistem reproduksi
Anak laki-laki menghasilkan sperma setelah memasuki masa pubertas. Anak
perempuan sudah mempunyai ovum dalam sel telur sejak masa bayi. Bayi
perempuan dapat mengalami (pseudo) menstruasi atau pembesaran payudara,
kadang disertai oleh sekresi cairan dari puting pada hari ke 4 atau ke 5 setelah
kelahiran. Hal ini hanya berlangsung sebentar.
8. Sistem muskuloskeletal
Ubun-ubun kecil dan fontanel posterior bayi akan menutup pada usia 6-8
minggu.
9. Sistem neurologi
Sistem neurologi pada bayi relatif belum matang setelah lahir. Keberadaan refleks
fisiologis pada bayi dapat menunjukkan keadaan normal dari integritas sistem
saraf dan sistem muskuluskeletal.
10. Panca Indra
a. Indra penglihatan
Bayi sensitif terhadap cahaya terang dan dapat mengenali pola hitam-putih
yang tercetak tebal dalam bentuk muka manusia. Jarak fokus adalah 15-20 cm
yang memungkinkan seorang bayi dapat melihat wajah ibunya pada saat
menyusui. Pada usia 2 minggu bayi dapat membedakan muka ibunya dari muka
yang tidak dikenal. Perhatian pada warna, vaariasi dan kompleksitas pola
berkembang dalam 2 bulan pertama kehidupan bayi.
b. Indra penciuman
Bayi dapat membedakan bau menyengat, menyukai pada bau susu terutama
ASI. Dalam beberapa hari bayi sudah dapat membedakan bau susu ibu dengan bau
susu orang lain.
c. Indra pengecapan
Bayi bereaksi secara kuat terhadap berbagai rasa dan memperlihatkan
kesukaan yang kuat pada rasa manis.
d. Indra pendengaran
Bayi mempunyai pendengaran yang tajam dan dapat melokalisasi suara
dalam lingkungan sekitar, serta mampu membedakan berbagai suara. Pada akhir
bulan pertama, bayi baru lahir lebih menyukai suara ibunya dari pada orang lain
dengan merasa tenang dengan suara-suara bernada rendah.
e. Indra peraba/sentuhan
Bayi mudah memperlihatkan reaksi terhadap berbagai hal dengan adanya
beberapa refleks fisiologis. Bayi sangat sensitif terhadap sentuhan. Bayi merasa
senang dengan kontak kulit ke kulit, berendam dalam air, gosokan tangan, belaian
dan gerak ayun. Bayi bereaksi terhadap sentuhan dan adanya refleks gemgam
untuk memperkuat hubungan.
2.2.3 Rencana asuhan pada bayi
Secara umum, WHO merekomendasikan bahwa, kesehatan bayi baru lahir
sangat ditentukan pelayanan kesehatan dengan prinsip sebagai berikut :
1. Persalinan bersih dan aman
2. Mulai pernafasan spontan
3. Mempertahankan suhu tubuh dengan mencegah hipotermi
4. Menyusui segera setelah lahir
5. Pencegahan dari keadaan sakit dan penyakit
Sedangkan menurut Wafi Nur Muslihatun tahun 2010, rencana disusun dan
dilaksanakanberdasarkan hasil interpretasi data yang tertulis di assasment. Dalam
pemberian asuhan primer pada bayi, bidan harus melakukan beberapa pendidikan
kesehatan melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), serta konseling.
Bidan perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang
perawatan bayi, antara lain :
1. Pemilihan tempat tidur yang tepat
tempat tidur bayi harus hangat, diletakkan di dekat tempat tidur ibu. Tempat tidur
bayi dan ibu yang bersamaan atau bayi dan ibu tidur pada satu tempat yang sama,
dapat menyebabkan kematian bayi yang tidak disengaja. Ruang perawatan bayi di
bagian kebidanan di sebuah rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan, adalah
tempat untuk merawat bayi bermasalah, dan bukan tempat yang tepat bagi bayi
sehat.
2. Memandikan bayi
Bayi lebih baik dimandikan setelah minggu pertama yang bertujuan untuk
mempertahankan verniks caseosa dalam tubuh bayi yang berguna stabilisasi suhu
tubuh. Bayi harus tetap di jaga kebersihannya dengan menyekanya secara lembut
dan memperhatikan lipatan kulitnya. Sabun dengan kandungan cholorophene
tidak dianjurkan karena diserap kulit dan menyebabkan racun bagi sistem saraf
bayi.
3. Mengenakan pakaian bayi
Penggunaan pakaian bayi bertujuan untuk membuat bayi tetap hangat. Pakaian
berlapis-lapis tidak dibutuhkan oleh bayi. Hindari kain yang menyentuh leher,
karena bisa mengakibatkan gesekan yang mengganggu. Selama musim panas bayi
membutuhkan pakaian dalam dan popok.
4. Perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat yang benar dengan tidak membubuhkan sesuatu pada pusar
bayi. Menjaga pusar bayi agar tetap kering. Puntung bayi akan segera lepas pada
minggu pertama.
5. Perawatan hidung
Kotoran bayi akan membuat hidung bayi tersumbat dan sulit bernafas. hindari
memasukkan gumpalan kapas ke dalam hidung bayi.
6. Perawatan mata dan telinga
Telinga harus dibersihkan setiap kali sehabis mandi. Jangan membiasakan
menuangkan minyak hangat ke dalam kanal/lubang telinga karena akan lebih
menambah kotoran dalam telinga.
7. Perawatan kuku
Jaga kuku bayi agar tetap pendek. Kuku dipotong setiap tiga atau empat hari
sekali. kuku yang panjang akan mengakibatkan luka pada mulut atau lecet pada
kulit bayi.
8. Kapan membawa bayi ke luar rumah
Di bawa keluar selama satu atau dua jam sehari.
9. Imunisasi
Pada 6 minggu pertama, pastikan bayi telah mendapatkan beberapa imunisasi
dasar. Imunisasi BCG harus diberikan sebelum bayi berusia 2 bulan. Imunisasi
hepatitis B1 sudah diberikan segera setelah bayi lahir. Imunisasi hepatitis B2
diberikan dengan interval minimal 4 minggu setelah imunisasi hepatitis B1, yaitu
pada usia 1 bulan. Imunisasi polio oral dosis awal telah diberikan setelah lahir,
sebelum bayi pulang dari rumah sakit. Imunisasi oral ke 2 diberikan dengan
interval minimal 4 minggu setelah imunisasi polio oral pertama yaitu 1 bulan.
Apabila imunisasi polio diberikan dengan innactivated polio vaccine (IPV), maka
diberikan pada saat bayi berusia dua bulan nanti.
10. Pemeriksaan
Selama 1 tahun pertama bayi dianjurkan melakukan pemeriksaan rutin.
11. Perawatan intensif
Bayi pada usia 6 minggu pertama yang mengalami komplikasi atau permasalahan
membutuhkan perawatan intensif sesuai dengan komplikasi/masalah yang
menyertai bayi.
12. Perawatan lain
Perawatan lain yakni perawatan kulit, kebutuhan bermain dan pemantauan berat
badan. Bayi yang sehat akan mengalami penambahan berat badan setiap bulan.
2.3 Balita
2.3.1 Pengertian
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau
lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah
umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
2.3.2 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaaan umum
a. Kesadaran : composmetis, apatis, somnolen,sopor, koma, delirium
b. Tanda Vital : TD: normal balita : 99/65 mmHg
N : 105-110 x/menit
S : 36-37,50C
RR: 30-50 x/menit
2.Pemeriksaan kulit, kuku,rambut dan kelenjar getah bening
Pemeriksaan kulit : menilai pigmentasi, sianosis, ikterus, ekzema, pucat,dll
Pemeriksaan kuku : warna, bentuk, keadaan
Pemeriksaan rambut : menilai warna, kelebatan, distribusi, dll
Pemeriksaan kelenjar getah bening : palpasi daerah leher atau inguinal.
3.Pemeriksaan kepala dan leher
a. Kepala : lingkar kepala dan ubun-ubun
b. Wajah : kesimetrisan, paralisis wajah, pembengkakan
c. Mata : menilai visus, palpebra, kelenjar lakrimalis, sklera, kornea
d. Telinga : bentuk, besar dan posisi, membran tympani, serta fungsi
e. Hidung : menilai kelainan bentuk, adanya epistaksis
f. Mulut : trismus, halitosis, edema, peradangan gusi, kelainan lidah
g. Faring : hiperemia, edema, abses dan adanya suara sesak
h. Laring : obstruksi laring disertai stridor, batuk dan suara sesak
i. Leher : Tekanan vena jungularis, massa pada leher
4.Pemeriksaan dada
a. Payudara : kelainan payudara, ginekomastia patologis, galaktore
b. Paru : Kesimetrisan, suara nafas
c. Jantung : Palpasi denyut apikal, suara, irama, dan bising jantung
d. Abdomen : Auskultasi peristaltik usus dan usus bising
e. Genetalia : Laki : bentuk dan ukuran penis, testis, kelainan, perdangan testis dan
skrotum. Perempuan : epispadia, tanda seks sekunder, pengeluaran caiaran.
f. Tulang belakang dan ekstremitas :Nyeri, dan kelaiann, gaya jalan

Anda mungkin juga menyukai